Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Tamansiswa dengan Ki Hadjar Dewantara (KHD) merupakan dua nama


yang saling tidak dapat dipisahkan. Tamansiswa adalah lembaga perjuangan yang
menggunakan pendidikan dalam arti luas sebagai medan juang, sedangkan KHD
adalah orang yang melahirkan Tamansiswa. Sebenarnya KHD adalah seorang
bangsawan yang lahir 2 Mei 1889 dari keluarga Pangeran Soerjaningrat Paku
Alaman.
Ki Hadjar Dewantara (KHD)M, Bapak Pendidikan Nasional mendirikan
PerguruanTamansiswa tepatnya pada pada tanggal 3 Juli 1922. Tamansiswa
sebagai Badan Perjuangan Kebudayaan dan Pembangunan Masyarakat
menggunakan pendidikan dalam arti luas. Pada awalnya pendidikan yang
diselenggarakan Perguruan Tamansiswa adalah Taman Indria (TK), berikutnya
Taman Muda (SD), Taman Dewasa (SMP), Taman Guru (SPG), Taman Karya
(SMK), dan Taman Madya (SMA).
Dalam sejarahnya Tamansiswa dengan sistem pendidikan dan
pengajarannya telah terbukti melahirkan sejumlah putra terbaik bangsa Indonesia
dan berkontribusi dalam proses Indonesia merdeka.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .. i

DAFTAR ISI ii

PEMBAHASAN

A. Sejarah Hidup Ki Hadjar Dewantara (KHD) .. 1

B. Museum Kirti Griya 8

C. Atribut Tamansiswa .... 14

1. Lambang 14

2. Panji-panji . 14

3. Bendera Tamansiswa 15

4. Cap 15

5. Lagu/Hymne Tamansiswa . 15

D. Ajaran Hidup dan Pendidikan Tamansiswa

Ki Hadjar Dewantara .. 16

1. Wujud dan Sifat Tamansiswa 17

2. Asas, Landasan Perjuangan,

dan Ciri Khas Tamansiswa 17

3. Visi Tamansiswa 18

4. Misi Tamansiswa .. 18

2
5. Tujuan Tamansiswa 18

6. Pembiayaan Tamansiswa .. 19

7. Usaha Mencapai Tujuan 19

8. Sistem Pendidikan yang di Pakai Tamansiswa . 20

9. Ajaran Hidup Tamansiswa . 21

10. Dasar Tamansiswa 1947 27

11. Asas Tamansiswa (1922) . 28

12. Tamansiswa sebagai Badan Perjuangan

Kebudayaan .. 31

13. Tamansiswa sebagai Badan Pembangunan

Masyarakat 33

PENUTUP . 34

A. Kesimpulan . 34

3
PEMBAHASAN

A. Sejarah Hidup Ki Hadjar Dewantara (KHD)

Ki Hadjar Dewantara masa kecilnya bernama R.M. Soewardi


Surjaningrat, lahir pada hari Kamis Legi, tanggal 02 Puasa tahun Jawa,
bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1889 M. Ayahnya bernama G.P.H.
Surjaningrat putra Kanjeng Hadipati Harjo Surjo Sasraningrat yang bergelar
Sri Paku Alam ke-III. Ibunya adalah seorang putri keraton Yogyakarta yang
lebih dikenal sebagai pewaris Kadilangu keturunan langsung Sunan
Kalijogo. Pada tahun 1922 saat berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun
Caka, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat mengganti namanya menjadi Ki
Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, namanya menjadi Ki Hadjar
Dewantara semenjak saat itu ia tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Dalam ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 1972 namanya dieja menjadi Ki Hajar Dewantara., yang
berarti guru besar ajaran Ketamansiswaan.
Ia pertama kali bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School)
yaitu Sekolah Dasar untuk anak-anak Eropa/Belanda dan juga kaum
bangsawan. Selepas dari ELS ia kemudian melanjutkan pendidikannya di
STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Arsten) yaitu sekolah yang
dibuat untuk pendidikan dokter pribumi di kota Batavia pada masa kolonial
Hindia Belanda, yang kini dikenal sebagai fakultas kedokteran Universitas
Indonesia. Meskipun bersekolah di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak
sampai tamat sebab ia menderita sakit ketika itu. Ki Hajar juga mengikuti
pendidikan sekolah guru yang disebut Lagere Onderwijs, hingga berhasil
mendapatkan ijasah, dan kemudian Ki Hajar Dewantara bekerja menjadi
asisten apoteker. Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga menekuni dunia
jurnalistik sebagai seorang wartawan, dan membantu beberapa surat kabar
antara lain Sedyotomo ( surat kabar berbahasa Jawa), serta Midden Java dan
De Express (keduanya adalah surat kabar berbahasa Belanda). Gaya

4
penulisan Ki Hadjar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan
semangat anti kolonial.
Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak
berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda
untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia
(terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan
kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama Boedi Oetomo
di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.
Ki Hajar Dewantara juga menjadi anggota organisasi Insulinde,
suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indonesia yang
memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh
Ernest Douwes Dekker. Kemudian Douwes Dekker mendirikan Indische
Partij, beliau diajak juga.
Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh
status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah
kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menolak pendaftaran
itu pada tanggal 11 Maret 1913 karena organisasi ini dianggap dapat
membangkitkan rasa nasionalism dan kesatuan rakyat untuk menentang
pemerintah kolonial Belanda.
Semangatnya tidak berhenti sampai sini. Pada bulan November
1913, Ki Hadjar Dewantara membentuk Komite Bumipoetra yang bertujuan
untuk melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda. Ketika pemerintah
Belanda bermaksud untuk mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk
pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun
1913, mengangkat reaksi kritis dari nasionalis, termasuk Soewardi. Beliau
kemudian menulis Een voor Allen maar Ook Allen voor Een atau Satu
untuk Semua, Semua untuk Satu, tetapi juga.
Tapi kolom KHD yang paling terkenal adalah Jika aku A Belanda
judul asli: Als ik een Nederlander adalah, yang diterbitkan dalam surat
kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli 1913. Isi artikel ini adalah pedas

5
sekali di antara pejabat dari Hindia Belanda, kutipan artikel adalah sebagai
berikut.
Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan
menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang
telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan
jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak
pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan
untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan
perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita
keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir
dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama
menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah
kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu
kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya.

Akibat terlalu banyak protes dalam artikel dan tulisan di brosur


ketiga pemimpin Indische Party (tiga serangkai) ditangkap dan ditahan.
Dalam waktu yang amat singkat, pada 18 Agustus 1913 keluarlah surat dari
wali negara untuk ketiga pemimpin tersebut. Ketiganya dikenakan hukuman
buang; Soewardi ke Bangka, Tjipto Mangunkusumo ke Banda Neira, dan
Douwes Dekker ke Timur Kupang. Keputusan itu disertai ketetapan bahwa
mereka bebas untuk berangkat keluar jajahan Belanda. Ketiganya ingin
mengganti hukuman interniran dengan hukuman externir, dan memilih
negeri Belanda sebagai tempat pengasingan mereka.
Ketika di negeri Belanda perhatian Soewardi Soejaningrat tertarik
pada masalah-masalah pendidikan dan pengajaran di samping bidang sosial
politik. Ia menambah pengetahuannya dalam bidang pendidikan sehingga ia
mencapai ijazah Hoofdacte (Kepala Sekolah S.R. Belanda) dan juga berhasil
memperoleh Europeesche Akte (semacam ijasah pendidikan). Tokoh-tokoh
besar dalam bidang pendidikan mulai dikenalnya, antara lain; J.J. Rousseau,
Dr. Frobel, Dr. Montessori, Rabindranath Tagore, John Dewey, dan

6
Kerschensteiner. Frobel ahli pendidikan terkenal dari Jerman pendiri
Kindergarten. Montessori sarjana wanita dari Italia pendiri Casa dei
Bambini. Rabindranath Tagore, pujangga terkenal dari India, pendiri
perguruan Santi Niketan. Di Belanda pula ia memperoleh pengaruh dalam
mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.

Tiga Serangkai

Meskipun keputusan pengasingan telah dicabut pada tanggal 14


Agustus 1917, beliau baru kembali ke Indonesia pada tanggal 6 September
1919 . Begitu tiba di Indonesia , beliau terjun kembali ke medan perjuangan
kemerdekaan, sehingga sempat meringkuk di dalam penjara di daerah
Semarang dan Pekalongan.
Ki Hajar Dewantara menikah dengan R.A. Sutartinah, putra ke-6
dari K.P.H. Haryo Sasraningrat yang lahir pada tanggal 14 September 1890
di Yogyakarta. Dikaruniai 6 orang anak , 4 putra dan 2 putri, yakni : Ni
Astiwandansari, Ki Soebroto Aryo Mataram, Nyi Ratih Soleh Lahade, Ki
Ontowiryo Adimurtopo, Ki Bambang Sukowati, dan Syailendra Wijaya.
Beliau seorang tokoh pendiri organisasi Wanita Taman Siswa. Kiprahnya
dalam Perguruan Taman Siswa adalah sebagai pembina Taman Indira
(Taman Kanak-Kanak) dan Taman Muda (Sekolah Dasar). Sekitar tahun
1960, ikut berperan dalam pendirian Perguruan Sarjana Wiyata Taman
Siswa dan menjabat sebagai rektor pada tahun 1965. Pada tahun 1960, nama
R.A. Sutartinah diganti menjadi Nyi Hajar Dewantara.

7
Sejak kembali ke Tanah Air, Ki Hadjar Dewantara mencurahkan
perhatiannya di bidang pendidikan. Dia bersama rekan-rekannya mendirikan
Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Tamansiswa
Nasional) pada tanggal 3 Juli 1922. Tamansiswa merupakan perguruan yang
bercorak nasional yang menekankan ras kebaaangsaan dan cinta Tanah Air
serta semangat berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Tamansiswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli
1992 melalui perkumpulan Sloso Kliwonan. Melalui ajaran-ajarannya, Ki
Hadjar Dewantara mengajarkan tentang perjuangan hidupnya untuk
mencapai masyarakat salam bahagia, dunia tertib damai. Tujuan pendidikan
Tamansiswa adalah untuk membangun anak didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin,
luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan
rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan
bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada
umumnya.
Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan
mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar (Onderwijs Ordonnantie) pada 17
oktober 1932, intinya ingin menghambat perkembangan sekolah Swasta
khususnya Tamansiswa dianggapn sebagai sekolah liar.. Tetapi dengan
kegigihan memperjuangkan haknya, perlawan dan sikap Tamansiswa
mendapat dukungan dari berbagai pihak ( golongan parpol, ormas, dan
cabang-cabang Tamansiswa ). Tanggal 13 februari 1933 Onderwijs
Ordonnantie dicabut.
Setelah Onderwijs Ordonnantie dicabut, masih banyak cara-cara
yang dilakukan pemerintah kolonial untuk menghambat Tamansiswa adalah
a. Kinder Toeloga ( Tunjangan Anak )
Mencabut tunjangan anak yang sekolah di Tamansiswa akan tetapi
kenyataannya banyak yang tetap sekolah di Tamansiswa.
b. Vrybiljet ( Tunjangan Bebas Membayar Kereta Api )

8
Mencabut tunjangan vrybiljet sebagai pegawai yang menyekolahkan
anaknya di Tamansiswa.
c. Onderwijs Verbod ( Larangan Mengajar )
Akan tetati Guru/Pamong Tamansiswa tidak tunduk kepada Belanda
dilarang mengajar banyak yang tidak takut dan tetap mengajar.
d. Loon Belasting ( Pajak Buruh )
Pamong Tamansiswa dikenai pajak buruh, ditentang karna
Tamansiswa tidak mengenal sistem majikan atau buruh dan upah
tetapi Nafkah, tanggal 16 juli 1910 Tamansiswa dibebaskan dari
pajak buruh.

Selama mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Taman


Siswa, Ki Hadjar Dewantara juga tetap rajin menulis. Namun tema
tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan
berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil
meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Kegiatan menulisnya ini terus berlangsung hingga zaman Pendudukan
Jepang.
Bersama tokoh lain yaitu :
a. Ki Hadjar Dewantara
b. Bung Karno
c. Bung Hatta
d. KH Mas Mansyur ( Empat Serangkai )
Empat Serangkai mendirikan PUTERA ( Pusat Tenaga Rakyat ) dan
bekerja sama dengan Jepang tetapi khakekatnya merupakan gerakan bawah
tanah menggerakkan Rakyat mempersiapkan dan mencapai Indonesia
merdeka. Ki Hajar ditunjuk untuk menjadi salah seorang pimpinan bersama
Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Setelah
kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah dan stabilitas
pemerintahan sudah terbentuk.

9
Adapun penghargaan-penghargaan yang diterima Ki Hadjar
Dewantara diantaranya :
1. Tanggal 19 Agustus 1945, diangkat menjadi menteri pengajaraan dan
pendidikan serta kebudayaan RI.
2. 1 Juli 1945, diangkat menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan
Agung RI.
3. 8 Maret 1955, ditetapkan sebagai perintis Kemerdekaan.
4. 19 Desember 1956,memperoleh gelar kehormatan Doktor Honoris
Causa Kebudayaan oleh UGM, yang pelantikannya dihadiri oleh
Presiden RI Ir.Soekarno.
5. 26 April 1959 wafat dan dimakamkan di Wijayabrata dengan upacara
militer dengan pangkat anumerta Perwira Tinggi ( Brigjen TNI ).
6. 28 April 1959, diangkat secara anumerta sebagai ketua kehormatan
PWI atas jasanya dibidang jurnalistik.
7. 28 Nopember 1959, diangkat secara anumerta sebagai Pahlawan
Nasional.
8. 16 Desember 1945 , hari kelahiran beliau tanggal 2 Mei ditetapkan
sebagai hari pendidikan.
9. 17 Agustus 1960 dianugerahi bintang jasa Bintang Mahaputera
Tingkat I ( tertinggi ).
10. 20 Mei 1961, menerima anugerah tanda kehormatan Satya Lencana
Kemerdekaan .
11. 27 Nopember 1961, menerima anugerah gedung rumah Pahlawan
dibangun dipekarangan Padepokan Dewantara Muja-muju
Yogyakarta.
12. 30 Mei 1976, ditetapkan sebagai perintin Pers Nasional.
13. 6 September 1977, Semboyan Pendidikan TUT WURI
HANDAYANI ditetapkan menjadi lambang Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan RI.

10
Untuk mengenang jasa-jasa Ki Hadjar Dewantara pihak penerus
perguruan Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya,
Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar
Dewantara.

B. Museum Kirti Griya

Museum Dewantara Kirti Griya berlokasi di komplek perguruan


Tamansiswa yang menempati bekas rumah Ki Hadjar Dewantara sekeluarga,
di jalan Tamansiswa 31, Yogyakarta. Rumah tersebut resmi dihuni oleh Ki
Hadjar Dewantara beserta keluarga pada tanggal 16 November 1938,
bertepatan dengan diresmikannya Pendapa Agung Tamansiswa (Monumen
Persatuan Tamansiswa).
Bangunan rumah yang berdiri di atas tanah seluas 5.594 m2 tersebut
dibeli atas nama Ki Hadjar Dewantara, Ki Sudaminto, Ki Supratolo dari
Mas Adjeng Ramsinah pada tanggal 14 Agustus 1935. Konon bangunan
rumah tersebut didirikan pada tahun 1925 dengan gaya Jawa. Pada tanggal
18 Desember 1951, pembelian tersebut dihibahkan kepada Yayasan
Persatuan Perguruan Tamansiswa.
November 1957 bertepatan dengan kawin emas Ki Hadjar
Dewantara, beliau menerima persembahan bakti dari para pecinta
Tamansiswa berupa rumah tinggal yang di beri nama Padepokan Ki Hadjar
Dewantara, yang berlokasi di jalan Kusumanegara 131 Yogyakarta. Pada
saat rapat pamong Tamansiswa, Ki Hadjar Dewanatar mengajukan
permintaan kepada sidang agar rumah bekas tempat tinggalnya yang berada
di komplek perguruan Tamansiswa di jalan Tamansiswa 31 dijadikan
Museum. Dan dilaksanakan setelah beliau wafat. Ki Hadjar Dewantara
wafat pada tanggal 26 April 1959. Mulai tahun 1960, Tamansiswa berusaha
untuk mewujudkan gagasan Almarhum Ki Hadjar Dewantara.
Pada tanggal 11 Oktober 1969 Ki Nayono menerima surat dari Nyi Hadjar
Dewantara. Dengan adanya surat tersebuat, Ki Nayono tergugah untuk

11
segera meminta perhatian kepada majelis luhur agar bekas tempat Ki Hadjar
yang sudah dinyatakan sebagai Dewanata memorial segera dijadikan
museum.
Pada tanggal 2 Mei 1970, bertepatan dengan Hari Pendidikan
Nasional, museum diresmikan dan dibuka untuk umum oleh Nyi Hadjar
Dewantara sebagai pemimpin umum Taman Siswa. Museum diberi nama
Dewantara Kirti Griya, nama tersebut pemberian dari Bapak Hadiwidjono
(EYD : Hadiwijoyo) seorang ahli bahasa Jawa. Adapun keterangannya
sebagai berikut. Dewantara, diambil dari nama Ki Hadjar Dewantara. Kirti,
artinya pekerjaan (Sansekerta). Griya, berarti rumah. Dengan demikian arti
lengkapnya adalah rumah yang berisi hasil kerja Ki Hadjar Dewantara.
Peresmian museum ditandai dengan candrasengkala Miyat Ngaluhur
Trusing Budi yang menunjukkan angka tahun 1902 Jawa atau tanggal 2 Mei
1970 Masehi.
Makna yang terkandung dalam sengkalan tersebut sama dengan
makna dan tujuan memorial yakni, dengan melalui museum diharapkan para
pengunjung khususnya generasi muda akan dapat mempelajari, memahami
dan kemudian dapat mewujudkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya,
kedalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara.

Koleksi yang dapat disaksikan di museum ini antara lain :

1. Kamar tidur Ki Hadjar Dewantara

Pada kamar Ki Hadjar Dewantara di sana terdapat beberapa barang


peninggalan beliau.

a. Mesin ketik

12
b. Tempat tidur Ki Hadjar Dewantara

c. Tongkat

d. Alat-alat yang dipakai Ki Hadjar Dewantara yaitu : sikat peci,


gunting, sisir, dan sabun mandi.

13
e. Baju penjara Ki Hadjar Dewantara

f. Surat bukti pembebasan Ki Hadjar Dewantara

2. Beberapa foto yang dipajang tepatanya di depan Museum yang


bertuliskan:

a. Ki Hadjar dewantara berkunjung ke Tamansiswa Medan dana


memberikan pengarahan langsung kepada siswa-siswa.
Karena tidak ada podium, Ki Hadjar menggunakan meja
untuk berpidato.

b. Ki Hadjar Dewanatara menyampaikan pidato dalam sidang


rapat Besar VIII Persatuan Tamansiswa.

14
c. Presiden RI Soekarno menjenguk Ki Hadjar Dewanatara di
Padepokan Tamansiswa.

d. Ki dan Nyi Hadjar Dewanatara di stasiun Tanah Abang


Jakarta. Sepulang beliau dari kunjungan ke cabang-cabang
Tamansiswa Lampung dan sekitarnya, beliau langsung ke
Jakarta untuk menghadiri konferensi Tamansiswa.

3. Kamar tidur Nyi Hadjar Dewantara

4. Kamar tidur putri Ki Hadjar Dewantara

15
5. Radio dan pesawat telepon kuno

6. Surat kabar, majalah, dan surat-surat Ki Hadjar Dewantara

7. Meja kerja dan benda souvenir Ki Hadjar Dewantara

8. Ruang keluarga

9. Ruang tamu utama

10. Ruang teras atau halaman depan

16
Berikut asal-usul Ki Hadjar Dewantara dan Nyi Hadjar Dewantara
yang penjelasannya dipajang pada ruang tamu utama.

Selain itu, juga terdapat data yang memuat daftar Tamansiswa yang
berada di seluruh Indonesia.

1. 1933. Taman siwa Bojonegoro, Jawa Timur.

2. 1952. Taman Indriya Surabaya

3. Taman Siswa Pamekasan, Madura

4. 1930. Taman Siswa Malang, Jawa Timur

5. 1933. Perguruan Nasioanal Taman Siswa Semarang, Jawa Tengah

6. 1925. Taman Siswa Jl. Tanjung, Yogyakarta

7. 1933. Taman Siswa Sukabumi, Jawa Barat

17
8. 1934. Perguruan Nasional Taman Siswa Bukit Tinggi, Sumatra Barat

9. 1933. Taman Siswa Palembang, Sumatra Selatan

10. 1933. Taman Siswa Bakumpai, Kalimantan

11. 1934. Taman Siswa Padang, Sumatera Barat

12. 1930. Taman Siswa Binjai Sumatera Utara

C. Atribut Tamansiswa

Atribut Tamansiswa merupakan benda-benda sebagai lambang atau


tanda kekhususan yang digunakan oleh persatuan Tamansiswa. Atribut
Tamansiswa berupa lambang, panji-panji, bendera, cap, dan lagu.

1. Lambang
Lambang terbentuk Garuda Cakra yang di dalam Cakra
terdapat hiasan bunga Wijayakusuma dan tulisan Persatuan
Perguruan Tamansiswa Berpusat di Yogyakarta. Pada Garuda
terdapat bentuk sayap dan ekor yang bagian luarnya terlukis tujuh
helai bulu dan bagian dalam lima helai bulu.
a) Tujuh helai bulu melambangkan Asas Tamansiswa 1922 dan
lima helai melambangkan ciri khas Tamansiswa
Pancadharma.
b) Cakra berbentuk lingkaran dengan delapan ujung tombak
(Trisula) melambangkan senjata pamungkas yang digunakan
untuk menghilangkan segala penghambat perjuangan.
c) Delapan ujung tombak melambangkan delapan penjuru mata
angin yang menyatakan hidup kemanusiaan (universal).
Cakra berputar terus melambangkan dinamika dalam
kehidupan manusia yang menuju kemajuan.

18
d) Wijaya berarti kemenangan mencapai cita-cita perjuangan,
Kusuma berarti bunga bangsa, anak didik harapan bangsa.
Secara keseluruhan arti lambang Tamansiswa adalah pejuang
Tamansiswa membina anak didik dan masyarakat secara kreatif dan
dinamis dalam mewujudkan masyarakat tertib damai dan salam.

2. Panji-panji
Panji-panji berbentuk perisai dengan ukuran lebar:panjang
adalah 2:3 bagian bawah mulai batas melengkung, berisi :
a) Lambang Tamansiswa
b) Tulisan Suci Toto Ngesti Tunggal
c) Tahun Masehi 1922 dengan hiasan

3. Bendera Tamansiswa
Warna dasar bendera hijau dengan di sudut kiri atas terdapat
warna merah putih (dekat pada tongkat). Arti warna dari bendera
hijau berarti harapan, selalu berkembang, pendidikan. Merah
menandakan berani. Putih berarti suci. Merah dan putih menandakan
kebangsaan.
Ukuran baku 100x150cm, merah putih 32cmx48cm, jarak
2cm dari tepi kiri. Ukuran lain 2:3.

4. Cap
Cap Tamansiswa berbentuk cakra, yaitu lingkaran yang
bagian luarnya terdapat delapan ujung tombak berbentuk Trisula.
Ukuran lingkaran garis tengah 3,5cm di dalamnya terdapat lukisan
Wijayakusuma.

5. Lagu/Hymne Tamansiswa

19
Tamansiswa perguruanku

Hiduplahmu semerdekanya

Tamansiswa jantung hatiku

Bersinarlah semulianya

Dari barat sampai ke timur

Pulau-pulau Indonesia

Nama kamu sangatlah masyur

Dilingkungi merah dan putih

D. Ajaran Hidup dan Pendidikan Tamansiswa Ki Hadjar Dewantara

Lahirnya Taman Siswa merupakan peristiwa yang cukup penting


sebab Taman Siswa ingin mengembangkan program edukasi dan kultural
yang berlandaskan asas kebangsaan Indonesia dan non-kooperasi.
Pendidikan Taman Siswa hingga saat ini masih eksis. Masing-
masing tingkatan dalam Taman Siswa memiliki nama yang unik, seperti ;
Taman Indria atau Taman Kanak-kanak (TK)
Taman Muda atau Sekolah Dasar (SD)
Taman Dewasa atau Sekolah Menengah pertama (SMP)
Taman Madya atau Sekolah Menengah Atas (SMA)
Taman Guru atau Sarjana Wiyata atau Universitas

20
Dengan program memajukan pendidikan dan kebudayaan nasional,
melalui Taman Siswa, Ki Hajar Dewantoro mengesampingkan pendekatan
politik, sekalipun berpegang pada asas kebangsaan Indonesia dan non-
kooperasi.
Tamansiswa merupakan badan perjuangan kebudayaan dan
pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan, dalam arti luas
sebagai sarana dalam upaya membangun masyarakat tertib, damai, salam,
dan bahagia.
Pendidikan dalam arti luas adalah pendidikan yang dapat diperoleh
dari mana saja, kita lebih sering mengenalnya dengan tripusat pendidikan.
Tripusat pendidikan adalah melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga merupakan tempat pertama dan paling utama di mana seseorang
memperoleh pendidikan. Keluarga lah yang memperkenalkan dari hal-hal
yang paling kecil kepada anak. Sekolah merupakan tempat formal di mana
seseorang memperoleh pendidikan. Masyarakat merupakan lingkungan yang
begitu berpengaruh terhadap pendidikan seseorang karena seseorang akan
selalu bersosialisasi di dlam lingkungan masyarakat.

1. Wujud dan Sifat Tamansiswa


1. Tamansiswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan
pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan
dalam arti luas sebagai sarana utama.
2. Tamansiswa merupakan keluarga suci, dengan Ki Hajar
Dewantara sebagai bapak dan asas Tamansiswa 1922 sebagai
ibu.
3. Tamansiswa merupakan badan wakaf merdeka yang bersifat
sosiokultural dan tunduk pada peraturannya sendiri dalam
batas tidak bertentangan dengan peraturan masyarakat dan
negara. Yang dimaksudkan sebagai wakaf merdeka di saat
Indonesia masih dijajah oleh Belanda, Tamansiswa tidak mau

21
menuruti aturan yang dibuat oleh Belanda. Tamansiswa
membuat aturan sendiri yang tidak bertentangan dengan aturan
masyarakat.
4. Tamansiswa mengusahakan pendidikan berbentuk perguruan
dengan schoolwoning type (wiyata griya) dan pondok asrama
sebagai pelengkap

2. Asas, Landasan Perjuangan, dan Ciri Khas Tamansiswa

1. Asas Tamansiswa adalah Pancasila

2. Landasan perjuangannya adalah Asas Tamansiswa 1922

3. Ciri khas dari Tamansiswa adalah Pancadharma, yaitu Kodrat


Alam, Kemerdekaan, Kebudayaan, Kebangsaan, dan
Kemanusiaan. Dulu Tamansiswa berasaskan Pancadharma.
Namun pada pemerintahan Presiden Soeharto semua lembaga
resmi di Indonesia harus berasas Pancasila. Maka dari itu asas
Tamansiswa berubah menjadi Pancasila.

3. Visi Tamansiswa

Tamansiswa berdiri dengan memiliki visi. Visi Tamansiswa


adalah terwujudnya badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan
masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas sebagai
sarana dalam upaya membangun masyarakat tertib, damai, salam, dan
bahagia.

22
4. Misi Tamansiswa

1. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional


Indonesia

2. Mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan


Pancasila

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mempertajam daya


cipta, rasa, dan karsa menuju pembangunan manusia merdeka
lahir dan batin, berbudi pekerti luhur, tinggi harkat dan
martabat kemanusiaannya.

Tamansiswa menempatkan misi pendidikan sebagai


pencerahan budaya, mempertebal keindonesiaan. Setiap pamong
Tamansiswa tidak boleh memaksa kehendak.

5. Tujuan Tamansiswa

Tujuan dari Tamansiswa adalah mewujudkan cita-cita


kemanusiaan dan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia serta
mewujudkan masyarakat tertib, damai, salam, dan bahagia sesuai
dengan masyarakat merdeka, berdaulat, bersatu, adil, dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Tamansiswa menggunakan pendidikan sebagai alat perjuangan


untuk menyejahterakan kehidupan bangsa.

23
6. Pembiayaan Tamansiswa

1. Didasarkan atas kekuatan sendiri (zelfbedruipings systeem).

Seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara opor bebek


mateng soko awake dewek . Orang itu hidup tidak bergantung
pada orang lain atau seseorang harus hidup mandiri. Untuk
bisa menjadi seperti apa yang dikatakan oleh Ki Hajar
Dewantara diperlukan tekat yang kuat dan kesanggupan
menahan tekanan hidup serta keberanian untuk hidup hemat
dan sederhana. Tidak hanya mengenai materi tetapi juga
mengenai segala aspek kehiduan dalam bentuk tingkah laku
dan gagasan-gagasan yang perwujudannya dari kepribadian
bangsa.

2. Beberapa sumber perolehan biaya :

a. Pendapatan biasa, diperoleh dari mahasiswa.

b. Bantuan yang tidak mengikat, diperoleh dari yayasan


Damandiri.

c. Hasil usaha yang sah, diperoleh dari toko Tamansiswa,


percetakan Tamansiswa, dan koperasi Tamansiswa.

7. Usaha Mencapai Tujuan

1. Melakukan usaha-usaha dalam bidang kebudayaan,


pendidikan, kemasyarakatan, dan perekonomian.

24
a. Kebudayaan : dengan didirikannya taman kesenian.

b. Pendidikan : dengan didirikannya sekolah Tamansiswa


dari tingkat Taman Indria (TK) sampai Taman Sarjana
(perguruan tinggi).

c. Kemasyarakatan : Tamansiswa juga ikut kegiatan


bermasyarakat, mendukung kegiatan bermasyarakat.

d. Perekonomian : dengan didirikannya toko, koperasi,


dan percetakan Tamansiswa.

2. Sebagai sarana untuk melakukan usaha dengan membentuk


berbagai badan dan lembaga.

3. Untuk menjalankan usaha di bidang pendidikan dengan


mendirikan yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa yang
berpusat di Yogyakarta dengan payung hukum Akte Notaris Iin
Surya Atmadja,S.H. No.34 tahun 2010.

8. Sistem Pendidikan yang di Pakai Tamansiswa


Pendidikan di Tamansiswa dilaksanakan menurut Sistem
Among, ialah suatu sistem yang berjiwa kekeluargaan dan
bersendikan dua asa yaitu:
1. Kodrat Alam: sebagai syarat mencapai kemejuan dengan
secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.
2. Kemerdekaan: yaitu syarat untuk menghidupkan dan
mengerahkan kekuatan lahir batin anak, agar dapat memiliki
pribadi yang kuat dan dapat berfikirserta bertindak merdeka.
Sistem tersebut di atas menurut cara berlakunya disebut
Trilogi kepemimpinan yang merupakan Ajaran kepemimpinan Ki
Hadjar Dewantoro yang sangat poluler di kalangan masyarakat yang

25
berbunyi Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut
Wuri Handayani. Yang pada intinya bahwa seorang pemimpin harus
memiliki ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi panutan bagi
bawahan atau anak buahnya.
Ing Ngarso Sun Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan /
dimuka, Sun berasal dari kata I ngsun yang aratinya saya, Tulodo
berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi
seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi
bawahan atau anak buahnya. Sehingga yang harus dipegang teguh
oleh seorang pemimpin adalah kata suri tauladan. Sebagai seorang
pemimpin atau komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang
baik dalam segala langkah dan tindakannya agar dapat menjadi
panutan bagi anak buah atau bawahannya. Banyak pimpinan saat ini
yang sikap dan perilakunya kurang mencerminkan sebagai figur
seorang pemimpin, sehingga tidak dapat digunakan sebagai panutan
bagi anak buahnya.
Sama halnya dengan Ing Madyo Mangun Karso, Ing Madyo
artinya di tengah-tengah, Mangun berarti membangkitan atau
menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat.
Jadi makna dari kata itu adalah seorang peminpin ditengah
kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah
semangat kerja anggota bawahanya. Karena itu seorang pemimpin
juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungan tugasnya
dengan menciptakan suasana kerja yang lebih kodusif untuk
keamanan dan kenyamanan kerja.
Demikian pula dengan kata Tut Wuri Handayani, Tut Wuri
artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan
dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri
Handayani ialah seorang komandan atau pimpinan harus memberikan
dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral

26
ini sangat dibutuhkan oleh bawahan, karena paling tidak hal ini dapat
menumbuhkan motivasi dan semangat kerja.

9. Ajaran Hidup Tamansiswa


1. Asas Tamansiswa 1922
Merupakan inti ajaran Ketansiswaan, menjadi ideologi anggota-
anggotanya yang berkewajiban untuk merealisasikannya.
Digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pendidikan
Tamansiswa, asas ke-7 merupakan janji/ niat pengabdian para
pamong Tamansiswa dalam mengemban tugas yang
dilaksanakannya.

2. Hidup Merdeka
Tidak hanya bebas dari penguasaan orang lain, akan tetapi
berarti juga sanggup dan kuat untuk berdiri sendiri tidak
bergantung pada pertolongan orang lain.
3. Sistem Among
Sistem Among adalah cara pendididkan yang dilakukan
Tamansiswa, yang mewajibkan para pamong agar mengikuti dan
mementingkan kodrat pribadi anak didik dengan tidak
melupakan pengaruh-pengaruh yang melingkunginya.
4. Hidup Hemat dan Sederhana
Merupakan konsekuensi dari keinginan untuk merdeka dan
melaksanakan Sistem Opor Bebek (mateng soko awake
dewek), memerlukan tekat yang kuat dan kesanggupan
menahan tekanan hidup serta keberanian untuk hidup hemat dan
sederhana, baik dalam bentuk materi maupun mengenai segala
aspek kehidupan dalam bentuk tingkahlaku dan gagasan-
gagasan yang perwujudannya dari kepribadian bangsa.
5. Adat Istiadat
Segala kebiasaan atau adat yang timbul dengan sengaja atau
tidak yang kemudian diakui segala peraturan dan ditaati dalam
pelaksanaanya. Adat istiadat berlaku dalam hidup tiap-tiap

27
golongan manusia terdorong oleh kemauan untuk menciptakan
hidup yang tertib damai, agar dapat hidup salam dan bahagia.
Adat yang berlaku di Tamansiswa antara lain:
a) Menggunakan istilah-istilah sendiri.
Hal ini dimaksudkan guna menjaga agar kita tidak jatuh
pada kebiasaan meniru-niru cara-cara yang menurut sistem
kita sebenarnya tidak benar/sesuai.
b) Sebutan Ki, Nyi dan Ni.
Ki untuk pamong laki-laki, Nyi untuk pamong wanita, dan
Ni untuk pamong yang elum bersuami. Hal ini untuk
melaksanakan demokrasi dalam hidup sehari-hari, dengan
demikian anggota Tamansiswa dengan suka rela
menanggalkan gelar kabangsawanannya, seperti Raden
Mas, Raden Ajeng, Teungku dan lainnya dan
menggantinya dengan sebutan Ki, Nyi dan Ni.
c) Melenyapkan hubungan majikan buruh.
Untuk meletakkan dasar hidup kekeluargaan bebas dari
kelompok-kelompok atau golongan menuju satu
masyarakat.
d) Melaksanakan urusan kekeluargaan.
Pada awalnya peraturan untuk memelihara hidup
kekeluargaan tidak bersandar pada peraturan tertulis, tetapi
merupakan adat istiadat.
e) Sebutan Bapak dan Ibu.
Untuk sebutan Bapak-bapak guru dan Ibu-ibu guru,
Tamansiswa memakai istilah Pamong guru sebagai prinsip
dalam kehidupan sehari-hari sehingga bapak pamong
maupun ibu pamong di samping menjadi guru juga
menjadi/sebagai bapak atau ibu.
f) Pengertian Demokrasi dan Leiderschap
Untuk mrenghindari demokrasi secara barat, yang terkenal
dengan bandingan suara terbanyak, tetapi demokrasi harus

28
ditempatkan di bawah pimpinan kebijaksanaan yang
bertahan dengan asas tertib damainya persatuan.
g) SBII yaitu Sifat Bentuk Isi dn Irama.
Sifat/sikap yang berarti sikap non kooperatif yang
dilakukan terhadap pemerintahan kolonial dulu diganti
dengan sifat kooperatif dan konsultatif, dalam rangka
membantu Pemerinth Republik Indonesia.
Bentuk boleh berubah sesuai perkembangan alam dan
zaman. Dulu wiyata griya adalah asrama/pondok.
Sekarang UST mempunyai asrama yaitu ASMADEWA.
Isi yang berarti isi pendidikannya harus selalu
ditingkatkan dengan kemajuan selama tidak menyimpang
dari asas, dasar dan tujuan Tamansiawa
Irama yaitu bagaimana caranya Tamansiswa melakukan
usaha Tamansiswa perlu menyesuaikan dirinya dengan
keadaan masyarakat dan negara.

Ki Hadjar Dewantara memberikan kita bundelan dan beberapa


ajarannya yang disebut "10 Fatwa akan Sendi Hidup Merdeka",
untuk diingat-ingat, direnungkan, dan diamalkan:
1. "Lawan Sastra Ngesti Mulya"
Dengan pengetahuan kita menuju kemuliaan. lnilah yang
dicita-citakan Ki Hadjar dengan Tamansiswanya, untuk
kemuliaan nusa bangsa dan rakyat. Sastra herjendrayuningrat
pangruwating dyu, ilmu yang luhur dan mulia menyelamatkan
dunia serta melenyapkan kebiadaban. Fatwa ini adalah juga
candrasengkala, mencatat lahirnya Tamansiswa (tahun 1922).
2. "Suci Tata Ngesti Tunggal"
Dengan suci batinnya, tertib lahirnya menuju kesempurnaan,
sebagai janji yang harus diamalkan oleh tiap-tiap peserta
perjuangan Tamansiswa. Fatwa ini juga sebagai

29
candrasengkala, mencatat lahirnya Persatuan Tamansiswa
(Tahun 1923).
3. "Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia"
Berdasarkan asas Tamansiswa, yang menjadi syarat hidup
merdeka berdasarkan pada ajaran agama, bahwa bagi Tuhan
semua manusia itu pada dasarnya sama; sama haknya dan
sama kewajibannya. Sama haknya mengatur hidupnya serta
sama haknya menjaIankan kewajiban kemanusiaan, untuk
mengejar keselamatan hidup lahir dan bahagia daIam hidup
batinnya. Jangan kita hanya mengejar keselamatan lahir, dan
jangan pula hanya mengejar kebahagiaan hidup batin.
4. "Salam bahagia diri tak boleh menyalahi damainya
masyarakat"
Sebagai peringatan, bahwa kemerdekaan diri kita dibatasi oleh
kepentingan keselamatan masyarakat. Batas kemerdekaan diri
kita iaIah hak-hak orang lain yang seperti kita masing-masing
sama-sama mengejar kebahagiaan hidup. Segala kepentingan
bersama harus diletakkan di atas kepentingan diri masing-
masing akan hidup selamat dan bahagia, apabila masyarakat
kita terganggu, tidak tertib dan damai. Janganlah mengucapkan
"hak diri" kalau tidak bersama-sama dengan ucapan "tertib
damainya masyarakat", agar jangan sampai hak diri itu
merusak hak diri orang lain sesama kita, yang berarti merusak
keselamatan hidup bersama, yang juga merusak kita masing-
masing.
5. "Kodrat alam penunjuk untuk hidup sempurna"
Sebagai pengakuan bahwa kodrat alam, yaitu segala kekuatan
dan kekuasaan yang mengelilingi dan melingkungi hidup kita
itu adalah sifat lahirnya kekuasaan Tuhan yang maha kuasa,
yang berjalan tertib dan sempuma di atas segala kekuasaan
manusia. Janganlah hidup kita bertentangan dengan ketertiban

30
kodrat alam. Petunjuk dalam kodrat alam kita jadikan pedoman
hidup kita, baik sebagai alam kita jadikan pedoman hidup kita,
baik sebagai orang seorang atau individu, sebagai bangsa
maupun sebagai anggota dari alarn kemanusiaan.
6. "Alam hidup manusia adalah alam hidup berbulatan"
Berarti bahwa hidup kita masing-masing itu ada dalam
lingkungan berbagai alam-alam khusus, yang saling
berhubungan dan berpengaruh. Alam khusus ialah alarn diri,
alam kebangsaan dan alam kemanusiaan. Rasa diri, rasa
bangsa dan rasa kemanusiaan ketiga-tiganya hidup dalam tiap-
tiap sanubari kita masing-masing manusia. Adanya perasaan
ini tidak dapat diungkiri.
7. "Dengan bebas dari segala ikatan dan suci hati berhambalah
kita kepada Sang Anak"
Penghambaan kepada Sang Anak tidak lain daripada
penghambaan kita sendiri. Sungguhpun pengorbanan kita itu
kita tujukan kepada Sang Anak, tetapi yang memerintahkan
kita dan memberi titah untuk berhamba dan berkorban itu
bukan si anak, tetapi kita sendiri masing-masing. Di sarnping
itu kita menghambakan diri kepada bangsa, negara, pada
rakyat dan agama atau terhadap lainnya. Semua itu tak lain
penghambaan pada diri sendiri, untuk mencapai rasa bahagia
dan rasa damai dalam jiwa kita sendiri.
8. "Tetep Mantep Antep"
Dalam melaksanakan tugas perjungan kita, kita harus tetap
hati. Tekun bekerja, tidak menoleh ke kanan dan ke kiri. Kita
harus tetap tertib dan berjalan maju. Kita harus selalu
"mantep", setia dan taat pada asas itu, teguh iman hingga tak
ada yang akan dapat menahan gerak kita atau membelokkan
aliran kita.Sesudah kita tetap dalam gerak lahir kita dan
mantep dan tabah batin kita, segala perbuatan kita akan

31
"antep", berat berisi dan berharga. Tak mudah dihambat,
ditahan-tahan dan dilawan oleh orang lain.
9. "Ngandel Kendel Bandel"
Kita harus "ngandel', percaya, jika kepada kekuasaan Tuhan
dan percaya kepada diri sendiri. "Kendel", berani, tidak
ketakutan dan was-was oleh karena kita percaya kepada Tuhan
dan kepada diri sendiri. "Bandel", yang berarti tahan, dan
tawakal. Dengan demikian maka kita menjadi "kendel", tebal,
kuat lahir batin kita, berjuang untuk cita-cita kita.
10. "Neng Ning Nung Nang"
Dengan "meneng", tenteram lahir batin, tidak nervous, kita
menjadi "ning", wening, bening, jernih pikiran kita, mudah
membedakan mana hak dan mana batil, mana benar dan salah,
kita menjadi "nung', hanung, kuat sentosa, kokoh lahir dan
batin untuk mencapai cita-cita. Akhimya "nang", menang, dan
dapat wewenang, berhak dan kuasa atas usaha kita.

10. Dasar Tamansiswa 1947


Dasar Tamansiswa tahun 1947 terkenal dengan nama Panca Darma,
yaitu :
a. Dasar Kemerdekaan: Tamansiswa tidak boleh bertentangan
dengan kemanusiaan. Maka dari itu, tidak mengandung arti
permusuhan dengan bangsa lain. Akan tetapi, mengandung
rasa satu dengan kehendak menuju kepada kebahagiaan hidup
lahir dan batin seluruh bangsa.
b. Dasar Kebangsaan: Tamansiswa tidak berarti asal memelihara
kebudayaan kebangsaan, tetapi pertama-tama membawa
kebudayaan bangsa itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan
kecerdasan zaman, kemajuan dunia, dan kepentingan hidup
rakyat lahir dan batin pada tiap-tiap zaman dan keadaan.
c. Dasar Kemanusiaan: harus diartikan disiplin pada diri atas
dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu

32
maupun sebagai anggota masyarakat. Maka dari itu masyarakat
harus menjadi alat mengembangkan pribadi yang kuat dan
sadar dalam suasana perimbangan dan keselarasan dengan
masyarakat tertib damai, ditempat keanggotaannya

d. Dasar Kebudayaan: Dharma tiap-tiap manusia adalah


mewujudkan kemanusiaan yang berarti kemajuan manusia
lahir dan batin yang setinggi-tingginya
e. Dasar Kodrat Alam: pada hakikatnya manusia sebagai
makhluk Tuhan adalah satu dengan kodrat alam. I tidak bisa
lepas dari kehendaknya, tetapi akan mengalami bahagia jika
bisa menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung
kemajuan.

11. Asas Tamansiswa (1922)


1. Asas Pertama
Setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat tertib persatuan dalam kehidupan umum.
1. Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri dengan
mengingati tertibnya persatuan dalam prikehidupan
umum itulah asas kita yang pertama.
2. Tertib dan damai itulah tujuan kita yang setinggi-
tingginya.
3. Tidak adalah ketertiban terdapat, kalau tidak bersandar
kepada perdamaian. Sebaliknya tidak akan ada orang
hidup damai, jika ia dirintangai dalam segala sarat
kehidupanya.
4. Bertumbuh menurut kodrat itulah perlu sekali untuk
segala kemajuan dan harus dimerdekakan seluas-
luasya.

33
5. Maka dari itu pendidikan yang bersaratkan paksaan
hukum ketertiban, inilah perkataan itulah kita anggap
memperkosa hidup kebatinan anak.
6. Yang kita pakai sebagai alat pendidikan yaitu
pemeliharaan dengan sebesar perhatian untuk mendapat
tumbuhnya hidup anak, lahir dan batin menurut
kodratnya sendiri.
7. Inilah yang kita namakan Among Metode .
2. Asas Kedua
Pendidikan yang diberikan hendaknya dapat
menjadikan manusia yang merdeka.
1. Dalam sistem ini, maka pelajaran berarti mendidik anak
akan menjadi manusia yang merdeka batinya, merdeka
fikiranya dan merdeka tenaganya.
2. Guru hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik
saja, akan tetapi harus juga mendidik si murid mencari
sendiri pengetahuan itu dan memaksimalkan guna amal
keperluan umum.
3. Pengetahuan yang baik dan perlu yaitu yang
bermanfaat untuk keperluan lahir dan batin dalam
hidup bersama.
3. Asas Ketiga
Pendidikan hendaknya didasarkan atas keadaan dan
budaya Indonesia
1. Tentang jaman yang akan datang, maka rakyat kita ada
didalam kebingungan.
2. Sering kali kita tertipu oleh keadaan yang kita ada
pandang perlu ada laras untuk hidup kita, Padahal itu
adalah keperluan bangsa asing, Yang sukar didapatkan
dengan alat penghidupan kita sendiri.
3. Demikian kita acap kali merusak kedamaian hidup kita.

34
4. Lagi pula sering juga mementingkan pengajaran yang
hanya menuju terlapasnya fikiran pada hal pengajaran
itu membawa kita kepada gelombang penghidupan
yang tidak merdekadan memisahkan orang-orang yang
terpelajar denagn rakyatnya.
5. Didalam jaman kehidupan ini seharusnyalah keadaan
kita sendiri kiata pakai sebagai petunjuk jalan, untuk
mencari penghidupan baru yang selaras dengan kodrat
kita dan akan memberikan kedamaian dalam hidup kita,
dengan keadaan bangsa asing.
4. Asas Keempat
Pendidikan diberika kepada seluruh rakyat Indonesia
tanpa terkecuali.
1. Oleh karena pengajaran yang hanya terdapat sebagian
kecil dari rakyat kita itu tidak berfaedah untuk bangsa
maka haruslah golongan rakyat yang tersebar dapat
pengajaran secukupnya.
2. Kekuatan bangsa dan Negara itu jumlahnya kekuatan
orang-orang.
3. Maka dari itu lebih baik memajukan pengajaran untuk
rakyat umum dari pada meninggikan ini seolah-olah
mengurangi tersebarnya pengajaran.
5. Asas Kelima
Untuk mencapai azas kemerdekaan maka kita harus
bekerja sesuai kemampuan diri sendiri.
1. Untuk dapat berusaha menurut asas yang merdeka dan
leluasa, maka kita harus bekerja menurut kekuatan
sendiri.
2. Walaupun kita tidak menolak bantuan dari orang lain
akan tetapi kalau bantuan itu akan mengurangi
kemerdekaan kita lahir dan batin haruslah ditolak.

35
3. Inilah jalanya orang yang tidak mau terikat / terperintah
pada kekuasaan, karena berkehendak mengusahakan
kekuatan diri sendiri.

6. Asas Keenam
Oleh karena itu kita harus bersandar pada kekuatan
diri sendiri.
1. Oleh karena kita bersandar pada kekuatan kita sendiri
maka haruslah segala belanja dari usaha kita itu dipikul
sendiri dengan uang pendapatan biasa.
2. inilah yang kita namakan yang menjadi alatnya semua
perusahaan ( usaha R.) yang hendak hidup tetap dengan
berdiri sendiri.
7. Asas Ketujuh
Pendidikan hendaklah mendidik anak dengan sepenuh
hati, tulus , ikhlas dan tanpa mengharapkan imbalan.
1. Dengan tidak terikat lahir / batin, serta dengan suci hati,
berniatlah kita berdekatan dengan sang anak.
2. Kita tidak meminta sesuatu hak, akan tetapi
menyerahkan diri akan berhamba kepada sang anak.

12. Tamansiswa sebagai Badan Perjuangan Kebudayaan

Tamansiswa memperjuangkan nilai-nilai kebudayaan untuk dapat


diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh Tamansiswa meliputi :

a. Kesederhanaan

b. Kejujuran

36
c. Kekeluargaan

d. Jiwa merdeka

e. Tut Wuri Handayani

Yakni mengikuti dari belakang dengan mempengaruhi.


Maksudnya janganlah menarik si anak dari depan, biarkan
mereka mencari jalan sendiri. Apabila anak hendak salah jalan
barulah pamong mencampurkan diri.

f. Sikap Laku Among

Sistem among, cara pendidikan yang dilakukan Tamansiswa


yang mewajibkan para pamong agar mengikuti dan
mementingkan kodrat pribadi anak didik dengan tidak
melupakan pengaruh-pengaruh yang melingkunginya.

g. Pendidikan Nasional

h. Pendidikan Demokrasi

i. Trilogi Kepemimipinan

Ing Ngarsa Sung Tuladha : seorang pemimpin berada di


depan untu memberikan contoh.

Ing Madya Mangun Karsa : seseorang berada di tengah


untuk membangun semangat.

Tut Wuri Handayani : seseorang mengikuti dari


belakang dan memberi pengaruh.

j. Tripusat Pendidikan

37
Lingkungan keluarga

Lingkungan sekolah

Lingkungan masyarakat

Ketiga hal tersebut saling berkaitan dengan erat.

k. Asas Trikon

Digunakan dalam pengembangan kebudayaan.

Continue : peningkatan dan pengembangan kebudayaan


sebagai kelanjutan dari kebudayaan yang sudah ada.

Convergen : jalan bersama antara kebudayaan bangsa


sendiri dengan kebudayaan bangsa asing dan saling
memperkaya (menyerap dengan seleksi adaptasi).

Concentration : merupakan lingkaran-lingkaran


kebudayaan dalam pergaulan umat manusia pada
umumnya dengan tidak kehilangan kepribadian
kebudayaan masing-masing bangsa (kebhinekaan
dalam pergaulan hidup).

l. Masyarakat Tertib Damai

Kuatnya arus perubahan global tidak membuat Tamansiswa


terguncang. Dalam memajukan bangsa, Tamansiswa
menggunakan tiga mata tombak (Trisula Tamansiswa) sebagai
senjata untuk melawan kebodohan, kemiskinan, dan
keterbelakangan. Tamansiswa berjuang untuk memajukan
bangsa.

38
13. Tamansiswa sebagai Badan Pembangunan Masyarakat

Tamansiswa terus menerus melaksanakan tugas kemasyarakatan di


antaranya :

1. Mengembangkan karakter bangsa

2. Mengembangkan generasi muda, dengan menyelenggarakan


Perguruan Tamansiswa dari Taman Indria (TK) hingga Taman
Sarjana (Perguruan Tinggi/universitas), lembaga pengkajian
kebudayaan, taman kesenian, taman pustaka, meseum
Dewantara.

3. Mengembangkan pendidikan dan kebudayaan nasional


Tamansiswa menyiapkan tenaga yang terdidik.

39
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ki Hadjar Dewantara merupakan keturunan bangsawan yaitu putra


dari Paku Alam III, tetapi beliau menanggalkan gelar kebangsawanannya
dan mengganti namanya demi menciptakan bangsa Indonesia yang cerdas,
bersatu dan merdeka dari jajahan bangsa Belanda.
Penangkapan dan pengasingan yang dihadapi bersama teman-
temannya tidak menyurutkan semangat serta niat beliau untuk membangun
pendidikan Indonesia. Hingga setelah wafatnya beliau memperoleh berbagai
macam penghargaan atas jasa-jasanya.
Ajaran-ajaran Ki Hadjar Dewantara sangat banyak yang dapat
dijadikan panutan dan tauladan bagi kita sehingga bisa menjadi manusia
yang lebih baik dalam segi agama, social, pendidikan dan dalam segi
lainnya. Ajaran Ki Hadjar Dewantara yang sangat populer yang disebut
Trilogi kepemimpinan. Yang berbunyi :

Ing Ngarsa Sung Tuladha : seorang pemimpin berada di depan


untu memberikan contoh.

Ing Madya Mangun Karsa : seseorang berada di tengah untuk


membangun semangat.

Tut Wuri Handayani : seseorang mengikuti dari belakang dan


memberi pengaruh.

40

Anda mungkin juga menyukai