1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .. i
DAFTAR ISI ii
PEMBAHASAN
1. Lambang 14
2. Panji-panji . 14
3. Bendera Tamansiswa 15
4. Cap 15
5. Lagu/Hymne Tamansiswa . 15
Ki Hadjar Dewantara .. 16
3. Visi Tamansiswa 18
4. Misi Tamansiswa .. 18
2
5. Tujuan Tamansiswa 18
6. Pembiayaan Tamansiswa .. 19
Kebudayaan .. 31
Masyarakat 33
PENUTUP . 34
A. Kesimpulan . 34
3
PEMBAHASAN
4
penulisan Ki Hadjar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan
semangat anti kolonial.
Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak
berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda
untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia
(terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan
kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama Boedi Oetomo
di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.
Ki Hajar Dewantara juga menjadi anggota organisasi Insulinde,
suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indonesia yang
memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh
Ernest Douwes Dekker. Kemudian Douwes Dekker mendirikan Indische
Partij, beliau diajak juga.
Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh
status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah
kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menolak pendaftaran
itu pada tanggal 11 Maret 1913 karena organisasi ini dianggap dapat
membangkitkan rasa nasionalism dan kesatuan rakyat untuk menentang
pemerintah kolonial Belanda.
Semangatnya tidak berhenti sampai sini. Pada bulan November
1913, Ki Hadjar Dewantara membentuk Komite Bumipoetra yang bertujuan
untuk melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda. Ketika pemerintah
Belanda bermaksud untuk mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk
pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun
1913, mengangkat reaksi kritis dari nasionalis, termasuk Soewardi. Beliau
kemudian menulis Een voor Allen maar Ook Allen voor Een atau Satu
untuk Semua, Semua untuk Satu, tetapi juga.
Tapi kolom KHD yang paling terkenal adalah Jika aku A Belanda
judul asli: Als ik een Nederlander adalah, yang diterbitkan dalam surat
kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli 1913. Isi artikel ini adalah pedas
5
sekali di antara pejabat dari Hindia Belanda, kutipan artikel adalah sebagai
berikut.
Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan
menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang
telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan
jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak
pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan
untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan
perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita
keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir
dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama
menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah
kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu
kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya.
6
Kerschensteiner. Frobel ahli pendidikan terkenal dari Jerman pendiri
Kindergarten. Montessori sarjana wanita dari Italia pendiri Casa dei
Bambini. Rabindranath Tagore, pujangga terkenal dari India, pendiri
perguruan Santi Niketan. Di Belanda pula ia memperoleh pengaruh dalam
mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.
Tiga Serangkai
7
Sejak kembali ke Tanah Air, Ki Hadjar Dewantara mencurahkan
perhatiannya di bidang pendidikan. Dia bersama rekan-rekannya mendirikan
Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Tamansiswa
Nasional) pada tanggal 3 Juli 1922. Tamansiswa merupakan perguruan yang
bercorak nasional yang menekankan ras kebaaangsaan dan cinta Tanah Air
serta semangat berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Tamansiswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli
1992 melalui perkumpulan Sloso Kliwonan. Melalui ajaran-ajarannya, Ki
Hadjar Dewantara mengajarkan tentang perjuangan hidupnya untuk
mencapai masyarakat salam bahagia, dunia tertib damai. Tujuan pendidikan
Tamansiswa adalah untuk membangun anak didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin,
luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan
rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan
bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada
umumnya.
Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan
mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar (Onderwijs Ordonnantie) pada 17
oktober 1932, intinya ingin menghambat perkembangan sekolah Swasta
khususnya Tamansiswa dianggapn sebagai sekolah liar.. Tetapi dengan
kegigihan memperjuangkan haknya, perlawan dan sikap Tamansiswa
mendapat dukungan dari berbagai pihak ( golongan parpol, ormas, dan
cabang-cabang Tamansiswa ). Tanggal 13 februari 1933 Onderwijs
Ordonnantie dicabut.
Setelah Onderwijs Ordonnantie dicabut, masih banyak cara-cara
yang dilakukan pemerintah kolonial untuk menghambat Tamansiswa adalah
a. Kinder Toeloga ( Tunjangan Anak )
Mencabut tunjangan anak yang sekolah di Tamansiswa akan tetapi
kenyataannya banyak yang tetap sekolah di Tamansiswa.
b. Vrybiljet ( Tunjangan Bebas Membayar Kereta Api )
8
Mencabut tunjangan vrybiljet sebagai pegawai yang menyekolahkan
anaknya di Tamansiswa.
c. Onderwijs Verbod ( Larangan Mengajar )
Akan tetati Guru/Pamong Tamansiswa tidak tunduk kepada Belanda
dilarang mengajar banyak yang tidak takut dan tetap mengajar.
d. Loon Belasting ( Pajak Buruh )
Pamong Tamansiswa dikenai pajak buruh, ditentang karna
Tamansiswa tidak mengenal sistem majikan atau buruh dan upah
tetapi Nafkah, tanggal 16 juli 1910 Tamansiswa dibebaskan dari
pajak buruh.
9
Adapun penghargaan-penghargaan yang diterima Ki Hadjar
Dewantara diantaranya :
1. Tanggal 19 Agustus 1945, diangkat menjadi menteri pengajaraan dan
pendidikan serta kebudayaan RI.
2. 1 Juli 1945, diangkat menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan
Agung RI.
3. 8 Maret 1955, ditetapkan sebagai perintis Kemerdekaan.
4. 19 Desember 1956,memperoleh gelar kehormatan Doktor Honoris
Causa Kebudayaan oleh UGM, yang pelantikannya dihadiri oleh
Presiden RI Ir.Soekarno.
5. 26 April 1959 wafat dan dimakamkan di Wijayabrata dengan upacara
militer dengan pangkat anumerta Perwira Tinggi ( Brigjen TNI ).
6. 28 April 1959, diangkat secara anumerta sebagai ketua kehormatan
PWI atas jasanya dibidang jurnalistik.
7. 28 Nopember 1959, diangkat secara anumerta sebagai Pahlawan
Nasional.
8. 16 Desember 1945 , hari kelahiran beliau tanggal 2 Mei ditetapkan
sebagai hari pendidikan.
9. 17 Agustus 1960 dianugerahi bintang jasa Bintang Mahaputera
Tingkat I ( tertinggi ).
10. 20 Mei 1961, menerima anugerah tanda kehormatan Satya Lencana
Kemerdekaan .
11. 27 Nopember 1961, menerima anugerah gedung rumah Pahlawan
dibangun dipekarangan Padepokan Dewantara Muja-muju
Yogyakarta.
12. 30 Mei 1976, ditetapkan sebagai perintin Pers Nasional.
13. 6 September 1977, Semboyan Pendidikan TUT WURI
HANDAYANI ditetapkan menjadi lambang Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan RI.
10
Untuk mengenang jasa-jasa Ki Hadjar Dewantara pihak penerus
perguruan Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya,
Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar
Dewantara.
11
segera meminta perhatian kepada majelis luhur agar bekas tempat Ki Hadjar
yang sudah dinyatakan sebagai Dewanata memorial segera dijadikan
museum.
Pada tanggal 2 Mei 1970, bertepatan dengan Hari Pendidikan
Nasional, museum diresmikan dan dibuka untuk umum oleh Nyi Hadjar
Dewantara sebagai pemimpin umum Taman Siswa. Museum diberi nama
Dewantara Kirti Griya, nama tersebut pemberian dari Bapak Hadiwidjono
(EYD : Hadiwijoyo) seorang ahli bahasa Jawa. Adapun keterangannya
sebagai berikut. Dewantara, diambil dari nama Ki Hadjar Dewantara. Kirti,
artinya pekerjaan (Sansekerta). Griya, berarti rumah. Dengan demikian arti
lengkapnya adalah rumah yang berisi hasil kerja Ki Hadjar Dewantara.
Peresmian museum ditandai dengan candrasengkala Miyat Ngaluhur
Trusing Budi yang menunjukkan angka tahun 1902 Jawa atau tanggal 2 Mei
1970 Masehi.
Makna yang terkandung dalam sengkalan tersebut sama dengan
makna dan tujuan memorial yakni, dengan melalui museum diharapkan para
pengunjung khususnya generasi muda akan dapat mempelajari, memahami
dan kemudian dapat mewujudkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya,
kedalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara.
a. Mesin ketik
12
b. Tempat tidur Ki Hadjar Dewantara
c. Tongkat
13
e. Baju penjara Ki Hadjar Dewantara
14
c. Presiden RI Soekarno menjenguk Ki Hadjar Dewanatara di
Padepokan Tamansiswa.
15
5. Radio dan pesawat telepon kuno
8. Ruang keluarga
16
Berikut asal-usul Ki Hadjar Dewantara dan Nyi Hadjar Dewantara
yang penjelasannya dipajang pada ruang tamu utama.
Selain itu, juga terdapat data yang memuat daftar Tamansiswa yang
berada di seluruh Indonesia.
17
8. 1934. Perguruan Nasional Taman Siswa Bukit Tinggi, Sumatra Barat
C. Atribut Tamansiswa
1. Lambang
Lambang terbentuk Garuda Cakra yang di dalam Cakra
terdapat hiasan bunga Wijayakusuma dan tulisan Persatuan
Perguruan Tamansiswa Berpusat di Yogyakarta. Pada Garuda
terdapat bentuk sayap dan ekor yang bagian luarnya terlukis tujuh
helai bulu dan bagian dalam lima helai bulu.
a) Tujuh helai bulu melambangkan Asas Tamansiswa 1922 dan
lima helai melambangkan ciri khas Tamansiswa
Pancadharma.
b) Cakra berbentuk lingkaran dengan delapan ujung tombak
(Trisula) melambangkan senjata pamungkas yang digunakan
untuk menghilangkan segala penghambat perjuangan.
c) Delapan ujung tombak melambangkan delapan penjuru mata
angin yang menyatakan hidup kemanusiaan (universal).
Cakra berputar terus melambangkan dinamika dalam
kehidupan manusia yang menuju kemajuan.
18
d) Wijaya berarti kemenangan mencapai cita-cita perjuangan,
Kusuma berarti bunga bangsa, anak didik harapan bangsa.
Secara keseluruhan arti lambang Tamansiswa adalah pejuang
Tamansiswa membina anak didik dan masyarakat secara kreatif dan
dinamis dalam mewujudkan masyarakat tertib damai dan salam.
2. Panji-panji
Panji-panji berbentuk perisai dengan ukuran lebar:panjang
adalah 2:3 bagian bawah mulai batas melengkung, berisi :
a) Lambang Tamansiswa
b) Tulisan Suci Toto Ngesti Tunggal
c) Tahun Masehi 1922 dengan hiasan
3. Bendera Tamansiswa
Warna dasar bendera hijau dengan di sudut kiri atas terdapat
warna merah putih (dekat pada tongkat). Arti warna dari bendera
hijau berarti harapan, selalu berkembang, pendidikan. Merah
menandakan berani. Putih berarti suci. Merah dan putih menandakan
kebangsaan.
Ukuran baku 100x150cm, merah putih 32cmx48cm, jarak
2cm dari tepi kiri. Ukuran lain 2:3.
4. Cap
Cap Tamansiswa berbentuk cakra, yaitu lingkaran yang
bagian luarnya terdapat delapan ujung tombak berbentuk Trisula.
Ukuran lingkaran garis tengah 3,5cm di dalamnya terdapat lukisan
Wijayakusuma.
5. Lagu/Hymne Tamansiswa
19
Tamansiswa perguruanku
Hiduplahmu semerdekanya
Bersinarlah semulianya
Pulau-pulau Indonesia
20
Dengan program memajukan pendidikan dan kebudayaan nasional,
melalui Taman Siswa, Ki Hajar Dewantoro mengesampingkan pendekatan
politik, sekalipun berpegang pada asas kebangsaan Indonesia dan non-
kooperasi.
Tamansiswa merupakan badan perjuangan kebudayaan dan
pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan, dalam arti luas
sebagai sarana dalam upaya membangun masyarakat tertib, damai, salam,
dan bahagia.
Pendidikan dalam arti luas adalah pendidikan yang dapat diperoleh
dari mana saja, kita lebih sering mengenalnya dengan tripusat pendidikan.
Tripusat pendidikan adalah melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga merupakan tempat pertama dan paling utama di mana seseorang
memperoleh pendidikan. Keluarga lah yang memperkenalkan dari hal-hal
yang paling kecil kepada anak. Sekolah merupakan tempat formal di mana
seseorang memperoleh pendidikan. Masyarakat merupakan lingkungan yang
begitu berpengaruh terhadap pendidikan seseorang karena seseorang akan
selalu bersosialisasi di dlam lingkungan masyarakat.
21
menuruti aturan yang dibuat oleh Belanda. Tamansiswa
membuat aturan sendiri yang tidak bertentangan dengan aturan
masyarakat.
4. Tamansiswa mengusahakan pendidikan berbentuk perguruan
dengan schoolwoning type (wiyata griya) dan pondok asrama
sebagai pelengkap
3. Visi Tamansiswa
22
4. Misi Tamansiswa
5. Tujuan Tamansiswa
23
6. Pembiayaan Tamansiswa
24
a. Kebudayaan : dengan didirikannya taman kesenian.
25
berbunyi Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut
Wuri Handayani. Yang pada intinya bahwa seorang pemimpin harus
memiliki ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi panutan bagi
bawahan atau anak buahnya.
Ing Ngarso Sun Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan /
dimuka, Sun berasal dari kata I ngsun yang aratinya saya, Tulodo
berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi
seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi
bawahan atau anak buahnya. Sehingga yang harus dipegang teguh
oleh seorang pemimpin adalah kata suri tauladan. Sebagai seorang
pemimpin atau komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang
baik dalam segala langkah dan tindakannya agar dapat menjadi
panutan bagi anak buah atau bawahannya. Banyak pimpinan saat ini
yang sikap dan perilakunya kurang mencerminkan sebagai figur
seorang pemimpin, sehingga tidak dapat digunakan sebagai panutan
bagi anak buahnya.
Sama halnya dengan Ing Madyo Mangun Karso, Ing Madyo
artinya di tengah-tengah, Mangun berarti membangkitan atau
menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat.
Jadi makna dari kata itu adalah seorang peminpin ditengah
kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah
semangat kerja anggota bawahanya. Karena itu seorang pemimpin
juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungan tugasnya
dengan menciptakan suasana kerja yang lebih kodusif untuk
keamanan dan kenyamanan kerja.
Demikian pula dengan kata Tut Wuri Handayani, Tut Wuri
artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan
dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri
Handayani ialah seorang komandan atau pimpinan harus memberikan
dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral
26
ini sangat dibutuhkan oleh bawahan, karena paling tidak hal ini dapat
menumbuhkan motivasi dan semangat kerja.
2. Hidup Merdeka
Tidak hanya bebas dari penguasaan orang lain, akan tetapi
berarti juga sanggup dan kuat untuk berdiri sendiri tidak
bergantung pada pertolongan orang lain.
3. Sistem Among
Sistem Among adalah cara pendididkan yang dilakukan
Tamansiswa, yang mewajibkan para pamong agar mengikuti dan
mementingkan kodrat pribadi anak didik dengan tidak
melupakan pengaruh-pengaruh yang melingkunginya.
4. Hidup Hemat dan Sederhana
Merupakan konsekuensi dari keinginan untuk merdeka dan
melaksanakan Sistem Opor Bebek (mateng soko awake
dewek), memerlukan tekat yang kuat dan kesanggupan
menahan tekanan hidup serta keberanian untuk hidup hemat dan
sederhana, baik dalam bentuk materi maupun mengenai segala
aspek kehidupan dalam bentuk tingkahlaku dan gagasan-
gagasan yang perwujudannya dari kepribadian bangsa.
5. Adat Istiadat
Segala kebiasaan atau adat yang timbul dengan sengaja atau
tidak yang kemudian diakui segala peraturan dan ditaati dalam
pelaksanaanya. Adat istiadat berlaku dalam hidup tiap-tiap
27
golongan manusia terdorong oleh kemauan untuk menciptakan
hidup yang tertib damai, agar dapat hidup salam dan bahagia.
Adat yang berlaku di Tamansiswa antara lain:
a) Menggunakan istilah-istilah sendiri.
Hal ini dimaksudkan guna menjaga agar kita tidak jatuh
pada kebiasaan meniru-niru cara-cara yang menurut sistem
kita sebenarnya tidak benar/sesuai.
b) Sebutan Ki, Nyi dan Ni.
Ki untuk pamong laki-laki, Nyi untuk pamong wanita, dan
Ni untuk pamong yang elum bersuami. Hal ini untuk
melaksanakan demokrasi dalam hidup sehari-hari, dengan
demikian anggota Tamansiswa dengan suka rela
menanggalkan gelar kabangsawanannya, seperti Raden
Mas, Raden Ajeng, Teungku dan lainnya dan
menggantinya dengan sebutan Ki, Nyi dan Ni.
c) Melenyapkan hubungan majikan buruh.
Untuk meletakkan dasar hidup kekeluargaan bebas dari
kelompok-kelompok atau golongan menuju satu
masyarakat.
d) Melaksanakan urusan kekeluargaan.
Pada awalnya peraturan untuk memelihara hidup
kekeluargaan tidak bersandar pada peraturan tertulis, tetapi
merupakan adat istiadat.
e) Sebutan Bapak dan Ibu.
Untuk sebutan Bapak-bapak guru dan Ibu-ibu guru,
Tamansiswa memakai istilah Pamong guru sebagai prinsip
dalam kehidupan sehari-hari sehingga bapak pamong
maupun ibu pamong di samping menjadi guru juga
menjadi/sebagai bapak atau ibu.
f) Pengertian Demokrasi dan Leiderschap
Untuk mrenghindari demokrasi secara barat, yang terkenal
dengan bandingan suara terbanyak, tetapi demokrasi harus
28
ditempatkan di bawah pimpinan kebijaksanaan yang
bertahan dengan asas tertib damainya persatuan.
g) SBII yaitu Sifat Bentuk Isi dn Irama.
Sifat/sikap yang berarti sikap non kooperatif yang
dilakukan terhadap pemerintahan kolonial dulu diganti
dengan sifat kooperatif dan konsultatif, dalam rangka
membantu Pemerinth Republik Indonesia.
Bentuk boleh berubah sesuai perkembangan alam dan
zaman. Dulu wiyata griya adalah asrama/pondok.
Sekarang UST mempunyai asrama yaitu ASMADEWA.
Isi yang berarti isi pendidikannya harus selalu
ditingkatkan dengan kemajuan selama tidak menyimpang
dari asas, dasar dan tujuan Tamansiawa
Irama yaitu bagaimana caranya Tamansiswa melakukan
usaha Tamansiswa perlu menyesuaikan dirinya dengan
keadaan masyarakat dan negara.
29
candrasengkala, mencatat lahirnya Persatuan Tamansiswa
(Tahun 1923).
3. "Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia"
Berdasarkan asas Tamansiswa, yang menjadi syarat hidup
merdeka berdasarkan pada ajaran agama, bahwa bagi Tuhan
semua manusia itu pada dasarnya sama; sama haknya dan
sama kewajibannya. Sama haknya mengatur hidupnya serta
sama haknya menjaIankan kewajiban kemanusiaan, untuk
mengejar keselamatan hidup lahir dan bahagia daIam hidup
batinnya. Jangan kita hanya mengejar keselamatan lahir, dan
jangan pula hanya mengejar kebahagiaan hidup batin.
4. "Salam bahagia diri tak boleh menyalahi damainya
masyarakat"
Sebagai peringatan, bahwa kemerdekaan diri kita dibatasi oleh
kepentingan keselamatan masyarakat. Batas kemerdekaan diri
kita iaIah hak-hak orang lain yang seperti kita masing-masing
sama-sama mengejar kebahagiaan hidup. Segala kepentingan
bersama harus diletakkan di atas kepentingan diri masing-
masing akan hidup selamat dan bahagia, apabila masyarakat
kita terganggu, tidak tertib dan damai. Janganlah mengucapkan
"hak diri" kalau tidak bersama-sama dengan ucapan "tertib
damainya masyarakat", agar jangan sampai hak diri itu
merusak hak diri orang lain sesama kita, yang berarti merusak
keselamatan hidup bersama, yang juga merusak kita masing-
masing.
5. "Kodrat alam penunjuk untuk hidup sempurna"
Sebagai pengakuan bahwa kodrat alam, yaitu segala kekuatan
dan kekuasaan yang mengelilingi dan melingkungi hidup kita
itu adalah sifat lahirnya kekuasaan Tuhan yang maha kuasa,
yang berjalan tertib dan sempuma di atas segala kekuasaan
manusia. Janganlah hidup kita bertentangan dengan ketertiban
30
kodrat alam. Petunjuk dalam kodrat alam kita jadikan pedoman
hidup kita, baik sebagai alam kita jadikan pedoman hidup kita,
baik sebagai orang seorang atau individu, sebagai bangsa
maupun sebagai anggota dari alarn kemanusiaan.
6. "Alam hidup manusia adalah alam hidup berbulatan"
Berarti bahwa hidup kita masing-masing itu ada dalam
lingkungan berbagai alam-alam khusus, yang saling
berhubungan dan berpengaruh. Alam khusus ialah alarn diri,
alam kebangsaan dan alam kemanusiaan. Rasa diri, rasa
bangsa dan rasa kemanusiaan ketiga-tiganya hidup dalam tiap-
tiap sanubari kita masing-masing manusia. Adanya perasaan
ini tidak dapat diungkiri.
7. "Dengan bebas dari segala ikatan dan suci hati berhambalah
kita kepada Sang Anak"
Penghambaan kepada Sang Anak tidak lain daripada
penghambaan kita sendiri. Sungguhpun pengorbanan kita itu
kita tujukan kepada Sang Anak, tetapi yang memerintahkan
kita dan memberi titah untuk berhamba dan berkorban itu
bukan si anak, tetapi kita sendiri masing-masing. Di sarnping
itu kita menghambakan diri kepada bangsa, negara, pada
rakyat dan agama atau terhadap lainnya. Semua itu tak lain
penghambaan pada diri sendiri, untuk mencapai rasa bahagia
dan rasa damai dalam jiwa kita sendiri.
8. "Tetep Mantep Antep"
Dalam melaksanakan tugas perjungan kita, kita harus tetap
hati. Tekun bekerja, tidak menoleh ke kanan dan ke kiri. Kita
harus tetap tertib dan berjalan maju. Kita harus selalu
"mantep", setia dan taat pada asas itu, teguh iman hingga tak
ada yang akan dapat menahan gerak kita atau membelokkan
aliran kita.Sesudah kita tetap dalam gerak lahir kita dan
mantep dan tabah batin kita, segala perbuatan kita akan
31
"antep", berat berisi dan berharga. Tak mudah dihambat,
ditahan-tahan dan dilawan oleh orang lain.
9. "Ngandel Kendel Bandel"
Kita harus "ngandel', percaya, jika kepada kekuasaan Tuhan
dan percaya kepada diri sendiri. "Kendel", berani, tidak
ketakutan dan was-was oleh karena kita percaya kepada Tuhan
dan kepada diri sendiri. "Bandel", yang berarti tahan, dan
tawakal. Dengan demikian maka kita menjadi "kendel", tebal,
kuat lahir batin kita, berjuang untuk cita-cita kita.
10. "Neng Ning Nung Nang"
Dengan "meneng", tenteram lahir batin, tidak nervous, kita
menjadi "ning", wening, bening, jernih pikiran kita, mudah
membedakan mana hak dan mana batil, mana benar dan salah,
kita menjadi "nung', hanung, kuat sentosa, kokoh lahir dan
batin untuk mencapai cita-cita. Akhimya "nang", menang, dan
dapat wewenang, berhak dan kuasa atas usaha kita.
32
maupun sebagai anggota masyarakat. Maka dari itu masyarakat
harus menjadi alat mengembangkan pribadi yang kuat dan
sadar dalam suasana perimbangan dan keselarasan dengan
masyarakat tertib damai, ditempat keanggotaannya
33
5. Maka dari itu pendidikan yang bersaratkan paksaan
hukum ketertiban, inilah perkataan itulah kita anggap
memperkosa hidup kebatinan anak.
6. Yang kita pakai sebagai alat pendidikan yaitu
pemeliharaan dengan sebesar perhatian untuk mendapat
tumbuhnya hidup anak, lahir dan batin menurut
kodratnya sendiri.
7. Inilah yang kita namakan Among Metode .
2. Asas Kedua
Pendidikan yang diberikan hendaknya dapat
menjadikan manusia yang merdeka.
1. Dalam sistem ini, maka pelajaran berarti mendidik anak
akan menjadi manusia yang merdeka batinya, merdeka
fikiranya dan merdeka tenaganya.
2. Guru hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik
saja, akan tetapi harus juga mendidik si murid mencari
sendiri pengetahuan itu dan memaksimalkan guna amal
keperluan umum.
3. Pengetahuan yang baik dan perlu yaitu yang
bermanfaat untuk keperluan lahir dan batin dalam
hidup bersama.
3. Asas Ketiga
Pendidikan hendaknya didasarkan atas keadaan dan
budaya Indonesia
1. Tentang jaman yang akan datang, maka rakyat kita ada
didalam kebingungan.
2. Sering kali kita tertipu oleh keadaan yang kita ada
pandang perlu ada laras untuk hidup kita, Padahal itu
adalah keperluan bangsa asing, Yang sukar didapatkan
dengan alat penghidupan kita sendiri.
3. Demikian kita acap kali merusak kedamaian hidup kita.
34
4. Lagi pula sering juga mementingkan pengajaran yang
hanya menuju terlapasnya fikiran pada hal pengajaran
itu membawa kita kepada gelombang penghidupan
yang tidak merdekadan memisahkan orang-orang yang
terpelajar denagn rakyatnya.
5. Didalam jaman kehidupan ini seharusnyalah keadaan
kita sendiri kiata pakai sebagai petunjuk jalan, untuk
mencari penghidupan baru yang selaras dengan kodrat
kita dan akan memberikan kedamaian dalam hidup kita,
dengan keadaan bangsa asing.
4. Asas Keempat
Pendidikan diberika kepada seluruh rakyat Indonesia
tanpa terkecuali.
1. Oleh karena pengajaran yang hanya terdapat sebagian
kecil dari rakyat kita itu tidak berfaedah untuk bangsa
maka haruslah golongan rakyat yang tersebar dapat
pengajaran secukupnya.
2. Kekuatan bangsa dan Negara itu jumlahnya kekuatan
orang-orang.
3. Maka dari itu lebih baik memajukan pengajaran untuk
rakyat umum dari pada meninggikan ini seolah-olah
mengurangi tersebarnya pengajaran.
5. Asas Kelima
Untuk mencapai azas kemerdekaan maka kita harus
bekerja sesuai kemampuan diri sendiri.
1. Untuk dapat berusaha menurut asas yang merdeka dan
leluasa, maka kita harus bekerja menurut kekuatan
sendiri.
2. Walaupun kita tidak menolak bantuan dari orang lain
akan tetapi kalau bantuan itu akan mengurangi
kemerdekaan kita lahir dan batin haruslah ditolak.
35
3. Inilah jalanya orang yang tidak mau terikat / terperintah
pada kekuasaan, karena berkehendak mengusahakan
kekuatan diri sendiri.
6. Asas Keenam
Oleh karena itu kita harus bersandar pada kekuatan
diri sendiri.
1. Oleh karena kita bersandar pada kekuatan kita sendiri
maka haruslah segala belanja dari usaha kita itu dipikul
sendiri dengan uang pendapatan biasa.
2. inilah yang kita namakan yang menjadi alatnya semua
perusahaan ( usaha R.) yang hendak hidup tetap dengan
berdiri sendiri.
7. Asas Ketujuh
Pendidikan hendaklah mendidik anak dengan sepenuh
hati, tulus , ikhlas dan tanpa mengharapkan imbalan.
1. Dengan tidak terikat lahir / batin, serta dengan suci hati,
berniatlah kita berdekatan dengan sang anak.
2. Kita tidak meminta sesuatu hak, akan tetapi
menyerahkan diri akan berhamba kepada sang anak.
a. Kesederhanaan
b. Kejujuran
36
c. Kekeluargaan
d. Jiwa merdeka
g. Pendidikan Nasional
h. Pendidikan Demokrasi
i. Trilogi Kepemimipinan
j. Tripusat Pendidikan
37
Lingkungan keluarga
Lingkungan sekolah
Lingkungan masyarakat
k. Asas Trikon
38
13. Tamansiswa sebagai Badan Pembangunan Masyarakat
39
PENUTUP
A. Kesimpulan
40