Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KELUARGA DIANTARA BANGSA DUNIA

DISUSUN OLEH:

FITRIANA ASYURA (6662220232)

SYIFA FAUZIAH (6662220225)

MASYA AFANDA (6662220200)

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhannahu wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang “Keluarga Diantara Bangsa Dunia”.

Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi
dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun
tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi bagi
pembaca.

Serang, 19 Maret 2023

Penulis
ABSTRAK

Keluarga memegang peranan penting dalam membesarkan anak, segala norma dan moral masyarakat
yang berlaku dalam masyarakat dan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi oleh orang tua
diwariskan. Keluarga memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan moral dalam keluarga harus diajarkan kepada setiap individu sejak dini. Kepercayaan
terhadap kemampuan diri sebagai bangsa tidak melahirkan arogansi yang menindas atau menutup diri
dari pergaulan internasional. Kita sebagai bangsa yang anti penjajahan menumbuhkan sikap terbuka
terhadap bangsa-bangsa lain untuk menciptakan perdamaian dan kemakmuran sejagat yang berkeadilan.

Kata kunci: Keluarga, Bangsa.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………2

Abstrak………………………………………………………………………………………….3

Daftar Isi……………………………………………………………………………………….4

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………5

1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………………5

1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………5

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN……………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keluarga……………………………………………………………………6

2.2 Peran Keluarga Dalam Islam………………………………………………….8

2.3 Pondasi Peradaban Bangsa……………………………………………………10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………11

3.2 Saran…………………………………………………………………………………….11

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan awal pondasi terbentuknya sifat seorang individu serta cara mereka bersikap
terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, sikap orang tua terhadap anak sangat berpengaruh untuk
masa tumbuh kembangnya dan karena hal itu pula ornag tua mempunyai tanggungjawab yang besar
untuk memelihara, mendidik, serta merawatnya.

Indonesia mempunyai perbedaan yang sangat beragam seperti suku, agama, ras, dan budaya.
Perbedaan tersebut tidak lantas menjadikan perpecahan antar bangsa namun, justru menjadikan pribadi
yang lebih mengerti artinya menghargai dan menghormati antar sesama. Didikan seperti itu bisa didapat
dari keluarga yang menuntun untuk saling menghargai perbedaan yang ada.

Dalam Islam sendiri terdapat mazhab yang berbeda-beda seperti Syafi'i, Hanafi, Hambali, dan Maliki.
Dalam mazhab-mazhab tersebut juga terdapat perbedaan dalam melaksanakan ibadah namun, tidak
juga menghilangkan esensi ibadah itu sendiri. Seperti ketika pelaksanaan sholat subuh, ada yang
Mazhab yang menganjurkan untuk membacanya dan ada juga yang tidak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi sebuah keluarga?

2. Bagaimana peran sebuah keluarga?

3. Mengapa pondasi peradaban bangsa dimulai dari keluarga?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui akar dari peradaban bangsa di dunia dimulai dari
sebuah keluarga yang baik dan harmonis. Manfaat dari penelitian ini adalah agar para pembaca dapat
mengetahui definisi dan peran keluarga hingga bisa membentuk pondasi untuk peradaban bangsa.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keluarga

Keluarga memegang peranan penting dalam membesarkan anak, segala norma dan moral masyarakat
yang berlaku dalam masyarakat dan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi oleh orang tua
diwariskan. Keluarga memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan moral dalam keluarga harus diajarkan kepada setiap individu sejak dini. Namun moralitas
individu juga menjadi tolak ukur keberhasilan, atau gagalnya pembangunan. Keberhasilan pembangunan
suatu bangsa membutuhkan sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas. Untuk memperoleh
sumber daya manusia yang berkualitas tentunya diperlukan pendidikan formal dan informal. Pendidikan
moral dalam keluarga adalah salah satunya. Walaupun mereka berpendidikan tinggi tapi akhlaknya 71
rendah, mereka tidak penting di mata siapapun. Pendidikan akhlak dimulai dari keluarga, yang
memberikan akhlak mulia pada setiap pergaulan.

Keluarga memiliki peran penting yaitu menciptakan ruang dalam keluarga, yang merupakan proses
pembentukan (kemajuan) yang berkesinambungan untuk melahirkan generasi (generasi) penerus yang
berakal dan berkarakter. Baik di mata orang tua maupun di masyarakat. Fondasi yang kuat merupakan
awal dari didikan keluarga, landasan yang kokoh untuk menghadapi kehidupan yang lebih sulit dan
landasan yang luas bagi perjalanan anak manusia kelak. Selain itu, keluarga merupakan tempat di mana
anak-anak dibesarkan secara cerdas, berilmu, berpengalaman dan santun. Kedua orang tua harus
menyadari dengan baik tugas dan tanggung jawab menjadi orang tua. Orang tua (ayah dan ibu) tidak
hanya menciptakan keramahan dan memenuhi berbagai tujuan keluarga. Menurut Selo Soemarjan
dalam Syahran, Keluarga merupakan kelompok utama karena keluarga merupakan Lembaga pendidikan
pertama yang didapatkan seorang anak dalam masyarakat. Dalam keluarga, anak siap menjalani 72
tahapan perkembangannya sebagai seorang anggota keluarga yang bersiap terjun ke masyarakat.
Memasuki dunia orang dewasa, bahasa, adat istiadat dan segala muatan budaya harus menjadi
kewajiban keluarga dan masyarakat untuk memberikan kehidupan melalui keluarga.

Orang tua dalam keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, hal ini
sejalan dengan apa yang disajikan oleh hatimah dalam buku Riana dkk. (2012, p. 12), peran keluarga,
yaitu:

a. Sumber dan pemberi kasih saying. Kasih sayang dapat menjadi sarana pendidikan agar anak merasa
nyaman dan terlindungi oleh kasih sayang yang sesungguhnya dari 73 keluarga, sehingga anak
berkembang secara optimal, jasmani dan rohani.

b. Pengasuh. Orang tua bertanggung jawab merawat/ membimbing anak untuk tumbuh kembangnya.
Urutan pola asuh yang benar dalam keluarga berpengaruh positif terhadap perkembangan anak.
c. Tempat mencurahkan isi hati. Jika orang tua siap mendengarkan, anak merasa bebas. Sebaiknya orang
tua menyediakan waktu khusus untuk anak saat dibutuhkan agar anak aman saat orang tua selalu siap
menerima anaknya sepenuh hati.

d. Menata kehidupan di rumah. Orang tua memiliki peran administratif dalam keluarga, sehingga orang
tua harus mampu menjalankan peran tersebut, yang pada akhirnya dapat mendidik setiap anggota
keluarga sesuai dengan perannya.

e. Konselor dalam Hubungan Pribadi. Orang tua harus mampu berperan sebagai pembimbing bagi
anaknya dalam berbagai aspek kehidupan. Orang tua harus mencari solusi yang tepat ketika timbul
masalah dalam kehidupan anaknya, sehingga orang tua dipandang sebagai pembimbing yang paling
penting bagi anaknya

f. Pendidik Aspek Emosional. Hubungan emosional antara orang tua dan anak tidak mudah diselesaikan;
Maka orang tua hendaknya menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga sehingga setiap
anggota keluarga merasa saling membutuhkan
2.2 Peran Keluarga dalam Islam

Keluarga merupakan sarana pendidikan yang paling pertama dan utama bagi seorang anak karena, cara
mendidik yang diajarkan pada anak sangat berpengaruh pada tumbuh kembang dan pembentukan
karakter. Keluarga yang harmonis bisa menciptakan karakter yang kuat dan dan positif. Hal tersebut bisa
tercipta jika terjadi koordinasi yang baik dan komunikasi dua arah antara anak dan orang tua.

Tidak sedikit pula orang tua yang mendidik anak dengan cara yang salah seperti berbicara dengan nada
tinggi sambil emosi, tidak mengapresiasi hal yang dilakukannya, terlalu banyak menuntut, serta tidak
bisa menjadi pendengar yang baik. Hal-hal yang disebutkan itu bisa menjadikan anak tidak terbuka dan
menjaga jarak dari orangtuanya.

Pendidikan diberikan pada anak bisa dimulai dari bayi seperti memberi makan makanan yang halal,
didengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an, berkomunikasi. selain itu ada beberapa hal yang bisa
diajarkan untuk membentuk karakter, diantaranya:

 Mengenalkan Allah SWT. Menurut Ery Soekresno, psikolog yang sekarang menjadi konsultan
pendidikan di Yayasan IQRO, pengenalan kepada Allah SWT seharusnya sudah dimulai sejak
anak masih berada di dalam kandungan. Pada saat itu, bayi sudah dapat mendengar, karenanya
saat mengandung, seorang ibu disunnahkan untuk banyak berdzikir dan menjauhi majelis
ghibah, tujuannya supaya anak hanya mendengar hal yang baik-baik saja.
 Menjauhkan kata-kata tidak baik di hadapan anak. Setiap hari seorang bayi menangkap kata-
kata ibu dan ayahnya. Ibu adalah orang yang paling sering dekat dengan si bayi, karenanya daya
hidup sang bayi menyerap suara ibunya bersamaan dengan setiap aspek keberadaan ibunya.
Sama seperti sebuah perekam, bayi akan menggunakan nalurinya untuk menyerap setiap hal di
lingkungannya ketika ia sedang belajar menjadi manusia. Seperti yang dijelaskan dalam surat
An-Nahl ayat 78 yang artinya “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengelihatan dan hati agar
kamu bersyukur.” ( QS.16:78 ).
 Membiasakan berkata jujur. Berhati-hatilah terhadapa kata-kata dan ucapan yang diajarkan,
jangan sampai kata-kata tersebut terdapat bibit-bibit kebihongan karena orang tua merupakan
tauladan bagi seorang anak.
 Memberi contoh menjaga amanah. Seorang anak merupakan peniru yang handal atas perilaku
orang tuanya maka, dengan mengajarkannya menjaga amanah bisa membentuk pribadinya. Jika
anak berbuat salah dalam amanah yang dijalankannya jangan ragu untuk menegurnya agar anak
tau bahwa yang dilakukannya salah.
 Mendengarkan kritikan anak. Mendengarkan serta menghargai kritikan anak bukanlah sebuah
hinaan yang akan merendahkan martabat sebagai orang tua, namun merupakan anugrah bagi
orang tua memiliki anak yang kritis. Tetapi jangan lupa juga untuk mengajarkannya cara
mengkritik dengan cara yang sopan dan santun.
 Berbuat adil. Jika diposisikan menjadi hakim, maka sebagai orang tua harus berlaku adil dan
bijaksana. Saat terjadi konflik cari akar permasalahannya kemudian selesaikan dengan cara yang
baik.
 Meluangkan waktu untuk anak, bisa dengan bermain bersama sambil mendengarkan keluh
kesahnya, dengarkan apa yang disampaikan hingga anak merasa lega.
 Mengambil ilmu dimana saja, bisa dengan diajak membaca buku bersama dan ambil ilmu yang
bisa dipetik. Hal seperti ini juga bisa menjadikan anak menghargai orang lain.

Memelihara keselamatan keluarga yaitu mengajarkan keluarga kita supaya taat kepada Allah SWT, agar
keluarga kita diberikan keselamatan oleh Allah SWT baik di dunia dan akhirat. Oleh karena itu,
pelaksanaan pendidikan Agama Islam dalam keluarga harus benar-benar dilaksanakan dan sebagai
orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya, karena anak sifatnya menerima semua
yang dilakukan dan condong kepada semua yang tertuju kepadanya. Jika anak itu dibiasakan dan diajari
berbuat baik maka anak itu akan hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Tetapi jika dibiasakan berbuat
jahat dan dibiarkan begitu saja, maka anak itu akan celaka dan binasa.
2.3 Pondasi Peradaban Bangsa

Dalam konteks hubungan antar negara-bangsa, rasa kebangsaan tidak boleh memicu permusuhan dan
kebencian kepada bangsa lain. Kepercayaan terhadap kemampuan diri sebagai bangsa tidak melahirkan
arogansi yang menindas atau menutup diri dari pergaulan internasional. Kita sebagai bangsa yang anti
penjajahan menumbuhkan sikap terbuka terhadap bangsa-bangsa lain untuk menciptakan perdamaian
dan kemakmuran sejagat yang berkeadilan. Oleh karena itu, maka rasa kebangsaan Indonesia harus
dibingkai dengan kesadaran persaudaraan universal, bahwa setiap manusia bersaudara dan setara
kedudukannya di hadapan Allah. Meskipun secara sosial kita berbeda, baik jenis kelamin, warna kulit,
etnis, kultur, maupun status sosial, tetapi kita semua berasal dari Kakek Moyang yang sama, yakni Nabi
Adam. Kita semua bersaudara.

Prinsip kesetaraan sosial di atas, sangat dijunjung tinggi dalam ajaran Islam. Ajaran Islam, sebagaimana
agama Budha tidak mengenal "khasta" dalam ajaran agama Hindu. Ajaran Islam, sebagaimana reformasi
Gereja Protestan tidak mengenal hierarki organisasi keagamaan yang menjadi doktrin Katholik. Tidak
ada bangsa yang berhak mengecilkan bangsa lain. Bangsa Arab tidak lebih mulia dari bangsa non Arab
atau sebaliknya. Bangsa Eropa tidak lebih unggul dibanding bangsa pribumi.

Islam sebagai ajaran yang universal (rahmatan lil'alamin) tidak mengizinkan adanya "blok primordial"
berdasarkan berdasarkan wilayah. Berbeda dengan perjalanan sejarah Kristen Protestan di Indonesia
yang mendirikan jamaat dan tempat ibadah sesuai wilayah. Seperti Gereja Jawa, Gereja Protestan
Maluku, Gereja Kalimantan, dan seterusnya.

Asas kesetaraan dan keterbukaan yang dijunjung tinggi umat Islam menjadikan agama Islam diterima
secara luas oleh umat manusia di dunia. Selain itu, hakikat persatuan adalah unity in diversity atau
Bhineka Tunggal Ika. Secara teologis, Islam berkonstribusi dalam menumbuhkan rasa kebangsaan. Al
Qur'an menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan. Keintiman
laki-laki dan perempuan dewasa itu menciptakan 'perkawinan', keluarga, suku, dan bangsa. Masing-
masing suku bangsa memiliki ciri khas, warna kulit, bahasa, tradisi, dan kebudayaan. Kemudian, melalui
perkawinan, terjadi 'persilangan' budaya secara alamiah. Dari keluarga itupun berkembang banyak
kebudayaan.

Dalam konteks pergaulan antar bangsa, takwa diekspresikan dengan kepercayaan diri, kesungguhan,
dan kerendahan hati menerima keunggulan individu atau bangsa lain. Orang-orang yang bertakwa
percaya bahwa Allah menilai segala pilihan bebas manusia dan memberikan kemuliaan kepada orang
yang melayani sesama dengan cara yang terbaik.
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Untuk menciptakan ketahanan keluarga yang dapat melahirkan generasi emas, maka kita perlu
berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut. Pertama kita harus memahami hakikat dari keluarga,
yaitu sebagai sebuah ikatan yang sangat kuat yang mencakup dimensi ibadah, biologis, psikologis, sosial
budaya, dan ekonomi. Dari kelima ikatan tersebut ikatan ibadah adalah yang paling mendasar dan
mewarnai keempat ikatan yang lainnya. Oleh karena itu, dalam membina keluarga sangat penting untuk
disadarkan bahwa kehidupan tidak berhenti pada kehidupan di dunia saja, namun akan berlanjut ke
dalam kehidupan di akhirat. Perspektif inilah yang akan membedakan orientasi kehidupan seseorang
sehingga dia akan lebih tahan dalam menghadapi berbagai permasalahan dan akan berpegang pada
nilai-nilai yang bernuansa ibadah kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

3.2 Saran

Ketika memutuskan untuk menjadi orang tua, ada baiknya mempelajari ilmu parenting untuk
membangun karakter anak yang kuat hingga bisa menjadi manfaat yang baik bagi bangsa dan dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Fadlullah, Jakaria, Syihabudin, Ma'zumi, Siti Muhibah, Nanah Sujanah, Ima Maisaroh, Rt. Bai Rohimah,
Abdurohim, Suaidi, Iwan Ridwan, Wardatul Ilmiah, Taswiyah, Istinganatul Ngulwiyah, Suja'i, Rusnam
Rasyidi, Maya Aufa, Lila Rohillah, Ade Mukhlis S : Moderasi Beragama Integtasi Islam dan Wawasan
Kebangsaan. Media Karya, 2023.

Haderani, H. (2019). Peranan keluarga dalam Pendidikan Islam - IDR UIN Antasari Banjarmasin. Adi, L.
(2022). Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam. JURNAL PENDIDIKAN AR-RASYID, 7(1), 1–9.

Anda mungkin juga menyukai