Secara Islam
Keutamaan Hukum Waris Secara Islam
Penjelasan:
-Sisa 13 harus dibagi rata menjadi 4 (2 bagian untuk anak
perempuan+2 bagian untuk seorang anak laki-laki).
-Kalau tidak bulat hasilnya, kalikan saja 13 x 4, kalikan juga hasil
bagian ahli waris lain dan penyebutnya dengan angka yang sama: 4.
Mudah kan ?
Soal 2. Bagaimana jika (A) bapak yang meninggal dunia, siapa saja
ahli warisnya, dan berapa bagian masing-masing ?
Penjelasan:
Kolom A. Status ahli waris harus selalu dinisbatkan dengan si mati.
Karena yang meninggal bapak maka terjadi perubahan status:
"Ibu" berubah menjadi "isteri (nya si mati)".
"Suami" berubah menjadi "Anak (nya si mati)". B2 tidak dapat
karena cuma besan - D bukan ahli waris karena menantu - E,F,G,
dalam hal ini adalah cucu, tidak mendapat bagian waris
karena terhalang oleh bapaknya (C).
Kolom B,C dan D rasanya cukup mudah dipahami.
Soal 3. Jika yang meninggal adalah E (Anak Laki-laki) siapa sajakah
ahli warisnya, dan berapa bagian masing-masing ?
Penjelasan:
Kolom A. (C) "Suami" berubah menjadi "Bapak (nya si mati)". (D)
"Isteri " berubah Menjadi "Ibu (nya si mati)". F dan G berubah
menjadi "Saudara perempuan (nya si mati)".
Gambar 3. Penyelesaian soal 3.
Soal 5.
Assalaamu'alaikum. Wr. Wb.
Selamat siang pak Ustadz. Terimakasih atas responnya. Saya
mengirim infaq dengan maksud meminta bantuan pak ustadz atas
masalah pembagian waris menurut islam .
Adapun kronologisnya sebagai berikut :
Pada saat ibu saya meninggal, hal2 yang ditinggalkan adalah :
- Bapak saya
- Harta yg didapat selama pernikahan bpk ibu sebesar 250jt rupiah.
-4 anak laki2 dan 6 anak perempuan.
- kedua orangtua ibu .
Selama hidup ibu saya adalah bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Sepeninggal ibu, 2 anak laki dan kedua orang tua ibu meninggal
dunia.
Kemudian bapak saya menikah lagi dengan ibu baru dan dikaruniai
1 anak perempuan dan 1 anak laki. Kemudian Bapak saya
meninggal dunia dengan harta yang ditinggalkan selama menikah
dengan ibu baru tsb sebesar 150jt rupiah. Pekerjaan ibu baru
adalah juga ibu rumah tangga. Saat meninggal kedua orang tua dari
bpk saya sdh meninggal duluan.
Dengan kronologis tersebut mohon bantuan ustadz bagaimana
pembagian warisnya.
Atas bantuan ustadz kami ucapkan terimakasih.
Wass. Wr. Wb.
Jawab.
'Alaikum salam Wr. Wb.
Ibu xxx yang dirahmati Allah, terima kasih ibu telah menghubungi
kami dan berkomitmen dengan pembagian waris berdasarkan
syari'at Islam. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan
dengan pembagian waris ini, diantaranya:
1. Bahwa yang dimaksud harta warisan adalah harta peninggalan
yang sah menjadi milik si mati (saja), bukan harta gono-
gini sebagaimana yang dipakai dalam hukum adat dan hukum waris
negara (KHI). Hitunglah berapa kira-kira besaran saham
(kepemilikan ibu anda dalam 250 juta itu), jika sulit, bisa diambil
kesepakatan dengan semua ahli waris, hal ini dibenarkan menurut
syari'at, (silakan baca artikel kami, ( Harta Gono-Gini )
Untuk pembagian waris kasus keluarga anda, silakan anda cari tahu
kepemilikan saham masing-masing alm./almarhumah; saya akan
berasumsi bahwa 250 juta yang pertama milik ibu semua, dan 150
juta yang kedua adalah milik bapak semua; anda cukup
memperhatikan prosentase perolehan masing-masing ahli waris.
2. Bahwa yang dimaksud ahli waris adalah orang yang mempunyai
hubungan keluarga, perkawinan, serta masih hidup saat pewaris
meninggal dunia. Maka 2 saudara laki-laki sekandung anda yang
meninggal sebelum bapak, hanya mendapat bagian dari warisan ibu
saja, yang bagiannya diserahkan kepada ahli warisnya.
INPUT DATA: (Kasus I):
1. Pewaris: ibu
2. Harta warisan: Rp. 250 juta.(belum dipilah berapa yang milik ibu)
3. Ahli waris:
- Suami
- Ayah
- Ibu
- 4 Anak laki-laki
- 6 Anak perempuan
INPUT DATA (Kasus II):
1. Pewaris: Bapak
2. Harta Warisan: Rp. 150 juta (belum dipilah berapa yang milik
bapak)
3. Ahli Waris:
- Isteri (kedua):
- 3 Anak laki-laki
- 7 Anak perempuan
PERTANYAAN:
- Bagaimana pembagian warisnya ?
JAWABAN:
A. Saat Ibu meninggal dunia, ahli waris dan bagiannya adalah, sbb.:
Keterangan:
- Anak laki-laki dan perempuan mendapat sisa (ashabah) sebesar
5/12, dengan komposisi bagian anak laki-laki = 2x bagian anak
perempuan.
- Karena 5 tidak bisa dibagi 12, maka 12-nya dikali jumlah bagian
anak =14 (lihat kolom X); dan bagian ahli waris yang lain juga
mengikuti dikalikan 14.
B. Saat bapak meningal dunia, maka ahli waris dan pembagian
warisnya adalah sbb.:
Keterangan:
- Kolom x adalah jumlah bagian untuk semua anak, = 13.
- Sisa untuk anak 7/8 tidak bisa dibagi 13, maka 13 dikalikan 8,
perolehan waris isteri juga dikali 13 agar imbang.
Demikianlah ibu xxxyang bisa saya bantu, jika ada hal yang ingin
ditanyakan lagi jangan segan untuk menghubungi 0856 xxxxxxxx
tanpa harus memberi infaq lagi. Semoga Allah memberihidayah dan
rahmatNya kepada kita semua, amin. Allaahu a'lam.
Saya cukupkan dulu, kiranya metodenya bisa dimengerti, dan
contoh-contohnya bisa mewakili untuk soal-soal yang sejenis.
Semoga Bermanfaat.
Ingin konsultasi waris online ? klik di sini.
Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.
Sumber:
Fikih Sunnah 14, Sayyid Sabiq, Penerbit: PT.Al-Ma'arif, Bandung.
Al-Fara'id, A.Hassan, Penerbit: Pustaka Progressif
Artikel Terkait:
Terima kasih.
2. Rukun-Rukun Waris
Adapun rukun waris harus terpenuhi pada saat pembagian
harta warisan.
Rukun waris dalam hukum kewarisan Islam, diketahui ada
tiga macam, yaitu :
1. Muwaris, yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau
orang
yang mewariskan hartanya. Syaratnya adalah muwaris benar-benar
telah meninggal dunia. Kematian seorang muwaris itu, menurut
ulama dibedakan menjadi 3 macam :
a) Mati Haqiqy (mati sejati). Mati haqiqy (mati sejati) adalah
matinya muwaris yang diyakini tanpa membutuhkan putusan hakim
dikarenakan kematian tersebut disaksikan oleh orang banyak
dengan panca indera dan dapat dibuktikan dengan alat bukti yang
jelas dan nyata.
b) Mati Hukmy ( mati menurut putusan hakim atau yuridis). Mati
hukmy (mati menurut putusan hakim atau yuridis) adalah
suatu kematian yang dinyatakan atas dasar putusan hakim karena
adanya beberapa pertimbangan. Maka dengan putusan hakim
secara yuridis muwaris dinyatakan sudah meninggal meskipun
terdapat kemungkinan muwaris masih hidup. Menurut pendapat
Malikiyyah dan Hambaliyah, apabila lama meninggalkan tempat itu
berlangsung selama 4 tahun, sudah dapat dinyatakan mati. Menurut
pendapat ulama mazhab lain, terserah kepada ijtihad hakim dalam
melakukan pertimbangan dari berbagai
macam segi kemungkinannya.
c) Mati Taqdiry (mati menurut dugaan). Mati taqdiry (mati menurut
dugaan) adalah sebuah kematian (muwaris) berdasarkan dugaan
keras, misalnya dugaan seorang ibu hamil yang dipukul perutnya
atau dipaksa minum racun. Ketika bayinya lahir dalam keadaan
mati, maka dengan dugaan keras kematian itu diakibatkan oleh
pemukulan terhadap ibunya.
2. Waris (ahli waris), yaitu orang yang dinyatakan mempunyai
hubungan kekerabatan baik hubungan darah (nasab), hubungan
sebab semenda atau perkawinan, atau karena memerdekakan
hamba sahaya. Syaratnya adalah pada saat meninggalnya muwaris,
ahli waris diketahui benar-benar dalam keadaan hidup. Termasuk
dalam hal ini adalah bayi yang masih dalam kandungan (al-haml).
Terdapat juga syarat lain yang harus dipenuhi, yaitu: antara
muwaris dan ahli waris tidak ada halangan saling mewarisi.
3. Maurus atau tirkah, yaitu harta peninggalan si mati setelah
dikurangi biaya perawatan jenazah, pelunasan hutang, dan
pelaksanaan wasiat.
Bersisa
1. Rukun Radd
Ar-radd dapat terjadi dan melibatkan semua ashhabul furudh, kecuali suami dan
istri. Adapun ashhabul furudh yang dapat menerima ar-radd hanya ada delapan
orang, yakni:
1. Anak perempuan
5. Ibu kandung
Adapun ahli waris dari ashhabul furudh yang tidak bisa mendapatkan ar-radd
hanyalah suami dan istri. Hal ini disebabkan kekerabatan keduanya bukanlah
karena nasab, akan tetapi karena kekerabatan sababiyah (karena sebab), yaitu
adanya ikatan tali pernikahan. Dan kekerabatan ini akan putus karena kematian,
maka dari itu mereka (suami dan istri) tidak berhak mendapatkan ar-radd.
Mereka hanya mendapat bagian sesuai bagian yang menjadi hak masing-
masing. Maka apabila dalam suatu keadaan pembagian waris terdapat kelebihan
atau sisa dari harta waris, suami atau istri tidak mendapatkan bagian sebagai
tambahan.
4. Pendapat Para Ulama Tentang Radd
Tidak ada nash yang menjadi rujukan masalah radd; oleh sebab itu
para ulama berselisih pendapat tentang radd ini. Macam
pendapatnya adalah sebagai berikut:
Jawab:
Jawab:
Keterangan:
32
Semoga bermanfaat.
Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.
Sumber :
Fikih Sunnah 14, Sayyid Sabiq
1. Pengertian 'Aul
'Aul secara bahasa berarti irtifa' atau mengangkat. Dikatakan 'aalal
miizaan bila timbangan itu naik, terangkat. Kata 'aul ini kadang
berarti cenderung kepada perbuatan aniaya (curang). Arti ini
ditunjukkan di dalam firman Allah swt.
Artinya: "Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya." (Q.S.An-Nisa : 3).
Menurut para fuqaha, 'aul ialah bertambahnya saham Ashhabul
furudh dan berkurangnya kadar peneriman warisan mereka. Hal ini
terjadi ketika makin banyaknya ashhabul furudh sehingga harta
yang dibagikan habis, padahal di antara mereka ada yang belum
menerima bagian. Dalam keadaan seperti ini kita harus menaikkan
atau menambah pokok masalahnya (penyebut) sehingga seluruh
harta waris dapat mencukupi jumlah ashhabul furudh yang ada.
Contoh dan penjelasan mudah:
jika ahli waris terdiri dari suami dan 2 orang saudara perempuan
sekandung/se-bapak.
menurut ilmu fara'idh, bagian ahli waris adalah:
- Suami: 1/2
- 2 Sdr.sekandung: 2/3; Padahal 1/2 ditambah 2/3 hasilnya tidak
bisa bulat menjadi 1, maka di sinilah metode 'aul diterapkan.
.
Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan
bertaubat kepada-Mu.
Cobalah berlatih membagi waris sendiri dengan download di Microsoft excel
anda, klik Software Pembagi Waris..
Beikut ini cara membagi waris dan siapa saja yang berhak mendapatkannya,,
Ada dua jalur untuk mendapatkan warisan secara adil, yaitu melalui pewarisan
absentantio dan pewarisan testamentair. Pewarisan absentantio merupakan warisan
yang didapatkan didapatkan berdasarkan Undang-undang. Dalam hal ini sanak keluarga
pewaris (almarhum yang meninggalkan warisan) adalah pihak yang berhak menerima
warisan.
Mereka yang berhak menerima dibagi menjadi empat golongan, yaitu anak, istri atau
suami, adik atau kakak, dan kakek atau nenek. Pada dasarnya, keempatnya adalah
saudara terdekat dari pewaris .
Kategori pertama adalah orang yang dengan putusan hakim telah telah dinyatakan
bersalah dan dihukum karena membunuh atau telah mencoba membunuh pewaris.
Kedua adalah orang yang menggelapkan, memusnahkan, dan memalsukan surat wasiat
atau dengan memakai kekerasan telah menghalang-halangi pewaris untuk membuat
surat wasiat menurut kehendaknya sendiri. Ketiga adalah orang yang karena putusan
hakim telah terbukti memfitnah orang yang meninggal dunia dan berbuat kejahatan
sehingga diancam dengan hukuman lima tahun atau lebih. Dan keempat, orang yang
telah menggelapkan, merusak, atau memalsukan surat wasiat dari pewaris.
Dengan dianggap tidak patut oleh Undang-Undang bila warisan sudah diterimanya
maka ahli waris terkait wajib mengembalikan seluruh hasil dan pendapatan yang telah
dinikmatinya sejak ia menerima warisan.
Masalah warisan biasanya mulai timbul pada saat pembagian dan pengurusan harta
warisan. Sebagai contoh, ada ahli waris yang tidak berbesar hati untuk menerima
bagian yang seharusnya diterima atau dengan kata lain ingin mendapatkan bagian yang
lebih. Guna menghindari hal tersebut, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan oleh
Anda yang kebetulan akan mengurus harta warisan, khususnya untuk harta warisan
berupa benda tidak bergerak (tanah dan bangunan).
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat Surat Keterangan Kematian di
Kelurahan/Kecamatan setempat. Setelah itu membuat Surat Keterangan Waris di
Pengadilan Negeri setempat atau Fatwa Waris di Pengadilan Agama setempat, atau
berdasarkan Peraturan Daerah masing-masing. Dalam surat/fatwa tersebut akan
dinyatakan secara sah dan resmi siapa-siapa saja yang berhak mendapatkan warisan
dari pewaris.
Apabila di antara para ahli waris disepakati bersama adanya pembagian warisan, maka
kesepakatan tersebut wajib dibuat dihadapan Notaris. Jika salah satu pembagian yang
disepakati adalah pembagian tanah maka Anda harus melakukan pendaftaran di Kantor
Pertanahan setempat dengan melampirkan Surat Kematian, Surat Keterangan Waris
atau Fatwa Waris, dan surat Wasiat atau Akta Pembagian Waris bila ada.
Satu bidang tanah bisa diwariskan kepada lebih dari satu pewaris. Bila demikian maka
pendaftaran dapat dilakukan atas nama seluruh ahli waris (lebih dari satu nama). Nah,
dengan pembagian waris yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang maka
diharapkan bisa meminimalkan adanya gugatan dari salah satu ahli waris yang merasa
tidak adil dalam pembagiannya.
A. GOLONGAN I
Dalam golongan ini, suami atau istri dan atau anak keturunan pewaris yang berhak
menerima warisan. Dalam bagan di atas yang mendapatkan warisan adalah istri/suami
dan ketiga anaknya. Masing-masing mendapat bagian.
Ayah
Ibu
Pewaris
Saudara
Saudara
B. GOLONGAN II
Golongan ini adalah mereka yang mendapatkan warisan bila pewaris belum mempunyai
suami atau istri, dan anak. Dengan demikian yang berhak adalah kedua orangtua,
saudara, dan atau keturunan saudara pewaris.
Dalam contoh bagan di atas yang mendapat warisan adalah ayah, ibu, dan kedua
saudara kandung pewaris. Masing-masing mendapat bagian. Pada prinsipnya bagian
orangtua tidak boleh kurang dari bagian
C. GOLONGAN III
kakek
nenek
kakek
nenek
Dalam golongan ini pewaris tidak mempunyai saudara kandung sehingga yang
mendapatkan waris adalah keluarga dalam garis lurus ke atas, baik dari garis ibu
maupun ayah.
Contoh bagan di atas yang mendapat warisan adalah kakek atau nenek baik dari ayah
dan ibu. Pembagiannya dipecah menjadi bagian untuk garis ayah dan bagian untuk
garis ibu.
D. GOLONGAN IV
Pada golongan ini yang berhak menerima warisan adalah keluarga sedarah dalam garis
atas yang masih hidup. Mereka ini mendapat bagian. Sedangkan ahli waris dalam
garis yang lain dan derajatnya paling dekat dengan pewaris mendapatkan bagian
sisanya.
Catatan bagi ahli waris bahwa sebelum melakukan pembagian warisan, ahli waris harus
bertanggungjawab terlebih dahulu kepada hutang-piutang yang ditinggalkan oleh
pewaris semasa hidupnya.
Balas