Anda di halaman 1dari 19

Nama : Ferona Tarigan

NPM : 1506806650
Kelas : Hukum Perusahaan
Dosen :
- Prof. Dr. Felix O. Soebagjo, SH., LLM.
- Dr. Yetty Dewi Komalasari, SH., MLI
Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia

ANALISIS PERBANDINGAN (COMPARE AND CONTRAST) SALAH SATU


ASPEK DALAM HUKUM PERUSAHAAN INDONESIA (MERGER DAN AKUISISI)
DENGAN SALAH SATU NEGARA ASEAN (VIETNAM)

A. INDONESIA
a. MERGER (PENGGABUNGAN)

Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan


atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang
mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih
karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya
status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri BERAKHIR karena
hukum (Pasal 1 angka 9 UUPT).

Berakhir atau bubarnya sebuah Perseroan dikarenakan penggabungan tidak


memerlukan likuidasi terlebih dahulu. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 122
ayat (2) UUPT, yang tinggal dan eksis berdiri adalah Perseroan yang menerima
penggabungan.1

Bentuk klasifikasi merger yang dikenal di Indonesia, antara lain adalah :

- Horizontal Merger : penggabungan 2 atau lebih perseroan dalam kegiatan


usaha atau bisnis yang sama. Di Indonesia pernah dilakukan dalam kasus
penggabungan Bank Mandiri dengan BDN, BAPINDO, BBD, dan Bank

1 M. Yahya Harahap, SH, Hukum Perseroan Terbatas. Cet.5. Sinar Grafika. 2015.
Jakarta. Hlm. 483.
Exim karena sama-sama menyelenggarakan kegiatan usaha berupa
bisnis perbankan.
- Vertical Merger : diantara Perseroan yang menggabungkan diri terdapat
keterkaitan antara input dan output maupun keterkaitan pemasaran.
- Congenitive Merger : penggabungan 2 atau lebih Perseroan yang kegiatan
usahanya sejenis atau dalam industri yang sama namun tidak
memproduksi barang produk yang sama ataupun tidak adanya keterkaitan
supplier.
- Conglomerate Merger : penggabungan 2 atau lebih Perseroan yang
kegiatan usahanya di bidang industri yang berbeda.

Akibat hukum dari sebuah penggabungan di Indonesia diatur dalam Pasal 1


angka 8 dan Pasal 123 ayat (3) UUPT 2007, jo Pasal 3 PP No. 27 Tahun 1998
mencakup beberapa hal yang penting, diantaranya adalah :

- Terhadap Aktiva dan Pasiva : beralih sepenuhnya kepada Perseroan yang


menerima penggabungan
- Terhadap Pemegang Saham : akan menjadi pemegang saham yang sama
pada Perseroan yang menerima penggabungan
- Terhadap Perseroan yang menggabungkan diri : status badan hukum
lenyap sejak tanggal penggabungan mulai berlaku.

Syarat dari penggabungan di Indonesia sebagaimana telah dicantumkan dalam


penjelasan Pasal 126 ayat (1) adalah hanya akan dapat serta boleh dilaksanakan
apabila tidak merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu. Kepentingan yang
dimaksud oleh UU ini adalah kepentingan Perseroan, pemegang saham minoritas,
karyawan Perseroan, kepentingan kreditor dan misa usaha lainnya dari Perseroan
dan kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. Syarat
tersebut bersifat kumulatif yang artinya apabila salah satu tidak dapat dipenuhi,
maka penggabungan sebagai suatu perbuatan hukum tidak dapat dilakukan.

Selain syarat tersebut, di dalam Pasal 123 ayat (4) UUPT dijelaskan bahwa
Perseroan yang hendak melakukan penggabungan perlu mendapatkan persetujuan
dari instansi terkait. Hal ini dikhususkan kepada perseroan yang mempunyai bidang
usaha khusus misalkan lembaga keuangan bank dan non bank yang harus
memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk melakukan penggabungan
Perseroan Perbankan.
Rancangan penggabungan meliputi masalah penyususnan rancangan dan isi
rancangan. Untuk penyusunan rancangan penggabungan, Indonesia berpedoman
pada 2 versi yakni yang pertama versi Pasal 7 ayat (1) PP No 27 Tahun 1998 yang
menyatakan bahwa Direksi masing-masing akan menyusun usulan rancangan
penggabungan dan masing-masing wajib mendapat persetujuan Dewan Komisaris,
sedangkan yang kedua adalah versi Pasal 123 ayat (1) dan ayat (3) UUPT, bahwa
membuat rancangan penggabungan dan disusun oleh Direksi masing-masing
Perseroan, mendapat persetujuan oleh masing-masing Dewan Komisaris kemudian
diajukan ke dalam masing-masing RUPS.

Selain itu, dalam hal penggabungan, hak pemegang saham yang tidak setuju
turut diatur di Indonesia. Berdasarkan Pasal 126 ayat (2) pemegang saham yang
tidak setuju terhadap keputusan RUPS terkait penggabungan hanya boleh
menggunakan haknya sebagaimana tercantum dalam Pasal 62 UUPT. Hak yang
diperbolehkan antara lain :

- Meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga wajar


- Pada prinsipnya perseroan wajib membelinya
- Apabila saham yang diminta untuk dibeli melebihi kapasitas, maka
perseroan mengusahakan untuk menjualnya kepada pihak ketiga agar
tidak terdapat sisa saham dalam perseroan yang akan hilang status badan
hukumnya.

b. AKUISISI (PENGAMBILALIHAN)

Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum


atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut. Pengambilalihan
dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau
akan dikeluarkan oleh Perseroan melalui Direksi Perseroan atau langsung dari
pemegang saham, dengan lain membeli atau mendapatkan sesuatu/objek untuk
ditambahkan pada sesuatu/objek yang telah dimiliki sebelumnya.

Berdasarkan definisinya, pengambilalihan di Indonesia terdiri atas beberapa


elemen atas aspek yuridis, antara lain sebagai berikut :
- Pengambilalihan merupakan perbuatan hukum : karena termasuk dalam
bidang hukum kontrak atas hukum perjanjian, sehingga pengambilalihan
merupakan persetujuan antara pihak yang diambil alih dengan yang
mengambil alih.
- Yang memiliki kapasitas membuat kesepakatan pengambilalihan :
terdapat 2 kesimpulan diantaranya cara pengambilan (dalam hal ini bisa
melalui Direksi Perseroan, bisa juga melalui pemegang saham yang
bersangkutan) dan pihak yang mengambil alih (dalam hal ini bisa badan
hukum perseroan bisa pula badan hukum bukan perseroan dan bisa juga
orang perseorangan)

Subjek atau pokok persoalan dalam pengambilalihan ini adalah saham


sedangkan untuk jumlah yang dapat diambil alih adalah sebagian besar atau
seluruhnya saham dari perseroan yang bersangkutan. Terkhusus untuk
pengambilalihan seluruhnya, tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Pasal 7
ayat (1) jo ayat (5) UUPT yakni pemegang saham tidak boleh kurang dari 2
orang.

Akibat hukum dari pengambilalihan dapat dilihat dari segi korporasi maupun
dari segi bisnis, yang mana beralihnya pengendalian terhadap perseroan dari
tangan yang diambil alih kepada pihak yang mengambil alih. Pengambilalihan
tidak mengakibatkan perseroan yang diambilalih menjadi bubar atau berakhir
status badan hukumnya, perseroan tersebut akan tetap eksis seperti sediakala
hanya pemegang sahamnya yang beralih atau di Indonesia dapat katakan bahwa
akibat hukum pengambilalihan perseroan hanya sekedar beralihnya kontrol atau
kendali atas perseroan.

Syarat pengambilalihan di Indonesia dapat dikatakan sama dengan syarat


untuk melakukan penggabungan perseroan.

Terkait pengambilalihan, saham yang dapat diambilalih adalah saham yang


telah dikeluarkan dan/atau saham yang akan dikeluarkan oleh Perseroan atau
dengan kata lain saham yang telah ditempatkan atau disetor. Cara
pengambilalihannya juga tertera dalam Pasal 125 ayat (1) UUPT yakni dengan
melalui Direksi Perseroan atau dapat langsung dari pemegang saham.
Pengambilalihan oleh perseroan harus berdasarkan keputusan RUPS.
Untuk pengambilalihan melalui Direksi Perseroan, pihak yang hendak
mengambil alih harus menyampaikan maksud dan tujuannya melakukan
pengambilalihan kepada Direksi yang bersangkutan, kemudian menyusun
rancangan pengambilalihan serta kemudian melalukan persetujuan terhadap
Dewan Komisaris masing-masing.

Untuk pengambilalihan secara langsung melalui pemegang saham, ada hal


yang perlu dilakukan dan yang tidak perlu dilakukan jika dibandingkan dengan
melalui Direksi. Yang tidak perlu dilakukan lagi adalah penyampaian maksud dan
pembuatan rancangan pengambilalihan, sedangkan untuk proses yang perlu
dilakukan adalah melakukan perundingan dan kesepakatan secara langsung
serta mengumumkan renana kesepakatan terkait pengambilalihan tersebut.

Terkait hal hak pemegang saham yang tidak setuju dilakukannya


pengambilalihan terdapat pada Pasal 126 ayat (2) UUPT yakni hak yang sama
sebagaimana telah dijelaskan dalam penggabungan perseroan yakni wajib
membeli saham dengan harga wajar dan jika masih sisa mengusahakan agar
sisa saham dapat dibeli seluruhnya oleh pihak ketiga. Bagi Indonesia, hal ini
termasuk hal yang penting karena hal ini merupakan bentuk perlindungan
terhadap para pemegang saham sehingga para pemegang saham dapat tetap
percaya melakukan perbuatan hukum saham di Indonesia. Akan tetapi, proses
tersebut tidak akan menghentikan pelaksanaan pengambilalihan yang sedang
berjalan.

B. VIETNAM
a. MERGER

Aturan Merger untuk perusahaan di Vietnam diartikan sebagai satu


perusahaan atau lebih perusahaan dari jenis yang sama (selanjutnya disebut
perusahaan penggabungan) yang dapat bergabung ke dalam perusahaan lain
(yang selanjutnya disebut perusahaan gabungan) dengan cara mengalihkan
seluruh aset yang sah, hak, kewajiban dan kepentingan untuk perusahaan
gabungan dan pada saat yang sama, penghentian keberadaan perusahaan
penggabungan dilaksanakan.

Prosedur untuk merger perusahaan ditetapkan sebagai berikut :


a. perusahaan Penggabungan akan menyiapkan kontrak merger dan piagam
perusahaan gabungan. Kontrak merger harus memiliki keterangan utama
berikut: nama dan kantor perusahaan gabungan; nama (s) dan kantor (s)
dari perusahaan penggabungan (ies); prosedur dan ketentuan untuk
merger; rencana kerja karyawan; batas waktu, prosedur dan kondisi untuk
konversi aset; untuk konversi saham dari ekuitas, saham dan obligasi dari
perusahaan penggabungan (ies) untuk saham modal, saham dan obligasi
dari perusahaan gabungan; dan batas waktu untuk melaksanakan merger.
b. Anggota, pemilik perusahaan atau pemegang saham perusahaan terkait
harus menyetujui kontrak merger dan piagam dari perusahaan gabungan;
dan mendaftarkan bisnis perusahaan gabungan sesuai dengan Undang-
undang ini. Dalam hal ini, dokumen pendaftaran usaha meliputi kontrak
merger. Kontrak merger akan dikirim ke semua kreditur dan diberitahukan
kepada karyawan dalam waktu lima belas (15) hari dari tanggal
persetujuan. 31 Agustus 1999 8 Kementerian Perencanaan dan Investasi
dan Allens Arthur Robinson Berlangganan 32 (4/1999) XIV-1091.
c. Setelah pendaftaran bisnis, perusahaan gabungan akan menganggap hak
hukum dan kepentingan dan bertanggung jawab atas utang yang belum
dibayar, kontrak kerja dan kewajiban properti lain dari perusahaan
penggabungan.

b. AKUISISI (Konversi)
Konversi perusahaan perseroan terbatas dapat diubah menjadi perusahaan saham
dan sebaliknya.
Prosedur untuk mengkonversi perseroan terbatas atau perusahaan
kepemilikan saham (selanjutnya disebut sebagai perusahaan yang dikonversi)
menjadi perusahaan saham atau perseroan terbatas (selanjutnya disebut sebagai
perusahaan dikonversi) sebagai berikut :
a. Anggota dari Dewan, pemilik perusahaan atau Rapat Umum Pemegang
Saham lulus resolusi pada konversi dan menyetujui piagam perusahaan
dikonversi. Resolusi konversi harus memiliki keterangan utama berikut: nama
dan kantor perusahaan yang dikonversi; nama dan kantor perusahaan
dikonversi; batas waktu dan kondisi untuk konversi aset, saham ekuitas,
saham dan obligasi dari perusahaan yang sedang dikonversi menjadi aset,
saham modal, saham dan obligasi dari perusahaan dikonversi; rencana kerja
karyawan; dan timelimit untuk melaksanakan konversi.
b. Resolusi konversi akan dikirim ke semua kreditur dan diberitahukan kepada
karyawan dalam waktu lima belas (15) hari dari tanggal yang lewat.
c. Bisnis perusahaan dikonversi harus didaftarkan sesuai dengan Undang-
undang ini. Dalam hal ini, dokumen pendaftaran bisnis meliputi resolusi
konversi. Setelah pendaftaran bisnis, perusahaan yang dikonversi akan tidak
ada lagi. Perusahaan dikonversi akan menanggung semua hak dan
kepentingan sah dan bertanggung jawab atas utang yang belum dibayar,
kontrak kerja dan kewajiban properti lainnya dari perusahaan yang dikonversi.

Konversi perseroan terbatas satu anggota,


1. dimana pemilik perusahaan memberikan bagian dari modal piagam
organisasi atau individu lain, dalam waktu lima belas (15) hari dari tanggal
tugas, pemilik perusahaan dan penerima harus mendaftar perubahan dalam
jumlah anggota dengan tubuh pendaftaran usaha. Dari tanggal pendaftaran
perubahan dimaksud pada ayat ini, perusahaan harus dikelola dan akan
beroperasi sesuai dengan ketentuan yang berkaitan dengan perseroan
terbatas dengan dua atau lebih anggota.
2. Apabila pemilik perusahaan memberikan semua modal piagam untuk satu
individu, dalam waktu lima belas (15) hari dari tanggal penyelesaian prosedur
untuk 31 Agustus 1999 8 Kementerian Perencanaan dan Investasi dan Allens
Arthur Robinson Berlangganan 32 (4/1999 ) tugas XIV-1092, pemilik
perusahaan harus memerlukan tubuh pendaftaran usaha untuk menghapus
nama perusahaan dari daftar bisnis, dan penerima harus mendaftar bisnis
sebagai perusahaan swasta sesuai dengan Undang-undang ini. penerima
harus menanggung semua kewajiban dan semua hak yang sah dan
kepentingan perseroan terbatas, kecuali jika disetujui oleh pemilik
perusahaan, penerima hak dan kreditur perusahaan.

PERBANDINGAN ANTARA SISTEM MERGER DAN AKUISISI DI INDONESIA


DAN VIETNAM
Analisis persaingan dari rezim kontrol merger di ASEAN.
- Sistem kontrol merger di Indonesia berdasarkan pada aset atau turnover,
Sedangkan Vietnam berdasarkan tingkat market share.
- Mengenai timing dilakukannya notifikasi, Indonesia menganut sistem post-
notification, sedangkan di Vietnam mencontoh sistem United Kingdom, dimana
kapan dilakukannya notifikasi diserahkan sepenuhnya kepada pihak yang
melakukan merger.
- Hanya Indonesia yang mengenakan denda apabila pihak yang melakukan
merger tidak melaporkan kegiatan mergernya, sedangkan di Vietnam dengan
kontrol merger dapat memberikan penalti jika merger yang dilakukan
mengakibatkan perilaku anti-persaingan di pasar.
-
LAMPIRAN PERATURAN MERGER dan AKUISISI INDONESIA
Undang-undang No. 1/1995 tanggal 7 Maret 1995 tentang Perseroan Terbatas
(berlaku tanggal 7 Maret 1996), khususnya Bab VII (pasal 102 109).
- M&A harus memperhatikan kepentingan PT, pemegang saham minoritas,
karyawan, masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha (ps. 104).
- Quorum voting (ps. 105 : 2), kecuali untuk PT. Tbk yang ada Benturan
Kepentingan (ikuti Peraturan IX.E.1 Bapepam).

Undang-undang No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan


Persaingan Tidak Sehat tanggal 5 Maret 1999 (berlaku tanggal 5 Maret 2000).
- M&A tidak boleh mengakibatkan monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat (ps. 28).
- Komisi Pengawas Persaingan Usaha dapat membatalkan M&A yang
mengakibatkan monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat (ps. 47:2.e).
- Pelanggaran terhadap ps. 28 juga diancam pidana denda min. Rp. 25 milyar
dan max. Rp. 100 milyar atau pidana kurungan pengganti denda max. 6 bulan
(ps. 48:1).
- Selain itu dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha atau
larangan untuk menjadi direktur atau komisaris min. 2 tahun dan max. 5 tahun
(ps. 49).
- Pelaku usaha yang telah melakukan M&A (sebelum UU ini berlaku) yang
melanggar UU ini diberi waktu s/d tanggal 5 September 2000 untuk
memperbaiki pelanggaran tersebut (ps. 52).
Peraturan Pemerintah No. 27/1998 tanggal 24 Februari 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.
- Share swap dalam akuisisi diperbolehkan (keterangan ps. 1.3).
- Merger terjadi tanpa likuidasi sehingga mengakibatkan:
p.s. PT. yang dimerger menjadi p.s. PT. yang menerima merger.
Aktiva dan pasiva PT. yang dimerger beralih karena hukum kepada PT. yang
menerima merger (ps. 2 dan ps. 3).

- P.s. yang tidak setuju dengan RUPS M&A hanya dapat menggunakan haknya
agar saham yang dimilikinya dibeli (oleh perseroan ??) dengan harga yang
wajar sesuai ps. 55 UUPT (ps. 4.3). Kendala : Kemampuan PT. membeli
sahamnya sendiri dibatasi ketentuan ps. 30 UUPT !?
- M&A harus memperhatikan kepentingan kreditur (ps.5).
- Direksi wajib menyampaikan dengan surat tercatat Rancangan M&A kepada
seluruh kreditur paling lambat 30 hari sebelum pemanggilan RUPS.
- Kreditur dapat ajukan keberatan paling lambat 7 hari sebelum pemanggilan
RUPS. Keberatan diajukan dalam RUPS untuk mendapat penyelesaian. Selama
penyelesaian belum tercapai, M&A tidak dapat dilaksanakan (ps. 33).
- Ringkasan Rancangan M&A wajib diumumkan oleh Direksi dalam 2 s.k. harian
serta diumumkan secara tertulis kepada karyawan paling lambat 14 hr.
- Direksi PT. hasil merger wajib umumkan hasil merger dalam 2 s.k. harian paling
lambat 30 hr. setelah berlakunya Merger. Ketentuan tersebut berlaku bagi PT.
Pengakuisisi yang memiliki nilai kekayaan tertentu (ps. 34).
- Direksi yang lakukan perbuatan hukum setelah tanggal Akte Merger tetapi
sebelum Merger efektif bertanggung jawab pribadi (ps. 19:2 dan 24:2).

Pasar Modal :
Peraturan No. IX.G.1 tentang Penggabungan Usaha Atau Peleburan Usaha
Perusahaan Publik Atau Emiten.
- Wajib membuat pernyataan kepada Bapepam dan RUPS bahwa
Merger/Konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan kepentingan Perseroan,
masyarakat dan persaingan sehat serta ada jaminan tetap terpenuhinya hak-hak
pemegang saham publik dan karyawan.
- Rapat Umum Pemegang Saham :
Min. 28 hari sebelum RUPS : pengumuman Rancangan Merger/Konsolidasi;
penyampaian Surat Edaran disediakan untuk pemegang saham.
Ikuti Peraturan IX.I.1 ttg. Rencana & Pelaksanaan RUPS (selambatnya 7 hari
sebelum rencana RUPS diumumkan agenda RUPS harus disampaikan kepada
Bapepam secara rinci; selambatnya 2 hari kerja setelah RUPS, hasil RUPS
harus disampaikan kepada Bapepam dan diumumkan di 2 surat kabar).
Jika terjadi Benturan Kepentingan, ikuti Peraturan IX.E.1.
Rancangan yang tidak disetujui RUPS dapat diajukan 12 bulan kemudian.
Jika diterbitkan saham baru, Peraturan IX.D.1. tentang Right Issue tidak berlaku.
Perbankan : * Undang-undang No. 10/1998 tanggal 10 Nopember 1998 tentang
Perubahan UU No. 7/1992 tentang Perbankan.
- WNI, WNA, BdHk Ind, BdHk Asing dapat beli saham Bank Umum secara
langsung/melalui bursa efek (ps. 26).
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 tanggal 7 Mei 1999 tentang Merger,
Konsolidasi dan Akuisisi Bank.
- Anti monopoli : Aktiva Bank Hasil Merger atau Konsolidasi tidak lebih dari 20%
jumlah aktiva seluruh bank di Indonesia (ps. 8.b.).
- Akuisisi bank = mengendalikan bank dengan cara :
a. akuisisi mengakibatkan penguasaan > 25% saham, kecuali dibuktikan
sebaliknya (ps. 9:2).
b. akuisisi tidak mengakibatkan penguasaan > 25% saham, tetapi dapat
dibuktikan pengakuisisi secara langsung atau tidak langsung mengendalikan
Bank tersebut (ps. 9:3).

Akuisisi wajib memperoleh izin dari Pimpinan BI (ps. 40).


- Setelah persetujuan RUPS ajukan izin Merger ke BI cc. MenKeh. Persetujuan
atau penolakan diberikan dalam waktu 30 hari setelah permohonan lengkap
diterima. Jika tidak ditanggapi dianggap disetujui. Jika ditolak, diberitahukan
secara tertulis beserta alasannya cc. MenKeh (ps. 16). Proses tersebut berlaku
juga untuk Akuisisi (ps. 35), dan Konsolidasi tetapi diatur dalam SK Dir BI No.
32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tatacara Merger,
Konsolidasi dan Akuisisi Bank Umum.

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1999 tanggal 7 Mei 1999 tentang


Pembelian Saham Bank Umum.
- WNA/badan hukum asing dapat membeli 100% saham bank yang dicatat di
bursa, tetapi bank hanya dapat mencatatkan 99% sahamnya di Bursa. 1%
saham yang tidak dicatat di bursa harus tetap dimiliki oleh WNI/badan hukum
Indonesia (ps. 4).

Pengakuisisi yang tidak memenuhi syarat BI untuk menjadi pemegang saham bank
harus mengalihkan saham-saham yang dibelinya dalam waktu 90 hari setelah
diberitahukan oleh BI. Jika tidak juga dialihkan, maka pengakuisisi dilarang
melakukan tindakan-tindakan sebagai pemegang saham bank (ps. 7).
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/50/KEP/DIR tanggal 14 Mei
1999 tentang Persyaratan dan Tatacara Pembelian Saham Bank Umum.
- Pembelian saham melalui bursa (walaupun jumlahnya sudah tergolong sebagai
akuisisi) yang tidak dimaksudkan untuk dicatatkan dalam kepemilikan bank
(maksud pembeli saham semata-mata untuk profit taking/spekulasi) tidak
memerlukan izin BI (ps. 9:2).
(i) Pembelian saham bank yang tidak melalui bursa efek yang mengakibatkan
kepemilikan menjadi < 25% modal bank atau (ii) pembelian saham bank yang
melalui bursa efek yang mengakibatkan kepemilikan menjadi 5% s/d < 25% modal
bank, wajib dilaporkan kepada BI selambat-lambatnya 10 hari sejak terjadinya
pencatatan sebagai pemegang saham bank (ps. 13).

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei


1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
Umum;
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/52/KEP/DIR tanggal 14 Mei
1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akuisisi BPR.
- Merger/Konsolidasi antara bank konvensional dan syariah akan menghasilkan
(i) bank syariah atau (ii) bank konvensional yang memiliki kantor cabang syariah
(ps. 3).
Apabila bank mengakui kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya
dan tidak dapat melaksanakan perbaikan-perbaikan yang ditetapkan BI, maka BI
dapat meminta kepada pemilik dan pengurus bank untuk merger/konsolidasi dengan
bank lain atau menjual sebagian atau seluruh sahamnya kepada bank/pihak lain (ps.
29).

BPPN wajib minta izin kepada BI untuk M&A atas bank-bank yang kepemilikannya
telah diambil alih oleh BPPN (ps. 30). Ketentuan ini tidak berlaku bagi BPR.
Khusus untuk BPR, Merger/Konsolidasi dapat dilakukan :
- antara BPR dalam propinsi yang sama; atau
- antara BPR dalam propinsi yang berbeda sepanjang kantor-kantor BPR hasil
Merger/Konsolidasi berlokasi dalam propinsi yang sama (ps. 4).
Peraturan No.2/27/PBI/2000 tanggal 15 Desember 2000 tentang Bank Umum.
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei
1999 tentang Bank Umum Syariah.
- Warga negara/badan hukum asing maximum dapat memiliki 99% dari modal
disetor bank (ps. 4 :3).
- Badan hukum dapat memiliki saham bank max sebesar modal bersih badan
hukum yang bersangkutan (ps. 13).

Modal dilarang berasal :


- dari pinjaman bank atau pihak lain di Indonesia;
- dari dan untuk money laundering;
- dari sumber yang haram menurut Prinsip Syariah (khusus untuk Bank Umum
Syariah) (ps. 14).

Pemilik bank tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia (ps. 15).
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/35/KEP/DIR tanggal 12 Mei
1999 tentang BPR;
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR tanggal 12 Mei
1999 tentang BPR Syariah.
- BPR(S) hanya dapat dimiliki oleh WNI, badan hukum Indonesia yang seluruh
pemiliknya WNI, pemda atau campuran ketiganya (ps. 3:2).
Badan hukum dapat memiliki saham bank max sebesar modal bersih badan hukum
yang bersangkutan (ps. 13).
Modal dilarang berasal :
- dari pinjaman bank atau pihak lain di Indonesia;
- dari hasil kegiatan yang melanggar hukum;
- dari sumber yang haram menurut Prinsip Syariah (khusus untuk Bank Umum
Syariah) (ps. 14).

Pemilik bank tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia (ps. 15).
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/177/KEP/Dir tanggal 31 Desember
1998 juncto Peraturan Bank Indonesia No. 2/15/PBI/2000 tanggal 12 November
1998.
- akuisisi oleh bank = bank hanya dapat melakukan penyertaan modal pada
perusahaan di bidang keuangan dan penyertaan modal sementara dalam
rangka mengatasi akibat kegagalan kredit macet, paling lama 5 tahun.
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 24/32/Kep/Dir juncto Surat Edaran Bank
Indonesia No. 24/1/UKU keduanya tanggal 12 Agustus 1991.
Bank dilarang memberikan kredit untuk membeli saham = Leverage Buy Out
dilarang.
Peraturan BI No.5/25/PBI/2003 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatuhan
(Kriteria Pemegang Saham, Pengurus Bank dan Pejabat Eksekutif Bank yang
tidak lulus Fit and Proper Test).
(1) Pemegang saham, Pengurus Bank dan Pejabat Eksekutif Bank yang
berdasarkan keputusan Direksi Bank Indonesia dinilai terlibat dan atau bertanggung
jawab terhadap terjadinya :
a. penggelapan atau manipulasi yang dapat merugikan bank; atau
b. transaksi fiktif baik yang dilakukan pada sisi aktiva maupun pasiva bank serta
transaksi rekening administratif; atau
c. kolusi dengan nasabah atau pihak lainnya yang merugikan bank; atau
d. "praktek bank dalam bank", atau usaha bank di luar pembukuan bank; atau
e. "window dressing" dalam pembukuan atau laporan bank yang secara materiil
berpengaruh terhadap keadaan keuangan Bank, sehingga mengakibatkan penilaian
yang keliru terhadap bank; atau
f. kerjasama yang tidak wajar sehingga salah satu atau beberapa kantornya berdiri
sendiri.
(2) Pemegang saham, Pengurus dan Pejabat Eksekutif Bank yang mengakibatkan
kerugian yang berpengaruh sangat material pada permodalan Bank atau merupakan
penyimpangan manajerial dan atau operasional perbankan yang bersifat serius
(serious misconduct).
(3) Pemegang saham, Pemegang Saham Pengendali, Pengurus dan Pejabat
Eksekutif Bank dalam hal:
a. yang bersangkutan melakukan tindak pidana dengan menggunakan Bank
sebagai sarana atau sasaran dan telah diputus bersalah oleh pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap;
b. yang bersangkutan terbukti bertanggung jawab menyebabkan Bank mengalami
kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya atau dapat membahayakan
sistem perbankan; atau
c. yang bersangkutan dinyatakan pailit atau menjadi direksi atau komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit oleh
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

(4) Pemegang saham, Pengurus dan Pejabat Eksekutif Bank yang tercatat sebagai
debitur kredit macet pada suatu bank.
(5) Secara umum dinilai memiliki akhlak dan moral yang tidak baik, seperti penjudi
atau penipu yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.
PP. 27/1988
Memerlukan tanggal persetujuan
persetujuan Menkeh perubahan AD PT. olehMenkeh
Disertai perubahan
AD.PT
tidak memerlukan tanggal pendaftaran Akte
Berlakunya Penggabungan (ps 14)/ persetujuan Menkeh Penggabungan dan
akte perubahan
Akusisi(ps32) ADPT.dalamDaftarDaftarPerusahaan
Bubarnya PT. yg. digabungkan
(ps.18)
tidak disertai AD. PT tanggal Akta Penggabungan
Bubarnya perseroan-perseroan Akte Pendirian PT. Hasil Konsolidasi
yang dikonsolidasi (ps. 23) disahkan Keterangan
Menkeh PP No. 27/1998
Usulan Rencana M & A Dibuat masing-masing Direksi dan
disetujui masing-masing Komisaris
(pasal 7-Penggabungan)
(pasal 20-Peleburan)
pasal 26-Akuisisi)
Rancangan M & A Disusun bersama oleh Direksi
perseroan-perseroan yang akan M & A
(pasal 9-Penggabungan)
(pasal 20-Peleburan)
(pasal 28-Akuisisi)
Isinya:
- Usulan Rencana M & A
- Penegasan penerimaan hak dan
kewajiban (pasal 11)
Ringkasan Rancangan M & A Diumumkan di 2 S.K. harian dan tertulis
kepada karyawan 14 hari sebelum
panggilan RUPS
(pasal 12-Penggabungan)
(pasal 20-Peleburan)
(pasal 29-Akuisisi)
Konsep Akte Merger Minta persetujuan RUPS
(pasal 13:1-Penggabungan)
(pasal 25-Peleburan)
Akte Merger Notariil bahasa Indonesia
(pasal 13:2-Penggabungan)
(pasal 20-Peleburan)
(pasal 31-Peleburan)

LAMPIRAN ATURAN MERGER dan AKUISISI DI VIETNAM

NATIONAL ASSEMBLY SOCIALIST REPUBLIC OF VIETNAM


Independence - Freedom - Happiness
No. 13-1999-QH10
LAW
ON
ENTERPRISES
To contribute to the promotion of internal forces for the cause of
industrialization and modernization of the country; to promote strongly economic
reform; to ensure freedom and equality in business of enterprises from all economic
sector before the law; to protect lawful rights and interests of investors; to reinforce
the effectiveness of State administration of business activities;
Pursuant to the 1992 Constitution of the Socialist Republic of Vietnam; This
Law provides for limited liability companies, shareholding companies, partnerships
and private enterprises.

Article 108 Merger of enterprises


1. One or more companies of the same type (hereinafter referred to as merging
companies) may be merged into another company (hereinafter referred to as
the merged company) by way of transfer of all lawful assets, rights,
obligations and interests to the merged company and, at the same time,
termination of the existence of the merging companies.
2. Procedures for merger of companies shall be stipulated as follows:
(a) Merging companies shall prepare a merger contract and charter of the
merged company. The merger contract must have the following main
particulars: the name and office of the merged company; the name(s) and
office(s) of the merging company(ies); the procedures and conditions for the
merger; the plan for employment of employees; the time-limit, procedures and
conditions for conversion of assets; for conversion of shares of equity, shares
and bonds of the merging company(ies) to shares of capital, shares and
bonds of the merged company; and the time-limit for implementing the
merger.
(b) Members, company owners or shareholders of related companies shall
approve the merger contract and the charter of the merged company; and
register the business of the merged company in accordance with this Law. In
this case, the business registration document shall include the merger
contract. The merger contract shall be sent to all creditors and notified to
employees within fifteen (15) days from the date of its approval. 31 August
1999 8 Ministry of Planning and Investment and Allens Arthur Robinson
Subscription 32 (4/1999) XIV-1091
(c) After business registration, the merged company shall assume the lawful
rights and interest and be liable for unpaid debts, labour contracts and other
property obligations of the merging companies.

Article 109 Conversion of companies.


Limited liability companies may be converted into shareholding companies and vice
versa. The procedures for converting a limited liability company or shareholding
company (hereinafter referred to as company being converted) into a shareholding
company or limited liability company (hereinafter referred to as converted company)
shall be as follows:
1. The Members Council, company owners or the General Meeting of
Shareholders shall pass a resolution on conversion and approve the charter
of the converted company. The resolution on conversion must have the
following main particulars: the name and office of the company being
converted; the name and office of the converted company; the time-limit and
conditions for conversion of assets, shares of equity, shares and bonds of the
company being converted into assets, shares of capital, shares and bonds of
the converted company; the plan for employment of employees; and the
timelimit for implementing the conversion.
2. The resolution on conversion shall be sent to all creditors and notified to
employees within fifteen (15) days from the date of its passing.
3. The business of the converted company shall be registered in accordance
with this Law. In this case, the business registration documents shall include
the resolution on conversion. After business registration, the company being
converted shall cease to exist. The converted company shall assume all
lawful rights and interests and be liable for unpaid debts, labour contracts and
other property obligations of the company being converted.

Article 110 Conversion of one member limited liability companies

1. Where a company owner assigns a part of the charter capital to another


organization or individual, within fifteen (15) days from the date of assignment,
the company owner and the assignee must register the change in the number of
members with the business registration body. From the date of registration of
the change stipulated in this clause, the company shall be managed and shall
operate in accordance with the provisions relating to limited liability companies
with two or more members.
2. Where a company owner assigns all of the charter capital to one individual,
within fifteen (15) days from the date of completion of the procedures for 31
August 1999 8 Ministry of Planning and Investment and Allens Arthur Robinson
Subscription 32 (4/1999) XIV-1092 assignment, the company owner must
require the business registration body to remove the name of the company from
the business register, and the assignee must register the business as a private
enterprises in accordance with this Law. The assignee shall assume all
obligations and all lawful rights and interests of the limited liability company,
except where otherwise agreed by the company owner, the assignee and the
creditors of the company.

Anda mungkin juga menyukai