Anda di halaman 1dari 18

BAB 1 PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Pengarang.

Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitung 24 Oktober 1982, Andrea Hirata
sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia
dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di
pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup
mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari
keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan. Nama Andrea Hirata
sebenarnya bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak lahir ia diberi nama Aqil
Barraq Badruddin. Merasa tak cocok dengan nama tersebut, Andrea pun menggantinya dengan
Wadhud. Akan tetapi, ia masih merasa terbebani dengan nama itu. Alhasil, ia kembali mengganti
namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun sejak ia remaja. “Andrea diambil dari nama
seorang wanita yang nekat bunuh diri bila penyanyi pujaannya, yakni Elvis Presley tidak
membalas suratnya,” ungkap Andrea. Sedangkan Hirata sendiri diambil dari nama kampung dan
bukanlah nama orang Jepang seperti anggapan orang sebelumnya. Sejak remaja itulah, pria asli
Belitong ini mulai menyandang nama Andrea Hirata. Andrea tumbuh seperti halnya anak-anak
kampung lainnya. Dengan segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang sesekali
berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia juga kerap memiliki
impian dan mimpi-mimpi di masa depannya. Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar
Pelangi, Andrea kecil bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat
mengenaskan dan hampir rubuh. Sekolah yang bernama SD Muhamadiyah tersebut diakui
Andrea cukuplah memperihatinkan. Namun karena ketiadaan biaya, ia terpaksa bersekolah di
sekolah yang bentuknya lebih mirip sebagai kandang hewan ternak. Kendati harus menimba ilmu
di bangunan yang tak nyaman, Andrea tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar.
Di sekolah itu pulalah, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan
Laskar Pelangi. Di SD Muhamadiyah pula, Andrea bertemu dengan seorang guru yang hingga
kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah. “Saya menulis buku Laskar Pelangi
untuk Bu Muslimah,” ujar Andrea dengan tegas kepada Realita. Kegigihan Bu Muslimah untuk
mengajar siswa yang hanya berjumlah tak lebih dari 11 orang itu ternyata sangat berarti besar
bagi kehidupan Andrea. Perubahan dalam kehidupan Andrea, diakuinya tak lain karena motivasi
dan hasil didikan Bu Muslimah. Sebenarnya di Pulau Belitong ada sekolah lain yang dikelola
oleh PN Timah. Namun, Andrea tak berhak untuk bersekolah di sekolah tersebut karena status
ayahnya yang masih menyandang pegawai rendahan. “Novel yang saya tulis merupakan memoar
tentang masa kecil saya, yang membentuk saya hingga menjadi seperti sekarang,” tutur Andrea
yang memberikan royalti novelnya kepada perpustakaan sebuah sekolah miskin ini. Tentang
sosok Muslimah, Andrea menganggapnya sebagai seorang yang sangat menginspirasi hidupnya.
“ Perjuangan kami untuk mempertahankan sekolah yang hampir rubuh sangat berkesan dalam
perjalanan hidup saya,” ujar Andrea. Berkat Bu Muslimah, Andrea mendapatkan dorongan yang
membuatnya mampu menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu. Tak
heran, ia sangat mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai salah satu inspirator dalam hidupnya.
Menjadi seorang penulis pun diakui Andrea karena sosok Bu Muslimah. Sejak kelas 3 SD,
Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi penulis yang menggambarkan perjuangan Bu
Muslimah sebagai seorang guru. “Kalau saya besar nanti, saya akan menulis tentang Bu
Muslimah,” ungkap penggemar penyanyi Anggun ini. Sejak saat itu, Andrea tak pernah berhenti
mencoret-coret kertas untuk belajar menulis cerita. Setelah menyelesaikan pendidikan di
kampung halamannya, Andrea lantas memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta selepas lulus
SMA. Kala itu, keinginannya untuk menggapai cita-cita sebagai seorang penulis dan
melanjutkan ke bangku kuliah menjadi dorongan terbesar untuk hijrah ke Jakarta. Saat berada di
kapal laut, Andrea mendapatkan saran dari sang nahkoda untuk tinggal di daerah Ciputat karena
masih belum ramai ketimbang di pusat kota Jakarta. Dengan berbekal saran tersebut, ia pun
menumpang sebuah bus agar sampai di daerah Ciputat. Namun, supir bus ternyata malah
mengantarkan dirinya ke Bogor. Kepalang tanggung, Andrea lantas memulai kehidupan barunya
di kota hujan tersebut. Beruntung bagi dirinya, Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai
penyortir surat di kantor pos Bogor. Atas dasar usaha kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan
pendidikannya di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Merasakan bangku kuliah
merupakan salah satu cita-citanya sejak ia berangkat dari Belitong. Setelah menamatkan dan
memperoleh gelar sarjana, Andrea juga mampu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan
pendidikan S2 Economic Theory di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield
Hallam University, Inggris. Berkat otaknya yang cemerlang, Andrea lulus dengan status cum
laude dan mampu meraih gelar Master Uni Eropa. Sekembalinya ke tanah air, Andrea bekerja di
PT Telkom dan Mulailah ia bekerja sebagai seorang karyawan Telkom. Kini, Andrea masih aktif
sebagai seorang instruktur di perusahaan telekomunikasi tersebut. Selama bekerja, niatnya
menjadi seorang penulis masih terpendam dalam hatinya. Niat untuk menulis semakin
menggelora setelah ia menjadi seorang relawan di Aceh untuk para korban tsunami. “Waktu itu
saya melihat kehancuran akibat tsunami, termasuk kehancuran sekolah-sekolah di Aceh,” kenang
pria yang tak memiliki latarbelakang sastra ini. Kondisi sekolah-sekolah yang telah hancur lebur
lantas mengingatkannya terhadap masa lalu SD Muhamadiyah yang juga hampir rubuh meski
bukan karena bencana alam. Ingatan terhadap sosok Bu Muslimah pun kembali membayangi
pikirannya. Sekembalinya dari Aceh, Andrea pun memantapkan diri untuk menulis tentang
pengalaman masa lalunya di SD Muhamadiyah dan sosok Bu Muslimah. “Saya mengerjakannya
hanya selama tiga minggu,” aku pria yang berulang tahun pada 24 Oktober ini. Naskah setebal
700 halaman itu lantas digandakan menjadi 11 buah. Satu kopi naskah tersebut dikirimkan
kepada Bu Muslimah yang kala itu tengah sakit. Sedangkan sisanya dikirimkan kepada sahabat-
sahabatnya dalam Laskar Pelangi. Tak sengaja, naskah yang berada dalam laptop Andrea dibaca
oleh salah satu rekannya yang kemudian mengirimkan ke penerbit. Bak gayung bersambut,
penerbit pun tertarik untuk menerbitkan dan menjualnya ke pasar. Tepatnya pada Desember
2005, buku Laskar Pelangi diluncurkan ke pasar secara resmi. Dalam waktu singkat, Laskar
Pelangi menjadi bahan pembicaraan para penggemar karya sastra khususnya novel. Dalam waktu
seminggu, novel perdana Andrea tersebut sudah mampu dicetak ulang. Bahkan dalam kurun
waktu setahun setelah peluncuran, Laskar Pelangi mampu terjual sebanyak 200 ribu sehingga
termasuk dalam best seller. Hingga saat ini, Laskar Pelangi mampu terjual lebih dari satu juta
eksemplar. Penjualan Laskar Pelangi semakin merangkak naik setelah Andrea muncul dalam
salah satu acara televisi. Bahkan penjualannya mencapai 20 ribu dalam sehari. Sungguh
merupakan suatu prestasi tersendiri bagi Andrea, terlebih lagi ia masih tergolong baru sebagai
seorang penulis novel. Padahal Andrea sendiri mengaku sangatlah jarang membaca novel
sebelum menulis Laskar Pelangi. Sukses dengan Laskar Pelangi, Andrea kemudian kembali
meluncurkan buku kedua, Sang Pemimpi yang terbit pada Juli 2006 dan dilanjutkan dengan buku
ketiganya, Edensor pada Agustus 2007. Selain meraih kesuksesan dalam tingkat penjualan,
Andrea juga meraih penghargaan sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA) pada tahun 2007.
Lebaran di Belitong. Kini, Andrea sangat disibukkan dengan kegiatannya menulis dan menjadi
pembicara dalam berbagai acara yang menyangkut dunia sastra. Penghasilannya pun sudah
termasuk paling tinggi sebagai seorang penulis. Namun demikian, beberapa pihak sempat
meragukan isi dari novel Laskar Pelangi yang dianggap terlalu berlebihan. “Ini kan novel, jadi
wajar seandainya ada cerita yang sedikit digubah,” ungkap Andrea yang memiliki impian tinggal
di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia yang terletak di pegunungan Himalaya. Kesuksesannya
sebagai seorang penulis tentunya membuat Andrea bangga dan bahagia atas hasil kerja kerasnya
selama ini. Meski disibukkan dengan kegiatannya yang cukup menyita waktu, Andrea masih
tetap mampu meluangkan waktu untuk mudik di saat Lebaran lalu. Bahkan bagi Andrea, mudik
ke Belitong di saat Lebaran adalah wajib hukumnya. “Orang tua saya sudah sepuh, jadi setiap
Lebaran saya harus pulang,” ujar Andrea dengan tegas. Di Belitong, Andrea melakukan rutinitas
bersilaturahmi dengan orang tua dan kerabat lainnya sembari memakan kue rimpak, kue khas
Melayu yang selalu hadir pada saat Lebaran. Kendati perjalanan ke Belitong tidaklah mudah,
karena pilihan transportasi yang terbatas, Andrea tetap saja harus mudik setiap Lebaran tiba.
Terlebih lagi, bila ia tak kebagian tiket pesawat ke Bandara Tanjung Pandan, Pulau Belitong,
maka mau tak mau Andrea harus menempuh 18 jam perjalanan dengan menggunakan kapal laut.
Perasaan bangga dan bahagia semakin dirasakan Andrea tatkala Laskar Pelangi diangkat menjadi
film layar lebar oleh Mira Lesmana dan Riri Riza. “Saya percaya dengan kemampuan mereka,”
ujarnya tegas. Apalagi, film Laskar Pelangi juga sempat ditonton oleh orang nomor satu di negeri
ini, Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu. “ Kini Laskar Pelangi memiliki artikulasi
yang lebih luas daripada sebuah buku. Nilai-nilai dalam Laskar Pelangi menjadi lebih luas,” tutur
Andrea Menjadi seorang penulis novel terkenal mungkin tak pernah ada dalam pikiran Andrea
Hirata sejak masih kanak-kanak. Berjuang untuk meraih pendidikan tinggi saja, dirasa sulit kala
itu. Namun, seiring dengan perjuangan dan kerja keras tanpa henti, Andrea mampu meraih
sukses sebagai penulis memoar kisah masa kecilnya yang penuh dengan keperihatinan.

B.     Rumusan Masalah

Apa Tema dari film Laskar Pelangi? Bagaimana alur cerita dalam film Laskar Pelangi? Apa latar
cerita dari film Laskar Pelangi? Siapa saja Tokoh dan Penokohan dalam film Laskar Pelangi?
Sudut Pandang apa yang digunakan dalam film Laskar Pelangi? Amanat apa yang tersurat atau
tersirat dalam film Laskar Pelangi?

C.    Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui Tema dari film Laskar Pelangi. Untuk mengetahui alur cerita dalam film
Laskar Pelangi. Untuk mengetahui latar cerita dari film Laskar Pelangi. Untuk mengetahui
Tokoh dan Penokohan dalam film Laskar Pelangi. Untuk mengetahui Sudut Pandang  yang
digunakan dalam film Laskar Pelangi. Untuk mengetahui Amanat yang tersurat atau tersirat
dalam film Laskar Pelangi. D.    Manfaat Penulisan Supaya mengetahui judul dari film Laskar
Pelangi. Supaya mengetahui alur cerita dalam film Laskar Pelangi. Supaya mengetahui latar
cerita dari film Laskar Pelangi. Supaya mengetahui Tokoh dan Penokohan dalam film Laskar
Pelangi. Supaya mengetahui Sudut Pandang  yang digunakan dalam film Laskar Pelangi. Supaya
mengetahui Amanat yang tersurat atau tersirat dalam film Laskar Pelangi.

BAB II PEMBAHASAN

A. Unsur Intrinsik

1.      Tema Tema utama dalam film “Laskar Pelangi” ini adalah pendidikan. Namun uniknya
tema pendidikan ini diselingi oleh kisah persahabatan yang erat antara anggota ‘Laskar Pelangi’.
Tema pendidikan ini sendiri dipadukan dengan tema ekonomi. Namun tema pendidikan lah yang
lebih menonjol.

2.      Plot (alur)

a.   Pengenalan Situasi Cerita

Cerita diawali dengan dibukanya penerimaan murid baru di SD Muhammadiyah yang ada di
Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Sebuah daerah yang
kaya akan sumber daya  alamnya yaitu timah. Belitong merupakan daerah yang menjadi tempat
penambangan timah terbesar dan menghasilkan banyak sekali keuntungan. Meski pun begitu,
kehidupan di sana seperti terpetak-petak antara yang kaya dan yang miskin. Pagi itu,  satu demi
satu calon siswa yang didampingi oleh orang tuanya berdatangan mendaftarkan diri di sekolah
yang hampir roboh dan mungkin sudah tidak layak untuk dipakai sebagai tempat belajar-
mengajar.

b.   Menuju Adanya Konflik


Dalam film “Laskar Pelangi” ini, banyak sekali bermunculan masalah-masalah atau konflik-
konflik. Namun konflik awal yang pertama muncul adalah saat suasana mulai tegang karena
ternyata pendaftar tidak mencukupi batas minimal siswa yang disyaratkan oleh Depdikbud
Sumsel. Apabila calon siswa yang mendaftar kurang dari sepuluh anak, maka SD
Muhammadiyah harus ditutup.

c.    Puncak Konflik

Puncak konfliknya ialah setelah ditunggu hingga siang, ternyata jumlah pendaftar tidak lebih dari
sembilan orang. Jumlah ini tentu saja belum mencukupi persyaratan Depdikbud. Hal ini tentu
saja sangat mencemaskan Pak Harfan sang kepala sekolah dan Bu Muslimah sang guru. Sampai
pada akhirnya Pak Harfan memutuskan untuk memberikan pidato sekaligus mengumumkan
bahwa penerimaan siswa baru dibatalkan.       

Selanjutnya konflik-konflik lain bermunculan dari masing-masing tokoh. Namun konflik


selanjutnya yang secara garis besar melibatkan hampir semua tokoh ialah saat akan diadakannya
lomba karnaval dan cerdas cermat antar sekolah.

d.   Penyelesaian

Sesaat hampir saja Pak Harfan memulai pidatonya untuk memberitahukan bahwa penerimaan
siswa baru di SD Muhammadiyah dibatalkan, seorang ibu muncul  untuk mendaftarkan anaknya
(Harun) yang mengidap keterbelakangan mental. Tentu saja kedatangan Harun dan ibunya ini
memberikan napas lega kepada Pak Harfan, Bu Muslimah dan juga para calon siswa serta orang
tuanya. Harun telah menggenapi jumlah siswa untuk menghindarkan SD Muhammadiyah dari
penutupan. Sekolah yang jika malam dipakai sebagai kandang ternak ini akhirnya memulai
kegiatan belajar-mengajar meski dengan fasilitas yang seadanya. Tiba saatnya mengikuti
karnaval antar sekolah. Keikutsertaan SD Muhammadiyah sempat diperdebatkan karena
ketidakadaan dana dan sikap pesimistis yang muncul. Namun, Bu Muslimah bersikeras
mengikutkan murid-muridnya. Karena nilai keseniannya paling tinggi dan dianggap sebagai
murid yang kreatif, Mahar pun ditunjuk sebagai ketua untuk mengurusi persiapan karnaval.
Dengan ide cemerlang dan kreativitasnya, Mahar berhasil menggiring teman-temannya merebut
piala kemenangan. SD Muhammadiyah kembali mengikuti perlombaan. Kali ini adalah
perlombaan cerdas cermat. Bu Muslimah, Ikal dan kawan-kawan sempat khawatir karena tak
lama perlombaan akan dimulai namun ujung tombak tim mereka belum juga datang. Untungnya
meski hampir terlambat, akhirnya si cerdas itu pun datang (Lintang). Awalnya tim dari SD
Muhammadiyah tertinggal angka melawan SD PN dan SD Negeri. Namun pada saat memasuki
soal yang berbau angka SD Muhammadiyah mengejar ketertinggalan dan berhasil keluar sebagai
juara.

3.  Latar Cerita

a.   Latar Tempat

Latar tempat yang digunakan dalam film ini adalah di sebuah sekolah bernama SD
Muhammadiyah yang terletak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera
Selatan. Namun, ada pula yang latarnya adalah di rumah, pohon, gua, tepi pantai, pasar dan lain-
lain tapi masih di kawasan Belitong.

b.   Latar Waktu

Dikarenakan film “Laskar Pelangi” ini merupakan novel yang menceritakan kisah nyata meski
ada bumbu imajinasi, maka latar waktu yang disampaikan pun jelas yaitu terjadi pada tahun
1974.

c.    Latar Suasana

Latar suasana yang ada dalam film ini beragam dikarenakan konflik-konfik yang muncul juga
beragam. Ada kalanya senang, sedih, hingga cemas. Berikut beberapa penggalan kisah yang
menjelaskan suasana dalam novel : · Suasana Sedih Salah satu penggalan cerita yang
menggambarkan suasana sedih ialah saat Ikal, teman-temannya dan Bu Muslimah berpisah dari
Lintang yang memutuskan berhenti sekolah karena harus mengurusi keluarga yang ditinggal
mati ayahnya. · Suasana Senang Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana
senang ialah saat tim cerdas cermat SD Muhammadiyah berhasil memenangkan pertandingan. ·
Suasana Cemas Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana cemas ialah saat Pak
Harfan, Bu Muslimah dan calon murid SD Muhammadiyah beserta orang tuanya menunggu
untuk menggenapkan calon siswa yang mendaftar agar sekolah tidak ditutup.

4.      Penokohan
Tokoh-tokoh yang berperan dalam film ‘Laskar Pelangi’ antara lain :

a)      Ikal

Ikal atau yang di dalam film laskar pelangi berperan sebagai ‘aku’ merupakan tokoh utama. Ikal
adalah salah seorang anggota ‘Laskar Pelangi’. Di sekolah ia termasuk murid yang lumayan
pandai, namun kepandaiannya masih di bawah dari temannya yaitu Lintang. Ia selalu berada di
peringkat kedua di sekolah setelah Lintang. Ikal termasuk orang yang tidak mudah putus asa,
selalu bersemangat melakukan hal yang ia sukai dan tegar. Ikal begitu menyukai dunia sastra
terutama puisi. Dalam film ini, Ikal diceritakan menyukai seorang gadis keturunan Tionghoa
bernama A Ling. Ia sering sekali mengirimkan puisi tentang luapan perasaannya kepada A Ling.

b)      Taprani

Taprani merupakan sosok yang tampan, rapi,  perfeksionis, lumayan pintar, bicara seperlunya
(pendiam), santun, sangat berbakti kepada orang tua dan manja. Ia bercita-cita menjadi guru di
daerah terpencil untuk memajukan pendidikan orang melayu pedalaman. Taprani selalu
diperhatikan ibunya. Apa pun yang akan dilakukannya harus selalu diketahui ibunya. Ia sangat
tergantung pada ibunya.

c)      Sahara

Sahara merupakan satu-satunya murid perempuan yang bersekolah di SD Muhammadiyah.


Tubuhnya ramping dan selalu berjilbab rapi. Di sekolah ia termasuk murid yang pintar. Meski
pun ia adalah sosok yang perhatian, namun ia termasuk tipe orang yang temperamental, ketus,
skeptis, susah diyakinkan dan tidak mudah terkesan. Sahara Sangat menjujung tinggi nilai
kejujuran. Ia paling tidak suka berbohong. Dalam film itu diceritakan bahwa ia bertengkar
dengan A Kiong yang tidak pernah sependapat atau satu pemikiran dengannya.

d)     A Kiong

A Kiong adalah satu-satunya murid keturunan Tionghoa yang bersekolah di SD Muhammadiyah.


Sifatnya begitu polos dan selalu mempercayai apa yang dikatakan Mahar. Ia selalu menjadi
pendukung sekaligus pengikut setia Mahar. A Kiong memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan
suka menolong. Ia sering kali bertengkar dengan Sahara.
e)      Harun

Harun yang sudah mulai memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada usia lima belas tahun
ini mengidap keterbelakangan mental. Sifatnya santun, pendiam, dan murah senyum. Laki-laki
yang memiliki model rambut seperti Chairil Anwar ini hobi sekali mengunyah permen asam
jawa. Ia pun selalu berpakaian rapi. Di kelas, ia sama sekali tidak bisa menangkap pelajaran
membaca atau pun menulis. Ia pun sering kali bercerita tentang kucing belang tiganya yang
melahirkan tiga anak yang juga bebelang tiga secara berulang-ulang.

f)       Borek

Borek memilki tubuh yang tinggi tinggi dan besar. Ia sangat terobsesi dengan body building dan
tergila-gila dengan citra cowok macho.

g)      Syahdan

Karakter Syahdan tidak begitu menonjol dalam film itu Ia adalah salah satu anggota ‘Laskar
Pelangi’ yang selalu setia menemani Ikal membeli kapur tulis di took Sinar Harapan milik orang
tua A Ling. Syahdan merupakan saksi cinta pertama Ikal kepada A Ling. Ia memiliki cita-cita
sebagai aktor.

h)      Kucai

Kucai adalah salah satu anggota ‘Laskar Pelangi’ yang diamanahi sebagai ketua kelas. Ia sempat
frustrasi ketika menjadi ketua kelas karena kesulitan dalam mengatur teman-temannya. Meski
begitu, laki-laki yang menderita rabun jauh ini selalu terpilih menjadi ketua kelas dan pada
akhirnya ia menerima keputusan itu. Anak yang banyak bicara dan susah diatur ini berbakat
menjadi seorang politikus.

i)        Lintang

Lintang merupakan anak yang paling jenius dan gigih di antara teman-temannya. Meski pun
jarak rumahnya dari sekolah sangat jauh (80 km), ia tetap semangat untuk pergi ke sekolah dan
menjadi anak yang paling pagi datang. Setiap berangkat sekolah, ia harus melalui jalan yang
merupakan tempat buaya tinggal. Ayahnya adalah seorang nelayan miskin yang bertanggung
jawab menafkahi empat belas nyawa yang tinggal di rumahnya. Di sekolah, Lintang begitu serius
belajar dan aktif. Otaknya yang jenius dan cermat membawa tim SD Muhammadiyah menjadi
pemenang dalam lomba cerdas cermat. Lintang sangat suka membaca dan mempelajari berbagai
ilmu penngetahuan. Lintang pun tak segan membagi ilmunya kepada teman-temannya. Idenya
sangat kreatif. Lucunya, kelihaiannya dalam berpikir tidak dibarengi dengan tulisan tangan yang
indah.

j)        Mahar

Mahar memiliki bakat dalam bidang seni, baik itu menyanyi, melukis, seni rupa dan lain
sebagainya. Pemikirannya imajinatif dan kreatif. Anak tampan ini termasuk orang yang
menggemari dongeng-dongeng yang tak masuk akal (mungkin karena ia terlalu imajinatif).
Mahar sering kali diejek dan ditertawakan teman-temannya karena pemikirannya dianggap aneh.
k)      Bu Muslimah Wanita bernama lengkap N.A. Muslimah Hafsari ini adalah guru di SD
Muhammadiyah. Ia sangat gigih dalam mengajar meski pun gajinya belum dibayar. Ia sangat
berdedikasi terhadap dunia pendidikan dan dengan segenap jiwa mengajar murid-murid di SD
Muhammadiyah. Wanita cantik yang menyukai bunga ini memiliki pendirian yang progresif dan
terbuka terhadap ide-ide baru. Ia termasuk orang yang sabar dan baik hati.

l)        Pak Harfan

Pria bernama lengkap K.A Harfan Efendy Noor ini menjabat sebagai kepala SD
Muhammadiyah. Bersama Bu Muslimah, ia tetap mempertahankan sekolah yang hampir ditutup
karena kekurangan siswa. Pak Harfan juga memiliki dedikasi tinggi terhadap pendidikan.

m)    A Ling

Gadis keturunan Tiongoa ini merupakan cinta pertama Ikal. Ia memiliki tubuh yang ramping dan
tinggi. Anak dari pemilik toko Sinar Harapan ini ternyata juga menyukai Ikal. Namun sayangnya
ia pindah ke Jakarta.

n)      Flo

Ia merupakan murid pindahan dari sekolah PN. Gadis tomboi yang berasal dari keluarga kaya ini
merupakan tokoh terakhir yang muncul sebagai anggota ‘Laskar Pelangi’.

5.      Sudut Pandang yang Digunakan


Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku
utama karena dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata ‘aku’. Tokoh ‘aku’ dalam
novel itu diceritakan paling dominan sehingga si tokoh ‘aku’ dapat dikatakan sebagai tokoh atau
pelaku utama.

6.      Amanat

Banyak sekali amanat yang terkandung dalam film “Laskar Pelangi” ini. Diantaranya adalah :
·         Jangan mudah menyerah oleh keadaan (jangan putus asa) Keadaan boleh saja serba
kekurangan, namun kekurangan janganlah menjadi alasan untuk tidak berusaha. Justru
jadikanlah kekurangan itu sebagai motivasi untuk bisa menutupinya. Dalam film ini diceritakan
tentang kehidupan pendidikan yang keadaannya serba minim. Namun, tokoh-tokoh di dalamnya
tidak menyerah dengan keadaan seperti itu. Mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Kemiskinan bukan alasan untuk tidak belajar.

·         Jauhi sifat pesimis Saat menengadahkan perasaan kepada orang-orang yang ada di atas
kita, bukan berarti kita harus merasa kecil dan lemah di hadapan mereka. Kita ada di bawah,
bukan berarti kita tidak bisa seperti orang yang ada di atas. Menengadahkan perasaan ke atas
mestinya dijadikan cambuk semangat untuk bisa seperti orang itu atau bahkan bisa lebih baik
lagi. Contonya pada film ini yang menceritakan sebuah sekolah kampung (SD Muhammadiyah)
biasa yang selalu optimis untuk bisa lebih baik dari sekolah yang dari awal memang sudah baik
(SD PN).

·         Sebagai guru haruslah dengan ikhlas mengajar dan berdedikasi tinggi terhadap
pendidikan. Dalam film ini diceritakan seorang guru yang begitu tinggi dedikasinya terhadap
pendidikan. Guru diibaratkan  kompas yang menunjukkan kemana murid-muridnya akan pergi.
Bu Muslimah merupakan sosok yang menjadi guru teladan yang dengan segenap kemampuannya
berjuang untuk memajukan pendidikan di sebuah kampug kecil.

B. Unsur Ekstrinsik            

Selain unsur intrinsik, dalam film “Laskar Pelangi” ini amat kental dengan pengaruh unsur
ekstrinsik. Unsur ekstrinsik yang ada dalam film “laskar pelangi” tidak lepas dari latar belakang
kehidupan pengarang entah itu dari segi budaya yang dipegang, kepercayaan, lingkungan tempat
tinggal dan lain sebagainya. Ada pun beberapa unsur ekstrinsik yang dibahas antara lain :

1.      Latar Belakang

Tempat Tinggal Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi psikologi penulisan novel.
Apalagi novel “Laskar Pelangi” merupakan adaptasi dari cerita nyata yang dialami oleh
pengarang langsung. Letak tempat tinggal pengarang yang jauh berada di Desa Gantung,
Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan ternyata benar-benar dijadikannya latar
tempat bagi penulisan novelnya.

2.      Latar Belakang Sosial dan Budaya

Pada novel ini banyak sekali unsur-unsur sosial dan budaya masyarakat yang bertempat tinggal
di Belitong. Adanya perbedaan status antara komunitas buruh tambang dan komunitas pengusaha
yang dibatasi oleh tembok tinggi merupakan latar belakang sosial. Dimana interaksi antara kedua
komunitas ini memang ada dan saling ketergantungan. Komunitas buruh tambang memerlukan
uang untuk melanjutkan kehidupan, sedang komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh
tambang untuk menjalankan usaha mereka.

3.      Latar Belakang Religi (agama)

Latar belakang religi atau agama si pengarang sangat terlihat seperti pantulan cermin dalam film
“Laskar Pelangi” ini. Nuansa keislamannya begitu kental. Dalam beberapa penggalan cerita,
pengarang sering kali menyelipkan pelajaran-pelajaran mengenai keislaman. 4.      Latar
Belakang Ekonomi Sebagian masyarakat Belitong mengabdikan dirinya pada perusahaan-
perusahaan timah. Digambarkan dalam cerita bahwa Belitong adalah pulau yang kaya akan
sumber daya alam. Namun tidak semua masyarakat Belitong bisa menikmati hasil bumi itu. PN
memonopoli hasil produksi, sementara masyarakat termarginalkan di tanah mereka sendiri. Latar
belakang ekonomi dalam cerita ini diambil dari kacamata masyarakat belitong kebanyakan yang
tingkat ekonominya masih rendah. Padahal sumber daya alamnya tinggi.

5.      Latar Belakang Pendidikan


Dalam novel ini terkandung banyak sekali nilai-nilai edukasi yang disampaikan pengarang.
Pengarang tidak hanya bercerita, tapi juga menyajikan berbagai ilmu pengetahuan yang
diselipkan di antara ceritanya.  Begitu banyak cabang ilmu pengetahuan yang diselipkan antara
lain seperti sains (fisika, kimia, biologi, astronomi). Pengarang gemar sekali memasukkan
istilah-istilah asing ilmu pengetahuan yang tertuang dalam cerita. Ini menandakan bahwa
pengarangnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.

BAB III ANALISIS

A.    Sinopsis                        

Sebuah adaptasi sinema dari film fenomenal LASKAR PELANGI karya AndreaHirata. Hari
pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD Muhammadyah menjadi sangat menegangkan bagi
dua guru luar biasa, Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara), serta 9 orang murid yang
menunggu di sekolah yang terletak di desa Gantong, Belitong. Sebab kalau tidak mencapai 10
murid yang mendaftar, sekolah akan ditutup.

Hari itu, Harun, seorang murid istimewa menyelamatkan mereka. Ke 10 murid yang kemudian
diberi nama Laskar Pelangi oleh Bu Muslimah, menjalin kisah yang tak terlupakan. 5 tahun
bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan ke 10 murid dengan keunikan dan keistimewaannya masing
masing, berjuang untuk terus bisa sekolah. Di antara berbagai tantangan berat dan tekanan untuk
menyerah, Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Veris Yamarno) dengan bakat dan
kecerdasannya muncul sebagai pendorong semangat sekolah mereka.

Di tengah upaya untuk tetap mempertahankan sekolah, mereka kehilangan sosok yang mereka
cintai. Sanggupkah mereka bertahan menghadapi cobaan demi cobaan? Film ini dipenuhi kisah
tentang tantangan kalangan pinggiran, dan kisah penuh haru tentang perjuangan hidup
menggapai mimpi, serta keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup manusia, dengan
latar belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi salah satu pulau terkaya di Indonesia.

B.     Ringkasan Cerita

Sebuah adaptasi sinema dari film fenomenal “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, yang
mengambil setting di akhir tahun 70-an. Hari pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD
Muhammadyah menjadi sangat menegangkan bagi dua guru luar biasa, Muslimah (Cut Mini)
dan Pak Harfan (Ikranagara), serta 9 orang murid yang menunggu di sekolah yang terletak di
desa Gantong, Belitong. Sebab kalau tidak mencapai 10 murid yang mendaftar, sekolah akan
ditutup. Hari itu, Harun, seorang murid istimewa menyelamatkan mereka. Ke 10 murid yang
kemudian diberi nama Laskar Pelangi oleh Bu Muslimah, menjalin kisah yang tak terlupakan. 5
tahun bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan ke 10 murid dengan keunikan dan keistimewaannya
masing masing, berjuang untuk terus bisa sekolah. Di antara berbagai tantangan berat dan
tekanan untuk menyerah, Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Veris Yamarno) dengan
bakat dan kecerdasannya muncul sebagai pendorong semangat sekolah mereka. Di tengah upaya
untuk tetap mempertahankan sekolah, mereka kembali harus menghadapi tantangan yang besar.
Sanggupkah mereka bertahan menghadapi cobaan demi cobaan? Film ini dipenuhi kisah tentang
kalangan pinggiran, dan kisah perjuangan hidup menggapai mimpi yang mengharukan, serta
keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup manusia, dengan latar belakang sebuah
pulau indah yang pernah menjadi salah satu pulau terkaya di Indonesia. B.   Analisa Film Laskar
Pelangi adalah bagian pertama dari tetralogi karangan Andrea Hirata yang menulis film ini
berdasarkan pengalaman hidupnya. Walau sebuah autobiografi, penggunaan nama fiksional
menandakan bagian dari serian ini adalah fiksi. Gw sendiri belom baca bukunya. Kemaren abis
nonton mau beli, ternyata harus 69rb. Udah gitu tebel. Akhirnya tadi gw download aja. Cuman
~700kb. Tapi males bacanya. Gw lagi baca Michelangelo & plafon sang Paus. Anyway, Kisah
ini mengikuti 10 anak yang sekolah di sebuah SD gubuk, di Belitong, dimana sebuah perusahaan
tambang timah bermerk Timah menimbang timah & yang kerja disono ceritanya dapet sekolah di
SD PN Timah. Walau klaim sang narrator bahwa kekayaan alam Belitong dirampas perusahaan
tersebut, dan rakyat disitu tidak mendapat menikmati hasilnya, SD PN timah menggunakan
meja2 baru dipoles dengan pensil yang selalu baru diserut dengan kontras gubuknya SD
Muhammadiyah. Kontras ini dipertajam dengan SD Timah selalu memakai seragam yang baru
dijahit dan memakai batik hari Senin, dan murid2 SD Muhammadiyah, dipakaikan baju
satu2nya. Menariknya, film ini tidak ditulis dengan bahasa baku selayaknya film indonesia biasa,
namun masih disuntik peribahasa indonesia baku untuk accesibility. Seperti lainnya film seperti
ini, 10 anak ini memiliki keteguhan hati baja untuk bersekolah, dimana gurunya, walau ditekan
oleh departemen pendidikan untuk menutup sekolah tersebut, karena tidak ada angkatan lain
selain angkatan 10 anak ini, terus tegar mengajar sampe kepala sekolahnya mati di kantor,
meninggalkan guru cenya sendirian ngajar 10 anak, yang lalu putus asa, namun anak2 ini tetap
tegar untuk terus belajar sendiri. Namun sayang sekali, walau kisah ini sebenarnya adalah kisah
tentang Lintang & … siapa tuh nama anak pemeran utamanya? Penuturan cerita ini sangatlah
vague tentang kisah siapa ini yang diceritakan, dengan 1/20 bagian pertamanya menceritakan
tentang… siapa tuh nama pemeran utamanya, yang balik kampung, 1/3 kemudian menceritakan
tentang 2 guru teladan seideal film jaman orde baru, 1/3 kemudian tentang … apapula lah
termasuk cinta yang cintanya ga kerasa & kerasa konyol (audience ketawa, nggak bisa
disangkal), dan 1/3 terakhir menekankan bahwa mereka harus belajar lebih tekun untuk sesuatu
yang harus mereka menangkan, yang ternyata cuma lomba cerdas cermat, yang terancam gagal
karena seekor buaya ngehalangin jalan anak yang paling pinter. Idealisme warisan jaman orde
baru seperti ini sayangnya meracuni film dari dunia “yang sempurna” ini, dan dengan clichenya
anak yang paling pinter pun bapaknya tewas melaut supaya dia bisa putus sekolah & menafkahi
adik2nya. Waktu pertama melihat film ini, saya merasa film ini sepertinya dibuat oleh orang
lulusan sekolah seni. (dan ternyata iya, Riri Riza lulusan IKJ) Dimana ada adegan si tokoh utama
jatuh cinta ketika melihat tangan ce Chinese yang terang benderang lengkap dengan lens flare
dan bunga2 berjatuhan. Juga betapa hancur dunianya ketika dia mendapati ce tersebut pindah ke
Jakarta dengan berjatuhannya benda2 di sekitarnya. Kontrasnya aktor berpengalaman yang
bermain di film ini membuat aktor2 amatir di film ini menonjol seperti jempol yang merah.
Entah apa ini kurang arahan dari sutradara, atau bagian kasting, tapi sebagian anak di film ini
tampaknya mereka cuma senang aja bisa muncul di layar lebar, dan kurang mengerti peran
mereka. Sinema Indonesia masih harus banyak belajar dari Sinema asing tentang struktur cerita,
sinematografi dan simbolisme. Seperti yang diangkat Mbah Fauzie, warna film ini sangat belel.
Laiknya warna film Dono/Kasino/Indro di tahun 80an. Saya tahu Indonesia bisa membuat film
dengan warna yang baik dan lebih konstan antara adegan, seperti film Jalangkung dulu yang
ditransfer ke DVD pun warnanya masih baik. Namun, akhirnya ada film indonesia yang bukan
tentang cerita cinta ataupun sesetanan. Walau katanya film denias mengangkat topik yang sama,
sepertinya kisahnya nggak sebesar ini. Inti dari film ini adalah harapan untuk anak Indonesia
yang paling terpuruk. Kalau anak yang sekolah di SD bobrok di pedalaman bisa sekolah di Paris,
tentu saja siapapun bisa menggapai impian mereka. Sayang sekali dalam produksi film ini, tidak
tertekankan impian si anak ini untuk menuju ke Paris, walau telah di hint hint dengan kaleng
dengan gambar menara eiffel, dan pencapaian “Impian” ini jatuh secara tiba2 ketika, siapa tuh
namanya pemeran utamanya, kembali ke Belitong untuk memberitahu temannya yang putus
sekolah, bahwa dia telah mendapat beasiswa ke Paris, Sorbonne. Ini adalah jenis film yang
diperlukan masyarakat indonesia, namun bukan film dengan kualitas produksi yang patut mereka
dapatkan. Terutama mereka yang tidak mampu membayar 15-20 ribu untuk menonton di studio
berAC. Demikian resensi ini ditulis tanpa pengetahuan tentang kisah dari buku aslinya, namun
ditulis secara kritis hanya berdasarkan filmnya. Lirik Lagu Laskar Pelangi OST. Laskar Pelangi
– Nidji mungkin adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia telah hilang tanpa lelah sampai
engkau meraihnya laskar pelangi takkan terikat waktu bebaskan mimpimu di angkasa raih
bintang di jiwa menarilah dan terus tertawa walau dunia tak seindah surga bersukurlah pada yang
kuasa cinta kita di dunia selamanya… cinta kepada hidup memberikan senyuman abadi walau ini
kadang tak adil tapi cinta lengkapi kita laskar pelangi takkan terikat waktu jangan berhenti
mewarnai jutaan mimpi di bumi menarilah dan terus tertawa walau dunia takseindah surga
bersukurlah pada yang kuasa cinta kita di dunia selamanya… Persiapan Pembuatan Film Laskar
Pelangi Siap di Layar Lebar Kolaborasi Peran 12 Anak Belitong Asli dengan 12 Aktor
Profesional Indonesia Setelah sukses menjadi novel best seller dengan penjualan lebih dari
500.000 eksemplar, kini Laskar Pelangi siap diangkat ke layar lebar dan akan memasuki tahap
syuting pada tanggal 25 Mei 2008. Film ini diproduksi oleh Miles Films bekerjasama dengan
Mizan Cinema Productions, ”B” Edutainment dan Iluni UI. Laskar Pelangi adalah sebuah kisah
anak bangsa yang menggambarkan perjuangan guru dan 10 siswa di Belitong untuk sebuah
pendidikan. Ide pembuatan film ini berawal dari rasa kagum Mira Lesmana dan Riri Riza selaku
Produser dan Sutradara film ini terhadap buku karya Andrea Hirata yang diterbitkan pertama kali
pada tahun 2004. “Buku Laskar Pelangi sanggup membuat kita tiba-tiba merasa bangga jadi
orang Indonesia dan memompa semangat serta optimisme kebangsaan, dengan hadirnya karakter
anak-anak Laskar Pelangi, Ibu Muslimah dan Bapak Harfan,” ucap Mira Lesmana selaku
Produser film ini. Selaku sutradara film Laskar Pelangi, Riri Riza mengungkapkan: “Laskar
Pelangi memiliki cerita yang unik dan penuh dinamika dengan hadirnya 10 siswa dengan
kararkter yang sangat kuat dan seorang guru ambisius yang mempunyai cita-cita besar dan luhur.
Dan Andrea Hirata adalah faktor yang sangat penting kenapa kami ingin memfilmkan buku
Laskar Pelangi ini. Saat pertama kali ketemu dengan Andrea, ada antusiasme yang terlihat di
dirinya. Bertemu Andrea Hirata seperti melihat matahari yang bersinar keras sekali dan sangat
inspiring.” Bagi sang penulis, Andrea Hirata, bukan hal yang mudah untuk mengijinkan karya
sastra pertamanya ini untuk difilmkan. Jelas Andrea mempunyai alasan khusus kenapa ia
mempercayakan penggarapan film Laskar Pelangi ini kepada Mira Lesmana dan Riri Riza. “Ada
beberapa alasan kenapa saya rela menyerahkan cerita Laskar Pelangi ini kepada Mira Lesmana
dan Riri Riza. Pertama, Mira dan Riri adalah sineas yang memiliki integritas, yang tidak semata
melihat keinginan pasar dalam membuat karyanya. Kedua, Mira dan Riri mempunyai talent yang
langka dalam membuat sebuah karya seni. Mereka bisa membuat film box office, tapi tetap
bermutu. Dan setelah lama bergaul dengan mereka, saya semakin yakin kalau kedua sineas ini
mempunyai indra keenam dalam membuat sebuah karya dan mempunyai perspektif yang unik,”
ungkap Andrea. Sementara menurut Putut Widjanarko, Vice President Operation Mizan Publika,
dengan terjunnya Mizan dalam produksi film ini merupakan konsekuensi logis dari strategi
pengembangan Mizan ke depan. “Mizan Prouductions sangat bangga bekerjasama dengan Miles
Films menghadirkan film yang ditunggu-tunggu kehadirannya oleh masyarakat Indonesia ini.
Apalagi buku best seller Laskar Pelangi adalah terbitan salah satu penerbit dalam kelompok
Mizan, yaitu penerbit Bentang Pustaka.” Setelah melewati proses pertemuan dan diskusi dengan
sang penulis selama satu tahun, akhirnya Juli – Desember 2007, proses penulisan skenario yang
ditulis oleh Salman Aristo, dibantu oleh Riri Riza dan Mira Lesmana pun dimulai. Dan persiapan
produksi pun sudah dilakukan sejak Juli 2007 lalu dengan melakukan proses penulisan skenario,
survey lokasi, serta casting para pemain Laskar Pelangi. “Dalam proses pembuatan film ini
hampir 100% pengambilan gambar dan syuting dilakukan di Belitong. Dan satu hal yang cukup
istimewa di film ini, 12 orang pemain, 10 Laskar Pelangi dengan dua karakter pelengkap yang
memerankan Flo dan A Ling, semuanya asli dari Belitong,” cerita Mira, antusias. Adapun
keinginan Rira dan Mira untuk menampilkan anak-anak asli Belitong agar chemistry antara
cerita dan para pemain muncul secara real dan natural. “Sejak awal kami memang tidak
terpikirkan untuk menggunakan pemain di luar kota Belitong untuk tokoh-tokoh anak Laskar
Pelangi. Jadi proses hunting dan casting pemain pun sudah kami lakukan sejak awal persiapan
produksi,” ujar Riri. “Meskipun anak-anak ini belum berpengalaman dan awam dengan dunia
akting, tapi mereka ini adalah anak-anak yang sangat berbakat, punya keberanian, mau mencoba,
dan yang terpenting, mereka bisa mempresentasikan tokoh-tokoh utama di film ini,” lanjut Mira.
Setelah menjalani proses hunting dan casting di Belitong, akhirnya terpilih juga 12 orang pelajar
Belitong yang akan memerankan karakter Ikal, Lintang, Mahar, Syahdan, Borek, Kucai, A
Kiong, Sahara, Trapani, Harun, Flo, dan A Ling. Meski begitu, bukan berarti Mira luput
menampilkan para pemain profesional. 12 nama aktor profesional pun turut tampil meramaikan
film ini, seperti Cut Mini, Ikranegara, Lukman Sardi, Ario Bayu, Tora Sudiro, Slamet Raharjo,
Alex Komang, Mathias Muchus, Rieke Diah Pitaloka, Robbie Tumewu, JaJang C. Noer, dan
Teuku Rifnu Wikana

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari film yang di buat oleh Andre Hirata ini, saya dapat mengambil beberapa pelajaran hidup
yang penting, salah satunya kita harus benar-benar menghargai hidup, menghargai semua
pemberian Tuhan, tidak pantang menyerah bila menginginkan sesuatu, dan tidak ada yang tidak
mungkin asalkan kita mau dan berusaha. Dan satu lagi, pintar tidak menjamin kita untuk selalu
sukses, seperti cerita pada tokoh lintang, dia anak yang pintar, namun diakhir cerita dia menjadi
seorang supir truk, disini saya dapat mengambil kesimpulan, bahwa semua kehidupan manusia
sudah ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan. Semua yang kita kerjakan tidak lepas dari campur
tangan Tuhan.

B.Saran

Beberapa saran dari saya, penggunaan nama-nama ilmiah dikurangi, agar para penonton nyaman
dalam dan memahami maknanya serta menyebutkan tahun di tiap-tiap peristiwa yang terjadi agar
tidak membuat pembaca bingung dengan alurnya.

Anda mungkin juga menyukai