Nim : 1902108027
Kelas : 7B PBSI
Berikut adalah beberapa karya-karya lain dari Eka Kurniawan yang terdiri atas novel,
kumpulan cerita pendek, serta tulisan nonfiksi, di antaranya yaitu sebagai berikut
:
- Kumpulan cerita pendek Gelak sedih yang terbit pada tahun 2005 oleh Gramedia
Pustaka Utama.
- Cerita pendek Cinta Tak Ada Mati yang terdiri pada tahun 2005 oleh Gramedia
Pustaka Utama.
- Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas yang terbit pada tahun 2014
oleh Gramedia Pustaka Utama.
- Cerita pendek Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Lewat
Mimpi yang terbit pada tahun 2015 oleh Gramedia Pustaka Utama.
- Novel O yang terbit pada tahun 2016 oleh Gramedia Pustaka Utama.
- Cerita nonfiksi Senyap yang Lebih Nyaring yang terbit pada tahun 2019 oleh
Gramedia Pustaka Utama.
Novel Cantik Itu Luka bercerita tentang alur hidup Dewi Ayu, pelacur cantik
di zaman colonial. Garis hidup dan keturunan Dewi Ayu sangat unik, mulai dari
silsilah ayah-ibu hingga anak-anaknya yang kelak banyak membawa pengaruh di
Halimuda, wilayah rekaan Eka Kurniawan. Sejak kecil, Dewi Ayu tumbuh tanpa
asuhan ayah dan ibu yang terusir karena kawin sedarah (perkawinan saudara tiri).
Dewi Ayu diasuh oleh kakek-neneknya. Ia tumbuh menjadi gadis kuat dan pemberani.
Salah satu bukti keberaniannya adalah ketegarannya hidup di penjara saat jepang
menyerang Hindia Belanda. Di tempat penahanan demi membantu rekannya di barak
penampungan.
Dua tahun kemudian, Dewi Ayu termasuk salah satu di antara 19 gadis tahanan
yang dipindahkan ke rumah mewah yang dikelola Mama Kalong. Di tempat itulah,
Dewi Ayu memulai hidupnya sebagai pelacur untuk melayani nafsu para tantara
jepang. Selama menjadi pelacur, Dewi Ayu melahirkan empat anak perempuan.
Semuanya tidak jelas identitas ayahnya. Sebagaimana ibunya, tiga dari putri Dewi
Ayu berparas sangat cantik. Dewi Ayu merasa bahwa mengasuh anak-anak yang
sangat cantik amat merepotkan. Karena itulah, Ketika hamil anak keempat, ia
berharap bahwa anaknya menjadi anak buruk rupa dan demikianlah yang terjadi.
Akan tetapi, Dewi Ayu tidak sempat menyaksikan putri bungsunya tersebut.
Ironisnya, sebelum ia meninggal, Dewi Ayu memberi nama putri buruk rupanya itu
dengan nama si Cantik. Demikianlah kehidupan Si Cantik yang penuh luka. Nama
yang ia emban sangat memberatkan hidupnya karena senyatanya ia berparas buruk
rupa, tidak cantik rupawan sama sekali.
Analisis Pesan Moral dan Gaya Bahasa dalam Novel Cantik Itu Luka
Pada bagian pembahasan, sesuai pada fokus kritik sastra, pesan moral dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu: (1) hubungan manusia dengan tuhannya (2) hubungan manusia
dengan diri sendiri (3) hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial.
A. Pesan Moral
Amanat berupa nilai-nilai dan norma–norma yang menjadi pegangan
seseorang kelompok dalam mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan
bermasyarakat.
“Omong kosong, kematian itu urusan Tuhan,” kata Kyai Jahro. “Ia ingin
mati sejak dua belas hari lalu dan ia mati,” (Hal, 12) Dari kutipan di atas, kita
dapat memahami bahwa kematian adalah salah satu takdir Tuhan Yang Maha
Esa. Takdir adalah kehendak Allah, dan semua manusia tidak bisa
menghindarinya. Rizki, jodoh dan kematian. Kematian Jika ada yang
mengatakan dia bisa memprediksi kapan Hari Penghakiman akan terjadi, dia
adalah pembohong besar. Bagaimana dia bisa mengetahui Hari Kiamat ketika
dia tidak mengetahui kematiannya sendiri. Kematian adalah misteri akhirat.
Kita tidak tahu bahwa hamba yang lemah harus selalu patuh dan sabar.
B. Gaya Bahasa
Pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis,
lebih khusus adalah pemakaian ragam bahasa tertentu untuk memperoleh efek
tertentu.
Gaya bahasa novel Indah adalah Luka Novel Indah adalah Luka ditulis oleh
Eka Kurniawan menggunakan bahasa vulgar dan kejujuran. Oleh karena itu, jika
Anda sensitive terhadap bahasa vulgar, novel ini mungkin tidak cocok untuk
Anda, karena maksud umum dari cerita tertulis mungkin tidak dapat dipahami dan
dapat menyebabkan kesalahpahaman. Novel ini berisi cerita perjudian, seks,
pembunuhan dan penyiksaan dan tidak cocok untuk anak di bawah umur, karena
adanya terminologi sejarah, novel ini sangat sulit untuk dibaca dan dapat membuat
bosan pembaca yang tidak mengerti istilah-istilah tersebut.