Anda di halaman 1dari 3

Uttara kanda

Kelas 11 mipa 2

Pada suatu hari Sita melapor pada Rama jika ia sedang mengandung
anak dari suaminya, Rama. Sebagai seorang suami yang akan menjadi
seorang ayah, tentu saja Rama sangat merasa bahagia. Sama seperti
wanita hamil pada umumnya, Sita juga mengalami ngidam, namun
ngidamnya tak sama dengan wanita-wanita lainnya.
Sita: Suamiku…
Rama: Ada apa istriku? Apakah ada yang kamu atau calon anak kita inginkan?
Sita: Suamiku, aku hanya ingin pergi ke tepian sungai gangga dan
menghaturkan persembahan kepada para petapa dan maha rsi. Aku juga ingin
bermalam disana beberapa hari, merasakan bagaimana hidup seperti seorang
petapa dan mendapatkan berkat untuk calon anak kita.
Rama: maka terjadilah sesuai yang kamu inginkan, namun karena hari ini aku
masih harus menghadiri siding istana, maka besok aku akan menghantarkan dan
menemanimu ke tempat tujuanmu.
Rama telah menyanggupi keinginan Sita, dan sudah berjanji untuk
menemani Sita saat pergi ke tempat yang ia inginkan. Setelah
perbincangan singkat antara pasangan suami istri itu, Sri Rama pergi
menuju ke ruangan sidang istana.
Dalam sidang itu Sri Rama bertanya pada seluruh peserta sidang
tentang hal-hal yang terjadi dan sudah menjadi bahan pembicaraan orang
didalam kota Ayodya maupun diluar kota.
Rama: katakanlah padaku, apa yang sebenarnya telah terjadi? Apa yang aku
tidak ketahui hingga semua orang membicarakan tentang keluargaku?
Mentri Badra: penduduk ayodya sangat mengagumi keagungan anda, tuanku. Di
jalan-jalan, dipasar, ditempat umum pun semua orang mengungkapkan betapa
beruntungnya mereka memiliki raja seperti anda. Namun, setelah anda berhasil
membawa kembali Dewi Sita, mereka mulai membicarakan anda tuanku.
Rama: katakanlah dengan jelas apa maksudmu mentri, berkatalah dengan jujur!
Penasihat: hamba akan menjawab yang mulia, para rakyat merasa heran
bagaimana anda bisa kembali menerima dewi Sita, sedangkan dewi Sita sudah
begitu lama disekap di alenka. Dewi Sita dianggap tidak mungkin masih suci
dan tidak ternodai oleh para raksasa disana termasuk rahwana.
Sri Rama yang mendengar hal itu sangat merasa terkejut, ia merasa
sangat terpukul mendengar apa yang menjadi bahan pembicaraan
rakyatnya. Lasmana yang mendengar perkataan penasihat kerajaan itu
langsung berdiri dan berteriak murka.
Laksmana: hentikan omong kosongmu itu penasihat! Kakak Sita adalah wanita
paling suci, ia tidak akan seperti itu. Bawalah kemari orang yang menyebarkan
hal tidak berguna itu, aku sendiri yang akan membunuhnya.
Rama: berhenti adikku, katakanlah padaku, apakah kalian juga mendengar hal
itu dari para rakyat?
Semua orang mengiakan apa yang menjadi pertanyaan Rama. Hal itu
sangat menjadi beban bagi Sri Rama, namun ia tetap berusaha untuk tenang dan
melanjutkan sidangnya dengan baik. Setelah sidang dibubarkan, Rama
memanggil adik-adiknya untuk tetap diam dan berkumpul untuk membicarakan
hal ini. Setelah ruangan sidang hanya terisi oleh keempat saudara itu, Rama pun
berkata pada adik-adiknya.
Rama: apa yang harus aku lakukan, bagaimana caranya untuk meredamkan
desas desus yang sudah menyebar itu?
Bharata: kak Rama, seperti aturan-aturan terdahulu, sudah wajibnya bagi
seorang raja yang istrinya menjadi aib atau membawa aib bagi keluarganya
untuk diasingkan menjauh dari keluarga itu.
Laksmana: apa maksudmu Bharata?! Kita semua disini tau jika Kakak Sita tidak
mungkin seperti itu! Ia suci, apakah kau sendiri juga merasa jika kak Sita seperti
itu?!
Satrugna: hentikan kak, kita harus mencari titik tengah dari masalah ini bukan
malah berdebat. Ini bukan masalah sepele, kak Rama, pikirkanlah yang terbaik
untuk semuanya, bukan hanya untuk keluarga kita.
Bharata: itu benar, pikirkanlah hal ini sebagai seorang raja, bukan seorang
suami.
Rama: hahh…laksmana besok bawalah Sita ke tepi sungai gangga untuk
mengunjungi para petapa, tinggalkanlah ia dekat pertapaan Rsi Walmiki, ini
demi kebaikan kita semua.
Dengan berat hati dan perasaan kecewa yang mendalam, laksmana
akhirnya setuju pergi untuk mengantarkan Sita ke tempat yang ia
inginkan. Sesuai dengan perintah Rama akhirnya keesokan harinya
Laksmana mengantarkan Sita untuk pergi ke tepian sungai gangga. Sita
sangat gembira mengetahui jika permintaannya dituruti, namun
sayangnya Sri Rama tidak bisa menemaninya sesuai dengan janjinya.
Setibanya ditepian sungai gangga, laksmana tidak bisa lagi
membendung kesedihannya, ia menangis tersedu-sedu sambil terus
menggumamkan kata maaf kepada Sita.
Sita: hei, laksama. Ada apa? Kenapa kau menangis hingga seperti itu?
Laksmana: maafkan aku kakak, sebenarnya kak Rama memintaku untuk
meninggalkanmu disini, karena rakyat menganggapmu sudah tidak suci lagi.
Sita: apa maksudmu adikku? A – aku tidak mungkin seperti itu, aku tidak
mungkin menghianati Sri Rama.
Laksmana: ini demi kebaikan semuanya kak, aku juga kecewa dengan
keputusan kak Rama, tapi aku tak tau harus bagaimana.
Sita: baiklah laksmana, kembalilah ke Ayodya, jika raja sendiri sudah
memutuskan, lalu apa dayaku untuk melawan? Aku akan menerima segalanya
demi kebaikan Ayodya.
Pada akhirnya laksmana pergi kembali ke Ayodya dengan perasaan
kacau, ia meninggalkan Dewi Sita seorang diri ditepian sungai gangga. Sita
sangat sedih, ia menangis meratapi bagaimana kini nasibnya dan calon
buah hatinya. Ada seorang siswa dari pesramaan Rsi Walmiki yang
melihat sita dengan keadaan kacau begitu, akhirnya ia pun memutuskan
untuk membawa Sita ke gurunya yang pastinya sudah mengetahui apa
yang terjadi pada dewi sita.

Anda mungkin juga menyukai