ꦩꦺꦴꦢꦸꦭ꧀ꦱꦶꦁ ꦏꦠ꧀ꦥꦼꦔꦤ
ꦼ ꦭ꧀ꦱꦤꦲꦏꦶꦫꦗꦮ
1. Satu huruf dasar (aksara) = satu suku kata dengan vokal /a/
ka sa la ra
2. Vokal /a/ diubah dengan menggunakan tanda baca/diakritik yang disebut sandhangan
ki si li ri
ku kang kra kⱥ
se kring
sekring
5. Dalam praktek penulisan, aksara Jawa tidak menggunakan spasi antar kata.
se kring tu ru nⱥ
sekring turun
6. Terdapat pula aksara yang hanya digunakan dalam konteks tertentu, angka, tanda baca, serta
tumpukan sandhangan dan aksara yang kompleks.
2
Contoh Pemakaian
Serat Jaya Lengkara Wulang (ditulis di Yogyakarta, 1803) koleksi British Library no. MSS Jav 24.
Naskah-naskah Jawa mewah umum dihias dengan pigura dekoratif yang bernama wadana, di awal,
akhir, dan bagian-bagian teks pada bergantian bagian yang penting.
3
Sepanjang sejarahnya, aksara Jawa memiliki banyak variasi gaya dan langgam penulisan.
Pada masa pra kemerdekaan, aksara Jawa juga lumrah digunakan sebagai teks keseharian. Gambar di
atas kiri adalah salah satu sampul majalah Kajawèn, majalah populer yang seluruh isinya dicetak
dengan aksara Jawa, terbit antar tahun 1926 hingga 1942. Di bagian bawah dapat terlihat iklan untuk
Tablet Gardhan untuk mengobati “sakit waja, sakit puyeng, sakit urat, dll.”
Atas kanan adalah halaman depan dari sebuah buku yang dicetak pda tahun 1898 untuk merayakan
kenaikan ratu Wilhelmina sebagai ratu Belanda. Tulisan di halaman tersebut merupakan ucapan dari
seorang warga Semarang yang bernama Sri Makutho.
4
MENGGUNAKAN PASANGAN
Konsep pasangan aksara, meski lumrah dalam aksara Jawa dan Bali, merupakan konsep yang mungkin
tidak intuitif bagi pengguna pertama aksara Jawa. Beberapa konsep yang berguna untuk diingat:
• Tiap aksara memiliki vokal bawaan /a/ yang dihilangkan dengan sandhangan pangkon, namun
• Pangkon hanya digunakan di akhir kalimat, dan normalnya tidak digunakan di tengah kata
atau kalimat, maka …
• Pasangan digunakan apabila vokal perlu dimatikan di tengah kata dan kalimat
ꦲ ꦭ꧀ꦱ꧀ ꦒ → ꦲ ꦭ꧀ꦱꦒ
a l ga a lga
Karena pangkon tidak dapat digunakan di tengah kata “alga”, AKSARA BERIKUTNYA (yakni [ga]) diubah
ke dalam bentuk pasangan dan ditempelkan ke aksara [la].
Pasangan seringkali memiliki bentuk yang berbeda dengan aksara asalnya, pada contoh di atas
kebetulan saja pasangan dan aksara [ga] memiliki bentuk yang identik. Perhatikan contoh berikut:
ꦠ꧀ ꦤꦠ ꦢ ꦤꦢ ꦱ ꦤꦶ
ta nta da nda sa nsa
ꦱꦤ꧀ꦢꦭ꧀ꦱ꧀ꦥꦺꦤ꧀
ꦱ ꦤ꧀ ꦢ ꦭ꧀ꦱ꧀ ꦥ ꦺ ꦤ꧀
sa n da l pa ma n
ꦱ ꦤꦢ ꦭ꧀ꦱꦥ ꦺ ꦤ꧀
sa nda lpa ma n
ꦱꦤꦢꦭ꧀ꦱꦥꦺꦤ꧀
5
Beberapa Catatan saat Menulis
1. Sebagian besar aksara dimulai dengan bentuk punuk yang mulai ditarik dari kiri bawah. Perhatikan
pula bahwa aksara Jawa secara tradisional ditulis menggantung pada garis bantu di sebelah atas
aksara
Garis bantu
Punuk awal
ha da na ka
na ka
+1 punuk +2 punuk
nga ba nya
ca sa
wa pa
4. Perhatikan ukuran dan bentuk umum dari sandhangan wulu serta pepet agar satu sama lainnya
dapat mudah dibedakan
…i …e
5. Perhatikan proporsi: jangan menciutkan ukuran tulis sandhangan dan pasangan secara berlebihan
dibanding aksara utamanya
6
Bacaan
Behrend, T E (1996). "Textual Gateways: the Javanese Manuscript Tradition". Dalam Ann Kumar; John
H. McGlynn. Illuminations: The Writing Traditions of Indonesia (dalam bahasa Inggris). Jakarta:
Lontar Foundation. ISBN 0834803496.
Everson, Michael (6 Maret 2008). "Proposal for encoding the Javanese script in the UCS" (PDF). ISO/IEC
JTC1/SC2/WG2. Unicode (N3319R3).
Molen, Willem van der (1993). Javaans Schrift. Vakgroep Talen en Culturen van Zuidoost-Azië en
Oceanië, Rijksuniversiteit te Leiden (dalam bahasa Belanda). Semaian 8. Leiden:
Rijksuniversiteit te Leiden. ISBN 90 73084 09 1.
Robson, Stuart Owen (2011). "Javanese script as cultural artifact: Historical background". RIMA: Review
of Indonesian and Malaysian Affairs. 45 (1-2): 9-36.
Rochkyatmo, Amir (1 Januari 1996). Pelestarian dan Modernisasi Aksara Daerah: Perkembangan Metode
dan Teknis Menulis Aksara Jawa (PDF). Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Pedoman Penulisan
Koemisi Kasoesastran ing Sriwedari, Soerakarta (1926). Wawaton Panjeratipoen Temboeng Djawi mawi
Sastra Djawi dalasan Angka. Kongres Sriwedari. Weltevreden: Landsdrukkerij. Dikenal juga
sebagai Wewaton Sriwedari atau Paugeran Sriwedari. Terjemahan Bahasa Indonesia dapat
dibaca di sini
Darusuprapta (2002). Pedoman Penulisan Aksara Jawa. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara
bekerja sama dengan Pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Tingkat I
Jawa Tengah, dan Daerah Tingkat I Jawa Tengah. ISBN 979-8628-00-4.
7
Pranala Sejumlah Naskah digital