Aksara Sunda adalah huruf-huruf yang membentuk bahasa Sunda dan digunakan oleh para orang Sunda. Aksara Sunda kerap kali mengalami perubahan dan aksara versi kuno nyatanya berbeda dengan yang digunakan saat ini. Sejarah Aksara Sunda Akar dari Pallawa Aksara Sunda awalnya berasal dari huruf Pallawa. Huruf Pallawa adalah jenis huruf tertua di Indonesia dan ditemukan di prasasti Kutai, Kalimantan. Adopsi huruf pun terus berkembang seiring dengan banyaknya kerajaan yang mampir ke nusantara. Dengan adanya kerajaan Tarumanegara yang menguasai Jawa bagian Barat, maka aksara yang menggambarkan bahasa Sunda pun ikut terpengaruh dengan adanya huruf sansekerta. Tahun 1705, VOC sempat menduduki daerah Priangan. Sebagai pihak yang sempat memerintah, mereka mengeluarkan aturan bahwa aksara yang resmi salah satunya adalah Sunda, Pegon, Latin dan arab. Setelah 1945 jarang menggunakan aksara ini lagi dan lebih banyak menggunakan huruf latin. Saat ini aksara dari tanah Sunda ini juga tidak memiliki dukungan font di smartphone maupun komputer. Fungsi Aksara Sunda 1. Membedah sejarah, Pendalaman materi tentang sejarah Sunda masih sangat minim. Naskah kuno yang dipegang di museum juga belum banyak dibedah oleh para sejarawan. Itu sebabnya, dengan mempelajari aksara Sunda, Anda bisa melanjutkan penggalian sejarah yang yang ada di tanah Sunda. 2. Melestarikan budaya, Budaya Sunda cukup panjang dan sayang sekali apabila tidak diteruskan. Ditambah lagi dengan aksara Sunda font tidak bisa dimiliki oleh semua perangkat. Itu sebabnya, salah satu pelestarian budaya yang bisa dilakukan adalah dengan mempelajarinya sehingga tidak terlupakan. 3. Membaca marka jalan, Uniknya, beberapa spot di kota besar menggunakan marka jalan yang menggunakan aksara Sunda. Jika Anda tengah berkunjung dan tidak tahu cara membacanya, tentunya Anda akan kebingungan. Beberapa museum di Jawa Barat juga menampilkan naskah pengantar menggunakan aksara ini. Jenis Aksara Sunda 1. Aksara Ngalagena, Lambang bunyi yang ditimbulkan memiliki bentuk fonem konsonan. Secara umum, vokal yang ada dalam jenis aksara yang satu ini mengandung bunyi huruf a. Jumlah aksaranya ada delapan belas jenis. Alat ucap yang digunakan pun bermacam-macam mulai dari artikulasi bibir, gigi, lidah, kerongkongan dan langit-langit. Aksara Sunda dalam jenis Ngalagena di antaranya adalah: 2. Aksara Swara/vokal mandiri. Jika dalam abjad bahasa Indonesia kita mengenal 5 huruf vokal mandiri, dalam bahasa Sunda kita mengenal 7 macam. Tambahannya adalah é dan eu yang menjadi ciri khas orang Sunda dalam berbahasa atau berbicara. 3. Rarangken aksara. merupakan salah satu sisipan yang akan menyempurnakan sebuah kata. Rarangken secara umum memiliki 5 jenis yang berbeda. Rarangken luhur, berada di atas huruf yang termasuk ke dalam kelas aksara ngalagena. Namanya adalah Rarangken panghulu mengubah a menjadi i. Pamepet mengubah a menjadi e. Paneuleung mengubah a menjadi eu. Panglayar menambahkan huruf r. Sementara panyecek menambahkan huruf ng. Rarangken handap, diletakkan di bawah alias di handap. Panyuku mengubah huruf a menjadi u, panyakra digunakan untuk menyisipkan huruf r di tengah dua huruf ngalagena. Yang terakhir adalah panyiku digunakan untuk menyisipkan huruf l di antara dua huruf. Rarangken sajajar, penulisannya harus sejajar dengan huruf kategori ngalagena. Paneleng digunakan untuk mengganti a menjadi e. Pamingkal menambahkan y di tengah dua huruf. Pangwisad menambahkan h pada akhir huruf. Panolong mengubah a menjadi o. Sementara pamaeh berfungsi untuk mematikan huruf.