Anda di halaman 1dari 32

“Analisis Kontrastif Tataran Morfologi

Pola Isim Tafdhil dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Anakon/Anakes yang diampu oleh

Prof. Dr. Yumna Rasyid, M. Pd dan Puti Zulharby, M. Pd

Disusun oleh:
Ahmad Faridz Rizqy (1205617009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Allah swt atas segala nikmat dan curahan rahmat yang telah diberikan-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat
serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad Saw., beserta sahabat, dan
para pengikutnya yang senantiasa menjalankan sunah-sunah beliau hingga akhir zaman.

Dengan segala bimbingan, arahan, dan bantuan dari semua pihak, akhirnya penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah Analisis Kontrastif dan Analisis
Kesalahan (ANAKON ANAKES) yang berjudul “Tataran Bidang Morfologi; Pola Isim Tafdhil
dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia”. Ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya saya
sampaikan kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Yumna Rasyid, M. Pd dan Ibu Puti Zulharby, M. Pd selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan (ANAKON
ANAKES).
2. Semua pihak yang tidak bisa untuk kami sebutkan satu persatu.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena itu saya sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dari makalah ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah membantu selama proses
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca
terkhusus bagi diri saya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain.

Jakarta, 19 April 2020


Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 3

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4


A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
B. Batasan Penelitian ................................................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................................... 7
BAB II : KAJIAN TEORITIK ................................................................................................. 8
A. Hakikat Analisis Kontrastif .................................................................................................... 8
B. Hakikat Morfologi .................................................................................................................. 8
i. Hakikat Morfologi dalam Bahasa Indonesia ....................................................................... 10
a) Pengertian Morfologi dalam Bahasa Indonesia ........................................................... 10
b) Proses Morfologi dalam Bahasa Indonesia ................................................................ 11
ii. Hakikat Morfologi dalam Bahasa Arab ............................................................................ 13
a) Pengertian Morfologi dalam Bahasa Arab ................................................................. 13
b) Proses Morfologis dalam Bahasa Arab ...................................................................... 13
C. Hakikat Proses Morfologi Pola Isim Tafdhil Dalam Bahasa Indonesia ................................ 14
D. Hakikat Proses Morfologi Pola Isim Tafdhil Dalam Bahasa Arab ....................................... 18
BAB III : PEMBAHASAN ...................................................................................................... 27
A. Persamaan dan Perbedaaan Pola Isim Tafdhil dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia .. 27
B. Ramalan Kemudahan dan Kesulitan ...................................................................................... 28
C. Solusi dari Hasil Analisis Kontrastif dalam Kajian Proses Morfologi Pola Isim Tafdhil Terhadap
Pengajaran Bahasa Arab ............................................................................................................. 29
BAB IV : PENUTUP ................................................................................................................ 30
A. KESIMPULAN ..................................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 31

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan berbahasa dan mempelajari bahasa merupakan kebutuhan yang bisa
dikatakan sama kunonya dengan sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Mengapa? Karena
hakikatnya berbahasa merupakan suatu kegiatan alamiah yang sama halnya dengan
bernapas yang kita tidak memikirkannya. Akan tetapi, apabila kita pikirkan seandainya kita
tidak berbahasa dan tidak melakukan tindak berbahasa, maka identitas kita sebagai “genus
manusia” (homosapiens) akan hilang karena berbahasa mencerminkan “kemanusiaan”.1
Banyak orang yang mengartikan makna bahasa adalah alat komunikasi. Definisi itu benar,
namun tidak menggambarkan arti bahasa secara keseluruhan, pada nyatanya pengertian
bahasa tidak hanya sebatas itu. Banyak para ahli yang mencoba mendefinisikan tentang
bahasa, salah satunya adalah menurut Kridalaksana. Menurut Kridalaksana bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbitrer (suka-suka) yang digunakan oleh para anggota
kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.2 Dari
definisi tersebut kita dapat mengetahui bahwa selain alat komunikasi, bahasa juga
merupakan suatu alat untuk mengidentifikasi diri. Sehingga kita dapat mengetahui asal
muasal seseorang bedasarkan bahasa yang dituturkannya.
Oleh karena itu, Bahasa Arab merupakan bahasa umat Islam yang menduduki
posisi penting, terutama di Indonesia. Hal ini bukan saja karena penduduk Indonesia yang
mayoritasnya memeluk agama Islam dan secara tidak langsung menggunakan Bahasa Arab
dalam praktik ibadah solat, khutbah jum’at, zikir dan lain sebagainya, namun lebih dari itu
Bahasa Arab dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran ilmu-ilmu ke-
Islaman di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia terdapat banyak
lembaga pendidikan yang menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari, baik dalam
kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran.

1. Rohmani Nur Indah, Gangguan berbahasa (kajian pengantar), (Malang: UIN MALIKI PRESS, 2012)
hal. 3.
2. Abdul Chaer, Linguistik Umum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994) hal. 32.

4
Selain itu, Bahasa Arab juga menjadi kunci pokok bagi seseorang untuk membuka
cakrawala pengetahuan keislamannya. Dengan maraih kunci tersebut, maka seseorang
akan mampu mengetahuinya baik dalam sejarah, keilmuan, serta kebudayaan islam yang
dahulu pernah dicapainya.
Bahasa Arab sebagai bahasa ilmu pengetahuan telah diakui peranannya oleh
lembaga internasional, bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah membuat suatu
keputusan yang menetapkan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa resmi yang
dipergunakan dalam lembaga internasional ini serta lembaga-lembaga yang bernaung di
bawahnya. Adanya kepentingan tersebut menjadikan bahasa Arab dalam segala aspeknya,
layak dan menarik untuk dikaji.3
Dalam setiap negara suatu bahasa pasti memiki karakteristik tertentu yang berbeda
dengan negara-negara lain. Begitu juga antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia.
Kedua bahasa ini memiliki keunikan satu sama lain. Misal, di dalam Bahasa Arab sangat
terkenal dengan struktur kalimatnya yang sangat memperhatikan dari berbagai aspek
seperti muannast dan mudzakarnya, serta mufrad, tasniyah, dan jama’ nya dan pengi’raban
di akhir kalimatnya.
Selain itu morfologi dalam bahasa Arab memiliki keunikan tersendiri dibandingkan
dengan bahasa-bahasa lainnya. Hanya dari satu kata dasar saja dapat melahirkan berpuluh-
puluh kata lain yang memiliki arti yang berbeda dan kedudukan yang berbeda pula.

Misalnya saja kata ‫( فعل‬kata kerja bentuk lampau) dapat berubah menjadi kata ‫( يفعل‬kata
kerja yang menunjukkan waktu sekarang atau waktu yang akan datang), dan setiap kata
kerja tersebut akan berubah sesuai dengan pelaku pekerjaannya atau subjeknya.
Analisis kontrastif, berupa prosedur kerja, adalah aktifitas atau kegiatan yang
mencoba membandingkan struktur B1 dengan B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-
perbedaan antara dua bahasa yang diperoleh dan dihasilkan melalui analisis kontrastif,
yang dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan-
kesulitan belajar berbahasa yang akan dihadapi para mahasiswa di kampus, terlebih dalam
belajar B2.

3. Syamsudin Asyrofi dan Uswatun Hasanah, Konstruksi Apositif Dalam Bahasa Arab, (Yogyakarta:
Gema Insani Press, 1993), hal. 1

5
Karena hambatan terbesar dalam proses menguasai B2 adalah tercampurnya sistem
bahasa pertama dengan bahasa kedua. Disinilah peran analisis kontrastif, yaitu
menjembatani kesulitan tersebut dengan mengkontraskan kedua sistem bahasa tersebut
untuk meramalkan kesulitan-kesulitan yang mungkin akan dialami siswa. Dari hasil
analisis itu akan diketahui perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan struktur yang
dikontraskan. Makin banyak perbedaan, makin banyak pula waktu yang harus digunakan
untuk melatih siswa.
Dalam hal ini Tujuan ilmu bahasa atau linguistik pada dasarnya sama dengan tujuan
ilmu pengetahuan pada umumnya, yaitu memberikan penjelasan yang sistematis dan
lengkap terhadap suatu objek kajian, dalam hal ini tentang fenomena-fenomena
kebahasaan. Fenomena-fenomena kebahasaan dalam linguistik dapat diterangkan secara
ilmiah dengan tidak mengadakan spekulasi-spekulasi.4
Kesimpulannya adalah Analisis Konstrastif merupakan salah satu cabang linguistik
yang berfungsi mengontraskan dua bahasa atau lebih yang tidak serumpun dan linguistik
ini dapat membantu kesulitan yang mungkin dialami seseorang dalam mengajarkan bahasa
yang berbeda rumpun bahasanya. Dalam hal ini dalam mengajar dan belajar bahasa tidak
mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan bahasa yang dipelajari.5
Berdasarkan hal tersebutlah yang membuat penulis tertarik untuk membahas
tentang analisis kontrastif morfologi pola isim tafdhil (struktur kalimat perbandingan)
dalam Bahasa Arab maupun Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini penulis akan
menggunakan analisis kontrastif, yaitu melakukan penelitian dengan cara membandingkan
persamaan-persamaan dari berbagai perbedaan antara kedua bahasa tersebut beserta
hakikatnya. Kemudahan atau kesukaran yang dijumpai pada pelajar dari kedua bahasa
tersebut berhubunga erat dengan persamaan dan perbedaan antara bahasa pertama dan
bahasa kedua. Tingkat perbandingan dalam Bahasa Arab biasa disebut dengan Isim Tafdhil
sedangkan dalam Bahasa Indonesia tersebut berada pada 3 tingkat perbandingan, yaitu
ekuatif, komparatif, dan superlatif.

4. Tajudin Nur, “Analisis Konstrastif Dalam Studi Bahasa”, dalam Jurnal Of Arabic Studies , Vol 1
(No.2), 2016 (Jakarta: IMLA, 2016), hlm. 65.
5. Henry Guntur Tarigan, “Pengajaran Analisis Kesalahan” ... hlm. 28.

6
B. Batasan Penelitian
Penilitian ini merupakan penelitian analisis kontrastif dua bahasa yaitu Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab dalam bidang kajian Morfologi, yaitu cabang linguistik
yang memfokuskan pada objek penelitian pola isim tafdhil (struktur kalimat
perbandingan). Morfologi menganalisis struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata.
Tujuan kajiannya diarahkan pada mengetahui bagaimana proses pembentukan struktur
kalimat perbandingan kedua bahasa tersebut.
Penelitian ini akan dibatasi pada objek kajian ekuatif, komparatif, dan superlatif
sampai solusi yang dihasilkan dari analisis tersebut dalam bidang kajiannya terhadap
pengajaran Bahasa Arab.
C. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan analsis kontrastif ?
2. Apa yang dimaksud dengan Morfologi dan apa saja objek kajian dari Morfologi?
3. Bagaimana proses morfologi pola isim tafdhil dalam Bahasa Indonesia ?
4. Bagaimana proses morfologi pola isim tafdhil dalam Bahasa Arab ?
5. Apa saja persamaan dan perbedaan proses morfologi pola isim tafdhil dalam
Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab ?
6. Apa saja kemudaha dan kesulitan dalam analisis kontrastif dari proses morfologi
pola isim tafdhil dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab ?
7. Bagaimana solusi dari hasil analisis kontrastif bidang kajian proses morfologi pola
isim tafdhil terhadap pengajaran Bahasa Arab ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan morfologi Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia.
2. Mengetahui proses morfologi pola isim tafdhil dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Arab.
3. Mengetahui persamaan dan perbedaan dari proses morfologi pola isim tafdhil
dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab.
4. Menjelaskan kemudahan dan kesukaran, dan solusi siswa mempelajari perubahan
bentuk kata (morfologi) pada Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab.

7
BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Hakikat Analisis Konstrastif


Hakikat dari analisis kontrastif adalah adanya istilah interferensi dan transfer
pindahan untuk mencari kesulitan dalam menentukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan antara bahasa sumber dan bahasa target.
Oleh karena itu banyak linguis yang menyatakan bahasa analisis kontrastif
sangat penting dan berguna dalam pengajaran bahasa asing atau bahasa kedua. Ada
beberapa linguis yang mendefinisikan analisis kontrastif diantaranya Dardjowodjojo
dan Kridalaksana. Analisis kontrastif menurut Dardjowidjojo, adalah cabang ilmu
bahasa yang tugasnya membandingkan secara sinkronik dua bahasa sedemikian rupa
sehingga kemiripan-kemiripan dan perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa itu bisa
dilihat. Sementara itu menurut Kridalaksana, analisis kontrastif adalah metode
sinkronis dalam analisis bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara
bahasa-bahasa atau dialek-dialek untuk mencari yang dapat diterapkan dalam masalah
praktis, seperti pengajaran bahasa dan terjemahan.6

Terdapat beberapa asumsi dasar yang dikemukakan oleh para penganut analisis
kontrastif, diantaranya sebagai berikut:
1. Anakon dapat dipergunakan untuk meramal kesalahan siswa mempelajari bahasa
asing atau bahasa kedua. Butir-butir perbedaan dalam tiap-tiap tataran bahasa
pertama dan kedua akan memberikan kesulitan kepada para siswa dalam
mempelajari bahasa kedua itu. Sebaliknya butir-butir yang sama akan
mempermudah siswa mempelajari bahasa kedua.
2. Anakon dapat memberikan satu sumbangan yang menyeluruh dan konsisten dan
sebagai alat pengendali penyusunan materi pengajaran dan pelajaran bahasa kedua
secara efisien. Dengan perbandingan perbedaan pada setiap tataran analisis bahasa,
bahan dapat disusun sesuai dengan tingkat kesulitan masing-masing tataran.

6. Sarwiji Suwandi, Serbalinguistik, (Surakarta: UNS Press dan LPP UNS, 2010), hlm. 4

8
3. Anakon pun dapat memberikan sumbangan untuk mengurangkan proses
interferensi dari bahasa pertama/bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau asing.

Tokoh utama pelopor anakon adalah Robert Lado. Lewat buku “Linguistik
Across Cultures!”7 Linguistik di Pelbagai Budaya, anakon diperkenalkan dan
diterapkan. Robert Lado memberikan prosedur dan langkah analisis kontrastif sebagai
berikut:

- Langkah Pertama: tempatkan satu deskripsi struktural yang terbaik tentang


bahasa-bahasa yang bersangkutan. Deskripsi ini harus mencakup tataran
fonologi, morofologi, sintaksis, dan semantik. Deskripsi ini harus mencakup
bentuk, makna dan distribusi.
- Langkah Kedua: rangkum dalam satu ikhtisar yang terpadu semua struktur.
Ini berarti seorang linguis harus merangkumkan semua kemungkinan pada
setiap tataran analisis bahasa yang diteliti dan dibandingkan.
- Langkah Ketiga: bandingkan kedua bahasa itu struktur demi struktur dan pola
demi pola. Dengan perbandingan tiap struktur dan pola dalam dua sistem bahasa
itu, orang dapat menemukan masalah-masalah dalam pembelajaran bahasa. Kita
akan menemukan pola yang sama dan berbeda.

Sudibyo (2004) menyimpulkan pemahaman tentang analisis kontrastif yang


mengutip dari pendapat Lado (1966) bahwa Pertama: analisis kontrastif berkatian
dengan perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam dua bahasa atau lebih untuk
mengetahui persamaan, dan atau perbedaan unsur-unsur tersebut. Unsur-unsur yang
dimaksud bervariasi dari unsur bahasa yang terkecil, yaitu sistem bunyi, hingga unsur
bahasa yang paling besar, wacana. Kedua: perbandingan kedua unsur-unsur bahasa
tesebut dilakukan secara sinkronis atau deskriptif, yaitu berbandingan dalam suatu
masa tertentu yang terbatas tanpa melibatkan perkembangan historis dari bahasa-
bahasa yang sedang dibandingkan. Ketiga: hasil perbandingan tersebut dimaksudkan
untuk berbagai keperluan, dari untuk pemahaman umum hingga untuk keperluan

7. Rahmawati Nur Fu’adah, “Analisis Kontrastif Morfologi Bahasa Arab dan Indonesia”, dalam Jurnal
UIN Sunan Kalijaga , Vol 4 (No.1), 2014 (Yogyakarta: 2014), hlm. 15.

9
praktis seperti untuk pengajaran, penerjemahan, dan penelitian.

Pengertian analisis kontrastif secara etimologis, analisis kontrastif berasal dari


kata analisis dan kontrastif. Analisis berarti penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab-musababnya, duduk perkaranya dan sebagainya). Adapun kontrastif
merupakan ajektiva yang bermakna memperlihatkan perbedaan yang nyata apabila
diperbandingkan.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis kontrastif adalah


pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menggunakan teknik perbandingan antara
Bahasa pertama dan Bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari sehingga guru
dapat meramalkan kesalahan siswa dan siswa segera menguasai bahasa yang sedang
dipelajarinya.

B. Hakikat Morfologi
i. Hakikat Morfologi Dalam Bahasa Indonesia
a) Pengertian Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti “bentuk”
dan logi yang berarti “ilmu”. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti “ilmu
mengenai bentuk‟. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti “ilmu
mengenai bentuk-bentuk dan pembentukkan kata”. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata atau morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatik maupun fungsi semantik.

a.) Objek Kajian Morfologi


Objek kajian morfologi adalah satuan-satuan morfologi, proses-proses
morfologi, dan alat-alat dalam proses morfologi itu. Satuan morfologi adalah:
- Morfem (akar atau afiks) dan Kata

10
Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna.
Morfem ini dapat berupa akar (dasar) dan dapat pula berupa afiks. Akar dapat
menjadi dasar dalam pembentukkan kata, sedangkan afiks tidak; akar
memiliki makna leksikal; sedangkan afiks hanya “menjadi” penyebab
terjadinya makna gramatikal.
Sedangkan kata adalah satuan gramatikal yang terjadi sebagai hasil dan
proses morfologis. Dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar
dan dalam tataran sintaksis merupakan satuan terkecil. Secara bersendiri setiap
kata memiliki makan leksikal dan dalam kedudukannya dalam satuan ujaran
memiliki makna gramatikal.

b) Proses Morfologi dalam Bahasa Indonesia


1) Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk
dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur: (1) dasar atau bentuk dasar, (2)
afiks, (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses afiksasi ini tidak berlaku
untuk semua bahasa, ada sejumlah bahasa yang tidak mengenal proses ini.
Terdapat beberapa jenis afiks. Dilihat dari tempat melekatnya afiks dapat
dibedakan menjadi prefiks, infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan transfiks.
Prefiks adalah afiks yang terletak di muka bentuk dasar misalkan dalam
bahasa Indonesia prefiks me- dalam kata mencuci (me+cuci= mencuci).
Prefiks dapat muncul atau digabungkan dengan afiks lain. Yang dimaksud
dengan infiks adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Misalkan
dalam bahasa Indonesia menganal adanya infiks - el- dalam kata telunjuk.
Sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada bagian kanan bentuk dasar atau
pada akhir bentuk dasar. Konfiks adalah merupakan morfem terbagi. Afiks
tersebut dibubuhkan di awal dan di akhir bentuk dasar. Afiks yang terdapat di
awal dan akhir bentuk dasar merupakan satu kesatuan. Yang dimaksud
dengan interfiks adalah sejenis infiks atau elemen-elemen penyambung yang
muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur. Transfiks adalah afiks
yang berwujud vokal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan dasar.

11
Transfiks ini dapat kita jumpai dalam bahasa Semit (Arab dan Ibrani). Dalam
bahasa ini dasar biasanya berupa konsonan-konsonan, biasanya tiga
konsonan, seperti k-t-b “tulis” dan d-r-s “belajar”. Maka transfiks itu
diimbuhkan ke dalam konsonan-konsonan itu.
2) Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar,
baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dalam perubahan
bunyi. Dalam linguistik Indonesia dikenal beberapa istilah. Sebagai contoh
dalam bahasa Sunda dikenal adanya istilah dwilingga misalnya aki-aki, nini-
nini, trilingga misalnya dalam kata dag-dig-dug, hah-heh-hoh dan beberapa
istilah lainnya.
3) Komposisi
Proses morfologi komposisi merupakan proses penggabungan dua
buah morfem dasar dengan morfem dasar, baik morfem bebas maupun terikat
yang kemudian menghasilkan sebuah kata yang baru yang memiliki makna
yang berbeda atau makna yang baru. Proses ini dikenal dibeberapa bahasa.
Dalam bahasa Arab salah satu contoh kata hasil dari proses komposisi adalah
“hajarul aswad”.
4) Akronimisasi
Akronimisasi atau pemendekan merupakan proses penanggalan
bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk
singkat tanpa merubah makna asalnya atau makna bentuk utuh sebelum
terjadi proses pemendekkan.
5) Konversi
Konversi lazim juga disebut derivasi zero, transmusi atau transposisi
adalah proses pembentukkan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu
menjadi kata berkategori lain, tanpa merubah bentuk fisik dari dasar itu.
Misalkan dalam bahasa Indonesia terdapat kata cangkul. Kata cangkul dalam
kalimat pertama berkategori nomina dan kata cangkul dalam kalimat 2
berkategori verba.
a) Ayah membawa cangkul ke kebun b) Cangkul dahulu tanahnya!

12
ii. Hakikat Morfologi Dalam Bahasa Arab
a) Pengertian Morfologi dalam Bahasa Arab
Dalam bahasa Arab morfologi dikenal dengan istilah Sharaf. Sharaf yaitu ilmu
tentang asal usul kata yang dengan ilmu tersebut dapat diketahui bentuk-
bentuk dari kata-kata bahasa Arab dan keadaanya, yang bukan i’rab dan bukan
bina’. Ilmu Sharaf adalah ilmu yang membahas tentang berbagai kata dari sisi
taṣhrif, i’lal, idgam, dan pergantian huruf. Adapun yang menjadi ruang
lingkup pembahasannya adalah:
a) Isim yang mutamakkin (yang dapat di i’rab), dan
b) Fi‟il yang dapat ditaṣrif.

Kesimpulannya adalah morfologi dalam bahasa Arab yang menurut bahasa


berarti mengubah sesuatu dari asalnya, dan menurut istilah ialah mengubah
dari asal (pokok) pertama kepada contoh yang berlainan Al Kailani
mengatakan “Tasrif adalah perubahan asal yang satu menjadi contoh-contoh
yang banyak bagi beberapa arti yang diharapkan, yang tidak mungkin dapat
diperoleh kecuali dengannya”. Yang dimaksud asli disini ada dua pendapat,
menurut ulama’ Basrah ialah masdar dan menurut ulama’ kufah ialah fi’il
madhi. Sedang dimaksud dengan mengubah adalah mengubah dari pada fi’il
madi ke fi’il mudhari’, masdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il amar, fi’il nahi,
isim zaman/makan, dan isim alat.

b) Proses Morfologi dalam Bahasa Arab


Proses morfologis adalah cara pembentukan kata-kata dengan
menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Yang dapat
dilakukan dengan:
Afiksasi. terbagai kepada: 1. Prefiks, 2. Infiks, 3. Sufiks, dan 4. Konfiks
Reduplikasi. Dalam bahasa Arab, proses seperti ini disebut ‫التأكيد‬.
Komposisi. Dalam bahasa Arab juga banyak ditemukan, seperti:
(dll , ‫ بيت هللا‬،‫ حجر السود‬،‫)أخير الكالم‬. Hal ini disebut dengan ‫ الجملة إلضافية‬.
Modifikasi Internal. Dalam hal ini, bahasa Arab selalu menggunakan

13
modifikasi internal, karena bahasa Arab tidak bisa dibaca tanpa dibantu
dengan vokal-vokal )‫(الحركات‬
Pemendekan )‫ (النحت‬Dalam bahasa Arab ditemukan istilah ‫النحت‬/ al-naht/.
Morfofonemik. Dalam bahasa Arab, kemungkinan besar ha-nya bisa
dikiaskan kepada prefiks ‫ ال‬yang kemudian dibedakan menjadi ‫ القمرية‬dan
‫الشمسية‬.

Menurut mayoritas ulama ‫ إلشتقاق‬ada tiga macam:

‫ إلشتقاق الصغري‬/ Isytiqâq al-Sagîr/

‫ إلشتقاق الكبري‬/ Istiqâq al-Kabîr/

‫ إشتقاق الكرب‬/ Istiqâq al-Akbar/

C. Hakikat Proses Morfologi Pola Isim Tafdhil Dalam Bahasa Indonesia

Kata-kata sifat secara khusus dapat ditempatkan dalam tingkat perbandingan


untuk membandingkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain, suatu benda dengan
benda yang lain atau suatu tindakan dengan tindakan yang lain. Secara umum terdapat
tiga macam tingkat perbandingan, yaitu tingkat (1) ekuatif, (2) komparatif, dan (3)
superlatif.
Tingkat ekuatif adalah bentuk morfologi untuk menyatakan bahwa dua hal yang
dibandingkan memiliki kualitas atau sifat yang sama. Tingkat komparatif menyatakan
bahwa satu dari dua hal yang dibandingkan memiliki sifat atau kualitas yang lebih
ataupun kurang dari yang lain. Sedangkan tingkat superlatif menyatakan bahwa dari
sekian hal yang dibandingkan ada satu yang memiliki kualitas atau sifat yang paling
menonjol dibanding yang lainnya. Berikut ini penjelasan tentang bentuk-bentuk tingkat
perbandingan dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Arab. Penjabaran ini
dimaksudkankan untuk melihat dengan lebih jelas perbedaan serta persamaan bentuk
tingkat perbandingan yang mungkin ada diantara ketiga bahasa tersebut.
Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga macam bentuk tingkat perbandingan:
ekuatif, komparatif, dan superlatif.

14
1. Bentuk Ekuatif / Positif
Ada dua macam bentuk untuk menyatakan perbandingan ekuatif,
yakni (1) pemakaian se-, dan (2) pemakaian sama…. dengan. Perhatikan
pola berikut:
a. se + adjektiva….
b. sama + adjektiva + -nya + dengan….
Dari formula (a) kita tahu bahwa cara membentuk perbandingan ekuatif
adalah dengan menambahkan (se-) dimuka adjektiva. Dengan demikian, kita
peroleh bentuk seperti:
1. Amanda secantik ibunya.
2. Faridz tidak seberani adiknya.
3. Harga di Pasar Kebayoran tidak semahal di Pasar Pramuka.
Dalam kaitannya dengan adjektiva turunan, bentuk se- tidak dapat dipakai
dengan adjektiva yang diturunkan dari paduan kata yang menimbulkan
makna baru. Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa paduan seperti tinggi
hati sebenarnya hanyalah kiasan dari sombong, sehingga bentuk
perbandingannya dilekatkan pada arti itu dan bukan pada bentuk lahiriahnya.
Karena itu, bentuk setinggi hati tidak dapat diterima, sedangkan
bentuk sesombong dapat diterima.

Cara kedua untuk membentuk perbandingan ekuatif ialah dengan


memakai (sama + adjektiva + -nya + dengan). Bentuk kedua ini lebih
produktif karena dapat digunakan pada bentuk adjektiva macam apa saja.
Contohnya:
1. Mesin cuci ini sama mahalnya dengan mesin cuci itu.
2. Kita sama manusiawinya dengan orang Barat.
3. Fatimah sama lemah lembutnya dengan kakaknya.

15
2. Bentuk Komparatif
Tingkat perbandingan komparatif menyatakan bahwa satu dari dua hal
yang dibandingkan memiliki kualitas lebih atau kurang dari yang lain. Dalam
bahasa Indonesia tingkat itu dinyatakan dengan pola sebagai berikut:
(lebih/kurang + adjektiva + daripada)
Berikut ini beberapa contohnya:
1. Barang Arab Saudi lebih baik daripada barang Amerika.
2. Restoran ini kurang bersih daripada restoran itu.
3. Dia kurang manusiawi daripada direktur sebelumnya.
Tingkat komparatif dengan memakai kata kurang memang ada dalam bahasa
Indonesia dan dipakai terutama apabila adjektivanya tidak memiliki padanan
lawan kata. Adjektiva seperti manusiawi dan ilmiah misalnya, tidak memiliki
lawan kata. Karena itu kurang manusiawi atau kurang ilmiah layak untuk
dipakai. Akan tetapi, jika adjektiva itu memiliki lawan kata, maka dalam
perbandingannya orang lebih condong memakai
bentuk lebih daripada kurang. Umumnya seseorang akan berkata: Saya
minta batu yang lebih besar daripada ini dan bukan memakai kata saya
minta batu yang kurang kecil daripada ini. Berikut ini adalah beberapa
contoh yang lain (Nomor (a) kurang umum, sedangkan (b) lebih umum);
1. a. Harga di Pasar Senen kurang mahal daripada di Pasar Pramuka.
b. Harga di Pasar Baru lebih murah daripada di Pasar Tanah Abang.
2. a. Berilah saya yang kurang besar.
b. Berilah saya yang lebih kecil.
3. a. Saya minta bola yang kurang berat daripada ini.
b. Saya minta bola yang lebih ringan daripada ini.
Meskipun bentuk yang memakai kata lebih sering dipakai seperti digambarkan
diatas, ada kalanya pemakaian bentuk yang memakai kata kurang sengaja
dipakai karena adanya perbedaan arti yang sangat halus. Perhatikan kalimat
berikut ini:
1. a. Sarah kurang cantik dibandingkan dengan kakaknya.
b. Sarah lebih jelek daripada kakaknya.

16
2. a. Saya minta air yang kurang panas.
b. Saya minta air yang lebih dingin.
Arti yang tersirat pada kalimat (1.a.) adalah bahwa Kakak Sarah itu cantik, dan
Sarah juga cantik. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan kakaknya, Sarah
kalah cantik. Pada kalimat (1.b.) Kakak Sarah tidaklah cantik, dia jelek. Tetapi
Sarah lebih jelek lagi daripada kakaknya. Demikian pula jika kita perhatikan
kalimat (2), kita akan tahu bahwa yang diminta pada (2.a.) adalah air yang
hangat, sedangkan yang diminta pada (2.b.) adalah air yang lebih dingin
daripada air yang jadi bandingannya.

Perlu kiranya dicatat bahwa dari contoh diatas kata daripada tidak harus
dipakai jika konteknya telah dianggap jelas oleh pembicara. Dalam bahasa
yang tidak baku orang sering pula memakai dari untuk
menggantikan daripada, contoh: Dia lebih pintar dari adiknya. Untuk
perbandingan komparatif yang memakai kata kurang, frase jika
dibandingkan dengan sering pula dipakai sebagai pengganti kata daripada.

3. Bentuk Superlatif
Tingkat perbandingan superlatif menyatakan bahwa dari sekian hal yang
dibandingkan ada satu yang melebihi yang lain. Dalam bahasa Indonesia
tingkat superlatif ini dinyatakan dengan bentuk ter- atau paling yang diikuti
oleh adjektiva.
(paling/ter- + adjektiva)
Bentuk paling lebih produktif daripada ter-, karena bentuk paling dapat
digabungkan dengan adjektiva macam apa saja. Perhatikan contoh berikut.
1. Dari tiga bersaudara itu, Raskalah yang paling rajin.
2. Paling lama dua jam saya perlukan untuk menyelesaikan soal ini.
3. “Harga termurah lima ribu rupiah, pak!”
Bentuk paling dapat dipakai dengan adjektiva turunan maupun verba
adjektiva, sedangkan bentuk ter- umumnya tidak dapat. Perhatikan contoh
berikut:

17
1. Dia yang paling keras kepala. (bukan terkeras kepala)
2. Dialah siswa yang paling besar kepala. (bukan terbesar kepala)
3. Jalan keluar ini paling berbahaya. (bukan terberbahaya)
4. Peristiwa itu yang paling menyedihkan dalam hidupku. (bukan
termenyedihkan)
Dari contoh nomor 4 kita dapat simpulkan juga bahwa selain adjektiva, kata
kerja juga bisa dijadikan perbandingan. Contoh lain adalah kata: memuakkan,
memilukan, memuaskan, dll.

D. Hakikat Proses Morfologi Pola Isim Tafdhil Dalam Bahasa Arab

Dalam bahasa Arab ada 2 istilah untuk menyatakan perbandingan, yaitu: isim
tafdhil dan af’al tafdhil. Isim tafdhil adalah sifat yang diambil dari fi’il yang
menunjukkan bahwa ada dua hal yang bersekutu dalam satu sifat akan tetapi yang satu
melebihi yang lain dalam sifat tersebut.8 Sedangkan af’al tafdhil adalah isim wazan

af’al yang menunjukkan kelebihan, baiknya atau jeleknya.( ‫اسم الفعل الدال علي‬

‫) الزايدة حسنة او قبيحة‬. Berdasarkan dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pada hakekatnya antara isim tafdhil dan af’al tafdhil adalah sama. Keduanya sama-
sama memilki fungsi perbandingan. Contoh;

1. Isim tafdhil: ‫سعيد‬ ‫خليل أعلم من‬

2. Af’al tafdhil: ‫زيد‬ ‫امحد أفضل من‬


kalimat atau contoh pertama dapat diartikan Khalil lebih berpengetahuan daripada
Said. Sedangkan contoh kedua dapat diartikan Ahmad lebih utama daripada
Zaid. Dua contoh terdebut dengan jelas menunjukkan bahwa antara isim tafdhil dan
af’al tafdhil nyaris tidak terdapat adanya perbedaan.

8. Syaikh Mustafha Al-Ghulayani, Pelajaran Bahasa Arab Lengkap, Terjemah Jaami’ud Durusil
‘Arabiyyah jilid I, (Semarang: Assyifa, 1992) hal. 387

18
Dalam hal ini mungkin yang ada hanyalah perbedaan istilah, hakekatnya sama.
Sehingga penulis menganggap penggunaan salah satu dari keduaanya tidak menjadi
masalah. Mereka yang memakai istilah af’al tafdhul mungkin lebih melihat bentuk
wazannya yang berupa af’alu. Sedangkan mereka yang memakai memakai istilah isim
tafdhil lebih melihat hakekat gramatikanya yang berupa isim. Dalam makalah ini
penulis lebih condong untuk memilih yang terakhir yaitu mengenai pola isim tafdhil.

1. Pengertian Isim Tafdhil


Isim Tafdhil adalah sifat yang diambil dari fi’il yang menunjukkan bahwa ada
dua hal yang bersekutu dalam satu sifat akan tetapi yang satu melebihi yang lain dalam

sifat tersebut. Seperti: ‫الدنيا‬ ‫علي أزهد مين يف‬


Ali lebih zuhud dalam (perkara) dunia daripada saya
Terkadang tafdhil (pelebihan) ini berada diantara dua sifat yang berbeda. Dalam
hal ini yang dimaksudkan adalah bahwa salah satu dari dua hal itu memiliki sifat yang
melebihi sifat berbeda yang berada pada hal lain, seperti:

– ‫الصيف أحر من الشتا‬ = Kemarau itu lebih panas daripada musim hujan.

– ‫العسل أحلي من اخلل‬ = Madu itu lebih manis daripada cuka.

Pada contoh pertama maksudnya adalah bahwa derajat panas musim kemarau melebihi
derajat dingin musim penghujan. Sedangkan pada contoh kedua maksudnya adalah
bahwa kadar manisnya madu melebihi kadar asamnya cuka.
Ada juga pemakaian isim tafdhil yang tidak memiliki makna tafdhil

(perlebihan), seperti: ‫اكربهم‬ ‫اكرمت القوم اصغرهم و‬


Saya memuliakan kaum itu, yang kecil dan yang besar.9

9. Syaikh Mustafha Al-Ghulayani, Pelajaran Bahasa Arab Lengkap, Terjemah Jaami’ud Durusil
‘Arabiyyah jilid I, (Semarang: Assyifa, 1992) hal. 388

19
2. Pola/Wazan Isim Tafdhil

Isim tafdhil hanya mempunyai satu wazan, yaitu: ‫ أفعل‬untuk mudakkar dan

‫فعلي‬ untuk muannats, seperti: ‫أفضل‬ dan ‫ أكرب‬, ‫فضلي‬ dan ‫ كرب‬. Hamzah pada

wazan/pola ‫أفعل‬ ada yang dibuang dalam tiga kata, yaitu ‫ شر‬, ‫خري‬ , dan ‫حب‬ .

Seperti:

‫خري الناس من ينفع الناس‬


Sebaik-baik manusia adalah orang yang memberi manfaat kepada sesama
manusia

‫شر الناس املفسد‬


Seburuk-buruk manusia adalah orang yang membuat kerusakan

‫و حب شيء ايل االنسان ما منعا‬ # ‫منعت شيئا فاكثرت الولوع به‬


Kamu dicegah terhadap sesuatu, maka kamu memperbanyak (semakin) senang
kepadanya- Dan seeuatu yang lebih disukai manusia adalah apa yang dicegah

Lafal ‫ شر‬, ‫خري‬ dan ‫حب‬ adalah isim tafdhil yang berasal dari ‫أخري‬

‫أشر‬ , dan ‫أحب‬ . Menghilangkan hamzah ini banyak berlaku untuk

lafal ‫خري‬ dan ‫شر‬ sedangkan untuk lafal ‫ حب‬terhitung sedikit. Sebaliknya

menetapkan hamzah pada lafal ‫ أخير‬dan ‫أشر‬ adalah terhiung sedikit, sedangkan

menetapkan hamzah pada lafal ‫ أحب‬terhitung banyak.

20
3. Syarat-syarat membentuk isim tafdhil
Syarat-syarat pembentukan isim tafdhil adalah sebagai berikut:
1. Berasal dari fi’il tsulatsi (tiga hurufnya).
2. Dari fi’il mutsbat (positif) bukan dari fi’il manfi (negatif) atau dinafikan.

3. Tidak mempunyai isim fa’il resmi berwazan ‫أفعل‬. Contoh: ‫ أمحر‬,‫ أسود‬dan

‫أخضر‬

4. Dari fi’il tamm ( ‫ كان‬dan fi’il naqish lainnya tidak dapat dijadikan isim

tafdhil).

5. Dari fi’il mutasharif ( ‫ بئس‬, ‫نعم‬ dan ‫ليس‬ tidak dapat dijadikan isim

tafdhil).

6. Menerima untuk dilebihkan. Lafal ‫مات‬ tidak dapat dijadikan isim tafdhil

sebab tidak dapat dilebihkan karena mati itu hanya satu sehingga tidak dapat
dilebihkan salah satu daripada yang lain.
7. Dari fi’il mabni maklum.
Apabila ada kalimat yang tidak memenuhi syarat terpaksa akan dibuat sebagai
isim tafdhil, maka kita datangkan mashdarnya yang dibaca nashab dan kita

letakkan setelah lafal ‫أشد‬ dan ‫ أكثر‬atau lafal lain yang serupa, seperti:

‫ هو أشد امياان وأكثر سوادا‬# ‫وابلغ عورا واويف كحل‬


Ia sangat percaya, lebih banyak hitamnya, lebih sangat cacat sebelah
matanya dan lebih sempurna bercelak matanya.

21
4. Beberapa Hal Mengenai Isim Tafdhil
Ada empat hal yang berkaitan dengan isim tafdhil, yaitu:

a. Isim tafdhil yang tidak disertai ‫ال‬ dan tidak diidhafahkan.

b. Isim tafdhil yang disertai ‫ال‬

c. Isim tafdhil yang diidhafahkan kepada isim nakirah.


d. Isim tafdhil yang diidhafahkan kepada isim makrifat.

4.a. Isim tafdhil yang tidak disertai “‫”ال‬ dan tidak diidhafahkan

Isim tafdhil yang tidak disertai dan tidak diidhafahkan, selamanya harus mufrad

mudzakkar dalam keadaan apapun dan harus bertemu ‫من‬ yang menjarkan isim

yang dilebihi (mufadhal alaih). Perhatikan contoh dalam bagan di halaman berikut:
No. Isim Tafdhil Contoh Keterangan
1.
‫أفضل‬ ‫ خالد أفضل من سعيد‬Mufrad mudzakar
2.
‫أكب‬ ‫ فاطمة أكب من سعاد‬Mufrad muannats
3.
‫أعلم‬ ‫ هذان أعلم من هذا‬Mutsanna mudzakar
4.
‫أنفع‬ ‫ هااتن أنفع من هاتني‬Mutsanna muannats
5.
‫أكرم‬ ‫ اجملاهدون أكرم من القاعدين‬Jamak mudzakar
6.
‫أحسن‬ ‫ العاملات أحسن من اجلاهالت‬jamak muannats

22
Adakalanya ‫ من‬huruf jar ini tidak diperlihatkan (muqaddarah) seperti firman Allah:

‫واالخرة خري وابقى اى خري من احلياة الدنيا وابقي منها‬

Huruf ‫ من‬dan majrurnya bersama isim tafdhil berkedudukan sebagaimana mudhaf

ilaih dari mudhaf. Oleh karena itu ‫من‬ dan majrurnya tidak boleh mendahului isim

tafdhil sebagaimana tidak boleh dikatakan:

‫خالد من بكر أفضل‬


Khalid daripada Bakar itu lebih utama

‫من بكر خالد أفضل‬


Daripada Bakar Khalid itu lebih utama
Catatan: Kecuali kalau majrurnya itu berupa isim istifham atau isim yang
diidhafahkan kepada isim istifham, maka jar majrur harus didahulukan sebab isim
istifham harus selalu berada di awal kalam, seperti:

‫خري ؟‬ ‫ممن انت‬ = Dari pada siapa engkau lebih baik?

‫؟‬ ‫من ايهم انت اويل هبذا‬ = Dari pada siapa diantara mereka engkau lebih
berhak atas ini?

4.b. Isim tafdhil yang disertai “‫”ال‬

Isim yang disertai ‫ال‬ tidak boleh bertemu ‫من‬ dan harus sesuai dengan isim

sebelumnya, baik mufrad, tatsniyah, jamak, mudzakkar maupun muannats. Seperti:

23
No. Isim Tafdhil Contoh Keterangan
1.
‫االفضل‬ ‫ هو االفضل‬Mufrad mudzakkar
2.
‫الفضلي‬ ‫ هي الفضلي‬Mufrad mu’annats
3.
‫االفضالن‬ ‫ مها االفضالن‬Mutsanna mudzakkar
4.
‫الفضليان‬ ‫ املسلمتان مها الفضليان‬Mutsanna mu’annats
5.
‫االفضلون‬ ‫ هم االفضلون‬Jamak mudzakkar
6.
‫الفضليات‬ ‫ هن الفضليات‬Jamak mu’annats

4.c. Isim tafdhil yang diidhafahkan kepada isim nakirah


Isim tafdhil yang diidhafahkan kepada isim nakirah harus selalu mufrad

mudzakkar dan tidak boleh bertemu ‫ من‬. Seperti:


No. Isim Tafdhil Contoh Keterangan
1.
‫أفضل‬ ‫ خالد افضل قائد‬Mufrad mudzakkar
2.
‫أكرم‬ ‫ فاطمة اكرم امرءة‬Mufrad mu’annats
3.
‫أحسن‬ ‫ هذان احسن رجلني‬Mutsanna mudzakkar
4.
‫أعلم‬ ‫ هااتن اعلم امرءتني‬Mutsanna mu’annats
5.
‫أفخم‬ ‫ اجملاهدون افخم رجال‬Jamak mudzakkar

24
6.
‫خري‬ ‫ املتعلمات خري نساء‬Jamak mu’annats

4.d. Isim tafdhil yang diidhafahkan kepada isim makrifat


Isim tafdhil yang diidhafahkan kepada isim makrifat tidak boleh bertemu

‫من‬ dan boleh, diantaranya:

– Selalu mufrad mudzakkar sebagaimana ketika diidhafahkan kepada isim nakirah,


– Disesuaikan dengan isim yang berada sebelumnya, baik mufrad, mutsanna, jamak,
mudzakkar, maupun mua’annats sebagaimana ketika isim tafdhil tersebut disertai
Contoh:
– Isim tafdhil yang selalu mufrad mudzakkar:

)96 :‫" (البقرة‬...‫"ولتجدهنم احرص الناس‬


“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, setamak-tamak manusia...”
(Al-Baqarah: 96)

(bukan ‫) احرصي الناس‬


– Isim tafdhil yang sesuai dengan isim sebelumnya:

)123:‫" (االنعام‬...‫"وكذالك جعلنا يف كل قرية اكابر جمرميها‬


“Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang
besar.” (Al-An’am: 123)

(lafal ‫اكابر‬ jamak dari lafal ‫) اكرب‬

– Isim tafdhil yang mufrad mudzakkar dan yang sesuai dengan isim sebelumnya:

‫"اال اخربكم ابحبكم ايل واقربكم مين جمالس يوم القيامة احاسنكم اخالقا املوطئون‬

)‫اكنافا الذين يئلفون ويئلفون" (احلديث‬

25
“Maukah saya beritakan kepadamu orang yang paling tercinta olehku dan paling
dekat tempat duduknya kepadaku diantaramu pada hari kiamat, yaitu orang-orang
yang paling baik akhlaqnya diantaramu, yang menyediakan perlindungan, mereka
cinta dan dicintai.” (Al Hadits)

(Lafal ‫احب‬ dan ‫اقرب‬ adalah mufrad mudzakkar sedangkan lafal ‫احاسن‬
adalah jamak).

5. Wazan ‫أفعل‬ yang tidak mempunyai makna tafdhil

Wazan ‫أفعل‬ yang biasanya mempunyai makna tafdhil terkadang ada yang

tidak mempunyai makna tafdhil. Dengan demikian wazan tersebut mengandung makna
isim fa’il atau makna sifat musyabihat.

Contoh makna isim fa’il : ‫بكم‬ ‫ربكم أعلم بكم اى عامل‬


Tuhanmu mengetahui tentang dirimu. (Al Isra: 54)
Contoh makna sifat musyabihat:

)‫"وهو الذي يبدء اخللق مث يعيده وهو اهون عليه" (اآلية‬


“Dan Dialah yang memulai penciptaan kemudian Dia mengembalikannya, dan
hal itu mudah bagi-Nya” (Al-Ayat)

Wazan ‫أفعل‬ boleh tidak memiliki makna tafdhil apabila lafal tersebut tidak

disertai ‫ من‬atau tidak diidhafahkan kepada isim nakirah dan tidak bertemu tafdhiliah.

Jika sebaliknya, maka lafal tersebut tidak boleh sepi dari makna tafdhil.

‫واهلل أعلم بالصواب‬

26
BAB III
PEMBAHASAN

A. Persamaan dan Perbedaan Pola Isim Tafdhil dalam Bahasa Arab dan Bahasa
Indonesia
Bahasa Indonesia Bahasa Arab

Pola: ‫مصدر‬ +‫ك‬


Pola : se + adjektif

Contoh: ‫ابيه‬ ‫يونس كطول‬


Contoh: Amanda secantik ibunya.

Ciri-ciri: Ciri-ciri:
1. se berada sebelum adjektif.
1. ‫ك‬ berada sebelum masdar.
2. Setelah se ada adjektif.

2. Setelah ‫ ك‬ada masdar.

Makna: Ekuatif Makna: Ekuatif

Pola: ‫افعل‬ … ‫من‬


Pola: lebih + adjektif + dari(pada)

Contoh: ‫منك‬ ‫هو أعلم‬


Contoh: Motor Jepang lebih mahal
daripada motor Cina.

Ciri-ciri: Ciri-ciri:
1. Kata fungsi lebih berada sebelum 1. Adanya proses konjugasi (tashrif)
adjektif. dengan pola ‫أفعل‬.
2. Setelah adjektif terdapat 2. Mufadhal-isim tafdhil-mufadhal
kata dari(pada). alaih.
3. Tidak ada kesesuaian antara 3. Tidak ada kesesuaian antara isim
adjektif dan kata benda. tafdhil dan mufadhal.

setelah isim tafdhil ada kata fungsi ‫من‬.


4. Kata benda pertama lebih dari kata
benda kedua.

27
Makna: Komparatif Makna: Komparatif

Pola: )‫االفعل(الفعلي‬ + ‫فضل‬


Pola: paling/ter + adjektif

Contoh: ‫الفصل‬ ‫زينب الصغري يف‬


Contoh:Yusuf adalah siswa tertua
dikelas.

Ciri-ciri: Ciri-ciri:
1. Kata fungsi paling atau 1. Adanya proses konjugasi dengan
imbuhan ter berada sebelum mengikuti pola ‫افعل‬.
adjektif. 2. Isim tafdhil harus ditambahi ‫ال‬.
2. Tidak ada kata benda kedua yang 3. Tidak ada kata fungsi ‫ من‬setelah
menunjukkan komparasi mutlak. isim tafdhil.
3. Tidak ada kesesuaian antara 4. Adanya kesesuaian antara isim
adjektif dan kata benda. tafdhil dengan mufadhal.

Makna: Superlatif Makna: Superlatif

B. Ramalan Kemudahan dan Kesulitan


Adapun prediksi kesulitan dan kemudahan yang akan dihadapi oleh peserta didik
diantaranya sebagai berikut:
a) Siswa akan menghadapi kesulitan dalam pembentukan kata kerja dan cara
membedakannya.
b) Siswa akan memahami dengan mudah pola atau wazan isim tafdhil tersebut.
c) Siswa akan menghadapi kesulitan dalam membentuk kata dengan jenis subjek
yang berbeda pada kalimat bahasa indonesia.
d) Siswa lebih terimajinasi mengetahui makna dari arti Pola Isim TafdhilI jika
dengan media yang mudah difahami.
e) Kesulitan akan dihadapi siswa dalam membentuk kata yang dipengaruhi oleh
jumlah subjeknya.

28
f) Kesalahan dalam memilih kata, sebab kata-kata dalam bahasa Arab selalu terikat
oleh timbangan (wazn) yang sangat banyak. Disamping itu juga harus memper-
hatikan jenis kata, jumlahnya dan waktu yang diinginkan.
g) Kesalahan dalam menggunakan tanda baca atau harakatnya. Apalagi ada isim
yang dinamakan ghair munsarif (isim yang tidah menerima tanwin), ini mem-
punyai cara tersendiri dalam menentukan harakatnya.

C. Solusi dari Hasil Analisis Kontrastif dalam Kajian Proses Morfologi Pola Isim
Tafdhil Terhadap Pengajaran Bahasa Arab
a) Penguasaan guru terhadap kedua bahasa sangat diperlukan untuk menganalisis
persamaan dan perbedaan diantara kedua bahasa tersebut.
b) Penyusunan bahan pelajaran berdasarkan pada hasil perbandingan antara B1 da
B2, materi disusun mulai dari yang termudah terlebih dahulu yaitu yang
memiliki banyak persamaannya menuju materi yang dianggap sulit yaitu yang
memiliki sedikit persamaan.
c) Metode hafalan sangat dianjurkan untuk menghafal jenis-jenis wazannya.
d) Guru memberikan tips atau cara menghafal tips atau cara yang mudah difahami.
e) Memberikan penjelasan tentang persamaan dan perbedaan pola ism tafdhil
antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia.
f) Memberikan latihan intesif terhadap siswa.

29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari hasil penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa


aturan pembentukan tingkat perbandingan dalam kedua bahasa diatas memiliki tingkat
kerumitan yang berbeda. Bahasa Indonesia memiliki aturan yang paling sederhana
dibandingkan dengan bahasa Arab. Hal ini dapat kita lihat bahwa untuk menyatakan
perbandingan positif/ekuatif dalam bahasa Indonesia cukup dengan menggunakan
formula (se + kata sifat) atau (sama + kata sifat + -nya + dengan). Contoh:
– Rahmat tidak secerdas adiknya.
– Iqbal sama nakalnya dengan kakaknya.
Sedangkan untuk menyatakan tingkat komparatif cukup menggunakan
kata : lebih…+ daripada dan untuk menyatakan tingkat superlatif menggunakan
formula paling/ter- + kata sifat. Contoh:
– Barang – barang yang ada di pasar Beringharjo lebih murah daripada di pasar
Senen.
– Partai Golkar memperoleh suara terbanyak dalam pemilu legislatif kemarin.
– Gus Dur merupakan presiden paling kontrovesial yang pernah memimpin
Indonesia.
Disini dapat kita lihat begitu sederhananya aturan pembentukan tingkat perbandingan
dalam bahasa indonesia. Hampir tak ada aturan yang sampai mempengaruhi bentuk
kata sifat yang digunakan, yang ada hanyalah penambahan kata (awalan) berupa -
ter untuk tingkat superlatif.
Keterangan diatas dapat diketahui bahwa dalam bahasa Arab Pola Isim Tafdhil
tingkat perbandingan positif/ekuatif tidak ada formula bakunya. Tingkat perbandingan
atau isim tafdhil dalam bahasa Arab hanya memungkinkan perbandingan komparatif
dan superlatif karena hakekat tafdhil adalah adanya perlebihan. Untuk menyatakan

sesuatu yang sama dalam bahasa arab menggunakan ‫ك‬, seperti contoh : ‫ابيه‬ ‫امحد كطول‬
Dalam penjelasan diatas juga belum jelas benar mana yang termasuk tingkat
komparatif dan mana yang termasuk tingkat superlatif. Dalam keterangan diatas

30
dijelaskan bahwa jika isim tafdhil tidak disertai ‫ال‬ dan tidak diidhafahkan maka

harus bertemu dengan ‫ من‬. Inilah bentuk tingkat komparatif dalam bahasa Arab dan

hakekat penambahan kata ‫من‬ adalah menunjukkan adanya dua hal yang

diperbandingkan. Sebaliknya isim tafdhil yang disertai ‫ال‬ atau diidhafahkan dengan

kata lainnya maka tidak boleh bertemu dengan ‫من‬ . Dan inilah bentuk tingkat

superlatif dalam bahasa Arab. Tidak adanya ‫من‬ menunjukkan adanya komparasi

mutlak atas banyak hal, tidak hanya atas dua hal.

Dibuat pada Tanggal: 19 April 2020


Diselesaikan pada Tanggal: 22 April 2020

31
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghulayani, Syaikh Mustafha. 1992. “Pelajaran Bahasa Arab Lengkap, Terjemah Jaami’ud
Durusil ‘Arabiyyah jilid I”. Semarang: Assyifa.

Chaer, Abdul. 1994. “Linguistik Umum”. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Fu’adah, Rahmawati Nur. “Analisis Kontrastif Morfologi Bahasa Arab dan Indonesia”, dalam
Jurnal UIN Sunan Kalijaga , Vol 4 (No.1), (Hal.15), (Yogyakarta: 2014)

Indah, Rohmani Nur. 2012. “Gangguan berbahasa (kajian pengantar)”. Malang: UIN MALIKI
PRESS.

Nur, Tajudin. 2016. “Analisis Konstrastif Dalam Studi Bahasa” dalam: Jurnal Of Arabic Studies,
Volume 1 (No.2), (hlm. 65). Jakarta: IMLA.

Suwandi, Sarwiji. 2010. “Serbalinguistik”. Surakarta: UNS Press dan LPP UNS.

Syamsudin Asyrofi dan Uswatun Hasanah. 1993. ‘Konstruksi Apositif Dalam Bahasa
Arab”. Yogyakarta: Gema Insani Press.

Tarigan, Henry Guntur, Prof., Dr., 1990. Pengajaran Remedi Bahasa, Bandung: Angkasa

32

Anda mungkin juga menyukai