Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Yumna Rasyid, M. Pd.
Dr. Chakam Failasuf, M. Pd.
Disusun Oleh:
Siti Lestari (1205620067)
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan hidayah-
Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Kontrastif Kata Kerja
Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia : Kajian Morfologi”.
Selanjutnya saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah yaitu Prof.
Dr. Yumna Rasyid, M. Pd. Dan Dr. Chakam Failasuf, M. Pd. serta semua pihak yang
mendukung sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Analisis Kontrastif Kata Kerja
Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia : Kajian Morfologi” dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan.
Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
2.3 Hakikat Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Indonesia .................. 8
2.4 Hakikat Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Arab ........................ 12
3.1 Persamaan dan Perbedaan Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab .............................................................................................. 14
3.3 Implementasi Hasil Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab ............. 16
Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, me- disebut morf, dan semuanya
itu merupakan alomorf dari morfem meN-. Begitu pula dengan morf-morf pem-, pen-,peny-
,peng-, penge-, adalah alomorf dari morfem peN-. Demikian halnya dengan morf-morf ber-,
be-, bel- merupakan alomorf dari morfem ber-.
2.3 Hakikat Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Indonesia
Kata kerja transitif atau kata kerja yang memerlukan objek atau pelengkap untuk
melengkapi kalimatnya. Dengan kata lain, suatu kalimat tidak akan sempurna apabila tidak
memiliki objek yang menyertai kata kerja transitif.
Kata kerja transitif memiliki perbedaan dengan kata kerja intransitif, hal tersebut
dikarenakan kata kerja transitif dapat berubah menjadi bentuk yang pasif yang mana hal
tersebut tidak berlaku untuk kata kerja intransitif. pada kata kerja transitif objek harus selalu
menyertai kata kerja transitif. Biasanya memiliki ciri kata imbuhan mem-, per-.
Contoh:
1. Rina mengambil piring di dapur
2. Rendi mencuci sepatu di kamar mandi
Penjelasan:
Pada contoh pertama kata “Rina” berperan sebagai subjek, kata “mengambil” berperan
sebagai kata kerja transitif, Sedangkan kata “piring” berperan sebagai objek, dan “di kamar
mandi” berperan sebagai keterangan. Kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa kata kerja
transitif harus disertai dengan objek, bila tidak disertai dengan objek maka kata tersebut
akan menjadi rancu. Objek dalam kalimat tersebut yaitu kata “piring” dan “sepatu”.
Sedangkan apabila dalam kalimat tersebut tidak disertai dengan objek maka akan menjadi
seperti ini “Rina mengambil di dapur” dan “Rendi mencuci di kamar mandi”.
Menurut Abdul Chaer dalam bukunya “Linguistik Umum”, diterangkan bahwa kalimat
transitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba yang biasanya
diikuti oleh sebuah objek kalau verba tersebut bersifat monotransitif, dan diikuti oleh dua
objek kalau verbanya berupa verba bitransitif. Misalnya yang seperti:
Monotransitif Dika menendang bola
Bitransitif Dika membelikan Nita sebuah kamus bahasa Jepang
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah verba transitif yang tidak perlu diikuti objek.
Verba yang demikian adalah verba yang sudah menjadi kebiasaan atau biasa dilakukan
oleh objek itu. Sehingga tanpa disebutkan objeknya kalimat tersebut sudah gramatikal dan
bisa difahami. Contoh :
• Nenek belum makan
• Nita sedang minum
Dari pendapat Abdul Chaer tersebut dapat diketahui bahwa kalimat transitif atau verba
transitif ada tiga macam, yaitu :
a. Verba Monotransitif
Verba monotransitif disebut juga verba ekatransitif, yaitu verba transitif yang
diikuti oleh satu objek. Contoh:
• Teroris itu menembak polisi
• Mereka mencari uang di kota
• Dia menanam ketela di ladangnya
Kata polisi, uang dan ketela adalah objek yang harus hadir mengikuti verba
menembak, mencari dan menanam. Tanpa kehadiran objek tersebut verba-verba
tersebut tampaknya belum lengkap.
b. Verba Bitransitif
Verba bitransitif atau verba dwitransitif adalah verba yang dalam kalimat aktif
diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap.
Contoh:
• Saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan
• Ibu akan membelikan kakak baju baru
Verba mencarikan dan membelikan adalah verba dwitransitif karena masing-
masing memiliki objek (adik saya dan kakak) dan pelengkap (pekerjaan dan baju baru).
Sejumlah verba dwitransitif memiliki ciri semantis yang membedakan fungsi
objek dari pelengkap yang berupa nama, julukan, gelar, atau kedudukan. Contoh:
“Mereka menamai bayi itu Sarah”. Bayi itu dan Sarah merujuk pada orang atau
referen yang sama, bila kalimat tersebut dipasifkan maka pelengkapnya berada
dibelakang verba. Seperti : “Bayi itu dinamai Sarah oleh mereka”. Sementara itu
adapula verba yang dapat berstatus dwitransitif tetapi dapat juga ekatransitif, seperti
verba memanggil dan menyebut, dapat mempuyai satu atau dua nomina di belakangnya,
Contoh :
“Mereka memanggil kamu si Botak” (dua nomina)
“Mereka memanggil kamu” (satu nomina)
c. Verba Semitransitif
Verba semi transitif ialah verba yang objeknya boleh ada dan juga boleh tidak.
Contoh:
• Ayah sedang membaca koran
• Ayah sedang membaca
Kalimat diatas menunjukkan bahwa verba membaca adalah verba semitransitif
karena verba itu dapat menyandang objek dan dapat pula tidak. Verba semitransitif
disebut juga verba transitif-taktransitif.
2.4 Hakikat Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Arab
Dalam bahasa Arab, kata kerja transitif disebut dengan fi’il muta’addi ()الفعل المتعدي.
Sedangkan kata kerja intransitif disebut dengan fi’il lazim ()الفعل الالَّ ِزم. Fi’il muta’addi adalah
kata kerja yang memerlukan objek atau barang yang dikenai aksi tersebut untuk melengkapkan
arti kalimat. Contoh: َ ي ْالك َِرة
ُّ ِصب
َّ ب ال
َ ض َر
َ (daraba al-sabiyyu al-kirah) yang berarti "anak laki-laki
memukul bola". Dalam contoh tersebut, "bola" adalah objek yang menerima aksi "memukul".
Sedangkan fi’il lazim adalah kata kerja yang tidak memerlukan objek atau barang yang dikenai
aksi tersebut. Contoh: ي َّ ( قَ َعدَ الqa'ada al-sabiyyu) yang berarti "anak laki-laki duduk". Dalam
ُّ ص ِب
contoh tersebut, tidak ada objek atau barang yang dikenai aksi "duduk".
Dengan demikian, fi’il muta’addi merupakan kata kerja yang membutuhkan subjek
sekaligus objek. Sedangkan fi’il lazim hanya membutuhkan subjek. Nama lain dari fi’il
muta’addi adalah fi’il waqi’ dan fi’il mujawiz. Sedangkan nama lain dari fi’il lazim adalah fi’il
qashir atau fi’il ghair mujawiz. Dalam bahasa Arab, seringkali kata kerja transitif ditandai
dengan huruf تpada akhir kata kerja dalam bentuk infinitif ()المصدر, sementara kata kerja
intransitif tidak memiliki tanda tersebut. Misalnya, kata kerja "menulis" ( ُ )يَ ْكتُبadalah transitif,
sedangkan kata kerja "berjalan" (ي
ُ )يَ ْم ِشadalah intransitif.
Dari segi berdampak langsung atau tidak terhadap objeknya, fi’il muta’addi terbagi
menjadi dua jenis, yaitu :
(a) muta’addi bi nafsih adalah kata kerja yang langsung berdampak pada objeknya, tanpa
bantuan harf jarr (preposisi). Misalnya, Baraytu alqalam (Saya menyerut pensil),
(b) fi’il muta’addi bi ghairih adalah kata kerja yang membutuhkan bantuan harf jarr untuk
sampai kepada objeknya. Misalnya, Addu al-amanah ila ahliha (Sampaikanlah amanah
kepada pemiliknya.
Di samping itu, fi’il muta’addi juga dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
jumlah objeknya, yaitu; fi’il muta’addi berobjek satu, fi’il muta’addi berobjek dua, dan fi’il
muta’addi berobjek tiga.
1. Fi’il muta’addi berobjek satu sangat banyak. Misalnya, kataba, akhadza, ghafara,
akrama, dan ‘azhzhama (menulis, mengambil, mengampuni, menghormati, dan
memuliakan).
2. Fi’il muta’addi berobjek dua terbagi pula menjadi dua jenis, yaitu fi’il muta’addi
berobjek dua yang keduanya bukan berasal dari mubtada` dan khabar, serta fi’il
muta’addi berobjek dua yang keduanya berasal dari mubtada` dan khabar. Jenis
pertama misalnya, a’tha, sa`ala, manaha, kasa, albasa, dan ‘allama (memberi, meminta,
memberi, memakaikan, memakaikan, dan mengajarkan). Fi’il muta’addi jenis kedua ini
terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Af’al al-qulub, yaitu kata kerja transitif berobjek dua yang berkaitan dengan
kesadaran batin. Misalnya, ra`a, ‘alima, dara, wajada, alfa, ta’allam, hab, zhanna,
khala, hasiba, ja’ala, dan za’ama (berpendapat, mengetahui, mengetahui,
mendapati, mendapati, ketahuilah, anggaplah, mengira, mengira, mengira,
menjadikan, dan mengklaim).
b. Af’al at-tahwil, yaitu kata kerja transitif berobjek dua yang berarti ‘menjadikan’.
Misalnya, shayyara, radda, taraka, takhidza, ittakhadza, ja’ala, dan wahaba. Semua
kata kerja ini berarti ‘menjadikan’.
3. Fi’il muta’addi berobjek tiga. Fi’il-fi’il muta’addi yang memiliki objek tiga adalah ara,
a’lama, anba`a, nabba`a, akhbara, khabbara, dan haddatsa (memperlihatkan,
memberitahu, memberitahu, memberitahu, memberitahu, memberitahu, dan
memberitahu).
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Persamaan dan Perbedaan Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
Persamaan
1. Kata kerja atau Fi`il dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab sama-sama mengandung
makna dasar perbuatan (aksi / hadats dan zaman (tensis), proses, atau keadaan).
2. Dalam Bahasa Indonesia (BI) dan Bahasa Arab (BA), kata kerja intransitif (fi’il laziim),
tidak membutuhkan objek yang dikenai aksi, sedangkan kata kerja transitif (fi’il muta’addi)
memerlukan objek. Contohnya dalam bahasa Indonesia, "Dia berjalan" adalah kata kerja
intransitif karena tidak memerlukan objek, sedangkan "Dia memukul bola" adalah kata kerja
transitif karena memerlukan objek (bola). Begitu juga dalam bahasa Arab, contohnya "saya
duduk" ( ُ )أنا ُج ِلستadalah fi’il laziim, sedangkan "saya memukul bola" (َ ض َربْتُ ال ُك َرة
َ ) adalah
fi’il muta’addi.
3. Dalam bahasa Indonesia, kata kerja transitif terbagi menjadi dua, yaitu ekatransitif, yaitu
kata kerja yang memiliki satu objek, dan dwitransitif, yaitu kata kerja yang memiliki dua
objek. Dalam bahasa Arab pun kata kerja muta’addi ada yang memiliki satu objek, ada pula
yang memiliki dua objek.
Perbedaan
Bahasa Indonesia Bahasa Arab
Di dalam bahasa Indonesia dikenal juga Di dalam bahasa Arab, kata kerja muta’addi
istilah kata kerja semitransitif, yaitu berobjek dua terbagi menjadi kata kerja
memakai objek untuk menjelaskan makna dengan dua objek yang berasal dari
kalimat. Jika tidak ada objek, maka kalimat mubtada`- khabar dan dua objek yang berasal
tersebut akan kurang dipahami dan objeknya dari selain mubtada`- khabar
bisa ditambahkan atau dihilangkan.
Di dalam Bahasa Indonesia tidak terdapat Di dalam bahasa Arab terdapat juga kata
kata kerja berobjek tiga. kerja muta’addi berobjek tiga.
Di dalam bahasa Indonesia tidak dibedakan Di dalam bahasa Arab, dibedakan antara kata
antara kata kerja transitif dengan preposisi kerja transitif dengan harf jar (preposisi), ini
dan kata kerja transitif tanpa preposisi. disebut dengan muta’addi ghair sharih, dan
kata kerja tanpa harf jar, ini disebut dengan
muta’addi sharih.
Di dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan Di dalam bahasa Arab, seringkali kata kerja
tanda-tanda yang merupakan ciri-ciri khusus transitif ditandai dengan huruf تpada akhir
kata kerja transitif dan intransitif. kata kerja dalam bentuk infinitif ()المصدر,
sementara kata kerja intransitif tidak
memiliki tanda tersebut. Misalnya, kata kerja
"menulis" ( ُ )يَ ْكتُبadalah transitif, sedangkan
kata kerja "berjalan" (ي
ُ )يَ ْم ِشadalah intransitif.
➢ Kesulitan
1. Secara umum, terdapat perbedaan dalam tata bahasa antara Bahasa Arab dan
Bahasa Indonesia, yang menyebabkan perbedaan dalam pengaturan kalimat antara
kedua bahasa tersebut. Oleh karena itu, sering kali para pembelajar Bahasa Arab
terpengaruh oleh kecenderungan menggunakan pola kalimat Bahasa Indonesia
ketika mencoba membuat kalimat Bahasa Arab, karena mereka terbiasa
menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu atau bahasa sehari-harinya.
2. Bagi para pembelajar Bahasa Indonesia yang belum mengenal konsep kata kerja
transitif dan intransitif, mereka akan kesulitan memahami konsep kata kerja transitif
dan intransitif dalam Bahasa Arab.
3. Dalam Bahasa Arab, kata kerja transitif dan intransitif memiliki variasi bentuk dan
pola konjungsi yang berbeda dan harus dihafalkan secara terpisah. Sedangkan
dalam Bahasa Indonesia, perbedaan tersebut tidak terlalu jelas dan penggunaannya
lebih bergantung pada preposisi atau konteks kalimat. Hal ini menyebabkan para
pembelajar Bahasa Arab seringkali terpengaruh oleh kebiasaan dalam Bahasa
Indonesia dan kesulitan memahami konsep dan variasi kata kerja transitif dan
intransitif dalam Bahasa Arab.
4. Membuat kalimat dengan fi'il lazim dalam Bahasa Arab lebih mudah dibandingkan
dengan membuat kalimat dengan fi’il muta’addi (kata kerja yang membutuhkan
objek), karena fi'il muta'addi memerlukan subjek dan objek dalam satu kata kerja.
Hal ini dapat menjadi kendala bagi pembelajar Bahasa Arab yang belum menguasai
banyak kosakata untuk membuat kalimat berobjek. Sementara itu, fi'il lazim hanya
memerlukan subjek saja, sehingga lebih mudah digunakan para pembelajar Bahasa
Arab.
5. Fi'il Mutaadi atau kata kerja berobjek memiliki banyak jenis dan variasi beserta
aturan di Bahasa Arab, yang berbeda dengan Bahasa Indonesia yang memiliki
sedikit variasi dan aturan terkait penggunaan preposisi. Oleh karena itu, pembelajar
Bahasa Arab perlu memperhatikan hal ini secara khusus dalam mempelajari fi'il
mutaadi dan fi'il lazim serta dalam membuat kalimat berobjek dalam Bahasa Arab.