Anda di halaman 1dari 19

Analisis Kontrastif Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam

Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia : Kajian Morfologi

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Yumna Rasyid, M. Pd.
Dr. Chakam Failasuf, M. Pd.

Disusun Oleh:
Siti Lestari (1205620067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan hidayah-
Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Kontrastif Kata Kerja
Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia : Kajian Morfologi”.

Selanjutnya saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah yaitu Prof.
Dr. Yumna Rasyid, M. Pd. Dan Dr. Chakam Failasuf, M. Pd. serta semua pihak yang
mendukung sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Analisis Kontrastif Kata Kerja
Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia : Kajian Morfologi” dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan.

Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 20 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 4

1.2 Batasan Masalah ....................................................................................................... 5

1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORITIK.................................................................................................. 6

2.1 Hakikat Analisis Kontrastif .......................................................................................... 6

2.2 Hakikat Morfologi .......................................................................................................... 7

2.3 Hakikat Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Indonesia .................. 8

2.4 Hakikat Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Arab ........................ 12

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 14

3.1 Persamaan dan Perbedaan Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab .............................................................................................. 14

3.2 Prediksi Kemudahan dan Kesulitan........................................................................... 15

3.3 Implementasi Hasil Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab ............. 16

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 18

4.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia mengungkapkan isi hati, pikiran, dan perasaannya dengan suatu alat yang
dinamakan bahasa melalui proses pengujaran. Hasil pengujaran disebut ujar, yaitu kalimat atau
bagian kalimat yang dilisankan (Kridalaksana 1993: 22). Pengungkapan isi hati, pikiran, dan
perasaan melalui bahasa merupakan media yang sangat efektif untuk dapat dipahami oleh
manusia.
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa merupakan
sebuah gabungan dari makna dan bunyi. Bahasa digabungkan oleh tiga buah komponen, yaitu:
komponen leksikon, komponen gramatikal, dan komponen fonologi.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam,
dan manusiawi. Sebagai sebuah sistem, bahasa pada dasarnya memberi kendala pada
penuturnya. Dengan demikian, bahasa pada gilirannya pantas diteliti, karena kendala-kendala
yang dihadapi oleh penutur suatu bahasa memerlukaan sebuah pengkajian. Sebagai alat
komunikasi bahasa manusia adalah suatu sistem yang bersifat sistematis atau dalam bahasa
Arab disebut tandzim. Yang dimaksud dengan sistematis adalah bahwa bahasa itu bukan suatu
sistem tunggal, melainkan terdiri dari beberapa subsistem yaitu: fonologi, subsistem morfologi,
sintaksis, dan juga semantik.
Bahasa dapat mempengaruhi kebudayaan suatu bangsa. Kemampuan menyampaikan
informasi melalui pemakaian bahasa membuat orang mampu menggunakan pengetahuan
nenek moyangnya dan menyerap pengetahuan orang lain serta kebudayaan yang lain.
Misalnya, bahasa Arab yang terserap ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini merupakan bukti
bahwa pada zaman dahulu banyak pedagang dari Arab yang berdagang di Indonesia, sehingga
mempengaruhi terserapnya bahasa tersebut.
Linguistik kontrastif merupakan cabang paling muda dari linguistik.. Linguistik kontrastif
membandingkan bahasa-bahasa baik dari rumpun yang sama maupun rumpun yang berbeda.
Tujuan dari linguistik ini adalah untuk mengetahui perbedaan-perbedaan pada tataran fonologi,
morfologi, sintaksis, maupun semantik.
Linguistik kontrastif sangat membantu dalam mempelajari atau mengajarkan bahasa baru
bagi penutur. Sebab, dengan analisis kontrastif, perbedaan-perbedaan yang sering menjadi
penghambat pembelajaran bahasa asing dapat diketahui. Fungsi linguistik kontrastif terlihat
dari manfaatnya dalam menentukan dan membangun bahan-bahan ajar yang akan disampaikan
dalam pengajaran bahasa asing. Linguistik kontrastif ini akan memudahkan para guru yang
berpengalaman untuk meramalkan keberhasilan yang dapat diterima akal sehat dan bagian-
bagian struktur bahasa mana yang akan menimbulkan kesukaran-kesukaran terbesar bagi para
pelajar. Kajian linguistik kontrastif dapat diterapkan pada semua tataran bahasa, baik fonologi,
morfologi, sintaksis, maupun semantik. Namun pada penelitian ini akan difokuskan pada
bidang morfologi, yaitu perbandingan kata kerja transitif dan intransitif dalam bahasa Arab dan
bahasa Indonesia, sehingga dengan demikian diharapkan dapat dijabarkan persamaan dan
perbedaanya antara keduanya.
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini merupakan penelitian analisis kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia.
Penelitian ini dibatasi pada Analisis Kontrastif bidang Morfologi yaitu Kata Kerja Transitif
dan Intransitif dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Arab dan
Bahasa Indonesia?
2. Bagaimana persamaan Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Arab dan
Bahasa Indonesia?
3. Apa kesulitan yang dialami dalam mengetahui Kata Kerja Transitif dan Intransitif
dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia?
4. Apa implementasi hasil analisis kontrastif dalam pengajaran Bahasa Arab?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami konsep Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Arab dan
Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui Persamaan & Perbedaan Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam
Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
3. Mengetahui kendala yang dialami dalam mempelajari Kata Kerja Transitif dan
Intransitif dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia.
4. Untuk mengetahui implementasi dari hasil Analisis Kontrastif Kata Kerja Transitif dan
Intransitif dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
BAB II KAJIAN TEORITIK
2.1 Hakikat Analisis Kontrastif
Analisis berasal dari bahasa Inggris ‘analysis’ yang berarti; 1) analisa, pemisahan, dan
2) pemeriksaan yang teliti. Kata kontranstif berasal dari bahasa Inggris contrastive dalam
bentuk adjektiva, diturunkan dari verba to contrast. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah
al-taqabul
Linguistik Kontrastif (contransive linguistics) atau disebut juga dengan analisis
kontrastif (contransive analysis) termasuk mikrolinguistik. Kata contransive terambil dari
verba contrast yang artinya to set in opposition in order to show unlikeness compare by
observing differences ‘menempatkan secara berhadap-hadapan dengan tujuan memperlihatkan
ketidaksamaan dan membandingkan dengan cara mengamati perbedaan-perbedaan’ (Richards,
1989).
Linguistik Kontrastif adalah metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk
menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa atau dialek-dialek untuk mencari
prinsip yang dapat diterapkan untuk masalah yang praktis, seperti pengajaran bahasa dan
penerjemahan. Linguistik kontrastif dikembangkan dan dipraktikkan sebagai suatu aplikasi
linguistik struktural dalam pengajaran bahasa. Itu sebabnya, linguistik kontrastif dapat
digunakan untuk mengatasi kesulitan utama dalam belajar bahasa asing dan dapat memprediksi
adanya kesulitan sehingga efek-efek interferensi dari bahasa pertama dapat dikurangi.
Menurut Tajudin Nur, linguistik kontrastif berupa prosedur kerja yang merupakan
aktivitas atau kegiatan yang membandingkan struktur bahasa pertama dengan struktur bahasa
kedua untuk mengidentifikasi perbedaan perbedaan diantara kedua bahasa. Perbedaan-
perbedaan yang diperoleh dan dihasilkan melalui analisis kontrastif dapat digunakan sebagai
landasan dalam memprediksi kesulitan dalam mempelajari bahasa kedua.
Menurut Henry Guntur Tarigan Analisis kontrastif berupa prosedur kerja, aktivitas atau
kegiatan yang mencoba membandingkan struktur bahasa sumber (B1) dengan bahasa sasaran
(B2) untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa. Perbedaan-
perbedaan antara dua bahasa yang diperoleh dan dihasilkan melalui analisis kontrastif, dapat
digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan-kesulitan belajar
berbahasa yang akan dihadapi oleh peserta didik di sekolah, terlebih dalam belajar (B2).
Jadi, Linguistik kontrastif adalah salah satu model analisis bahasa dengan asumsi
bahwa bahasa-bahasa dapat dibandingkan secara sinkronis. Dengan kata lain, lingusitik
kontransif bersifat sinkronis, yaitu telaah bahasa didasarkan pada kesejamanan/kesewaktuan
dengan menggunakan data yang nyata pada saat itu. Oleh karena itu, aspek kesejarahan dalam
pendekatan sinkronis ini diabaikan atau tidak terungkapnya latar belakang penggunaan bahasa
yang dianalisis.
2.2 Hakikat Morfologi
Pengertian morfologi juga dikemukakan oleh (Chaer 2008: 3) ke dalam dua jenis
pengertian yaitu, yang pertama secara etimologi, kata morfologi berasal dari kata morf yang
mempunyai arti ‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’, sedangkan arti morfologi secara
harfiah adalah ilmu mengenai bentuk.
Morfologi dalam kajian linguistik mempunyai pengertian ilmu yang mempelajari
bentuk-bentuk kata, dan pembentukan-pembentukan kata. Jadi, morfologi merupakan ilmu
yang mengkaji tentang bentuk-bentuk dan seluk-beluk pembentukan kata serta perubahan
maknanya yang terjadi saat melalui proses morfologis.
Objek kajian morfologi dalam buku Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses)
ada lima, yaitu morfem, kata, bentuk dasar, alat dalam proses (afiks, duplikasi, akronimisasi
dan konvesi), serta makna gramatikal. Morfem merupakan satuan gramatikal terkecil dalam
kajian morfologi yang bersifat ihern/melekat (tidak bisa dipisah). Kata merupakan satuan
gramatikal yang dapat berdiri sendiri setelah melalui proses morfologis. Bentuk dasar
merupakan bentuk yang melalui proses morfologi dengan menggunakan alat-alat dalam proses.
Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang muncul pada proses gramatika.
Dalam pembentukan kata, tidak terlepas dengan yang namanya morfem. Morfem
sendiri merupakan satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna. Kata terkecil
menunjukkan bahwasanya, sebuah morfem tidak bisa dibagi menjadi lebih kecil lagi, atau
dengan kata lain, jika dipaksa untuk dibagi menjadi kecil, tidak akan mempunyai makna.
Seperti contoh bentuk membeli dapat dianalisis menjadi dua bentuk terkecil yaitu {me-} dan
{beli}. Bentuk {me-} adalah sebuah morfem, yakni morfem afiks yang secara gramatikal
memiliki sebuah makna; dan bentuk {beli} juga sebuah morfem, yakni morfem dasar yang
secara leksikal memiliki makna. Kalau bentuk beli dianalisis menjad lebih kecil lagi, menjadi
be- dan li-, keduanya jelas tidak memiliki makna. Jadi , keduanya bukan morfem {Chaer, 2015:
13).
Menurut (Tarigan, 2009; 7) Alomorf adalah varian bentuk dari morfem. Sedangkan
morf mempunyai pengertian ujaran aktual dari bentuk (morf-). Contoh:

Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, me- disebut morf, dan semuanya
itu merupakan alomorf dari morfem meN-. Begitu pula dengan morf-morf pem-, pen-,peny-
,peng-, penge-, adalah alomorf dari morfem peN-. Demikian halnya dengan morf-morf ber-,
be-, bel- merupakan alomorf dari morfem ber-.
2.3 Hakikat Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Indonesia
Kata kerja transitif atau kata kerja yang memerlukan objek atau pelengkap untuk
melengkapi kalimatnya. Dengan kata lain, suatu kalimat tidak akan sempurna apabila tidak
memiliki objek yang menyertai kata kerja transitif.
Kata kerja transitif memiliki perbedaan dengan kata kerja intransitif, hal tersebut
dikarenakan kata kerja transitif dapat berubah menjadi bentuk yang pasif yang mana hal
tersebut tidak berlaku untuk kata kerja intransitif. pada kata kerja transitif objek harus selalu
menyertai kata kerja transitif. Biasanya memiliki ciri kata imbuhan mem-, per-.
Contoh:
1. Rina mengambil piring di dapur
2. Rendi mencuci sepatu di kamar mandi
Penjelasan:
Pada contoh pertama kata “Rina” berperan sebagai subjek, kata “mengambil” berperan
sebagai kata kerja transitif, Sedangkan kata “piring” berperan sebagai objek, dan “di kamar
mandi” berperan sebagai keterangan. Kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa kata kerja
transitif harus disertai dengan objek, bila tidak disertai dengan objek maka kata tersebut
akan menjadi rancu. Objek dalam kalimat tersebut yaitu kata “piring” dan “sepatu”.
Sedangkan apabila dalam kalimat tersebut tidak disertai dengan objek maka akan menjadi
seperti ini “Rina mengambil di dapur” dan “Rendi mencuci di kamar mandi”.
Menurut Abdul Chaer dalam bukunya “Linguistik Umum”, diterangkan bahwa kalimat
transitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba yang biasanya
diikuti oleh sebuah objek kalau verba tersebut bersifat monotransitif, dan diikuti oleh dua
objek kalau verbanya berupa verba bitransitif. Misalnya yang seperti:
Monotransitif Dika menendang bola
Bitransitif Dika membelikan Nita sebuah kamus bahasa Jepang

Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah verba transitif yang tidak perlu diikuti objek.
Verba yang demikian adalah verba yang sudah menjadi kebiasaan atau biasa dilakukan
oleh objek itu. Sehingga tanpa disebutkan objeknya kalimat tersebut sudah gramatikal dan
bisa difahami. Contoh :
• Nenek belum makan
• Nita sedang minum
Dari pendapat Abdul Chaer tersebut dapat diketahui bahwa kalimat transitif atau verba
transitif ada tiga macam, yaitu :
a. Verba Monotransitif
Verba monotransitif disebut juga verba ekatransitif, yaitu verba transitif yang
diikuti oleh satu objek. Contoh:
• Teroris itu menembak polisi
• Mereka mencari uang di kota
• Dia menanam ketela di ladangnya
Kata polisi, uang dan ketela adalah objek yang harus hadir mengikuti verba
menembak, mencari dan menanam. Tanpa kehadiran objek tersebut verba-verba
tersebut tampaknya belum lengkap.
b. Verba Bitransitif
Verba bitransitif atau verba dwitransitif adalah verba yang dalam kalimat aktif
diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap.
Contoh:
• Saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan
• Ibu akan membelikan kakak baju baru
Verba mencarikan dan membelikan adalah verba dwitransitif karena masing-
masing memiliki objek (adik saya dan kakak) dan pelengkap (pekerjaan dan baju baru).
Sejumlah verba dwitransitif memiliki ciri semantis yang membedakan fungsi
objek dari pelengkap yang berupa nama, julukan, gelar, atau kedudukan. Contoh:
“Mereka menamai bayi itu Sarah”. Bayi itu dan Sarah merujuk pada orang atau
referen yang sama, bila kalimat tersebut dipasifkan maka pelengkapnya berada
dibelakang verba. Seperti : “Bayi itu dinamai Sarah oleh mereka”. Sementara itu
adapula verba yang dapat berstatus dwitransitif tetapi dapat juga ekatransitif, seperti
verba memanggil dan menyebut, dapat mempuyai satu atau dua nomina di belakangnya,
Contoh :
“Mereka memanggil kamu si Botak” (dua nomina)
“Mereka memanggil kamu” (satu nomina)
c. Verba Semitransitif
Verba semi transitif ialah verba yang objeknya boleh ada dan juga boleh tidak.
Contoh:
• Ayah sedang membaca koran
• Ayah sedang membaca
Kalimat diatas menunjukkan bahwa verba membaca adalah verba semitransitif
karena verba itu dapat menyandang objek dan dapat pula tidak. Verba semitransitif
disebut juga verba transitif-taktransitif.

Ciri Ciri Kata Kerja Transitif


Berikut ini adalah ciri-ciri dari kata kerja transitif yang dapat kamu bedakan dengan kata kerja
intransitif, antara lain yaitu:
• Memiliki makna proses
• Memiliki makna aktivitas, tindakan atau kegiatan
• Sering diikuti dengan kata kerja
• Kata kerja transitif dapat diubah kedalam bentuk pasif
• Sering dibentuk dengan menggunakan imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan, di-kan ber-
an, memper-an dan memper-i.
• Kata depan di dahului dengan kata pernyataan waktu, seperti; telah, hampir, sedang,
akan, segera.
• Kata depan di dahului dengan kata pernyataan waktu, seperti; telah, hampir, sedang,
akan, segera.
Kata Kerja Intransitif adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek dalam
kalimatnya. Suatu kalimat masih dapat mempunyai makna meskipun kalimat tersebut tidak
menggunakan objek dengan menggunakan kata kerja jenis ini. Karena kata kerja intransitif
tidak memiliki objek, maka apabila suatu kalimat mengandung kata kerja intransitif, maka
tidak dapat dirubah ke dalam bentuk pasif. Biasanya dalam kata kerja intransitif terdapat kata
yang memiliki imbuhan ber-, ter-, kean, ber-an.
Contoh:
Lionel Messi berlari setiap pagi.
Penjelasan:
“Lionel Messi” dalam kalimat ini sebagai subjek, “berlari” sebagai kata kerja intransitif, “setiap
hari” sebagai keterangan.

Kata kerja intransitif dibagi atas dua macam, yaitu:


a. Verba Berpelengkap
Verba berpelengkap yaitu verba yang memiliki pelengkap, karena jika
pelengkapnya tidak hadir, kalimat tersebut tidak sempurna dan tidak berterima. Contoh:
• Rumah oran kaya itu berjumlah dua puluh buah
• Yang dikemukakanya adalah suatu dugaan
Verba berjumlah dan merupakan verba berpelengkap, jika pelengkapnya (dua
puluh buah dan dugaan) tidak hadir, maka kalimat tersebut tidak sempurna.
b. Verba Tak Berpelengkap
Contoh :
• Gadis itu tersipu-sipu
• Bibit kelapa itu sudah tumbuh
Verba tersipu-sipu dan tumbuh adalah verba tak berpelengkap. Dalam hubungan
ini, perlu diperhatikan bahwa di antara verba seperti itu ada yang diikuti kata
atau frasa tertulis yang kelihatanya seperti pelengkap, tetapi sebenarnya adalah
keterangan. Contoh: “Bibit kelapa itu tumbuh subur”. Kata subur dalam kalimat
tersebut bukan pelengkap, melainkan keterangan.
Ciri Ciri Kata Kerja Intransitif
Berikut ciri-ciri dari kata kerja intransitif yaitu :
• Tidak dapat dibubuhi dengan objek.
• Tidak dapat diubah ke dalam bentuk kalimat pasif.
• Hanya terdiri atas subjek serta predikat saja.
• Predikatnya berupa jenis kata kerja yang memiliki imbuhan prefiks atau imbuhan awal
ber-, bet-an, dan ter-. Akan tetapi, beberapa dari kata kerja yang memiliki imbuhan me-
juga dapat dipakai sebagai predikat dalam klausa ini.
Adapun dari kata kerja yang dimaksud adalah kata menari, maraung, menggonggong,
mengeong, dan kata lain yang sejenisnya. Sederhananya, kata kerja yang memiliki imbuhan
me- yang dapat digunakan untuk klausa ini adalah kata kerja yang tidak dapat dihubungi oleh
unsur objek.

2.4 Hakikat Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Arab
Dalam bahasa Arab, kata kerja transitif disebut dengan fi’il muta’addi (‫)الفعل المتعدي‬.
Sedangkan kata kerja intransitif disebut dengan fi’il lazim (‫)الفعل الالَّ ِزم‬. Fi’il muta’addi adalah
kata kerja yang memerlukan objek atau barang yang dikenai aksi tersebut untuk melengkapkan
arti kalimat. Contoh: َ ‫ي ْالك َِرة‬
ُّ ِ‫صب‬
َّ ‫ب ال‬
َ ‫ض َر‬
َ (daraba al-sabiyyu al-kirah) yang berarti "anak laki-laki
memukul bola". Dalam contoh tersebut, "bola" adalah objek yang menerima aksi "memukul".
Sedangkan fi’il lazim adalah kata kerja yang tidak memerlukan objek atau barang yang dikenai
aksi tersebut. Contoh: ‫ي‬ َّ ‫( قَ َعدَ ال‬qa'ada al-sabiyyu) yang berarti "anak laki-laki duduk". Dalam
ُّ ‫ص ِب‬
contoh tersebut, tidak ada objek atau barang yang dikenai aksi "duduk".
Dengan demikian, fi’il muta’addi merupakan kata kerja yang membutuhkan subjek
sekaligus objek. Sedangkan fi’il lazim hanya membutuhkan subjek. Nama lain dari fi’il
muta’addi adalah fi’il waqi’ dan fi’il mujawiz. Sedangkan nama lain dari fi’il lazim adalah fi’il
qashir atau fi’il ghair mujawiz. Dalam bahasa Arab, seringkali kata kerja transitif ditandai
dengan huruf ‫ ت‬pada akhir kata kerja dalam bentuk infinitif (‫)المصدر‬, sementara kata kerja
intransitif tidak memiliki tanda tersebut. Misalnya, kata kerja "menulis" ( ُ‫ )يَ ْكتُب‬adalah transitif,
sedangkan kata kerja "berjalan" (‫ي‬
ُ ‫ )يَ ْم ِش‬adalah intransitif.
Dari segi berdampak langsung atau tidak terhadap objeknya, fi’il muta’addi terbagi
menjadi dua jenis, yaitu :
(a) muta’addi bi nafsih adalah kata kerja yang langsung berdampak pada objeknya, tanpa
bantuan harf jarr (preposisi). Misalnya, Baraytu alqalam (Saya menyerut pensil),
(b) fi’il muta’addi bi ghairih adalah kata kerja yang membutuhkan bantuan harf jarr untuk
sampai kepada objeknya. Misalnya, Addu al-amanah ila ahliha (Sampaikanlah amanah
kepada pemiliknya.
Di samping itu, fi’il muta’addi juga dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
jumlah objeknya, yaitu; fi’il muta’addi berobjek satu, fi’il muta’addi berobjek dua, dan fi’il
muta’addi berobjek tiga.
1. Fi’il muta’addi berobjek satu sangat banyak. Misalnya, kataba, akhadza, ghafara,
akrama, dan ‘azhzhama (menulis, mengambil, mengampuni, menghormati, dan
memuliakan).
2. Fi’il muta’addi berobjek dua terbagi pula menjadi dua jenis, yaitu fi’il muta’addi
berobjek dua yang keduanya bukan berasal dari mubtada` dan khabar, serta fi’il
muta’addi berobjek dua yang keduanya berasal dari mubtada` dan khabar. Jenis
pertama misalnya, a’tha, sa`ala, manaha, kasa, albasa, dan ‘allama (memberi, meminta,
memberi, memakaikan, memakaikan, dan mengajarkan). Fi’il muta’addi jenis kedua ini
terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Af’al al-qulub, yaitu kata kerja transitif berobjek dua yang berkaitan dengan
kesadaran batin. Misalnya, ra`a, ‘alima, dara, wajada, alfa, ta’allam, hab, zhanna,
khala, hasiba, ja’ala, dan za’ama (berpendapat, mengetahui, mengetahui,
mendapati, mendapati, ketahuilah, anggaplah, mengira, mengira, mengira,
menjadikan, dan mengklaim).
b. Af’al at-tahwil, yaitu kata kerja transitif berobjek dua yang berarti ‘menjadikan’.
Misalnya, shayyara, radda, taraka, takhidza, ittakhadza, ja’ala, dan wahaba. Semua
kata kerja ini berarti ‘menjadikan’.
3. Fi’il muta’addi berobjek tiga. Fi’il-fi’il muta’addi yang memiliki objek tiga adalah ara,
a’lama, anba`a, nabba`a, akhbara, khabbara, dan haddatsa (memperlihatkan,
memberitahu, memberitahu, memberitahu, memberitahu, memberitahu, dan
memberitahu).
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Persamaan dan Perbedaan Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
Persamaan
1. Kata kerja atau Fi`il dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab sama-sama mengandung
makna dasar perbuatan (aksi / hadats dan zaman (tensis), proses, atau keadaan).
2. Dalam Bahasa Indonesia (BI) dan Bahasa Arab (BA), kata kerja intransitif (fi’il laziim),
tidak membutuhkan objek yang dikenai aksi, sedangkan kata kerja transitif (fi’il muta’addi)
memerlukan objek. Contohnya dalam bahasa Indonesia, "Dia berjalan" adalah kata kerja
intransitif karena tidak memerlukan objek, sedangkan "Dia memukul bola" adalah kata kerja
transitif karena memerlukan objek (bola). Begitu juga dalam bahasa Arab, contohnya "saya
duduk" ( ُ‫ )أنا ُج ِلست‬adalah fi’il laziim, sedangkan "saya memukul bola" (َ ‫ض َربْتُ ال ُك َرة‬
َ ) adalah
fi’il muta’addi.
3. Dalam bahasa Indonesia, kata kerja transitif terbagi menjadi dua, yaitu ekatransitif, yaitu
kata kerja yang memiliki satu objek, dan dwitransitif, yaitu kata kerja yang memiliki dua
objek. Dalam bahasa Arab pun kata kerja muta’addi ada yang memiliki satu objek, ada pula
yang memiliki dua objek.

Perbedaan
Bahasa Indonesia Bahasa Arab
Di dalam bahasa Indonesia dikenal juga Di dalam bahasa Arab, kata kerja muta’addi
istilah kata kerja semitransitif, yaitu berobjek dua terbagi menjadi kata kerja
memakai objek untuk menjelaskan makna dengan dua objek yang berasal dari
kalimat. Jika tidak ada objek, maka kalimat mubtada`- khabar dan dua objek yang berasal
tersebut akan kurang dipahami dan objeknya dari selain mubtada`- khabar
bisa ditambahkan atau dihilangkan.
Di dalam Bahasa Indonesia tidak terdapat Di dalam bahasa Arab terdapat juga kata
kata kerja berobjek tiga. kerja muta’addi berobjek tiga.
Di dalam bahasa Indonesia tidak dibedakan Di dalam bahasa Arab, dibedakan antara kata
antara kata kerja transitif dengan preposisi kerja transitif dengan harf jar (preposisi), ini
dan kata kerja transitif tanpa preposisi. disebut dengan muta’addi ghair sharih, dan
kata kerja tanpa harf jar, ini disebut dengan
muta’addi sharih.
Di dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan Di dalam bahasa Arab, seringkali kata kerja
tanda-tanda yang merupakan ciri-ciri khusus transitif ditandai dengan huruf ‫ ت‬pada akhir
kata kerja transitif dan intransitif. kata kerja dalam bentuk infinitif (‫)المصدر‬,
sementara kata kerja intransitif tidak
memiliki tanda tersebut. Misalnya, kata kerja
"menulis" ( ُ‫ )يَ ْكتُب‬adalah transitif, sedangkan
kata kerja "berjalan" (‫ي‬
ُ ‫ )يَ ْم ِش‬adalah intransitif.

3.2 Prediksi Kemudahan dan Kesulitan


Dalam kajian morfologi, analisis kontrastif antara kata kerja transitif dan intransitif dalam
Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia memiliki kemungkinan mengalami kemudahan dan
kesulitan bagi para pembelajar Bahasa Arab. Berikut adalah beberapa prediksi kemudahan dan
kesulitan yang mungkin muncul :
➢ Kemudahan
1. Para pembelajar Bahasa Indonesia akan lebih mudah memahami konsep kata kerja
transitif dan intransitif karena konsep tersebut juga ada dalam Bahasa Indonesia.
2. Para pembelajar Bahasa Arab yang sudah memahami konsep dasar tata bahasa
Bahasa Arab akan lebih mudah mengidentifikasi perbedaan antara kata kerja
transitif dan intransitif.
3. Dalam Bahasa Indonesia tidak membedakan antara Kata Kerja Transitif dengan
preposisi dan Kata Kerja Transitif tanpa preposisi. Hal ini membuat pembelajar
Bahasa Arab bisa lebih mudah dalam membuat kalimat kata kerja Transitif tanpa
pusing memikirkan preposisinya.

➢ Kesulitan
1. Secara umum, terdapat perbedaan dalam tata bahasa antara Bahasa Arab dan
Bahasa Indonesia, yang menyebabkan perbedaan dalam pengaturan kalimat antara
kedua bahasa tersebut. Oleh karena itu, sering kali para pembelajar Bahasa Arab
terpengaruh oleh kecenderungan menggunakan pola kalimat Bahasa Indonesia
ketika mencoba membuat kalimat Bahasa Arab, karena mereka terbiasa
menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu atau bahasa sehari-harinya.
2. Bagi para pembelajar Bahasa Indonesia yang belum mengenal konsep kata kerja
transitif dan intransitif, mereka akan kesulitan memahami konsep kata kerja transitif
dan intransitif dalam Bahasa Arab.
3. Dalam Bahasa Arab, kata kerja transitif dan intransitif memiliki variasi bentuk dan
pola konjungsi yang berbeda dan harus dihafalkan secara terpisah. Sedangkan
dalam Bahasa Indonesia, perbedaan tersebut tidak terlalu jelas dan penggunaannya
lebih bergantung pada preposisi atau konteks kalimat. Hal ini menyebabkan para
pembelajar Bahasa Arab seringkali terpengaruh oleh kebiasaan dalam Bahasa
Indonesia dan kesulitan memahami konsep dan variasi kata kerja transitif dan
intransitif dalam Bahasa Arab.
4. Membuat kalimat dengan fi'il lazim dalam Bahasa Arab lebih mudah dibandingkan
dengan membuat kalimat dengan fi’il muta’addi (kata kerja yang membutuhkan
objek), karena fi'il muta'addi memerlukan subjek dan objek dalam satu kata kerja.
Hal ini dapat menjadi kendala bagi pembelajar Bahasa Arab yang belum menguasai
banyak kosakata untuk membuat kalimat berobjek. Sementara itu, fi'il lazim hanya
memerlukan subjek saja, sehingga lebih mudah digunakan para pembelajar Bahasa
Arab.
5. Fi'il Mutaadi atau kata kerja berobjek memiliki banyak jenis dan variasi beserta
aturan di Bahasa Arab, yang berbeda dengan Bahasa Indonesia yang memiliki
sedikit variasi dan aturan terkait penggunaan preposisi. Oleh karena itu, pembelajar
Bahasa Arab perlu memperhatikan hal ini secara khusus dalam mempelajari fi'il
mutaadi dan fi'il lazim serta dalam membuat kalimat berobjek dalam Bahasa Arab.

3.3 Implementasi Hasil Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab


1. Salah satu alternatif untuk meningkatkan strategi pembelajaran Bahasa Arab adalah melalui
analisis kontrastif. Namun, analisis kontrastif tidaklah menjadi satu-satunya opsi yang dapat
diambil, karena ada banyak aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan strategi
dan metode pembelajaran yang tepat. Meskipun begitu, analisis kontrastif tetap dapat menjadi
dasar pertimbangan yang berguna dalam proses pembelajaran.
2. Dalam pengajaran Bahasa Arab, implementasi hasil analisis kontrastif dapat diintegrasikan
dalam berbagai strategi pembelajaran seperti pembelajaran berbasis proyek, pemecahan
masalah, dan pembelajaran terpadu. Hal ini dapat membantu para pembelajar Bahasa Arab
untuk lebih memahami perbedaan antara Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, serta
meningkatkan kemampuan mereka dalam menguasai Bahasa Arab secara lebih efektif.
3. Hasil analisis kontrastif dapat digunakan untuk memperjelas perbedaan antara kata kerja
transitif dan intransitif dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Hal ini dapat membantu para
pembelajar Bahasa Arab untuk lebih memahami dan membedakan penggunaan kata kerja
transitif dan intransitif dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Selain itu, implementasi hasil
analisis kontrastif juga dapat membantu para pengajar Bahasa Arab dalam menyusun
kurikulum dan materi pembelajaran yang lebih tepat dan efektif.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Linguistik kontrastif merupakan metode untuk menganalisis bahasa untuk menemukan
persamaan dan perbedaan dalam rangka mencari prinsip yang dapat diterapkan secara praktis.
Dalam bahasa Arab, kata kerja transitif disebut dengan fi’il muta’addi. Sedangkan kata kerja
intransitif disebut dengan fi’il lazim. Dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia, kata kerja
transitif adalah kata kerja yang memiliki objek dan pelengkap, sedangkan kata kerja intransitif
adalah kata kerja yang tidak memiliki objek dan pelengkap.
Persamaan antara keduanya adalah bahwa dalam kedua bahasa tersebut memiliki kata
kerja transitif berobjek satu dan dua, sedangkan perbedaannya adalah bahwa dalam bahasa
Indonesia terdapat jenis kalimat semitransitif namun dalam bahasa Arab tidak ada; dalam
bahasa Arab terdapat kata kerja yang berobjek tiga, namun dalam bahasa Indonesia tidak ada;
dalam bahasa Arab terdapat pembedaan kata kerja transitif dengan preposisi, namun dalam
bahasa Indonesia tidak ada; dan dalam Bahasa Arab seringkali kata kerja transitif ditandai
dengan huruf ‫ ت‬pada akhir kata kerja dalam bentuk infinitif (‫)المصدر‬, sementara kata kerja
intransitif tidak memiliki tanda tersebut, namun dalam Bahasa Indonesia tidak ada tanda/ciri
khusus.
Analisis kontrastif kata kerja transitif dan intransitif dalam Bahasa Arab dan Bahasa
Indonesia dapat membantu para pembelajar untuk memahami perbedaan dan persamaan dalam
penggunaannya. Dalam pengajaran Bahasa Arab, penting untuk memperhatikan variasi kata
kerja transitif dan intransitif serta mengaplikasikan metode pengajaran yang kreatif dan inovatif
untuk memudahkan para pembelajar dalam mempelajari dan menghafal variasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
“ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB
BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA.” Jurnal Sastra Indonesia (Semarang),
2013.
Jamilah, Mimi. (2020). ANALISIS KONTRASTIF MORFOLOGI INFLEKSI
DALAM BAHASA ARAB DENGAN BAHASA INDONESIA. Jurnal Pendidikan Bahasa
Arab, Volume 3, Nomor 2.
Mukminin, Amir, Ahmad Bashori (2022). KALIMAT TRANSITIF-INTRANSITIF:
ANALISIS KONTRASTIF ANTARA BAHASA ARAB DAN BAHASA INDONESIA.
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Volume 3, Nomor 2.
Mustafa, Izzudin dkk. (2020). Kata Kerja Transitif dan Intransitif dalam Bahasa Arab
dan Bahasa Indonesia (Studi Linguistik Kontrastif), UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 11 (1)
Nur Dyah Utami, Arwina.. “Kata Kerja Transitif & Intransitif”, diakses dari
pintarnesia.com/transitif-dan-intransitif/, pada tanggal 20 Maret 2023, pukul 20.00.

Anda mungkin juga menyukai