OLEH
ST. NURHASANAH
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Deskripsi Morfologi
Bahasa Daerah Enrekang (Dialeg Duri) Kecamatan Buntu Batu/ Kabupaten
Enrekang/ Desa Lagda" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Daerah. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang morfologi bahasa daerah
Enrekang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada M. Zulham, S.pd, M.pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Daerah. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
PENGESAHAN................................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Morfologi.......................................................................................7
2.2 Afiksasi..........................................................................................8
2.3 Reduplikasi....................................................................................10
2.4 Komposisi......................................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian...............................................................................13
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................13
3.3 Subjek dan Objek Penelitian...........................................................13
3.4 Prosedur Penelitian.........................................................................13
3.5 Teknik Pengumpulan Data.............................................................14
3.6 Instrumen Penelitian.......................................................................14
3.7 Prosedur Penelitian.........................................................................14
3.8 Teknik Analisis Data......................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
LAMPIRAN
iv
5
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Morfologi
1) Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterkaitannya dengan morfem
lain dapat langsung digunakan dalam pertuturan (Chaer, 2008: 17). Morfem
bebas
disebut juga dengan morfem akar, yaitu morfem yang menjadi bentuk dasar
dalam
8
2) Morfem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung
dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam pertuturan. Morfem ikat
disebut juga morfem afiks. Berdasarkan pengertian tersebut maka morfem
terikat merupakan morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai satuan yang
utuh karena morfem ini tidak memiliki kemampuan secara leksikal, akan tetapi
merupakan penyebab terjadinya makna gramatikal. Adapun jenis-jenis afiksasi
sesuai dengan posisi peletakkannya dalam kaiatan dengan kata dasar. Menurut
Putrayasa (2008 : 7-9) adalah sebagai berikut :
a. Prefiks (awalan), yaitu afiks yang diletakkan di depan bentuk dasar. Prefiks
ini merupakan prefiks yang tidak bisa berdiri sendiri atau tidak mempunyai
makna jika tidak dilekatkan dengan bentuk dasar. Berikut akan diperikan dari
masing-masing macam prefiks tersebut :
Prefiks meN-
Perfiks meN- merupakan alomorf dari morf-morf yaitu, meng-, me-, mem-,
men-, meny-, dan menge- contohnya :
meN- + verba meng- + ambil mengambil
meN- + verba me- + makan memakan
Prefiks ber-
Perfiks ber- merupakan alomorf dari morf-morf yaitu, ber-, bel-, be-. Contoh :
Ber-+ verba bel- + ajar belajar
Ber- + verba be- + renang berenang
9
Prefiks ter-
Prefiks ter- merupakan alomorf dari morf-morf yaitu, ter-, tel- Contoh :
ter- + verba ter- + buka terbuka
Tel- + verba tel- + anjur telanjur
Prefiks peN-
Perfiks peN- merupakan alomorf dari morf-morf yaitu, peng-, pe-, pem-,
men-,peny-, dan penge- Contoh :
peN- + verba peng- + goda penggoda
peN- + verba pe- + menang pemenang
Prefiks per-
Prefiks per- merupakan alomorf dari morf-morf yaitu, per-, pel- Contoh :
per- + adjektif per- + besar perbesar
per- + verba pel- + ajar pelajar
Prefiks se-
Prefiks se- tidak mengalami perubahan bentuk pada saat melekat pada kata
dasar. selain itu prefiks se- bisa melkat pada kata benda dan kata bilangan.
Contoh :
se- + noun se- + piring sepiring
se- + noun se- + pohon sepohon
Prefiks di-
Prefiks di- memiliki arti untuk menyatakan tindakan pasif. Prefiks di- tidak
mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan pada kata dasar. Contoh :
di- + verba di- + makan dimakan
di- + verba di- + masak dimasak
10
b. Infiks (sisipan), yaitu afiks yang diletakkan dalam bentuk dasar. Infiks
merupakan sisipan yang terletak ditengah suku kata dasar atau yang diapit
oleh konsonan dan vokal.
Sisipan –el- :
Luhur + -el- = Leluhur
Sisipan –em- :
- Getar + -em- = Gemetar
Turun + -em- = Temurun
Sisipan -er-
Suling + -er- = Seruling
-Kudung + -er- = Kerudung
2.2 Reduplikasi
a. Pengulangan seluruh
Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa
perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan dengan proses
pembubuhan afiks. Misalnya:
Sepeda : sepeda-sepeda
Kebaikan : kebaikan-kebaika
b. Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.
Di sini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Hampir semua bentuk dasar
pengulanganmgolongan ini berupa bentuk kompleks. Yang berupa bentuk
tunggal hanyalah kata lelaki yang dibentuk dari bentuk dasar laki, tetamu
yang dibentuk dari bentuk dasar tamu, beberapa yang dibentuk dari bentuk
dasar berapa, pertama-tama yang dibentuk dari bentuk dasar pertama, dan
segala-gala yang dibentuk dari bentuk dasar segala.
Kata pertama dan segala merupakan bentuk tunggal karena dalam deretan
morfologik tidak ada satuan yang lebih kecil dari kedua kata itu. Memang di
samping kata pertama, ada kata utama, tetapi kedua kata itu tidak dapat
dimasukkan dalam satu deretan morfologik. Meskipun keduanya mempunyai
pertalian bentuk, ialah keduanya mengandung unsur tama, tetapi keduanya
tidak memiliki pertalian arti sehingga kata pertama ditentukan sebagai satu
morfem, kata utama sebagai satu morfem.
2.3 Komposisi
Menurut Chaer (2008 : 209) komposisi adalah proses penggabungan dasar
dengan dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk
mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung dalam sebuah kata.
Contoh : kata rumah untuk mewadahi „bangunan tempat tinggal‟, namun
dalam kehidupan ada konsep „bangunan tempatmenggadaikan‟, maka
terbentuklah komposisi „rumah gadai‟.
Sumadi (2010:132) mengemukakan bahwa pemajemukan atau komposisi
adalah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar
yang satu dengan bentuk dasar yang lain dan gabungan itu menimbulkan
makna baru yang menyimpang dari makna konvensional setiap bentuk
dasarnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
b. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah bagaimana jika
beberapa kosa kata bahasa Indonesia di masuk kan ke dalam bahasa
massenrempulu (enrekang)
2. Melakukan Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data langsung dari penutur asli
daerah enrekang, dan dapat mengetahui bagaimana jika kosa kata bahasa
Indonesia di artikan ke dalam bahasa enrekang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
a) Pada umumnya awalan ma1- hanya dapat muncul bersama-sama dengan kata
akar yang berupa kata sifat. Contoh:
/luwa/ “luas” → /maluwa/ ”luas”
b) Pada umumnya awalan ma2- dapat diimbuhkan pada kata dasar, kata kerja,
kata benda dan kata bilangan. Awalan ini mempunyai wujud fonologis maq-,
maG-, dan maN-
1) Awalan maq dipakai dengan kata dasar yang dimulai dengan konsonan /b,d,g
dan j/. Contoh :
maq- /baluŋ./ “dijual‟ → /maqbaluŋ./ “menjual
maq- /gereq/ “sembelih‟ → /maqgereq/ ”menyembelih‟
3. Awalan maN dipakai dengan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal
/a,i,u,e,o/. Contoh :
maN- /asa/ “asah‟ → /maŋasa / “mengasah’
maN- /ekan/ “pancing‟ → /maŋekan / “memancing’
17
Awalan mi-
Awalan mi- biasa juga diucapkan (me). Awalan mi- mempunyai wujud fonologis
mi-, miN-, dan miG-. Contoh :
mi- /baju/ “baju‟ → /mibaju/ “memakai baju‟
/robboq/ “rumput‟ → /mirobboq/ “mencari rumput‟
miN- /baqdaŋ./ “bedak‟ → /mimbaqdaŋ./ “memakai bedak‟
bissa/ “cuci‟ → /mimbissa/ “mencuci‟
(bercebok)
miG -/cende/ “lari-lari‟ → /miccende/ “berlari-lari‟
/raqba/ “rebah‟ → /mirraqba/ “merebahkan diri‟
Pemakaian mi-, miN- dan miG- pada contoh diatas tidak menunjukkan
satu sistem tertentu. Misalnya, kata baju dan bissa keduanya dimulai dengan
konsonan /b/, tetapi masing-masing menggunakan awalan yang berbeda. Kata
baju menggunakan awalan mi-menjadi mibaju “memakai baju‟, sedangkan kata
bissa menggunakan awalan miN- menjadi membissa “mencuci‟. Demikian pula
kata roboq dan raqba. Kata roboq menggunakan awalan mimenjadi miroboq
“mencari rumput‟, sedangkan kata raqba menggunakan awalan miG- menjadi
mirraqba “merebahkan diri‟.
Awalan di-
Awalan di- berpadanan dengan awalan di- dalam bahasa Indonesia. Fungsinya
ialah membentuk kata kerja pasif. Contoh :
/piara/ “pelihara‟ → /dipiara/ “dipelihara‟
/caqbean/ “buang‟ → /dicaqbean/ “dibuang‟
Awalan pa-
Awalan pa- mempunyai wujud fonologis pa-, paq-, paG- dan paN
a) Awalan pa- membuat jadi (kausatif), misalnya :
pa- /tindaŋ./ „tegak‟ → /patindaŋ./ „tegakkan‟
/toppoŋ./ „diatas‟ → /pattoppoŋ./ ditempatkan diatas”
18
b) Awalan ini muncul jika kata dasar dimulai dengan konsonan /b,d,g,j/. Contoh :
paq- /baluŋ./ “jual‟ → /paqbaluŋ. / “penjual
/jaiq/ “jahit‟ → /paqjaiq / “penjahit‟
d) Awalan paN- “pelaku/alat‟ muncul jika kata dasar dimulai dengan vokal
/a,i,u,e,o/ Contoh :
paN- /alli/ “beli‟ → /paŋalli/ ”pembeli‟
/ira/ “iris‟ → /paŋira/ “pengiris”
Awalan pi-
Awalan pi- “pelaku/alat‟ biasa juga diucapkan (pe). Awalan pi- mempunyai
wujud fonologi pi- dan piG- Contoh :
a) Awalan pi- “pelaku/alat‟, misalnya:
pi- /sioq/ “ikat‟ → /pisioq/ “pengikat‟
/bakun / “pukul‟ → /pibakun/ “pemukul‟
Awalan sa-
Awalan sa- mengandung makna yang berarti “satu‟. Awalan ini mempunyai
wujud fonologis saN- dan saq.
a) Awalan saN muncul jika kata dasar dimulai dengan huruf vokal, misalnya:
saN- /allo/ “hari‟ → /saŋallo/ “sehari‟
/indo/ “ibu‟ → /saŋindo/ “seibu‟
b) Awalan saq- muncuijika kata dasar dimulai dengan konsonan, misalnya:
19
Awalan si-
Awalan si- menyatakan bahwa perbuatan dilakukan oleh dua pihak (saling).
Contoh:
si- /kita/ 'lihat' /sikita/ 'salingmelihat'
/tammu/ 'temu' /sitamu/ 'bertemu'
Jika si- mengimbuhi kata bilangan, arti si- pada kata bentukan itu menyatakan
masing-masing. Contoh :
si-/ kore/ 'dua' → /sikore / 'masing-masing dua'
/tallu/ 'tiga’ → /sitaIlu/ 'masing- masing tiga'
Awalan ti-
Awalan ti- menyatakan aspek perfektif, dapat pula berarti bahwa suatu keadaan
terjadi tiba-tiba. Contoh :
ti /buka/ 'buka' → /tibukka/ 'terbuka
/beso/ 'tarik” → /tibesso/ 'tertarik'
Awalan ka-
Awalan ka- pada umumnya hanya ditemukan pada kata berulang. Kata bentukan
itu menyatakan keadaan. Contoh :
ka- /pau/ 'kata' - /kapau-pau/ 'besar mulut
/botiq/ 'kentut' - /kabotiq-botiq/ 'terkentut-kentut'
b) Infiks (Sisipan)
Dalam penelitian mi hanya ditemukan dua macam sisipan, yaitu :Um dan –in
Sisipan –um-
Jika kata dasarnya berupa kata kerja atau kata keadaan, sisipan -urn- tidak
mengubah kelas kata. Akan tetapi, jika kata dasarnya berupa kata benda, sisipan
-irn- berfungsi membentuk kata kerja atau kata keadaan. Contoh :
/kande/ 'makan' - /kumande/ 'makan'
20
Sisipan –in-
Sisipan in- sangat langka dalam BME. Satu-satunya contoh yang diteniukan
dalam penelitian mi ialah kata /kande/ 'makan' menjadi /kinande/ 'nasi'.
c) Sufiks (Akhiran)
Akhiran –an-
An /cidokko/ 'duduk' — /cidokkoan/ 'tempat duduk'
/torro/ 'tinggal' - /torroan/ 'tempat'
Akhiran-i-
Fungsi akhiran -i ialah menyatakan perintah. Contoh :
i /kutu/ Kutu' -> /kutuqi/ 'kutui'
Reduplikasi Pembubuhan :
/mesaq/ “ satu” / simesaq-mesaqna/ “Masing – masing satu”
Dasar + Dasar
Bali (tetangga) + bola (rumah) Bali bola (tetangga)
Dasar + Akar
Anak (anak) + Dara (-) Anak Dara (Anak Gadis)
Akar + Dasar
Sanggara (-) + Punti (pisang) Sanggara punti (pisang goreng)
Akar + Kata Berimbuhan
Maka (-) + Talluna (tiganya) Makatalluna (ketiganya)
BAB IV
21
1. Simpulan
2. Saran
Saran merupakan masukan yang didapat dari pembaca agar dapat melakukan
pengembangan lebih lanjut berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan
22
DAFTAR PUSTAKA
Kebudayaan.
Kebudayaan.
23
LAMPIRAN
24
LAMPIRAN 1
DAFTAR TABEL KOSAKATA PENELITIAN BAHASA DAERAH
Bahasa Daerah Hasil Morfologi
No. Kosakata
…………….. (arti dalam Bahasa Indonesia)
150 Kenduri
151 Kepala desa Kepala desa -
152 Kepala kampung Kepala kampong -
153 Kerja bakti Kerja bakti -
154 Khatib Khatib -
155 Khitanan Pa suna -
156 Lahir Jaji -
157 Melahirkan Keanak -
158 Mengandung Kebatang -
159 Menguburkan Ma’kuburu -
160 Meninggal Mate -
161 Penghulu To pakawin -
162 Pemukul bedug Pa gandang -
163 Atap Dea di-dea (diatap)
164 Atap dari bambu Tallang -
165 Bubungan Bubungan -
166 Dangau -
167 Dapur Dapoh di-dapoh (di dapur)
168 Dinding bambu Rinding kamacca -
169 Dinding tembok Rinding tembok -
170 Genting Genting -
171 Halaman Pangrante -
172 Jendela Pantiroan -
173 Kamar Kamara -
174 Kamar mandi Kamar mandi -
175 Kandang Bujan -
31
325 Tuba -
326 Ubi jalar Kandoa rorok -
327 Ubi kayu Kandoa -
328 Anjing Asu -
329 Ayam Manuk -
330 Ayam betina remaja Manuk laundara -
331 Ayam betina yang telah beranak Indo manuk -
332 Ayam jantan dewasa Londong -
333 Bangkai (binatang) Bangkei -
334 Bangkai (manusia) Bakke -
335 Belalang Batik -
336 Binatang Binatang -
337 Bulu sayap Bulu pani’ -
338 Bulu ekor Bulu ikko -
339 Ekor Ikko -
340 Gagak Kaduaya -
341 Insang Kato -
342 Jalu Jalu -
343 Kambing Beke -
344 Katak Tokko -
345 Kelelawar Paniki -
346 Kerbau Tedong -
347 Kucing Meong -
348 Kunang-kunang Pipe -
349 Kura-kura Kura – kura -
38
726 Sejengkal -
727 Sembilan Kasera si-kasera (masing-masing Sembilan)
si-sang pulo kasera (masing-masing
728 Sembilan belas Sang pulo kasera
sembilan belas)
729 Sepuluh Sang pulo si-sang pulo (masing-masing sepuluh)
si-saratus sa’bu (masing-masing
730 Seratus Saratus sa’bu
seratus)
731 Seribu Sang sa’bu si-sang sa’bu (masing-masing seribu)
732 Tiga Tallu si- tallu (masing – masing tiga)
sii-tallu ratu (masing –masing tiga
733 Tiga ratus Tallu ratu
ratus)
734 Ukuran padi dalam ikat kecil Lebu bittina
735 Ukuran padi dua ikat kecil Lebu duang poro bitti
Ukuran padi dua puluh lima ikat
736 Lebu duang pulo lima
besar
737 Ukuran padi empat ikat kecil Lebu appa poro bitti
55
Lampiran 2
Data Informan
Lampiran 3
Dokumentasi
https://youtu.be/XopzBldIYtM?si=y0aiKE5uJCkSmtVh