Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

Makalah untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Faridahtul Janah , S.pd., M.pd

Disusun Oleh :

Sri Rahayu : 234420002

Holifatuz Jannah :234420009

Risqiyatul Hasana : 234420057

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PANCA MARGA

PROBOLINGGO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga makalah ini dapat kami susun dengan baik. Sholawat dan salam semoga
tetap telimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia menuju
jalan kebenaran.

Makalah ini membahas tentang Sintaksis. Makalah ini ditulis dengan tujuan
memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini
diharapkan dapat menambah wawasan kami serta para pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Probolinggo,16 September 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................i

Kata Pengantar...................................................................................................ii

Daftar Isi............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................2

C. Tujuan Penulisan.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Sintaksis............................................................................3

B. Fungsi Kajian Sintaksis..................................................................4

C. Aspek-Aspek Sintaksis...................................................................5

D. Kalimat Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar..................................23

E. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD.......................24

BAB III PENUTUP

A. Simpulan.........................................................................................27

B. Saran...............................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, dan bahasa


dibutuhkan manusia di dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung
dapat secara lisan maupun tulisan. Kedua bentuk komunikasi ini tentunya
membutuhkan keterampilan berbahasa yang memadai untuk menghasilkan
sebuah komunikasi yang efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi dalam
berbahasa akan sangat dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa khususnya
keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk
berkomunikasi.
Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai
makna kata sebagai penyusun kalimat tersebut, yang selanjutnya akan
membentuk sebuah frasa, klausa, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah
kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga pentinglah pemahaman mengenai
sintaksis sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui
para penutur bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan efisien.
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham
tentang makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat
dengan masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa
Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Banyak
permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan
hakikatnya. Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia
kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-
hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis
merupakan ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat
dikatakan tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar
kata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup
sintaksis adalah frase, klausa dan kalimat. Didalam makalah ini akan dibahas
ketika pokok bahasan tersebut secara rinci.
kalimatnya yangsekolah
Bagi guru berupa frasa,
dasar, klausa, danketerampilan
memiliki kalimat itu berbahasa merupakan
sendiri.
suatu modal untuk mengembangkan kompetensi siswa-siwanya dalam
berkomunikasi, pemahaman mengenai tata kalimat dalam bahasa Indonesia
sudah tentu menjadi suatu kebutuhan dasar. Untuk itulah dalam makalah ini
kami membahas mengenai sintaksis beserta struktur internal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat


diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari sintaksis?

2. Apa saja yang termasuk dalam sintaksis bahasa Indonesia untuk SD?

3. Apakah yang dimaksud dengan frasa, klausa, dan kalimat?

4. Bagaimanakah Pelaksanaan Pembelajaran sintaksis bahasa Indonesia


di SD?
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui pengertian sintaksis.

2. Dapat mengetahui sintaksis apa yan terdapat pada bahasa Indonesia


untuk SD
3. Dapat mengetahui secara jelas frasa, klausa, dan kalimat dalam
sintaksis.
4. Dapat mengetahui pelaksanaan pembelajaran sintaksis bahasa
Indonesia di SD.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Sintaksis
Sintaksis dalam bahasa Belanda syntaxis,dalam bahasa Inggris syntax, dan
dalam bahasa Arab nahu adalah ilmu bahasa yang membicarakan hubungan antarunsur
bahasa untuk membentuk sebuah kalimat. Dalam bahasa Yunani sintaksis disebut
Sintaksis suntatteinyang berarti sun ‘dengan’ dan tattein ‘menempatkan’. Secara
etomologis istilah tersebut berarti menempatkan bersamasama kata-kata menjadi
kelompok kata (frasa) atau kalimat dan kelompok-kelompok kata (frasa) menjadi
kalimat.Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia, sintaksis disebut dengan ilmu tata
kalimat.
Sintaksis membicarakan berbagai seluk-beluk frase dan kalimat (M.Asfandi
Adul, 1990: 41). Banyak ahli telah mengemukakan penjelasan ataupun batasan sintaksis.
Dikatakan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai
sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat. Sintaksis juga merupakan
analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk
bebas (Tarigan, 1984:5).
Salah satu hakikat bahasa yang sudah kita pahami dalam studi bahasa adalah
bahwa bahasa itu sistematis dan sistemis. Ada tiga subsistem bahasa yang cukup
mendasar yaitu fonologi, gramatika, dan leksikon. Subsistem sintaksis mencakup
satuan-satuan yang lebih besar dari kata, serta hubungan antara satuan-satuan itu.
Sebagai suatu subsistem bahasa sintaksis mempersoalkan hubungan antara kata dan
satuan-satuan yang lebih besar, membentuk suatu kontruksi yang disebut kalimat.
Hubungan antara satuan- satuan itu memperlihatkan adanya semacam hierarki atau tata
urut tingkatan. Dalam uraian mengenai hakikat bahasa telah dijelaskan bahwa tata urut
tingkatan bahasa tertera dari urutan yang paling besar atau paling tinggi (wacana) ke
yang paling kecil (rendah) adalah bunyi (fonem). Dalam subsistem gramatika tataran
yang paling kecil adalah morfem.
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa
sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya mengkaji tentang kata
dan kelompok kata yang membentuk frasa, klausa, dan kalimat.

B. Fungsi Kajian Sintaksis

Fungsi kajian sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya adalah


subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Memperjelas tentang hakikat dari
subjek dan predikat, objek dan pelengkap, serta keterangan. Semuanya akan dijelaskan
sebagai berikut
1. Subjek dan Predikat

a. Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari


dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan
predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat
ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa,
di mana, dan lain-lain’.
b. Subjek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat
bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
c. Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel -kah.
Predikat dapat diberi partikel -kah.

Contoh dari kalimat yang memiliki subjek dan predikat adalah, “Adik sedang makan”.
“Adik” menduduki fungsi subjek, sedangkan “sedang makan” menduduki fungsi
predikat.
‘Adik sedang makan’

S P

2. Objek dan Pelengkap

a. Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap
berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti
nomina.
b. Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif (memerlukan objek) atau
semi transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif
(tidak memerlukan objek).
c. Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi
subjek.
3. Keterangan

a. Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek


atau pelengkap.
b. Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.

c. Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau


predikat dan pelengkap.

Contoh kalimat yang memiliki keterangan adalah ‘Kemarin, Pak Anwar


membeli buah-buahan di pasar induk’. ‘Kemarin’ dan ‘di pasar induk’ merupakan
keterangan, untuk ‘Pak Anwar’ menduduki fungsi subjek. Kata ‘membeli’ merupakan
predikat dan ‘buah- buahan’ adalah fungsi objek.
‘Kemarin , Pak Anwar membeli buah-buahan di pasar induk’.

Ket. S P O Ket.

C. Aspek-Aspek Sintaksis

Aspek-aspek yang dikaji dalam sintaksis meliputi frasa, klausa, dan kalimat.
Dibawah ini merupakan uraian dari ketiga aspek tersebut.
1. Frasa

Frasa dapat dihasilkan dari perluasan sebuah kata. Sebuah frasa dengan
perluasannya tidak menimbulkan jabatan atau fungsi lain sehingga tidak melebihi batas
fungsi semula. Jika perluasan itu ternyata menimbulkan jabatan fungsi baru atau
membentuk pola subjek-predikat, perluasan itu sudah menjadi klausa.
Contoh : karya sastra (frasa)

Diperluas menjadi :

karya sastra indah itu (frasa)


karya sastra itu indah (klausa)
S P

Frasa dapat dibagi atas empat jenis, sebagai berikut :


 Frase eksosentris adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan
semua unsurnya. Misalnya : di pasar, ke sekokalah, dari kampung.

Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata,
frase terdiri terdiri atas:

1. Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan
verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Secara sintaktis, frasa verba
terdapat (dapat diberi) kata “sedang” untuk verba aktif, dan kata “sudah” untuk
verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata “sangat”, dan biasannya
menduduki fungsi predikat.

Contoh: Sedang melamun

saya sedang mencuci

a. Frasa nominal, yaitu frasa yang intinya berupa kata benda.

Contoh: Lapangan besar

Rumah besar

b. Frasa adjektiva adjektiva adalah frasa yang intinya berupa kata sifat.
Contoh: Kasar sekali
Amat lembut
c. Frase pronominal adalah frasa yang intinya berupa kata ganti.
Contoh: Kalian semua

Kamu dan dia

d. Frase numeralia yaitu frasa yang intinya berupa kata bilangan.

Contoh : Tujuh dan delapan

Lima ekor ayam sedang terbang


e. Frasa preposisi yaitu frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan
sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa)
sebagai petanda.
Contoh : ke rumah teman
dari sekolah
f. Frasa konjungsi yaitu frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata
sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda.
Contoh : sejak kemarin dia terus diam (P) di situ.

2. Frasa Endosentris

Frasa endosentris adalah frasa yang unsur-unsur pembentuknya dapat


menggantikan kedudukan frasa itu secara keseluruhan.
Contoh : Mereka menempati rumah baru.

Frasa rumah baru mempunyai inti. Mencari inti frasa dapat diuji dengan
membuat kalimat berterima dan tidak berterima:
Mereka menempati rumah, berarti rumah menjadi inti frasa.

Mereke menempati baru, Kalimat ini tidak berterima dan tidak mempunyai
makna, berarti baru bukanlah inti frasa.

 Jenis frasa endosentris :

a. Frasa Endosentris Koordinatif


Masing-masing unsur memiliki kedudukan sederajat yang tidak
saling menerangkan unsur yang lain. Sifat kesetaraan itu dapat
dibuktikan oleh kemungkinan menyisipkan kata penghubung dan
atau.
Contoh : Anak itu sudah tidak mempunyai ibu bapak. (ibu dan
bapak)
b. Frasa Endosentris Apositif
Frasa yang berhubungan antara unsur-unsurnya dapat saling
menggantikan.
Contoh : Aminah, Anak Pak Lurah sangat cantik.

Frasa anak Pak Lurah adalah unsur keterangan tambahan untuk


menerangkan aminah.
c. Frasa Endosentris Atributif
Frasa yang salah satu unsurnya dapat menggantikan frasa itu secara
keseluruhan. Frasa ini memiliki unsur pusat dan unsur atribut. Inti frasa
ditandai dengan D (diterangkan) dan unsur atribut ditandai dengan M
(menerangkan)
Contoh: Rumahnya sangat besar

M D
Kata sangat adalah atribut atau penjelas untuk kata besa

Contoh : Anak nakal sangat marah

MDM D
d. Frasa Ambigu

Frasa ambigu adalah frasa yang menimbulkan makna ganda atau tidak
jelas.
Contoh :Lukisan Ayah dipajang di ruang tamu.
Frasa lukisan ayah mempunyai makna:

Lukisan milik Ayah

Lukisan mengenai diri Ayah

Lukisan buatan Ayah


e. Frasa Idiomatik

Frasa idiomatik adalah frasa yang mempunyai makna sampingan atau bukan
makna sebenarya.
Contoh : Orang tua itu sudah banyak makan garam kehidupan.

2. Klausa

Klausa merupakan bagian dari kalimat. Klausa memiliki unsur subjek


dan predikat, tetapi tidak mengandung intonasi, jeda, tempo, dan nada. Ada lima
dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa.
a. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.

Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir


tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa
yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu
hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur
internnya, berikut klasifikasinya :
1. Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini
diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :

Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.


Contoh : Kondisinya masih kritis.

Gedung itu sangat tinggi.

Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.

Contoh:Masih kritis kondisinya.

Sangat tinggi gedung itu.


2. Klausa Tidak Lengkap

Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir.
Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur
inti yang lain dihilangkan.

b. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara


gramatik menegatifkan P.Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan,
belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi
yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
1.Klausa Positif

Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang
menegatifkan P.
Contoh :Bambang seorang pesepak bola.

Anak itu mengerjakan PR.


2.Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan
P.
Contoh : Bambang bukan seorang pesepak bola.
Anak itu belum mengerjakan PR.
Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P,
tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia tidak tidur,
misalnya, memang secara gramatik dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi,
dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara semantik bisa
menegatifkan P dan bisa menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan ‘Dia tidak
mengambil sesuatu apapun’, maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya
dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, melainkan sendok.

b. Klasifikasi klausa berdasarkan kategorifrasa yang menduduki fungsi


P.Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat
diklasifikasikan menjadi :

1.Klausa Nomina

Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa nomina.
Contoh:Pamannya petani di kampung itu.
Bapak itu dosen linguistik.
2.Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
frasa verba.
Contoh :Dia membantu para korban banjir.
Pemuda itu menolong nenek tua.
 Klausa verba dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:

Klausa Transitif adalah klausa yang predikatnya berupa verba transitif.

Contoh: Adik menulis surat.

a) Klausa Intrasitif adalah klausa yang predikatnya berupa verba intransitif.


Contoh: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.

b) Klausa Refleksif adalah klausa yang predikatnya berupa verba refleksif.


Contoh: Kakak sedang berdandan.

c) Klausa Resiprokal adalah klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal.


Contoh: Orang itu bertengkar sejak tadi.

3. Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
frasa adjektiva.
Contoh : Paman sangat kurus.
Rumah itu sudah tua.
4. Klausa Numeralia

Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
numeralia.
Contoh : Anaknya empat orang.
Mahasiswanya sembilan orang.
5. Klausa Preposisiona

Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa preposisiona.
Contoh : Kertas itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
6. Klausa Pronomia

Klausa pronomia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi
ponomial.
Contoh : Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.

c. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat.

Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat


dibedakan atas :
1. Klausa Bebas

Klausa bebas ialah klausa yang memiliki subjek dan predikat, sehingga
berpotensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang
berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa
tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari
kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan
dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula,
yaitu kalimat.
Contoh : Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.

2. Klausa terikat

Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat
mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak
lengkap. Kalimat minor adalah konsep yang merangkum: pangilan, salam, judul,
motto, pepatah, dan kalimat telegram.

Contoh : Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.


Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.

d. Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.

Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas :


1. Klausa Atasan

Klausa atasan adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
Contoh :Irwan datang ketika kami menonton film.
2. Klausa Bawahan

Klausa bawahan ialah klausa yang belum lengkap isinya. Klausa ini
tidak dapat berdiri sendiri.
Contoh : Irwan datang ketika kami menonton film.

 Klasifikasi klausa dapat dianalisis berdasarkan tiga dasar,yaitu :

a. Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-Unsurnya Klausa terdiri dari


unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima
unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang
satu klausa hanya terdiri dari S dan P kadang terdiri dari S, P dan O,
kadang-kadang terdii dari S, P, pel dan ket.

b. Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu


ada dalam klausa ialah P.
1. S dan P
Contoh : Budi tidak berlari-lari ≈ Tidak berlari-lari

S P P

Budi

Badannya sangat lemah ≈ Sangat lemah

S P P

badannya

2. O dan Pelengkap

P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dai
golongan kata verbal intransitif, dan mungkin pula terdirri ari golongan-
golongan lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan
adanya O yang mengikuti P itu.
Contoh :

Kepala Sekolah akan menyelenggarakan


S P
pentas seni.
O

Pentas seni akan dislenggarakan kepala


S P
sekolah
O

3. Keterangan

Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel dapat diperkirakan
menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan Pel yang selalu terletak di
belakang dapat, dalam suatu klausa Ket pada umumnya letak yang bebas,
artinya dapat terletak di depan S, P dapat terletak diantara S dan P, dan dapat
terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P
dan O, P dan Pel, karena O dan Pel boleh dikatakan selalu menduduki tempat
langsung dibelakang P.
Contoh :

Akibat banjir desa-desa itu hancur

Ket S P

Desa-desa itu hancur akibat banjir

S P O

b. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang menjadi


Unsurnya.

Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsur-
unsur klausa ini itu disebut analisis kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari
analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
c. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur- Unsurnya

Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-


unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket dalam analisis kategorial telah dijelaskan
bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiri
dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil dan fungsi ket terdiri dari Ket, FD, N.

3. Kalimat

Kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan


awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai
(lengkap).

 Ragam Kalimat

Berdasarkan jenisnya, kalimat dapat dibagi menjadi beberapa jenis:


1. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yangt mempunyai satu subjek dan satu
predikat serta mengandung satu maksud.
Contoh : Koko pergi ke pasar
S P Ket
Toni menanam biji jarak di kebun
S P O Ket
 Berdasarkan predikatnya, kalimat tunggal terbagi atas:

a) Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.

Contoh: Ayahnya seorang pelukis.

Yang berbaju biru itu, Pak Yandi.

b) Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.

Contoh :Ani suka makan bakso.


Rino belajar aritmatika.

c) Kalimat adjectival adalah kalimat yang predikatnya berupa adjektiva atau kata
sifat.

Contoh : Soal ini sulit sekali.

Tekatnya sangat kukuh.

2. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yag terdiri atas dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk tersusun dari beberapa kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat
dibedakan atas:
a. Kalimat majemuk setara/koordinatif.

Kalimat majemuk setara adalahkalimat yang pola- pola kalimatnya memiliki


kedudukan yang sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya,

 kalimat majemuk setara terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu:

1. Kalimat majemuk penjumlahan, ditandai oleh kata hubung dan, lalu,


kemudian, dan sebagainya.

2. Kalimat majemuk pemilihan, ditandai oleh kata hubung atau.


3. Kalimat majemuk pertentangan, ditandai oleh kata hubung tetapi dan
melainkan.
a. Kalimat Majemuk Bertingkat/ Subkoordinatif.

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang mengandung dua pola


kalimat atau lebih yang tidak sederajat. Salah satu pola menduduki fungsi utama
kalimat, yang lazimnya disebut dengan induk kalimat, sedangkan pola yang lain
yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat. Fungsi itu sekaligus
menunjukan relasi antara induk kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk
bertingkat terbagi menjadi:
Kalimat majemuk hubungan waktu, ditandai oleh kata hubung setelah, sewaktu,
sejak, mankala, ketika, dan sebagainya.

Kalimat majemuk hubungan syarat, ditandai oleh konjungsi jika, seandainya,


andaikan, asalkan, apabila.

Kalimat majemuk hubungan tujuan ditandai oleh konjungsi agar, supaya, dan
biar.

Kalimat majemuk hubungan konsesif, ditandai oleh konjungsi walaupun,


meskipun, sekalipun, biarpun, kendatipun dan sungguhpun.

Kalimat majemuk hubungan penyebaban, ditandai oleh kata penghubung sebab,


karena, oleh karena.

Kata majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata penghubung sehingga,


sampai-sampai, maka.

Kata majemuk hubungan cara, ditandai oleh kata penghubung dengan.


Kata majemuk hubungan sangkalan, ditandai oleh konjungsi seolah-olah,
seakan-akan.

Kalimat majemuk hubungan kenyataan, ditandai oleh konjungsi padahal,


sedangkan.

Kalimat majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi makanya.


Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai oleh kata penghubung bahwa,
yaitu.
Kalimat majemuk hubungan atributif, ditandai oleh konjungsi yang.
b. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat majemuk
setara dengan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh : Artis cantik itu hanya bisa diam lalu pergi begitu saja ketika
beberapa wartawan menanyainya.

3.Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ujaran orang lain.
Contoh : Ibu berkata “Saya tidak senang melihat rambut gondrong”.
4.Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menyampaikan kembali ujaran orang lain.

Contoh:Ibu mengatakan bahwa Ia tidak senang melihat rambut gondrong.


5; Kalimat Aktif

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi pelaku. Ciri utama
kalimat aktif adalah predikatnya berupa kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan
ber-.
Contoh : Ibu sedang membuat martabak telur.
Berdasarkan hubungan antara predikat dan objeknya, kalimat aktif terbagi menjadi:
a; Kalimat aktif transitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya mutlak
membutuhakan objek.
b; Kalimat aktif semitransitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya
memerlukan pelengkap.
c; Kalimat aktif dwitransitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya
membutuhkan objek dan pelengkap.
6; Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Ciri-ciri


kalimat pasif adalah sebagai berikut:
a. Predikatnya berisi kata kerja berawalan di-, ter-, dan kofiks ke-an.
b. Bentuk diri atau persona ku-, kau-.

Kalimat aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif. Caranya adalah sebagai berikut:
a. Tukarkan pengisi subjek (S), dengan pengisi objek (O).
b. Ganti awalan me- dengan di- pada predikat.

c. Tambahkan kata oleh di belakang predikat


(manasuka).

Contoh:

Pemerintah mencanangkan Progam Indonesia Sehat


S P O
2010. (Aktif)

Progam Indonesia Sehat 2010 dicanangkan (oleh)


O P
pemerintah. (Pasif)

S
Jika subjek pada kalimat aktif berupa kata ganti aku, saya, kami, kita, engkau,
kamu, anda, dia, beliau, atau mereka. Berlaku kaidah berikut:

a. Ubah pola SPO menjadi OSP.

b. Hapus awalan meN- dari P

c. Rapatkan S dan P tanpa kata pemisah apapun. Jika semula mula predikatnya
mengandung kata bantu seperti akan, dapat, atau kata ingkar tidak, letakan
kata-kata tersebut sebelum S.
d. Gantikan aku dengan ku- dan engkau dengan kau (manasuka).
7. Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat sekurang-kurangnya mejangandung dua unsur
pusat, dapat berupa S-P, S-P- O atau S-P-O-K.
Contoh : Saya mengantuk.
Presiden berkunjung ke Australia.

8. Kalimat Minor

Kalimat Minor adalah kalimat yang mengandung satu unsure pusat. Unsur pusat
tersebut biasanya berupa predikat.
Contoh : Pergi!, Tidur!
Berdasarkan fungsi dan tujuannya, ragam kalimat dibedakan atas:

1. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan suatu kejadian
atau suatu keadaan. Dalam bentuk tulisan kalimat berita diakhiri dengan
tanda titik (.), sedangkan dalam bentuk lisan, nadanya naik di akhir
kalimat.

Contoh: Harga BBM akan dinaikkan mulai bulan Mei 2008.


2. Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang berisikan perintah atau seruan untuk
melakukan sesuatu. Kalimat berita dalam bentuk tulisan diakhiri tanda seru
(!) atau titik (.). Ciri-ciri kalimat perintah:
a. Predikatnya menggunakan partikel –lah.

b. Dapat menggunakan kata tolong, coba, atau


c. silakan untuk memperhalus kalimat.

d. Kalimat perintah larangan sering didahului oleh kata jangan.


3. Kalimat Tanya
4. Kalimat Tanya adalah kalimat yang berisikan pertanyaan seseorang kepada
orang lain.
Cara membuat kalimat tanya:

5. Membalikkan urutan kata lalu ditambah partikel –kah.


6. Menggunakan kata tanya apa, siapa, beberapa, kapan, mengapa, bagaimana,
di mana, dan sebagainya.
7. Menambahkan partikel –kah pada kata tanya. Menggunakan kata bukan atau
tidak.

8. Mengubah intonasi kalimat.

9. 4; Kalimat Seru

10. Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan.


11. Contoh : Wah, luar biasa pertandingan itu.
12. 5;Kalimat Empatik

Kalimat empatik adalah kalimat yang memberikan

penegasan khusus kepada subjek.


Contoh : Kami lah yang terlambat datang.

D; Kalimat Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar


Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau
tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sedangkan frase adalah
kelompok kata yang mendukung suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap,
objek dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat. Kalimat dapat
diklasifikasikan berdasarkan atas jumlah kontur, jumlah inti, urusan subjek-
predikat, jumlah pola kalimat, bentuk vebra (predikat dan kata kerja).
Tugas guru dalam pembelajaran mengatur supaya terjadi interaksi
antara siswa dengan media belajar atau lingkungan belajar itu. Pembelajaran
bahasa Indonesia adalah proses memberi rangsangan belajar berbahasa
kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekanan mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk kelas 1 dan 2 pada aspek peningkatan kemampua
membaca dan menulis permulaan. Kegiatan pembelajaran menggunakan
pendekatan tematik untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna.
Pengelolaan waktunya diserahkan ke sekolah masing-masing. Untuk kelas
3,4,5 dan 6. Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekanan mata pelajaran
Bahasa Indonesia pada aspek yang meningkatkan kemampuan berkomunikasi
lisan dan tulis. Mulai kelas 3 menggunakan pendekatan mata pelajaran
tunggal sesuai dengan jenis mata pelajaran dalam struktur kurikulum.
Tujuan pembelajaran bahasa Indoesia mencakup aspek mendengar,
berbicara, membaca, menulis serta unsur pemahaman penggunaan bahasa a
presiasi sastra.

E; Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


Pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar
kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa (yaitu
kemampuan mengorganisasi pemikiran, keinginan, ide, pendapat atau
gagasan dalam bahasa lisan maupun tulis. Kemampuan setiap siswa
tergantung pada frekuensi dan kualitas materi yang didengar, berbicara dan
menulis yang dilakukannya. Untuk itu perlu diupayakan agar siswa
memperoleh pengalaman yang berbobot dalam bidang bahasa.
Pembelajaran bahasa baik dilakukan sejak anak masih duduk di
sekolah dasar. Kegiatan pembelajaran berbahasa di kelas rendah bisa dimulai
dari kalimat-kalimat minim, kalimat inti, kalimat sederhana, dan kalimat
tunggal. Sedangkan di kelas tinggi mulai mempelajari kalimat luas, kalimat
majemuk, kalimat transformasi sampai anak dapat merangkai kalimat menjadi
sebuah wacana sederhana.
Dalam pembelajaran di SD siswa tidak diharuskan untuk menghafal
sitilah-istilah namun yang terpenting siswa berlatih menghsilkan berbagai
macam kalimat dalam konteks (dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari).
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia mencakup 4 aspek yaitu :
Mendengarkan, Berbicara, Membaca, Menulis, dan lebih lanjut lagi siswa
diharapkan mampu dalam Pemahaman Penggunaan dan Apresiasi sastra.
Faktor sentral dalam membaca adalah pemahaman. Baik buruknya
pemahaman seseorang terhadap teks bacaan bergantung kepada latar
belakang pengalaman membacanya, kemampuan sensori dan persepsinya,
kemampuan berfikir dan strateginya mengenal kata, tujuannya membaca,
pengamatan pada bacaan, pentingnya membaca bagi dirinya, serta tersedianya
fasilitas yang berupa berbagai strategi pemahaman yang akan membantunya
mengungkap maksud yang tersirat dalam teks.
Dengan adanya tujuan membaca yang jelas, kemampuan siswa
memahami teks bacaan akan meningkat. Utuk itu, guru harus mempelajari
bagaimana cara menentukan tujuan yang baik untuk tugas-tugas membaca
yang diberikan kepada siswa.
Karakteristik teks bacaan mempengaruhi proses pemahaman siswa.
Banyak kalimat kompleks dalam teks bacaan harus mendapat perhatian guru
sebab dapat menyulitkan siswa untuk memahami teks bacaan.
Kegiatan prabaca, saat membaca dan pascabaca yang dikelola
dengan baik oleh guru merupakan upaya untuk meningkatkan daya
pemahaman siswa dalam pembelajaran membaca. Teknik-teknik yang dapat
digunakan guru untuk mengelola kegiatan prabaca adalah gambaran awal,
petunjuk antisipasi, pemetaan semantik, menulis sebelum membaca, dan
drama atau simulasi. Untuk mengelola kegiatan inti membaca digunakan
teknik metakognitif, cloze procedure, dan pertanyaan pemandu. Untuk
mengelola kegiatan pasca baca digunakan teknik memperluas kesempatan
belajar, mengajukan pertanyaan, mengadakan pameran visual, pementasan
teater aktual, menceritakan kembali, dan penerapan hasil membaca.

Menulis dapat adalah sebagai suatu proses ataupun produk. Dilihat


dari segi prosesnya, menulis dapat dimulai dari menggerakkan pensil diatas
kertas sampai terwujud karangan juga dapat dimulai dari memilih buku yang
akan dibaca, mencatat bagian-bagian yang diperlukan, kemudian digunakan
untuk bahan yang dibicarakan dalam karangan.
Pada diri siswa, keterampilan menulis dibangun guru melalui banyak
latihan dengan menggunakan teknik atau strategi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa. Beberapa teknik pembelajaran menulis yang dapat
diguakan guru, misalnya menulis secara langsung tanpa memperdulikan teori,
memulai menulis dari bagian yang paling disukai siswa, menulis nonlinear
atau menulis yang didasari dengan kegemaran membaca.
Pembelajaran menulis dilaksanakan dalam jam pelajaran dan diluar
jam pelajaran. Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran
menulis di kelas adalah bermain-main dengan bahasa dan tulisan, kuis,
membuat atau mengganti akhir cerita, dan menulis meniru model. Di luar jam
pelajaran, guru dapat menggunakan strategi menulis buku harian,
menyelenggarakan majalah dinding atau membuat kliping yang semuanya
diarahkan agar siswa senang menulis.
Hakikat menyimak adalah sebagai sarana, sebagai suatu
keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respons atau
sebagai suatu pengalaman kreatif. Untuk kelas rendah bahan pembelajarannya
bersifat sangat sederhana. Secara umum, bahan pembelajaran menyimak
harus disertai dengan pertanyaan-pertanyaan dan harus disesuaikan dengan
karakterisik siswa SD.
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan memalui
bahasa lisan. Sifat kegiatannya sangat kompleks, sebab banyak faktor yang
terkait didalamnya. Faktor pemahaman dalam berbicara memegang peran
penting karena tanpa pemahaman kegiatan berbicara akan tersendat-sendat.
Klasifikasi berbicara dapat dilakukan berdasarkan tujuannya, situasinya, cara
penyampaiannya, dan jumlah pendengaranya. Pembelajaran berbicara harus
dikaitkan dengan keterampilan berbahasa lainnya.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari uraian diatas, dapat penulis simpulkan dari beberapa masalah
adalah sebagai berikut :
1. Sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur
internal kalimat dan merupakan bagian dari ilmu bahasa yang
didalamnya mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang
membentuk frasa, klausa, dan kalimat.
2. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Klausa
adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa
kata yang mengandung unsur predikatif. Klausa berpotensi
menjadi kalimat, hanya saja yang membedakan klausa dan
kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat
diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri
intonasi final. Sedangkan kalimat itu sendiri adalah satuan bahasa
terkecil yang merupakan kesatuan pikiran.
3. Pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar
kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan
berbahasa (yaitu kemampuan mengorganisasi pemikiran,
keinginan, ide, pendapat atau gagasan dalam bahasa lisan maupun
tulis. Kemampuan setiap siswa tergantung pada frekuensi dan
kualitas materi yang didengar, berbicara dan menulis yang
dilakukannya. Untuk itu perlu diupayakan agar siswa
memperoleh pengalaman yang berbobot dalam bidang bahasa.

B. Saran

sehari-hari.
Dengan disusunnya makalah “sintaksis” ini kami mengharapkan
Makalah ini kami susun hanya berdasarkan sumber-sumber yang
pembaca dapat mengetahui kajian sintaksis dan pembaca dapat mengetahui
sebenarnya sintaksis itu erat hubungannya dengan bahasa yang kita gunakan

kami dapatkan dan makalah ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, jika pembaca mendapatkan sumber-sumber lain yang dapat
mendukung perbaikan makalah ini, kami selaku penulis mengucapkan terima
kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Blinksastrakumaster. 2011. Sintaksis. Diunduh 19 September 2015 dari
http://blinksastrakumaster1988.blogspot.com.

Diana Nababan. 2008. Intisari Bahasa Indonesia. Jakarta : Kawan Pustaka.


Henry Guntur Tarigan. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa

Kailani Hasan. 1983. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Melayu Riau. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press.

M. Asfandi Adul. 1990. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bulungan. Jakarta :


Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Nur Khairinnisa. 2011. Konsep dan Jenis-Jenis Frasa. Diunduh 19 September


2015 dari http://www. Blogger.com.

Rachmadrivai. 2011. Sintaksis Bahasa Indonesia (frasa). Diunduh 19 September


2015 dari http://rachmadrivai.wordpress.com.

Zaenal Arifin dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo

Anda mungkin juga menyukai