Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
PROBOLINGGO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga makalah ini dapat kami susun dengan baik. Sholawat dan salam semoga
tetap telimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia menuju
jalan kebenaran.
Makalah ini membahas tentang Sintaksis. Makalah ini ditulis dengan tujuan
memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini
diharapkan dapat menambah wawasan kami serta para pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Sintaksis............................................................................3
C. Aspek-Aspek Sintaksis...................................................................5
A. Simpulan.........................................................................................27
B. Saran...............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
2. Apa saja yang termasuk dalam sintaksis bahasa Indonesia untuk SD?
PEMBAHASAN
A. Hakikat Sintaksis
Sintaksis dalam bahasa Belanda syntaxis,dalam bahasa Inggris syntax, dan
dalam bahasa Arab nahu adalah ilmu bahasa yang membicarakan hubungan antarunsur
bahasa untuk membentuk sebuah kalimat. Dalam bahasa Yunani sintaksis disebut
Sintaksis suntatteinyang berarti sun ‘dengan’ dan tattein ‘menempatkan’. Secara
etomologis istilah tersebut berarti menempatkan bersamasama kata-kata menjadi
kelompok kata (frasa) atau kalimat dan kelompok-kelompok kata (frasa) menjadi
kalimat.Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia, sintaksis disebut dengan ilmu tata
kalimat.
Sintaksis membicarakan berbagai seluk-beluk frase dan kalimat (M.Asfandi
Adul, 1990: 41). Banyak ahli telah mengemukakan penjelasan ataupun batasan sintaksis.
Dikatakan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai
sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat. Sintaksis juga merupakan
analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk
bebas (Tarigan, 1984:5).
Salah satu hakikat bahasa yang sudah kita pahami dalam studi bahasa adalah
bahwa bahasa itu sistematis dan sistemis. Ada tiga subsistem bahasa yang cukup
mendasar yaitu fonologi, gramatika, dan leksikon. Subsistem sintaksis mencakup
satuan-satuan yang lebih besar dari kata, serta hubungan antara satuan-satuan itu.
Sebagai suatu subsistem bahasa sintaksis mempersoalkan hubungan antara kata dan
satuan-satuan yang lebih besar, membentuk suatu kontruksi yang disebut kalimat.
Hubungan antara satuan- satuan itu memperlihatkan adanya semacam hierarki atau tata
urut tingkatan. Dalam uraian mengenai hakikat bahasa telah dijelaskan bahwa tata urut
tingkatan bahasa tertera dari urutan yang paling besar atau paling tinggi (wacana) ke
yang paling kecil (rendah) adalah bunyi (fonem). Dalam subsistem gramatika tataran
yang paling kecil adalah morfem.
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa
sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya mengkaji tentang kata
dan kelompok kata yang membentuk frasa, klausa, dan kalimat.
Contoh dari kalimat yang memiliki subjek dan predikat adalah, “Adik sedang makan”.
“Adik” menduduki fungsi subjek, sedangkan “sedang makan” menduduki fungsi
predikat.
‘Adik sedang makan’
S P
a. Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap
berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti
nomina.
b. Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif (memerlukan objek) atau
semi transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif
(tidak memerlukan objek).
c. Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi
subjek.
3. Keterangan
Ket. S P O Ket.
C. Aspek-Aspek Sintaksis
Aspek-aspek yang dikaji dalam sintaksis meliputi frasa, klausa, dan kalimat.
Dibawah ini merupakan uraian dari ketiga aspek tersebut.
1. Frasa
Frasa dapat dihasilkan dari perluasan sebuah kata. Sebuah frasa dengan
perluasannya tidak menimbulkan jabatan atau fungsi lain sehingga tidak melebihi batas
fungsi semula. Jika perluasan itu ternyata menimbulkan jabatan fungsi baru atau
membentuk pola subjek-predikat, perluasan itu sudah menjadi klausa.
Contoh : karya sastra (frasa)
Diperluas menjadi :
Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata,
frase terdiri terdiri atas:
1. Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan
verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Secara sintaktis, frasa verba
terdapat (dapat diberi) kata “sedang” untuk verba aktif, dan kata “sudah” untuk
verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata “sangat”, dan biasannya
menduduki fungsi predikat.
Rumah besar
b. Frasa adjektiva adjektiva adalah frasa yang intinya berupa kata sifat.
Contoh: Kasar sekali
Amat lembut
c. Frase pronominal adalah frasa yang intinya berupa kata ganti.
Contoh: Kalian semua
2. Frasa Endosentris
Frasa rumah baru mempunyai inti. Mencari inti frasa dapat diuji dengan
membuat kalimat berterima dan tidak berterima:
Mereka menempati rumah, berarti rumah menjadi inti frasa.
Mereke menempati baru, Kalimat ini tidak berterima dan tidak mempunyai
makna, berarti baru bukanlah inti frasa.
M D
Kata sangat adalah atribut atau penjelas untuk kata besa
MDM D
d. Frasa Ambigu
Frasa ambigu adalah frasa yang menimbulkan makna ganda atau tidak
jelas.
Contoh :Lukisan Ayah dipajang di ruang tamu.
Frasa lukisan ayah mempunyai makna:
Frasa idiomatik adalah frasa yang mempunyai makna sampingan atau bukan
makna sebenarya.
Contoh : Orang tua itu sudah banyak makan garam kehidupan.
2. Klausa
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir.
Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur
inti yang lain dihilangkan.
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang
menegatifkan P.
Contoh :Bambang seorang pesepak bola.
1.Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa nomina.
Contoh:Pamannya petani di kampung itu.
Bapak itu dosen linguistik.
2.Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
frasa verba.
Contoh :Dia membantu para korban banjir.
Pemuda itu menolong nenek tua.
Klausa verba dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:
3. Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
frasa adjektiva.
Contoh : Paman sangat kurus.
Rumah itu sudah tua.
4. Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
numeralia.
Contoh : Anaknya empat orang.
Mahasiswanya sembilan orang.
5. Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa preposisiona.
Contoh : Kertas itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
6. Klausa Pronomia
Klausa pronomia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi
ponomial.
Contoh : Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki subjek dan predikat, sehingga
berpotensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang
berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa
tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari
kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan
dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula,
yaitu kalimat.
Contoh : Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
2. Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat
mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak
lengkap. Kalimat minor adalah konsep yang merangkum: pangilan, salam, judul,
motto, pepatah, dan kalimat telegram.
Klausa atasan adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
Contoh :Irwan datang ketika kami menonton film.
2. Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang belum lengkap isinya. Klausa ini
tidak dapat berdiri sendiri.
Contoh : Irwan datang ketika kami menonton film.
S P P
Budi
S P P
badannya
2. O dan Pelengkap
P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dai
golongan kata verbal intransitif, dan mungkin pula terdirri ari golongan-
golongan lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan
adanya O yang mengikuti P itu.
Contoh :
3. Keterangan
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel dapat diperkirakan
menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan Pel yang selalu terletak di
belakang dapat, dalam suatu klausa Ket pada umumnya letak yang bebas,
artinya dapat terletak di depan S, P dapat terletak diantara S dan P, dan dapat
terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P
dan O, P dan Pel, karena O dan Pel boleh dikatakan selalu menduduki tempat
langsung dibelakang P.
Contoh :
Ket S P
S P O
Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsur-
unsur klausa ini itu disebut analisis kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari
analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
c. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur- Unsurnya
3. Kalimat
Ragam Kalimat
Kalimat tunggal adalah kalimat yangt mempunyai satu subjek dan satu
predikat serta mengandung satu maksud.
Contoh : Koko pergi ke pasar
S P Ket
Toni menanam biji jarak di kebun
S P O Ket
Berdasarkan predikatnya, kalimat tunggal terbagi atas:
c) Kalimat adjectival adalah kalimat yang predikatnya berupa adjektiva atau kata
sifat.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yag terdiri atas dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk tersusun dari beberapa kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat
dibedakan atas:
a. Kalimat majemuk setara/koordinatif.
Kalimat majemuk hubungan tujuan ditandai oleh konjungsi agar, supaya, dan
biar.
3.Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ujaran orang lain.
Contoh : Ibu berkata “Saya tidak senang melihat rambut gondrong”.
4.Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menyampaikan kembali ujaran orang lain.
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi pelaku. Ciri utama
kalimat aktif adalah predikatnya berupa kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan
ber-.
Contoh : Ibu sedang membuat martabak telur.
Berdasarkan hubungan antara predikat dan objeknya, kalimat aktif terbagi menjadi:
a; Kalimat aktif transitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya mutlak
membutuhakan objek.
b; Kalimat aktif semitransitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya
memerlukan pelengkap.
c; Kalimat aktif dwitransitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya
membutuhkan objek dan pelengkap.
6; Kalimat Pasif
Kalimat aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif. Caranya adalah sebagai berikut:
a. Tukarkan pengisi subjek (S), dengan pengisi objek (O).
b. Ganti awalan me- dengan di- pada predikat.
Contoh:
S
Jika subjek pada kalimat aktif berupa kata ganti aku, saya, kami, kita, engkau,
kamu, anda, dia, beliau, atau mereka. Berlaku kaidah berikut:
c. Rapatkan S dan P tanpa kata pemisah apapun. Jika semula mula predikatnya
mengandung kata bantu seperti akan, dapat, atau kata ingkar tidak, letakan
kata-kata tersebut sebelum S.
d. Gantikan aku dengan ku- dan engkau dengan kau (manasuka).
7. Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat sekurang-kurangnya mejangandung dua unsur
pusat, dapat berupa S-P, S-P- O atau S-P-O-K.
Contoh : Saya mengantuk.
Presiden berkunjung ke Australia.
8. Kalimat Minor
Kalimat Minor adalah kalimat yang mengandung satu unsure pusat. Unsur pusat
tersebut biasanya berupa predikat.
Contoh : Pergi!, Tidur!
Berdasarkan fungsi dan tujuannya, ragam kalimat dibedakan atas:
1. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan suatu kejadian
atau suatu keadaan. Dalam bentuk tulisan kalimat berita diakhiri dengan
tanda titik (.), sedangkan dalam bentuk lisan, nadanya naik di akhir
kalimat.
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisikan perintah atau seruan untuk
melakukan sesuatu. Kalimat berita dalam bentuk tulisan diakhiri tanda seru
(!) atau titik (.). Ciri-ciri kalimat perintah:
a. Predikatnya menggunakan partikel –lah.
9. 4; Kalimat Seru
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian diatas, dapat penulis simpulkan dari beberapa masalah
adalah sebagai berikut :
1. Sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur
internal kalimat dan merupakan bagian dari ilmu bahasa yang
didalamnya mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang
membentuk frasa, klausa, dan kalimat.
2. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Klausa
adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa
kata yang mengandung unsur predikatif. Klausa berpotensi
menjadi kalimat, hanya saja yang membedakan klausa dan
kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat
diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri
intonasi final. Sedangkan kalimat itu sendiri adalah satuan bahasa
terkecil yang merupakan kesatuan pikiran.
3. Pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar
kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan
berbahasa (yaitu kemampuan mengorganisasi pemikiran,
keinginan, ide, pendapat atau gagasan dalam bahasa lisan maupun
tulis. Kemampuan setiap siswa tergantung pada frekuensi dan
kualitas materi yang didengar, berbicara dan menulis yang
dilakukannya. Untuk itu perlu diupayakan agar siswa
memperoleh pengalaman yang berbobot dalam bidang bahasa.
B. Saran
sehari-hari.
Dengan disusunnya makalah “sintaksis” ini kami mengharapkan
Makalah ini kami susun hanya berdasarkan sumber-sumber yang
pembaca dapat mengetahui kajian sintaksis dan pembaca dapat mengetahui
sebenarnya sintaksis itu erat hubungannya dengan bahasa yang kita gunakan
kami dapatkan dan makalah ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, jika pembaca mendapatkan sumber-sumber lain yang dapat
mendukung perbaikan makalah ini, kami selaku penulis mengucapkan terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Blinksastrakumaster. 2011. Sintaksis. Diunduh 19 September 2015 dari
http://blinksastrakumaster1988.blogspot.com.
Kailani Hasan. 1983. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Melayu Riau. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press.