Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok dalam menempah

Mata kuliah : Konsep Dasar Bahasa Indonesia SD & Lab.Ke-SDan

Dosen Pengampu : Feby Inggriyani,S.Pd.,M.Pd.

Disusun:

Elisa Aprilia 235060029

Faradilla Srijuliyani Shalihaht 235060010

Annisa Lamelia Rizqy 235060022

Farhan Maulana 235060039

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

2023/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Allhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Konsep Dasar Bahasa Indonesia SD & Lab Ke-
SDan, dengan judul “Sintaksis Bahasa Indonesia”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas bantuan dari banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnua pengetahuan,pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memebrikan manfaat bagi pengembangan dunia
pendidikan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Batasan Sintaksis...............................................................................................................................2
2.2 Aspek-Aspek Sintaksis........................................................................................................................3
2.3 Hubungan Sintagmatis dan Paradigmatis..........................................................................................5
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap bahasa memiliki suatu perangkat sistem yang mengatur dan mengikat masyarakat
pemakainya, demikian pula dengan bahasa Indonesia. Kesempurnaan bahasa Indonesia sebagai
alat komunikasi ditentukan oleh kesempurnaan sistem bahasa dari masyarakat pemakainya, baik
yang terkait dengan sistem bunyi, sistem pembentukan kata, maupun sistem pembentukan
kalimat. Sintaksis merupakan salah satu bidang ilmu bahasa yang membicarakan dasar-dasar dan
proses-proses pembentukan kalimat. Kalimat dapat dibentuk dengan cara menggabungkan kata-
kata ataupun kelompok kata secara berstruktur. Hal-hal yang berkaitan dengan proses
pembentukan kalimat dibahas di dalam buku ini. Klasifikasi kalimat berdasarkan bentuk dan
maknanya dan hubungan satuan-satuan bahasa yang terdiri atas frasa, klausa, dan kalimat
berdasarkan struktur sintaktik dan semantiknya menjadi bagian yang dikaji dalam buku ini.
Sebagai salah satu sumber yang dijadikan acuan dalam perkuliahan sintaksis, diharapkan
mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan sistem yang mengatur pembentukan kalimat
bahasa Indonesia dan juga mahasiswa dapat membuat kaidahkaidah pembentukan kalimat bahasa
Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sintaksis?


2. Ciri dan klasifikasi Frasa?
3. Apa saja aspek-aspek sintaksis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa itu sintaksis


2. Belajar bagaimana macam-macan sintaksis
3. Menambah pengetahuan tentang sintaksis

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Batasan Sintaksis

Linguistik (ilmu bahasa) memiliki dua tataran, yaitu tataran fonologi dan tataran gramatika atau
tata bahasa. Dalam tata bahasa terdapat subbahasan morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah
bagian tata bahasa yang membicarakan hubungan internal sebuah kata atau membicarakan
perihal hubungan antarmorfem dalam sebuah kata. Sintaksis mem- bicarakan hubungan antarkata
dalam tuturan (speech). Bagian berikut ini berisikan uraian mengenai sintaksis secara lebih
terperinci.

Sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan
(speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa, dan
kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya rumah
mewah. Frasa membicarakan hubungan antara sebuah kata dan kata yang lain. Pada contoh itu,
baik rumah maupun mewah, tidak satu pun yang berfungsi sebagai predikat.

Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang- kurangnya
memiliki sebuah predikat, dan berpotensi men- jadi kalimat. Dengan kata lain, klausa
membicarakan hubungan sebuah gabungan kata dan gabungan kata yang lain. Kalimat adalah
satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah
subjek dan predikat, mempunyai intonasi final (kalimat lisan), dan secara aktual ataupun
potensial terdiri atas klausa. Dapat dikatakan bahwa kalimat membicarakan hubungan antara
sebuah klausa dan klausa yang lain.

Mari kita lihat susunan kata dalam kalimat berikut. (1) Mahasiswa dan dosen sedang berdiskusi
tentang peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kalimat itu tidak dapat diubah urutannya
menjadi (2) *Sumber dan dosen tentang mahasiswa sedang manusia peningkatan berdiskusi daya
kualitas. Susunan kata-kata yang terakhir itu terasa sangat aneh karena tidak mengikuti kaidah
kalimat yang berlaku. Demikian pula dengan susunan kata-kata dalam bahasa Inggris *I not
letter can this read, menyalahi kaidah yang berlaku di dalam bahasa tersebut sebab susunan yang
benar adalah I cannot read this letter.

2
2.2 Aspek-Aspek Sintaksis

1. Kata: Ciri dan Klasifikasi

Kata dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, kata dilihat dari pemakai bahasa. Menurut
pemakai bahasa, kata adalah satuan gramatikal yang diujarkan, bersifat berulang-ulang, dan
secara potensial ujaran itu dapat berdiri sendiri. Kedua, kata dilihat secara bahasa (menurut
pandangan para ahli bahasa). Secara linguistis, kata dapat dibedakan atas satuan pembentuknya.
Oleh karena itu, kata dapat dibedakan sebagai satuan fonologis, satuan gramatikal, dan satuan
ortografis.

1) Kata sebagai satuan fonologis

Kata mempunyai ciri-ciri fonologis yang sesuai dengan ciri fonologis bahasa yang bersangkutan.
Ciri fonologis kata bahasa Indonesia, misalnya, seperti berikut:

a. mempunyai pola fonotaktik suku kata;

b. bukan bahasa vokalik;

c. tidak ada gugus konsonan pada posisi akhir; d. batas kata tidak ditentukan oleh fonem supra-
segmental.

2) Kata sebagai satuan gramatikal Masih banyak ahli bahasa yang belum sepakat mengenai
batasan kata sebagai satuan gramatikal.

Namun, menurut Lyons (1971) dan Dik (1976), secara gramatikal, kata bebas bergerak, dapat
dipindah-pindahkan letaknya, tetapi identitasnya tetap. Kata memiliki keutuhan internal yang
kuat sehingga tidak bisa disisipi kata atau bentuk apa pun lain- nya. Oleh karena itu, awalan,
akhiran, dan konfiks hanya dapat melekat pada bagian awal, bagian akhir, serta bagian awal dan
akhir kata. Jadi, dapat dipahami mengapa sisipan (infiks) di dalam bahasa Indonesia, misalnya,
menjadi tidak produktif, tidak lain karena sisipan "merusak" keutuhan internal kata.

3) Kata sebagai satuan ortografis

Secara ortografis, kata ditentukan oleh sistem aksara yang berlaku dalam bahasa itu. Bahasa
Indonesia, misalnya, menggunakan aksara Latin. Jadi, sebuah kata dituliskan terpisah dari kata
lainnya, misalnya terima kasih dan kerja sama dituliskan terpisah, bukan * terimakasih dan *
kerjasama. Dalam bahasa Jerman, misalnya, setiap kata benda harus dituliskan dengan huruf
kapital, seperti das Buch, die Kuche, der Elektroofen, dan das Zimmer. Dalam bahasa Jerman,
jika angka lebih dari satu kata dituliskan dengan huruf, semua kata itu

harus dituliskan serangkai, seperti 501 (funfhundertundeins) dan 24(vierundzwanzig). Dalam


bahasa Indonesia semua kata untuk melambangkan angka tersebut harus dituliskan terpisah
sehingga menjadi lima ratus satu dan dua puluh empat.

3
2 Frasa: Ciri dan Klasifikasi

Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (Rusyana
dan Samsuri, 1976) atau satu konstruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih.

Frasa terdiri atas frasa eksosentris dan frasa endosentris. Frasa eksosentris terdiri atas frasa
eksosentris direktif dan frasa eksosentris nondirektif. Frasa endosentris terdiri atas frasa
endosentris bersumbu satu dan frasa endosentris bersumbu jamak. Frasa endosentris bersumbu
satu dapat dibedakan menjadi frasa nominal, frasa pronominal, frasa verbal, frasa adjektival, dan
frasa numeral. Frasa endosentris bersumbu jamak terbagi menjadi frasa koordinatif dan frasa
apositif. Uraian terperinci tentang frasa dan perbedaan antara frasa dan kata majemuk dapat
dilihat pada Bab 2.

3 Klausa: Ciri dan Klasifikasi

Klausa adalah satuan gramatikal yang setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa
berpotensi menjadi kalimat.

Klausa dapat dibedakan berdasarkan distribusi satuan- nya dan berdasarkan fungsinya.
Berdasarkan distribusi satuannya, klausa dapat dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa
terikat. Berdasarkan fungsinya, klausa dapat dibedakan menjadi klausa subjek, klausa objek,
klausa keterangan, dan klausa pemerlengkapan

Pada umumnya klausa, baik tunggal maupun jamak, berpotensi menjadi kalimat.

Kalimat inti terdiri atas klausa tunggal, sedangkan kalimat majemuk terdiri atas lebih dari satu
klausa. Oleh karena itu, kalimat majemuk terdiri atas klausa-klausa yang saling berhubungan.
Secara garis besar, hubungan antarklausa itu dapat diperinci menjadi hubungan antarklausa
koordinatif dan hubungan antarklausa subordinatif

Hubungan antarklausa koordinatif dibedakan menjadi hubungan aditif (perjumlahan), hubungan


adversatif (per- tentangan), dan hubungan alternatif (pemilihan). Hubungan antarklausa
subordinatif dibedakan menjadi hubungan sebab, hubungan akibat, hubungan tujuan, hubungan
syarat, hubungan waktu, hubungan konsesif, hubungan cara, hubungan kenyataan, hubungan
sangkalan, hubungan pem- bandingan, hubungan hasil, hubungan penjelasan, hubung- an
atributif, dan hubungan andaian. Uraian lebih detail mengenai klausa dapat dilihat pada Bab 3.

4.Kalimat: Ciri dan Klasifikasi

4
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final
(kalimat lisan), dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Dapat dikatakan bahwa
kalimat membicarakan hubungan antara sebuah klausa dan klausa yang lain.

Jika dilihat dari fungsinya, unsur-unsur kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan.

Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal, kalimat tunggal dan
perluasannya, serta kalimat majemuk. Kalimat majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk
setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. Uraian lebih detail
mengenai kalimat dapat dilihat pada

2.3 Hubungan Sintagmatis dan Paradigmatis

Di dalam bahasa dikenal hubungan sintagmatis (hubungan linier) dan hubungan paradigmatis
(hubungan unsur bahasa dengan unsur di luarnya, tetapi masih dalam tataran itu).

1. Hubungan Sintagmatis

Hubungan sintagmatis adalah hubungan linier antara unsur bahasa yang satu dan unsur bahasa
yang lain dalam tataran tertentu. Hubungan itu dapat diuji dengan permutasi atau perubahan
urutan satuan unsur-unsur bahasa. Misalnya, kata- kata di dalam kalimat Saya bekerja keras
dengan penuh disiplin dan tanggung jawab sudah mempunyai hubungan yang tetap dan tidak
boleh diubah-ubah lagi. Jika diubah, maknanya akan berubah dan mungkin tidak dapat dipahami.
Lihat contoh berikut.

a. *Bekerja jawab keras dengan saya penuh tanggung dan disiplin. b. *Saya bekerja//keras
dengan//penuh disiplin dan//tanggung jawab.

Kalimat (a) tidak memiliki makna karena urutannya kacau-

balau, sedangkan kalimat (b) tidak dapat dipahami karena

kalimat itu dipenggal tidak menurut frasa pembentuknya. Permutasi atau perubahan urutan kata
di dalam kalimat dan pemenggalan kalimat harus mengikuti kaidah. Lihat hasil permutasi dan
pemenggalan kalimat yang berterima berikut ini.

5
a. Dengan penuh disiplin dan tanggungjawab, saya bekerja keras. b. Saya//bekerja keras//dengan
penuh disiplin/dan tanggung jawab.

Dengan mengetahui hubungan sintagmatis di dalam suatu bahasa, pemakai bahasa dapat mengisi
tempat kosong untuk setiap satuan bahasa dalam struktur itu. Misalnya, jika seorang asing yang
sudah memahami hubungan sintagmatis bahasa Indonesia hanya mendengar ucapan:

[Besok kita ... di rumah Pak Lurah], orang asing itu akan tahu bahwa bagian yang tidak
terdengar itu adalah predikat. Besar kemungkinan predikat itu berupa kata kerja yang harus di-
lakukan oleh subjek karena pada kalimat itu subjek berperan sebagai pelaku (agentif).

2. Hubungan Paradigmatis

Hubungan paradigmatis berkaitan dengan hubungan unsur bahasa pada tingkat tertentu dengan
unsur bahasa lainnya di luar tingkat itu, yang dapat dipertukarkan. Jadi, hubungan paradigmatis
adalah hubungan sistematis antarunsur bahasa yang memiliki kesesuaian. Hubungan itu dapat
diperoleh melalui substitusi atau penggantian. Oleh karena itu, hubungan paradigmatis
menunjukkan unsur-unsur bahasa yang bisa disubstitusi itu berada dalam kategori yang sama
untuk setiap tataran. Perhatikan contoh pada setiap tataran berikut ini.

1) Tataran Fonemis

Fonem /s/ pada kata sarang mempunyai hubungan paradigmatis dengan fonem yang dapat
menggantikannya asalkan penggantian itu menghasilkan kata dalam kategori dan fungsi yang
sama, misalnya fonem /s/, /b/, /p/, dan/ k/pada kata/s/arang, /b/arang,/p/arang, dan /k/arang
karena kata-kata itu berkelas nomina dan sama-sama dapat mengisi fungsi subjek atau objek.
Akan tetapi, fonem itu tidak memiliki hubungan paradigmatis dengan fonem /g/ dan /1/ pada
kata/g/arang dan /1/arang karena garang berkelas adjektiva dan larang berkelas verba dan dapat
mengisi fungsi predikat.

2) Tataran Morfologis

Pada umumnya, urutan morfem dalam sebuah kata tidak dapat diubah-ubah menurut keinginan
seseorang, misalnya sebagai pembentuk kata kerja, awalan meng-dan di- selalu terletak pada
awal kata, seperti pada menulis dan melancong serta ditempuh dan dijual. Urutan itu tidak
mungkin dibalik men- jadi nulisme,*lancongme, tempuhdi, dan * jualdi. Berdasarkan kenyataan
itu, pemakai bahasa dapat mengetahui bahwa memangkas, mencaci, ditangkap, dan
disambungjuga kata kerja.

3) Tataran Sintaksis Ada kalanya kata di dalam sebuah kalimat dapat diubah- ubah letaknya
tanpa mengubah arti. Yang berubah akibat perubahan letak itu hanya pengutamaan informasi,
seperti

6
a. Saya dan adik pergi kemarin.

b. Kemarin saya dan adik pergi.

c. Saya dan adik kemarin pergi.

Akan tetapi, pada kalimat berikut ini perubahan urutan membawa perbedaan makna walaupun
kategori dan fungsi kata itu tetap sama.

a. Saya dan adik makan nasi goreng kemarin. ('nasi hampir basi')

b. Kemarin saya dan adik makan nasi goreng. (bukan: hari ini)

c. Saya dan adik kemarin makan nasi goreng. (bukan: orang lain)

Kalimat berikut ini berbeda makna akibat perbedaan

pengisi subjek dan objek.

a. Saya membantu adik. (Subjek: saya; Objek: adik, penerimabantuan)

b. Adik membantu saya. (Subjek: adik, Objek: saya, penerima bantuan)

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sintaksis itu sangat penting karena berguna bagi anak Sd, karena di sintaksis kita belajar bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi ditentukan oleh kesempurnaan sistem bahasa dari masyarakat
pemakainya, baik yang terkait dengan sistem bunyi, sistem pembentukan kata, maupun sistem
pembentukan kalimat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono. 2003. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia Pendekatan Proses. Jakarta: P.T Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai