Anda di halaman 1dari 11

Makalah Analisis Wacana Bahasa Indonesia

KOHESI LEKSIKAL

Oleh :

REGULER C 2018

KELOMPOK 2

NO NAMA NIM
1. ELRA AZMI MASFUFAH 2181111002
2. KHOLIJAH LUBIS 2183311016
3. LISA KIRANTI 2181111007
4. MAULIANA PEBRIANI LUBIS 2183111034
5. POLMARIS NAIBAHO 2183311040
6. RANTIKA ALYCIA PUTRI 2181111025
7. RIZKI AMANDA 2181111001
8. TIO AIGA SITORUS 2182111012

Dosen Pengampu :

Dr. Syairal Fahmy Dalimunthe, M.I.Kom.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, telah memberikan
rahmat dan karuniannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar
dan tepat waktu.

Kami selaku mahasiswa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Syamsul Arif, M.Pd selaku Ketua Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia
2. Ibu Trisnawati Hutagalung, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia
3. Ibu Fitriani Lubis, M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
4. Bapak Dr. Syairal Fahmy Dalimunthe, M.I.Kom selaku Dosen Mata kuliah Analisis
Wacana Bahasa Indonesia.
5. Teman-teman yang memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung
6. Orangtua tercinta yang tidak bosan-bosannya memberikan dana kepada kami selaku
penulis.

Kami sadar bahwa tugas yang kami selesaikan ini masih banyak kekurangan, baik dari
segi penulisan maupun dari segi materi yang dituangkan pada tugas ini, karena keterbatasan
ilmu yang kami miliki, kami memohon maaf atas segala kekurangan dari tugas yang kami
perbuat ini. Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan berupa
manfaat berupa ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi saya sebagai penulis maupun bagi
pembaca.

Medan, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................... 3
BAB II KOHESI LEKSIKAL.......................................................................................... 4
2.1 Pengertian Kohesi Leksikal............................................................................... 4
2.2 Unsur-Unsur Kebahasaan Kohesi Leksikal....................................................... 5
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 9
3.1 Simpulan............................................................................................................ 9
3.2 Saran.................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun
oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan. Organisasi
inilah yang disebut sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah organisasi, struktur wacana
dapat diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya.
Keutuhan struktur wacana lebih dekat maknanya sebagai kesatuan maknawi
(semantis) ketimbang sebagai kesatuan bentuk (sintaksis) (lihat Halliday dan Hassan, 1976
: 2). Suatu rangkaian kalimat dikatakan menjadi struktur wacana bila di dalamnya terdapat
hubungan emosional antar bagian yang satu dengan bagian lainnya. Sebaliknya, suatu
rangkaian kalimat belum tentu bisa disebut sebagai wacana apabila tiap-tiap kalimat dalam
rangkaian itu memiliki makna sendiri-sendiri dan tidak berkaitan secara semantik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka di dapatkanlah rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kohesi leksikal ?
2. Apa unsur-unsur kebahasaan kohesi leksikal?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang maka di dapatkanlah rumusan masalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu kohesi leksikal.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur kebahasaan kohesi leksikal.

3
BAB II

KOHESI LEKSIKAL

2.1 Pengertian Kohesi Leksikal

Sebelum mulai dengan pengertian kohesi, terlebih dahulu kita akan diingatkan kembali
pengertian tekstur. Setiap teks mengandung tekstur, dan hal inilah yang membedakannya
dengan realisasi kebahasaan yang bukan teks. Tekstur ini berfungsi menyatukan unsur-unsur
bahasa itu, menjadikannya sesuatu yang padu tanpa mengabaikan konteksnya.

Unsur terjalin atau berkaitan dengan unsur yang yang lain menjadikan sesuatu yang padu,
tanpa mengabaikan konteksnya disebut kohesi. Halliday dan Hasan (dalam Zaimar &
Ayu, 2011: 119) menyatakan, bahwa kohesi adalah suatu konsep semantik yang
menampilkan hubungan makna antarunsur teks, dan menyebabkannya dapat disebut sebagai
teks. Jadi kohesi merupakan keterkaitan semantis antarunsur pembentuk wacana.

Halliday dan Hasan (dalam Ali, 2010: 45) menyatakan, bahwa “This (lexical cohesion) is
the cohesive effect achieved by the selection of vocabulary”. Jadi, kohesi leksikal adalah
ikatan kohesi yang muncul dalam wacana karena pilihan kata. Ikatan kohesi unsur leksikal
lebih sulit diidentifikasi dengan segera karena sistem leksikal bahasa bersifat terbuka.
Sedangkan, sistem gramatikal bersifat tertutup, sehingga ikatan kohesi unsur gramatikal
terlihat lebih nyata dan konsisten.

Oleh karena itu, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam menganalisis ikatan kohesi
unsur leksikal adalah dengan apa yang oleh Halliday dan Hasan disebut sebagai akal sehat
dan tingkat penguasaan kosa kata. Unsur leksikal wacana yang membentuk ikatan kohesi
biasanya dinyatakan lewat tingkat hubungan itu sendiri. Dalam hal ini, Halliday dan Hasan
menyebutnya sebagai Relatedness of the lexical item. Tingkat hubungan yang lebih kuat
menyatakan bahwa unsur-unsur leksikal yang dimaksud membentuk ikatan kohesi.

Berkaitan dengan pengertian di atas, Sumarlam (2008: 35) menjelaskan, bahwa kohesi
leksikal adalah hubungan antarunsur dalam wacana secara semantis. Untuk menghasilkan
wacana yang padu pembicara atau penulis dapat menempuh-nya dengan cara memilih kata-
kata yang sesuai dengan isi kewacanaan yang dimaksud. Hubungan kohesif yang diciptakan
atas dasar aspek leksikal, dengan pilihan kata yang serasi, yang menyatakan hubungan makna

4
atau relasi semantik antara satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam
wacana.

Untuk menghasilkan wacana yang padu menurut Sumarlam, diperlukan pilihan kata-kata
yang sesuai dengan isi kewacanaan yang sesuai konteksnya. Sehingga dapat terjadi hubungan
antarunsur wacana secara semantis.

Senada dengan pendapat Sumarlam, Zaimar & Ayu, (2011: 146) menge-mukakan bahwa
kohesi leksikal adalah keterpautan atau keterjalinan makna di dalam suatu wacana dapat
dilihat pada segi kosakatanya. Tekstur yang terdiri dari jalinan kata-kata ini akan menjadikan
suatu teks padu, tanpa mengabaikan konteksnya, yang berperan disini adalah konteks
semantik. Jadi, yang berperan dalam kohesi leksikal berdasarkan pendapat Zaimar & Ayu,
terletak pada segi kosakatanya.

Sedangkan menurut Djajasudarma (2012: 53) menjelaskan, bahwa hubungan antara tanda
berupa lambang bunyi ujaran dengan hal (peristiwa) atau barang yang dimaksudkan disebut
arti. Arti leksikal adalah arti kata yang sesuai dengan apa yang kita jumpai di dalam leksikon
(kamus). Secara operasional di dalam kalimat, arti-arti leksikal dapat bergeser, berubah, atau
menyimpang. Karena hal tersebut beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa arti (bahasa
inggris: meaning) dibedakan dari makna (bahasa inggris: sense).

Dilihat dari segi pengertian, kohesi leksikal memiliki tujuan diantaranya ialah untuk
mendapatkan efek intensitas makna bahasa, kejadian informasi, dan keindahan bahasa lain
(Mulyana 2005: 55).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pengertian kohesi leksikal adalah hubungan
antarunsur yang terjalin sehingga membentuk wacana yang padu. Hubungan ini tanpa
mengabaikan konteksnya dengan cara memilih kata-kata yang sesuai serta konsep yang
diterapkan di sini adalah konsep semantik. Memiliki tujuan guna mendapatkan efek intensitas
makna bahasa, kejadian informasi, dan keindahan bahasa.

2.2 Unsur-unsur Kebahasaan Kohesi Leksial

Ada beberapa unsur yang terdapat di dalam kohesi leksikal menurut Sumarlam (2003: 35)
sebagai berikut.

A. Repetisi (pengulangan)

5
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi suku kata, kata atau bagian kalimat)
yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

Contoh: Dalam kehidupan demokrasi, rakyat harus berani. Berani menyatakan pendapat...

Menurut Sumarlam (2003:34), berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam
baris, klausa atau kalimat, repetisi dapat dibedakan menjadi delapan macam, yaitu:

a) Repetisi epizeuksis ialah pengulangan satuan kata yang dipentingkan beberapa kali
secara berturut-turut dalam paragraf.

b) Repetisi tautotes ialah pengulangan satuan kata beberapa kali dalam sebuah
konstruksi.

c) Repetisi anafora ialah pengulangan kata/frasa pertama pada tiap kalimat berikutnya.

d) Repetisi epistrofa ialah pengulangan kata/frasa pada akhir baris (dalam puisi) atau
akhir kalimat (dalam prosa) secara berturut-turut.

e) Repetisi simploke simploke ialah pengulangan kata pada awal dan akhir beberapa
baris/kalimat berturut-turut.

f) Repetisi mesodiplosis ialah pengulangan kata/frasa di tengah-tengah baris atau


kalimat secara berturut-turut.

g) Repetisi epanalepsis ialah pengulangan kata/frasa terakhir dari baris/kalimat itu


merupakan pengulangan kata/frasa awal.

h) Repetisi anadiplosis ialah pengulangan kata/frasa terakhir dari baris/kalimat itu


menjadi kata/frasa pertama pada baris/kalimat berikutnya.

B. Sinonimi (padan kata)

Fungsi dari sinonimi adalah untuk menjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan
lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana.

Contoh : 1) Berita surat kabar sekarang penuh dengan pertentangan elit politik.

2) Berita koran sekarang penuh dengan pertentangan elit politik.

Berdasarkan wujud satuan bahasanya, sinonimi dapat dibedakan menjadi lima, yaitu: (1)
sinonimi antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat), (2) kata dengan kata (3) kata

6
dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa, (5) klausa/kalimat dengan
klausa/kalimat.

C. Antonimi (lawan makna)

Istilah antonimi dipakai untuk menyatakan lawan makna sedangkan kata yang berlawanan
disebut antonim. Sejalan dengan pendapat itu Cruse (1986: 197-262) membagi keantoniman
menjadi lima, yaitu (1) oposisi mutlak, seperti jantan dan betina, (2) antonim, seperti besar
dan kecil, (3) oposisi kesebalikan, seperti guru dan murid, (d) oposisi hierarkis, seperti
Minggu, Senin,,... Sabtu, dan (e) oposisi majemuk berdiri dan duduk.

Berdasarkan sifatnya, Sumarlam (2003:39-42) membedakan antonimi/oposisi menjadi


lima macam, yaitu:

a) Oposisi mutlak adalah pertentangan makna secara mutlak.

b) Oposisi kutub adalah oposisi makna yang tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat gradasi.

c) Oposisi hubungan adalah oposisi makna yang bersifat saling melengkapi.

d) Oposisi hirarkial adalah oposisi makna yang menyatakan deret jenjang atau tingkatan.

e) Oposisi majemuk adalah oposisi makna yang terjadi pada beberapa kata (lebih dari
dua).

D. Kolokasi (sanding kata)

Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang
cenderung digunakan secara berdampingan. Dengan kata lain, berhubungan dengan
hubungan antara kata-kata atas dasar fakta bahwa ini sering terjadi di sekitarnya yang sama.
Barang-barang berikut adalah contoh kolokasi leksikal karena mereka semua milik bidang
ilmiah biologi: tanaman ... mensintesis ... organik ... anorganik ... tanaman hijau ... energi ...
sinar matahari ... pigmen hijau ... klorofil ... fotosintesis ... sintesis cahaya ... makan diri ...
autotrophic.

E. Hiponimi (hubungan atas-bawah)

Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya
dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain.

Contoh: kursi, meja, lemari, bufet, tempat tidur, tercakup dalam hiperonimnya, yaitu mebel.

7
F. Ekuivalensi (kesepadanan)

Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan
lingual yang lain dalam sebuah paradigma.

“Esok sepertinya sudah mengetahui banyak hal di tenda pengungsian 24 jam terakhir.
Dia mengenal dan dikenal banyak petugas, cakap berbicara dengan mereka. Lima menit
membujuk petugas, Esok dan Lail keluar dari dapur umum membawa bungkusan
makanan, kembali ke tenda.”

Pada data (6) satuan lingual mengenal dan dikenal menunjukkan hubungan
kesepadanan. Meskipun ditinjau dari aspek makna, kata mengenal dan dikenal tidak memiliki
kesamaan makna, tetapi kedua satuan lingual tersebut merupakan hasil dari afiksasi morfem
asal yang sama yaitu kenal. Kata mengenal merupakan jenis kata kerja (verba) aktif
sedangkan kata dikenal merupakan jenis kata kerja (verba) pasif.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Kohesi merupakan unsur wacana yang penting. Unsur itu digunakan untuk
membangun teks yang baik. Wacana yang baik ditandai dengan adanya hubungan
semantic antar unsure bagian dalam wacana. Hubungan tersebut disebut hubungan
koherensi. Hubungan koherensi dapat diciptakan dengan menggunakan hubungan kohesi.
Hubungan kohesi dapat dilihat dengan penggunaan piranti kohesi. Piranti kohesi ada
bermacam-macam. Piranti kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Pada piranti kohesi
leksikal terdapat jenis-jenisnya yaitu, reiterensi dan kolokasi.

3.2 Saran

Setelah menguraikan makalah yang berjudul “Kohesi leksikal” dapat berguna bagi


semua pihak. Tidak hanya berguna bagi kami selaku pembuat makalah tetapi juga
berguna bagi pembaca. Pembaca dapat mempergunakannya untuk menambah wawasan
dan pengetahuan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dilla, F. (2019, October 15). Artikel Ilmiah Skripsi. https://doi.org/10.31227/osf.io/f98va

Djadjasudarma, T. F. (2017). Wacana & Pragmatik. Bandung: Refika Aditama.

Sumarlam. 2003. Teori & Praktik Analisis Wacana. Solo: Pustaka Cakra Surakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai