Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat
penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang
memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan
harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif
(sebagaimana telah dibahas pada materi sebelumnya). Sebab, kesalahan atau
ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan berakibat fatal, yakni berupa data
yang tidak credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Hasil
penelitian demikian sangat berbahaya, lebih-lebih jika dipakai sebagai dasar pertimbangan
untuk mengambil kebijakan publik.

Misalnya, jika peneliti ingin memperoleh informasi mengenai persepsi guru terhadap
kurikulum yang baru, maka teknik yang dipakai ialah wawancara, bukan observasi.
Sedangkan jika peneliti ingin mengetahui bagaimana guru menciptakan suasana kelas yang
hidup, maka teknik yang dipakai adalah observasi. Begitu juga jika, ingin diketahui mengenai
kompetensi siswa dalam matapelajaran tertentu, maka teknik yang dipakai adalah tes, atau
bisa juga dokumen berupa hasil ujian.

Dengan demikian, informasi yang ingin diperoleh menentukan jenis teknik yang dipakai
(materials determine a means). Itu pun masih ditambah dengan kecakapan peneliti
menggunakan teknik-teknik tersebut. Bisa saja terjadi karena belum berpegalaman atau
belum memiliki pengetahuan yang memadai, peneliti tidak berhasil menggali informasi yang
dalam, sebagaimana karakteristik data dalam penelitian kualitatif, karena kurang cakap
menggunakan teknik tersebut, walaupun teknik yang dipilih sudah tepat. Solusinya terus
belajar dan membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis akan sangat membantu
menambah kecakapan peneliti.

B. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya,
dan apa alat yang digunakan.

Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari
sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data
sekunder).

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui observasi, wawancara, pengamatan, tes, dokoumentasi dan
sebagainya.
Adapun teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah:

1. Observasi

Nasution (2003) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan hanya dapat bekerja beradasarkan dta, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai
alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron)
maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Lewat observasi, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan,
bagaimana teori digunakan langsung, dan sudut pandang responden teori yang mungkin tidak
tercungkil lewat wawancara atau survei.

Sanafiah Faisal (1990) mengklarifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi


(participant obsevation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt
observation and covert observation). Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback (1998)
membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate
participation, active participation, dan complete partipation. Di bawah ini penjelasan macam-
macam observasi sebagai berikut:

a. Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya.
Dengan observasi pertisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam,
dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa, dalam observasi partisipatif
peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka
ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Seperti telah dikemukakan bahwa
observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi
moderat, partisipasi aktif, dan partisipasi lengkap.
b. Observasi Terus Terang atau Tersamar
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus
terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi, mereka yang
diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam
suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi yang ini
untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih
dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak
akan diijinkan untuk melakukan obervasi.
c. Observasi Tak Berstruktur
Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur,
karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama
kegiatan observasi berlangsung. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang
tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
Adapun tahapan dalam observasi merurut Spradley, yaitu sebagai berikut:

a. Observasi deskriptif, pada tahap ini peneliti memasuki situasi sosial tertentu sebagai
obyek penelitian secara menyeluruh dengan membawa masalah yang akan diteliti
serta melakukan dieskripsi terhadap semua yang didengar, dilihat, dan dirasakan.
b. Observasi terfokus, pada tahap ini peneliti sudah melakukan suatu observasi yang
telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu.
c. Observasi terseleksi, pada tahap ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan
sehingga datanya lebih rinci serta diharapkan peneliti telah dapat menemukan
pemahaman yang mendalam atau hipotesis.

2. Wawancara/Interview

Peneliti biasanya melakukan 20-30 wawancara berdasarkan beberapa pertemuan di


lapangan untuk mengumpulkan data. Wawancara dilakukan untuk menyerap informasi yang
kontinu untuk menambah hingga tidak ada lagi yang dapat ditemukan kategori. Suatu
kategori mewakili unit informasi yang tersusun dari peristiwa, kejadian, dan instansi.

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan
data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau setidaktidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan
situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

a. Macam-macam Interview/wawancara
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu
wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak struktur.
1) Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh.oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, pengumpul data
telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dengan
wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa
pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai
keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai
pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat
bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Peneliti bidang pembangunan misalnya, bila
akan melakukan penelitian untuk mengetahui respon masyarakat terhadap berbagai
pembangunan yang telah diarahkan unutk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
maka perlu membawa foto-foto atau brosur tentang berbagai jenis pembangunan yang
telah dilakukan. Misalnya pembangunan gedung sekolah, bendungan untuk pengairan
sawah-sawah, pembangunan pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.
2) Wawancara semiterstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in- depth interview,
dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Tujuan dengan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dima pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
3) Wawancara tak berstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan dipertanyakan.
Wawancara tidak terstruktur, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan
atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subyek yang diteliti. Pada
penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang
berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat
menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Untuk
mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka peneliti perlu
melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang
ada dalam obyek. Misalnya akan melakukan penelitian tentang iklim kerja
perusahaan, maka dapat dilakukan wawancara dengan pekerja tingkat bawah,
supervisor, dan manajer.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti
data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari
responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya
yang lebih terarah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawancara peneliti dapat
menggunakan cara “berputar-putar baru menukik” artinya pada awal wawancara,
yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan, dan bila sudah
terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera
ditanyakan.

Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah
menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan
tidak akurat. Kebiasaan data ini akan tergantung pada pewawancara, yang diwawancarai, dan
kondisi pada saat wawancara. Pewawancara yang tidak dalam posisi netral, misalnya ada
maksud tertentu, diberi sponsor akan memberikan interpretasi data yang berbeda dengan apa
yang disampaikan oleh responden. Responden akan memberi data yang bias, bila responden
tidak dapat menangkap dengan jelas apa yang ditanyakan peneliti atau pewawancara. Oleh
karena itu peneliti jangan memberikan pertanyaan yang bias. Selanjutnya situasi dan kondisi
seperti yang juga telah dikemukakan diatas, sangat mempengaruhi proses wawancara, yang
pada akhirnya juga akan mempengaruhi validitas data.

b. Langkah-langkah wawancara
Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah
dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif,
yaitu:
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
3) Mengawali atau membuka alur wawancara.
4) Melangsungkan alur wawancara.
5) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
6) Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan.
7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Creswell (1998) menjelaskan bahwa prosedur wawancara seperti tahapan berikut ini:

1) Identifikasi para partisipan berdasarkan prosedur sampling yang dipilih.


2) Tentukan jenis wawancara yang akan dilakukan dan informasi apa yang relevan
dalam menjawab pertanyaan penelitian.
3) Siapkan alat perekam yang sesuai, misalnya mike untuk pewawancara maupun
partisipan. Mike harus cukup sensitif merekam pembicaraan terutama bila ruangan
tidak memiliki struktur akustik yang baik dan ada banyak pihak yang harus direkam.
4) Cek kondisi alat perekam, misalnya batereinya. Kaset harus kosong dan tepat pada
pita hitam bila mulai merekam. Jika perekaman dimulai, tombol perekam sudah
ditekan dengan benar.
5) Susun protokol wawancara, panjangnya kurang lebih empat sampai lima halaman
dengan kira-kira lima pertanyaan terbuka dan sediakan ruang yang cukup di antara
pertanyaan untuk mencatat respon terhadap komentar partisipan.
6) Tentukan tempat untuk melakukan wawancara. Jika mungkin ruangan cukup tenang,
tidak ada distraksi dan nyaman bagi partisipan. Idealnya peneliti dan partisipan duduk
berhadapan dengan perekam berada di antaranya, sehingga suara suara keduanya
dapat terekam baik. Posisi ini juga membuat peneliti mudah mencatat ungkapan non
verbal partisipan,seperti tertawa, menepuk kening, dsb.
7) Berikan inform consent pada calon partisipan.
8) Selama wawancara, sesuaikan dengan pertanyaan, lengkapi pada waktu tersebut (jika
mungkin), hargai partisipan dan selalu bersikap sopan santun. Pewawancara yang baik
adalah yang lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Byrne (2001)
menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai metode pengumpulan data,
peneliti harus menentukan apakah pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan tepat
oleh partisipan.

c. Kelemahan interview/wawancara
Kelemahan interview/wawancara adalah responden bisa saja tidak jujur atau
enggan berterus terang untuk menjawab sesuatu yang sensitif atau mengancam
dirinya. Dalam hal ini, responden akan cenderung berkesimpulan bahwa peneliti
menginginkan responden menjawab sesuai dengan keinginan peneliti. Kelemahan-
kelemahan interview ini seyogyanya dinetralisasi oleh metode lain.

3. Teknik Pengumpulan data dengan Dokumen

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.
Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata,
laporan, artefak, foto dan sebagainya.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu . dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, serta biografi. Dokumen berbentuk
gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Serta dokumen yang berbentuk
karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.

Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya
kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di
masyarakat, dan autobiografi. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki
kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak mencerminkan keadaan
aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga autobiografi yang
ditulis untuk dirinya sendiri sering subjektif.

Dokumen adalah barang yang tertulis atau terfilmkan selain record yang tidak disiapkan
khusus atas permintaan peneliti. Termasuk bukti cacatan atau records adalah manifest
penerbangan, catatan akuntan, surat nikah, akte kelahiran, sertifikat kematian, catatan militer,
catatan bisnis, bukti sumbangan, bukti setoran pajak, berbagai direktori, dan lain sebagainya.
Sementara itu yang termasuk dokumen antara lain adalah surat, diari, jurnal, buku teks, surat
wasiat, makalah, pidato, artikel Koran, catatan medis, pamlet propaganda, publikasi
pemerinth, foto, dan lain sebagainya.

Baik dokumen maupun bukti-bukti catatan seperti dirinci di atas seringkali diperlukan
oleh peneliti sebagai bukti pendukung untuk meneliti efektivitas metode pengajaran menulis
kolaboratif pada mahasiswa S1, misalnya, peneliti memerlukan dokumen-dokumen dan
bukti-bukti berikut ini:

a. kurikulum secara keseluruhan untuk melihat porsi waktu mata kuliah itu dalam
kurikulum secara keseluruhan.
b. Silabus perkuliahan yang disiapkan dosen
c. Buku latihan atau tugas mahasiswa
d. Catatan harian mahasiswa ihwal perkuliahan
e. Soal-soal ujian dan tugas lainnya
f. Hasil penelitian terdahulu ihwal perkuliahan menulis di fakultas itu.
g. Artikel Koran tulisan mahasiswa
h. Brosur, atau pengumuman ihwal lomba tulis yang diikuti mahasiswa.

4. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-
beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak.

(https://ibnusufie.blogspot.com/2019/11/makalah-metode-pengumpulan-data.html)

C. Insrumen Pengumpulan Data


1. Menggunakan Angket (Kuesioner)

Questioner disebut pula angket atau self administrated questioner adalah teknik
pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk
diisi.[1] Berdasarkan cara menyusun petanyaan dalam teknik questioner ini dibagi menjadi
dua:

a. Kuesioner terbuka (Opene and Items)


Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan tidak
disediakan jawaban pilihan sehingga responden dapat bebas/terbuka luas untuk
menjawabnya sesuai dengan pendapat/pandangan dan pengetahuannya.
b. Koesioner tertutup (Closed and Items)
Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan telah
disediakan jawaban pilihan, sehingga responden tinggal memilih salah satu dari
jawaban yang telah disediakan.

Angket atau kuesioner digunakan dalam penelitian kuantitatif, untuk menjaring data
yang sifatnya informatif dan faktual. Misalnya data tentang tingkat pendidikan, umur,
penilaian terhadap kepribadian dan sebagainya. Jenis data untuk angket atau kuesioner berupa
angka-angka, kemudian akan diolah dengan bantuan software statistik untuk mengetahui
hasil datanya. Angket atau kuesoner dalam pengambilan data, sebelumnya harus sudah
tentukan dan sudah diuji coba terlebih dahulu.
2. Melakukan Wawancara

Instrumen wawancara digunakan dalam penelitian kualitatif karena dapat mengungkap


informasi lintas waktu, yaitu berkaitan dengan dengan masa lampau, masa sekarang, dan
masa yang akan datang. Dan data yang dihasilkan dariwawancara bersifat terbuka,
menyeluruh, dan tidak terbatas, sehingga mampu membentuk informasi yang utuh dan
menyuluruh dalam mengungkap penelian kualitatif.

Dalam wawancara, peneliti dihadapkan kepada dua hal. Pertama, peneliti harus
mengadakan interaksi dengan responden. Kedua, peneliti menghadapi kenyataan, adanya
pandangan orang lain yang peneliti hadapi ialah bagaimana cara berinteraksi dengan orang
lain, dan bagaimana kita mengolah pandangan yang mungkin berbeda itu.

Esterber mendefinisikan intervie, wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang


untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam topik tertentu.[2]

Macam-macam Interview/wawancara.

Adapun beberapa macam wawancara, yaitu:

a. Wawancara terstruktur (structured interview);


b. Wawancara semiterstruktur (semistructure Interview)
c. Wawancara tak berstruktur (unstructured Interview).

Langkah-langkah wawancara

Adapun menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan, yaitu:

a. Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan


b. Mengawali atau membuka alur wawancara
c. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
d. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
e. Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

Isi wawancara

Adapun beberapa jenis yang dapat dinyatakan dalam wawancara adalah:

a. Pengalaman dan perbuatan responden, yaitu apa yang telah dikerjakannya atau yang
lazim dikerjakannya
b. Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau perkiraanya tentang sesuatu
c. Perasaan, respons emosional, apakah ia merasa cemas, takut, senang, gembira,curiga,
jengkel dan sebagainya tentang sesuatu.
d. Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.
e. Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, dirabah, dikecap atau diciumnya, diuraikan
secara deskriptif.
f. Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dan
sebagainya.

Beberapa aspek di atas dipersiapkan agar dapat mengantisipasi kekosongan terhadap


sesuatu yang hendak ditanyakan. Materi pertanyaan dapat melingkupidimensi waktu, seperti
tentang apa-apa yang dikerjakan responden di masa lampau, sekarang dan akan datang. Dan
pada intinya pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan harus berpedoman pada arah penelitian
atau harus sesuai dengan tujuan penelitian.

Adapun alat- alat wawancara yaitu:

a. Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua pembicaraan atau percakapan dengan
sumber data, sekarang sudah banyak komputer-komputer kecil, notebook yang dapat
digunakan untuk mencatat hasil pembicaraan.
b. Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.
Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu memberi tahu kepada informan
boleh atau tidak.
c. Camera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan
informan/sumber data. Dengan adanya foto=foto ini dapat meningkatkan keabsahan
penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan
data.

3. Melakukan Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Instrumen observasi digunakan dalam penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari teknik
wawancara yang telah dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatis digunakan untuk
melihat dan mengamati secara langsung objek penelitian, sehingga peneliti mampu mencatat
dan menghimpun data yang diperlukan untuk mengungkap penelitian yang dilakukan.
Observasi dalam penelitian kualitatif peneliti harus memahami terlebih dahulu variasi
pengamatan dan peran-peran yang dilakukan peneliti. Adapun macam- macam observasi
yaitu:

a. Observasi Partisipatif (participant observastion)


Observasi partisipatif merupakan seperangkat strategi dalam penelitian yang
tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang lengkap. Hal ini dilakukan dengan
mengembangkan keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok orang
dilingkungan alamiah mereka. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan sejumlah
tujuan dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari objek yang sedang di telitinya.
Dalam observasi partisipatif terdapat beberapa kategori peran partisipan yang
terjadi di lapangan penelitian kualitatif. Menurut Junker terdapat beberapa macam
kategori peran partisipan dilapangan yaitu:
1) Peran serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini menjadi anggota
penuh dari yang diamati.
2) Peran serta sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini berperan sebagai
pengamat (ply on the wall).
3) Pengamat sebagai pemeranserta, dalam hubungan ini peneliti sebagai pengamat ikut
melakukan apa yang di lakukan oleh nara sumber sebagai yang teramati meskipun
belum sepenuhnya.
4) Pengamat penuh, dalam hubungan ini kedudukan pengamat dan yang diamati
terpisah, informasi diteruskan satu arah saja, sehingga subjek tidak merasa diamati.

b. Observasi terus terang atau tersamar


Dalam observasi peneliti dalam pengumpulan data “menyatakan terus terang
kepada sumber data (kepada masyarakat yang ditelitinya, bahwa peneliti sedang
melakukan observasi dalam penelitia). Pada tipe ini semua proses yang dilakukan oleh
peneliti diketahui semuanya oleh orang yang diteliti. “Tapi dalam suatu saat peneliti
tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau
suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau
dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan
observasi.[6]
c. Observasi tak berstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan di teliti. Hal ini dikarenakan peneliti tidak tahu
secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melaksanakan penelitian tidak
menggunakan instrumen yang telah baku, tapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.

Selanjutnya Spradley mengatakan dalam penelitian kualitatif memiliki tahapan dan


objek yang observasi. Tahapan observasi, yaitu; Observasi deskriftif, Observasi terfokus, dan
Observasi terseleksi. Dan objek yang diobservasi adalah ruang (tempat), pelaku (aktor) dan
kegiatan (aktivitas).

Dari ketiga objek tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa item pokok,
yaitu; Ruang (tempat) dalam asfek fisiknya; Pelaku yaitu semua orang yang terlibat dalam
situasi; Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu; Objek, yaitu benda-benda
yang terdapat di tempat itu; Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan tertentu; Kejadian atau
peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan; Waktu, yaitu menyangkut urutan kegiatan, tujuan, yaitu
apa yang ingin dicapai dan emosi, perasaan yang dirasakan dan dinyatakan.

4. Menggunakan Tes

Tes dan inventori digunakan untuk pengambilan data penelitian kuantitatif karena
instrumen tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam bidang tertentu, seperti bakat
matematika, bakat musik, kemampuan bahasa dan sebagainya.[7] Sedangkan inventori untuk
mengetahui karakteristik (psikologis) tertentu dari individu. Dari kedua instrumen ini data
yang terkumpul berupa angka-angka yang nantinya akan diuji dengan statistik untuk
menentukan tujuan dari penelitian.

5. Dokumentasi
Dokumen adalah merupakan catatan peristiwa yangtelah lalu. Dokumen dapat berbentuk
tulisan, gambar, atau karya menumental dari seseorang lainnya. Dokumen yang berbentuk
tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, film,
video, CD, DVD, cassete, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,
karya lukis, patung naskah, tulisan, prasasti dan lain sebagainya. Dokumen dalam penelitian
kualitatif digunakan sebagai penyempurna dari data wawancara dan observasi yang telah
dilakukan. Dokumen dalam penelitian kualitatif dapat berupa tulisan, gambar, atau karya
monumental dari obyek yang diteliti.

Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dekumen merupakan rekaman kejadian masa
lalu yang ditulis atau dicetak, dapat merupakan catatan anekdotal, surat, buku harian dan
dekomen-dekumen. Dokumen kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi publik
yang beragam, file siswa dan pegawai, diskripsi program dan data statistik pengajaran.
Nasution menjelaskan bahwa:” ada sumber yang non manusia (non human resources), antara
lain adalah dokumen, foto dan bahan statistik.

Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data sekunder manakala dokumen
tersebut memiliki nilai. Adapun, nilai kegunaan dokumen dapat dilihat dari beberapa hal
sebagai berikut:

a. Evistemic values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna bagi


pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan atau informasi yang tidak/belum diketahui.
Nilai evistemic merupakan prasyarat bagi semua dokumen.
b. Functional values, yaitu suatu dokumen yang keberadaannya sangat berguna karena
memberi konstribusi pada penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena
berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi.
c. Condotional values, yaitu suatu dokumen sangat berguna apabila muncul beberapa
kondisi atau syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang dapat memperkuat
dokumen tersebut.
d. Social values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna dalam hubungan
dengan kelompok atau individu. Seperti berhubungan dengan guru, tokoh masyarakat,
kiyai, ulama’, atau tokoh lainnya.

Jadi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan dapat dipercaya kalau didukung
oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, disekolah, ditempat kerja, di masyarakat, dan
autobiografi. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau
karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

Selanjutnya perlu di perhatikan bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibel yang
tinggi, misalnya terdapat berbagai foto yang tidak mencerminkan aslinya, karena foto dibuat
untuk kepentingan tertentu. Begitu pula autoboigrafi yang di tulis untuk dirinya sendiri.

(https://iainpspblog.blogspot.com/2019/02/makalah-instrumen-pengumpulan-data.html)

D. Prosedur Pengumpulan Data


1. Prosedur pengumpulan data kualitatif

Prosedur pengumpulan data kualitatif merupakan serangkaian langkah-langkah yang


dilalui peneliti dalam memperoleh data kualitatif yang dibutuhkan. 

Seperti yang telah diketahui, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bebas nilai
tidak seperti penelitian kuantitatif yang cenderung normatif. Dalam penelitian kualitatif,
peneliti diberi kebebasan dalam memilih objek penelitian namun harus tetap dalam ranah
kualitatif. Peneliti juga diberi kebebasan untuk menentukan jumlah subjek penelitian. Namun
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, penting bagi seorang peneliti untuk menentukan
batasan penelitian. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian tidak kabur atau tidak jelas
dikarenakan banyak nya fenomena yang terekam. Pembatasan penelitian dapat dilakukan
dengan memperjelas tujuan dan fokus penelitian. Sejauh mana hasil yang akan dicapai
tertulis dalam fokus dan tujuan penelitian akan membantu penelitian kualitatif lebih terarah.

https://www.kompasiana.com/meykurniawan/556c4b414b7a61ec048b456b/prosedur-
pengumpulan-data-kualitatif#:~:text=Prosedur%20pengumpulan%20data
%20kualitatif%20merupakan,srta%20merancang%20usaha%20perekaman%20data.

Langkah-langkah pengumpulan data kualitatif adalah:

Anda mungkin juga menyukai