Observasi
Wawancara
Macam teknik
pengumpulan Dokumentasi
data
Triangulasi/
Gabungan
A. Macam-macam interview/wawancara
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu:
Observasi partisipatif
Sumber
data
Wawancara mendalam sama
Dokumentasi
Dalam hal triangulasi, Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa “Tujuan dari
triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada
peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan”. Selanjutnya Bogdan
menyatakan “Tujuan penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari kebenaran,
tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya. Dalam memahami dunia
sekitarnya, mungkin apa yang dikemukakan informan salah, karena tidak sesuai dengan teori,
tidak sesuai dengan hokum”. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam
pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Melalui
triangulasi “can build on the strengths of each type of data collection whle minimizing the
weakness in any single approach” (Patton1980). Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan
kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.
B. Instrumen Penelitian
Seperti telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa, terdapat dua hal utama yang
mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu, kualitas instrument penenlitian, dan kualitas
pengumpulan data. Dalam penenlitian kuantitatif, kualitas instrument penelitian kuantitatif,
kualitas instrument penenlitian berkenaan dengan validasi dan reliabilitas instrument dan
kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Oleh karena itu instrument yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliable, apabila
instrument tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Instrument
dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan
kuesioner.
Dalam penenlitian kualitatif (karena tidak melakukan pengukuran, tetapi eksplorasi untuk
menemukan), maka yang menjadi instrument atau alat penenlitian adalah penenliti itu
sendiri. Oleh karena itu penenliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh
penenliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi
terhadap penenliti sebgai instrument meliputi validasi terhadap pemahaman metode
penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan penneliti
untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang
melakukan validasi adalah peneliti itu sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh
pemahaman terhadap metode kualitatif, penugasan teori dan wawasan terhadap bidang yang
diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan focus penenlitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penenlitian belum
jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas.
Rancangan peneltian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penneliti
memasuki obyek penelitian. Selain itu dalam memandang realitas, penelitian kualitatif
berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistic (menyeluruh), dinamis, tidak dapat dipisah-
pisahkan ke dalam variable-variabel penelitian. Kalaupun dapat dipisah-pisahkan,
variabelnya akan banyak sekali. Dengan demikian dalam penenlitian kualitatif ini belum
dapat dikembangkan instrument penenlitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali.
Oleh karena itu dalam penenlitian kualitatif “the researcher is the key instrument”. Jadi,
peneliti adalah merupakan instrument kunci dalam penelitian kualitatif.
Nasution (1988) menyatakan :
“Dalam penenlitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai
instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai
bentuk yang pasti. Masalah, focus penenlitian, prosedur penenlitian, hipotesis yang
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti
dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penenlitia itu.
Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya
peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam penelitian kualitatif pada
awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrument adalah
peneliti sendiri, tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat
dikembangkan suatu instrument yang akan digunakan untuk mengukur temuannya.
Dalam penelitian kualitatif insyrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun
selanjutnya setelah focus penenlitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan
instsrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.
Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and
selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.
Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrument penenlitian serasi untuk penelitian
serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan
yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test atau
angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkannya hipotesis dengan segera untuk menentukan arah
pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data
yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang
diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistic,
sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai
instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang
lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi
tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.