Anda di halaman 1dari 15

Nama Kelompok : 1.

Fidela Laksita

2. Alisa Hikma Rosida

3. Murni Anjarwati

4. Kurnia Setyo Wibowo

5. Husnul Haniyah

Kelas : 4 A

A. Macam-Macam Observasi

Para peneliti dalam mengumpulkan data haruslah berdasarkan data yang fakta
mengenai kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi atau pengamatan
adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata dan
dibantu dengan panca indera lainnya. Marshall (Sugiyono, 2007: 310) berpendapat
bahwa melalui observasi, penulis belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku
tersebut.

Adler & Adler (1987: 389) menyebutkan bahwa observasi merupakan salah satu
dasar fundamental dari semua metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif,
khususnya menyangkut ilmu-ilmu sosial dan perilaku manusia. Sedangkan Morris
(1973: 906) mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat suatu gejala dengan
bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya dengan tujuan ilmiah atau tujuan lain.
Lebih lanjut dikatakan bahwa observasi merupakan kumpulan kesan tentang dunia
sekitar berdasarkan semua kemampuan daya tangkap pancaindera manusia. Gorman dan
Clayton (2005:40) mendefinisikan studi observasi sebagai studi yang melibatkan
rekaman sistematis dari fenomena atau perilaku yang dapat diamati dalam lingkungan
alami.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan


aktivitas manusia menggunakan panca indra dengan bantuan instrumen-instrumen untuk
tujuan ilmiah maupun tujuan lain.
Observasi mempunyai banyak macam. Dua jenis pengamatan yang umum adalah
observasi partisipan dan nonpartisipan (Gay, Mills, & Airasian, 2012: 381-382).
Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang
perilaku dan makna dari perilaku tersebut.
Berikut macam – macam observasi Menurut Sugiyono (2007:310-317):
1. Observasi partisipatif
Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 446) mengungkapkan bahwa dalam
observasi partisipan, peneliti benar-benar berpartisipasi dalam situasi atau
pengaturan yang mereka amati. Penelitian terlibat dalam kegiatan sehari – hari
orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data. Artinya peneliti
terlibat langsung dalam kegiatan mencari data yang diperlukan melalui
pengematan. Melalui observasi partisipatif, data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari seriap perilaku
atau gejala yang muncul. Sejalan dengan itu, Denzin (1978: 183) mengemukakan
bahwa observasi partisipan merupakan salah satu bentuk stratrgi penelitian
lapangan yang secara simultan memadukan analisis dokumen, wawancara dengan
informan, partisipasi dan observasi langsung dan introspeksi.
2. Observasi terus terang atau tersamar
Dalam observasi jenis ini penelitian menyatakan keterusterangnya kepada
narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat
peneliti juga tidak terus terang atau tersamar kepada narasumber untuk
memperoleh data yang sifatnya rahasia. Kemungkinan kalua dilakukan dengan
terus terang, maka penelitian tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
3. Observasi tidak terstruktur
Observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang
diobservasikan. Dalam melakukan pengamatan penelitian tidak menggunakan
instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu – rambu pengamatan.
Sedangkan Moleong, (2016: 176-177) menyebutkan macam-macam observasi
sebagai berikut:
1. Berperanserta secara lengkap. Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari
kelompok yang diamatinya. Dengan demikian ia dapat memperoleh informasi apa
saja yang dibutuhkannya, termasuk yang dirahasiakan sekalipun.
2. Pemeranserta sebagai pengamat. Peranan peneliti sebagai pengamat dalam hal ini
tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi melakukan fungsi pengamatan. Ia
sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya. Peranan
demikian masih membatasi para subjek menyerahkan dan memberikan informasi
terutama yang bersifat rahasia.
3. Pengamat sebagai pemeranserta. Peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh
umum bahkan mungkin ia atau mereka disponsori oleh para subjek. Karena itu
maka segala macam informasi termasuk rahasia sekalipun dapat dengan mudah
diperolehnya.
4. Pengamat penuh. Biasanya hal ini terjadi pada pengamatan sesuatu eksperimen di
laboratorium yang menggunakan kaca sepihak (one way screen). Peneliti dengan
bebas mengamati secara jelas subjeknya sama sekali tidak mengetahui apakah
mereka sedang diamati.

Bungin (2011: 120) membagi observasi menjadi tiga, yaitu:

1. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data


yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian
responden.
2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan
guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu
mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
3. Obserasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap
suatu atau beberapa objek sekaligus.
Metode observasi memiliki empat macam yaitu observasi partisipan, observasi
terus terang/samar, observasi tak berstruktur, dan observasi terkendali. Sedangkan
Babbie (1998: 230) membagi observasi berdasarkan model observasi, terdiri dari
eksperimen, penelitian survey, penelitian lapangan, observasi yang tidak merubah
perilaku subjek (unobtrusive), dan penelitian evaluatif. Menurut Babbie (1998: 230)
masing-masing model memiliki karakteristik berbeda. Peneliti atau pengamat perlu
memperhatikan topik, situasi, dan kondisi untuk menentukan model observasi yang
tepat.

Pengamatan dapat pula di bagi menjadi pengamatan terbuka dan pengamatan


tertutup. Pengamatan terbuka adalah pengamatan yang dilakukan ketika orang-orang
yang diamati (subjek) sadar bahwa pengamatan sedang berlangsung. Sebaliknya,
pengamatan tertutup adalah pengamatan yang beroperasi dan dilakukan tanpa
sepengetahuan subjeknya. Salah satu argumen yang mendukung pengamatan tertutup
adalah bahwa orang dapat mengubah perilaku mereka ketika mereka mengetahui bahwa
mereka diamati, sehingga mengancam keabsahan hasilnya. Masalah lain dengan
pengamatan tertutup tentu saja anggapan bahwa pengamatan tertutup bukanlah hal yang
etis. Tercermin dalam praktiknya, sejauh mana peserta dalam sebuah proyek penelitian
diberi tahu bahwa mereka diamati berkisar dari pengungkapan penuh hingga tanpa
pengungkapan sama sekali, di tengah banyak proyek di suatu tempat. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pengamatan rahasia sekarang merupakan bagian dari kehidupan kita
sehari-hari.
B. Tahap-Tahap Obsevasi
Menurut Adler (2009 : 97) Adapun tahapan-tahapan observasi meliputi pemilihan
tempat penelitian, menemukan jalan utama memasuki komunitas dari subjek yang diteliti,
menentukan fokus pengamatan, menentukan cara mencatatkan hasil pengamatan,
mendeskripsikan hasil pengamatan, dan memaknai hasil pengamatan. Misalnya dalam
konteks pengumpulan data kualitatif perkembangan anak, maka tahap-tahap observasi
yang dilalui meliputi pemilihan tempat & waktu penelitian, mencari cara untuk
mendekati subjek penelitian supaya ia tidak terganggu dengan kehadiran peneliti,
menentukan aspek yang akan diamati, menentukan cara mencatat hasil pengamatan,
mendeskripsikan hasil pengamatan, dan menafsirkan catatatan lapangan yang meliputi
reduksi data, pengelompokkan data, dan memaknainya dari sudut pandang tujuan
penelitian yang dilakukan.
Kemudian Fontana (2009 : 221) menuturkan bahwa cara mencatatkan hasil
observasi ada empat bentuk pencatatan, yaitu catatan berbentuk
1. Naratif
2. Acuan kriteria,
3. Cuplikan karya, dan
4. Kuantitatif.
Catatan berbentuk naratif dapat dituangkan dalam format deskripsi, transkripsi,
running records, anecdotal records, reflective journal, dan diary. Catatan acuan kriteri
dapat dituangkan dalam format rating scales,developmental checklists, class list log,
dan standardized test, Catatan work samples dapat dituangkan dalam format photograps,
rekaman audio, rekaman visual, rekaman audio-visual, tulisan , permainan
balok,gambar,dan media seni.
C. Obyek Observasi
Obyek penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dalam Sugiono,
(2011:310-317) dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu : tempat,
pelaku, dan aktivitas. Adapun penjelasan lebih rinci sebagai berikut :
1. Tempat
Dimana interaksi dalam situasi social sedang berlangsung.
2. Pelaku
Pelaku atau orang orang yang sedang memainkan peran tertentu.
3. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi social yang sedang berlangsung.
D. Strategi Melakukan Obsevasi
Didalam bukunya Harahap (1992:15) menjelaskan secara etimologi kata strategi
bersal dari bahasa Yunani strata yang artinya pasukan dan agnes yang artinya pemimpin.
Jadi strategi berarti hal yang berhubungan dengan pasukan perang. Pada dasarnya strategi
digunakan untuk mencari siasat, dan cara untuk menghadapi musuh dalam perang. Untuk
itu strategi yang digunakan harus cermat, tepat, matang, sehingga usaha yang dilakukan
berhasil dengan baik.
Menurut Bryson sebagaimana dikutip Hessel Nogi S Tangkilisan (2003:24) ,
startegi adalah pola tujuan, kebijakan program keputusan atau lokasi sumber daya yang
menentukan apakah sebuah organisasi itu, apa yang dikerjakannya dan mengapa
organisasi melakukan itu. Dengan demikian strategi merupakan perpanjangan dari misi
untuk membentuk jembatan antara sebuah organisasi dengan lingkungan.
Jadi jika kata strategi dikaitkan dengan observasi maka strategi observasi adalah
suatu cara atau metode yang digunakan peneliti untuk melakukan observasi dengan
membertimbangkan berbagai hal sehingga tercapai tujuan penelitian secara maksimal.
1. Jenis Strategi Observasi
Observasi merupakan salah satu metode assessment yang dilakukan dengan cara
mengamati dan merekam sebuah perilaku yang bertujuan untuk mendapatkan data
tentang sebuah masalah, sehingga didapatkan pembuktian terhadap informasi yang
diperoleh. Dalam observasi diperlukan beberapa metode dan teknik, baik dalam
pelaksanaan maupun dalam pencatatan data observasi itu sendiri, agar tujuan
assesment tersebut dapat tercapai. Sattler (2002:43) menguraikan beberapa teknik
dalam pencatatan data observasi, yaitu
1) Teknik Pencatatan Narative
Teknik pencatatan naratif merupakan salah satu teknik pencatatan observasi yang
dapat membantu observer dalam mendeskripsikan perilaku alami subyek. Dalam
pencatatan naratif tersebut pengat tidak boleh melakukan interpretasi secara
menyeluruh dan kejadiannya hendaklah menggunakan prosedur pencatatan
kuantitatif. Teknik pencatatan naratif dapat dilakukan dengan dua cara pencatatan,
yaitu berdasarkan anecdotal recording dan running recording. Anecdotal
recording merupakan sebuah pencatatan yang tidak membutuhkan kerangka
waktu, pengkodean dan pengkategorian tertentu serta mencakup apapun yang
relevan bagi observer. Running recorning merupakan pencatatan data dimana
observer mencatat ketika fokus perilaku yang dikehendaki muncul. Adapun
beberapa deskripsi perilaku, yaitu global description, semi global
descripstion, dan narrow description.
a) Global description, merupakan pendeskripsian data observasi perilaku secara
umum.
b) Semi global description, merupakan pendeskripsian data observasi yang lebih
terperinci dari sebelumnya namun tidak sedetail narrow description.
c) Narrow description, merupakan pendeskripsian data observasi yang sangat
detail, lebih detail dari global dan semi global deskripsi, dimana data yang
diperoleh mencakup bagaimana perilaku itu terjadi. 

Naratif observasi dapat digunakan dalam berbagai macam setting dan


periode waktu agar dapat mendapat gambaran yang lebih detail dan terperinci
terhadap fokus perilaku yang ingin diobservasi. Hasil dari observasi tersebut
digunakan dalam penyelidikan yang lebih spesifik. Terdapat beberapa setting
situasi yang dapat digunakan pada pencatatan naratif utamanya dalam observasi
anak dan pendidikan, antara lain:

a) Observasi keterampilan sosial dan komunikasi anak


b) Observasi sebuah keluarga, dimana pencatatan naratif ini dapat membantu
observer untuk mengevaluasi interaksi antar keluarga, gaya komunikasi, seperti
“apa yang didiskusikan dan bagaimana didiskusikan”.
c) Observasi guru, dimana observasi dapat dilakukan ketika observer berkunjung
ke kelas, hendaknya mengobservasi metode dan gaya yang digunakan guru
dalam mengajar serta management kelas.
d) Observasi anak dalam interaksi informal.

Dalam mendesain pencatatan naratif terdapat beberapa hal yang perlu diperlukan,
antara lain (a). jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengobservasi subyek. (b).
lama waktu yang digunakan pada setiap periode observasi, (c). periode waktu
yang hendak dimaksimalkan dalam observasi, (d). tipe pencatatan naratif yang
akan digunakan, (e). target perilaku yang akan diobservasi, dan (f). metode dalam
pencatatan data.

Usia subyek, setting, dan alasan yang digunakan untuk asesmen akan
mempengaruhi jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengobservasi subyek, lama
periode waktu observasi, dan kapan kita harus melakukan observasi tersebut. Pada
umumnya, waktu yang dibutuhkan untuk mengobservasi dapat dilakukan selama
10-30 menit bahkan lebih dari itu. apabila memungkinkan, dapat melakukan
observasi lebih dari satu kali dan pada waktu yang berbeda di lain hari, serta
melakukan diskusi dengan refferal source mengenai kapan dan dimana target
perilaku paling sering muncul.

Kelebihan narrative recording:

1. Menyediakan sebuah pencatatan dari perilaku dan kesan-kesan umum


1. Menjaga keaslian dari rangkaian perilaku
2. Mengumpulkan perilaku dan menemukan kritik perilaku
3. Memungkinkan meneliti progres perilaku
4. Mencatata perilaku yang sukar diselidiki
5. Membutuhkan sedikit peralatan
6. Awal yang baik untuk prosedur penelitian yang sistematis
Kekurangan narrative recording:

1. Kurang cocok untuk memperoleh data kuantitatif

2. Pengujian validitasnya sulit

3. Tidak secara penuh mendeskripsikan tipe kritikal behavior

4. Hanya sedikit yang bisa digeneralisasikan

5. Hasilnya bervariasi dari satu observasi dengan observasi yang lain.

2) Teknik Interval Recording


Sattler (2002:47) menjelaskan bahwa interval recording biasa juga disebut
dengan time sampling, interval sampling, atau interval time sampling, dimana
pencatatan tersebut merupakan salah satu teknik observasi yang berfokus pada
perilaku spesifik dalam interval waktu tertentu. Dalam interval recording,
pencatatan dilakukan pada perode interval yang sama dan observer mencatatan
sejumlah perilaku yang muncul selama interval tertentu. Terdapat beberapa
prosedur pada interval recording, yaitu:
a) Partial – interval time sampling,  yaitu observer mencatat perilaku hanya sekali,
dengan mengabaikan berapa lama itu berakhir atau berapa banyak waktu yang
dibutuhkan pada interval tersebut.
b) whole – interval time sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya pada
waktu interval dimulai dan diakhir interval tersebut. Metode ini pada umumnya
digunakan ketika kita ingin mengetahui perilaku mana yang dimunculkan
subyek secara terus menerus dalam satu interval.
c) point time interval sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya pada waktu
spesifik dalam interval tertentu. sebagai contoh : observer mungkin mencatat
perilaku yang spesifik, apabila prilaku itu muncul pada 10 detik pertama dalam
satu jam.
d) Momentary time interval sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya pada
moment, interval dimulai dan diakhiri. sebagai contoh, apabila interval waktu 30
detik, kamu mencatat hanya perilaku yang diobservasi pada akhir interval 30
detik tersebut. kita dapat menggunakan prosedur ini untuk sebuah kelompok
subyek.
e) Variabel interoccasion interval sampling, yaitu observer mencatat perilaku yang
hanya terjadi selama waktu yang dipilih secara acak dalam interval.

Sama halnya dengan pencatatan naratif, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika hendak melakukan interval recording, observer harus
memutuskan (a). jumlah waktu yang digunakan untuk mengobeservasi subyek., (b).
panjangnya periode observasi, (c). periode waktu selama observasi yang akan
diselenggarakan, (d). tipe interval recording yang ingin digunakan, (e). panjangnya
interval observasi, (f).panjangnya pencatatan interval, apabila dibutuhkan, (g).
target perilaku yang ingin diobservasi, (h). metode pencatatan data.

Keuntungan Interval Recording:

1. membantu menggambarkan waktu yang penting-hubungan perilaku.


2. memfasilitasi pemeriksaan untuk realibilitas interobserver.
3. membantu memastikan perilaku yang ditemukan pada saat observasi dalam
jangka waktu yang sama.
4. menggunakan waktu yang efisien.
5. fokus pada perhatian observer pada perilaku subyek.
6. Membantu mengumpulkan sejumlah besar   observasi dalam periode waktu
singkat

Kelemahan Interval Recording:

1. Perilaku yang diobservasi tampak berurutan, karena interval waktu- bukan


karena perilaku tersebut.
2. Hubungan antar perilaku dan permasalahan terlihat berlebihan
3. tidak mengungkapkan frekuensi secara actual atau durasi dari perlaku.
3) Teknik Even Recording
Teknik event recording atau biasa dikenal dengan nama even sampling, dimana
observer dapat mencatat sebuah kejadian pada perilaku spesifik atau pada even yang terjadi
selama periode observasi. Ada beberapa panduan dalam melakukan teknik event sampling:
1. Identifikasi dan susun definisi operasional perilaku yang akan diobservasi
dengan jelas.
2. Ketahui secara umum dimana dan kapan perilaku dapat terjadi.
3. Tentukan jenis informasi yang akan direkam. (dapat menggunakan pencatatan
naratif maupun kategoris. Misalnya pada studi tentang pertengkaran tadi adalah
berapa lama terjadi, apa yang terjadi ketika pertengkaran dimulai, jenis perilaku
dalam pertengkaran, apa yang dilakukan dan dikatakan, apa akibatnya, dan apa
yang terjadi setelah pertengkaran.
4. Susunlah lembar pencatatan semudah mungkin.
Keuntungan event sampling:
1. Mengukur atau melihat perilaku dengan frekuensi yang rendah atau jarang, dan
oleh orang yang sehari-hari berada dalam setting observasi
2. Memudahkan dalam mempelajari banyak perilaku atau peristiwa yang berbeda
3. Lebih efisien
4. Dapat menggunakan bermacam-macam cara pencatatan data yang berbeda
5. Memberikan informasi mengenai perubahan perilaku dari waktu ke waktu dan
total jumlah perilaku
Kelemahan event sampling:
1. Tidak memberikan pola perilaku yang sifatnya sementara
2. Sulit untuk mencapai reliabilitas antar observer
3.  Tidak cocok untuk melihat perilaku yang tidak diskrit
4.  Observer harus dapat mempertahankan konsentrasi dalam waktu yang lebih
lama
5. Membuat perbandingan antar event satu dengan event yang lain akan sulit ketika
periode waktunya tidak sama
4) Teknik Rating Recording
Sattler (2002:56) menjelaskan bahwa rating recording adalah metode observasi
berupa checklist yang didasarkan pada intensitas perilaku yang diamati. Observer
sebelumnya membuat rating sikap pada skala atau ceklis, dan biasanya hasil perekaman
dicatat di akhir periode observasi. Metode ini membutuhkan kepekaan tinggi pada
subjektivitas observer.
Rating recording digunakan untuk mengevaluasi aspek global perilaku dan untuk
mengkuantifikasi sebuah kesan. The behavioral and attitude checklist, merupakan salah
satu prosedur rating yang dapat digunakan untuk menilai perilaku ketika kita
mengadministrasikan tes. Rating scale digunakan untuk asesmen perilaku atau produk yang
susah untuk diukur secara langsung. Sebagai contoh, kita dapat menggunakan rating
scale yang memiliki range dari sangat lemah  dengan nilai (1) ke excellent nilai (7) untuk
menilai kemampuan membaca tulisan tangan.
Dalam mendesain rating recording, observer harus menetapkan pada (a). Jumah
waktu yang digunakan untuk mengobservasi subyek, (b). Panjang periode observasi, (c).
Periode waktu selama apa yang akakn diobservasi, (d). Target perilaku yang akan
diobservasi, (c). Metode pencatatan data.  Metode pencatatan pada rating scale ini pada
umumnya menggunakan 5 poin. Sebagai contoh, misal pada indikator “berbagi mainan”
5 = sangat sering
4 = sering
3 = kadang-kadang
2 = jarang
1 = tidak pernah
Terdapat beberapa keuntungan ketika menggunakan rating recording, antara lain:
1. Memungkinkan sudut pandang umum
2. Memungkinkan untuk mencatat beberapa perilaku yang berbeda
3. Dapat digunakan untuk menilai perilaku pada beberapa individu atau kelompok
4. Dapat mencatat aspek kualitatif perilaku
5. Data di generalisasikan pada data statistikal
6. Waktunya efisien
Selain keuntungan, terdapat pula beberapa kelemahan dalam menggunakan rating
recording, antara lain:
1. Harga skala yang digunakan mungkin berdasarkan pada asumsi yang tidak
jelas
2. Memiliki reliabel interobserver yang lemah karena interpretasi yang berbeda
tiap observer.
3. Tidak cocok mencatat informasi kuantitatif yang penting, seperti frekuensi,
durasi atau latensi perilaku.
4. Tidak akurat apabila ada penundaan waktu antara perilaku yang diobservasi
dan nilai observer terhadap perilaku.
5.
E. Pedoman Pengamatan Obsevasi
Seorang peneliti, sebelum melakukan pengamatan untuk mencari data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian, seorang observer harus memiliki pedoman pengamatan.
Pedoman observasi adalah suatu format pernyataan yang dijadikan pegangan oleh
observer selama proses pengamatan berlangsung. Dengan pedoman ini, apa yang
diobservasi dapat terfokus dan tidak berpindah pada aspek-aspek yang lain. Pedoman
tersebut biasanya disusun kedalam sebuah lembar observasi. Lembar observasi adalah
pedoman terperinci yang berisi langkah-langkah melakukan observasi, mulai dari
perumusan masalah, kerangka teori untuk menjabarkan tingkah laku yang akan
diobservasi, prosedur dan teknik perekaman, dan kriteria analisis dan interpretasi
(Indrawati, dkk 2007: 7).
Menurut Yusron (2020 dlm artikel) Ketika berada di lapangan, para pengamat
memerlukan instrument yang digunakan dalam proses observasi. Kualitas instrument
inilah yang akan mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Berikut beberapa instrument
yang sering digunakan saat pengambilan data.
Checklist ialah suatu daftar yang berisi nama responden beserta hal-hal yang
diamati. Observer akan sangat terbantu dengan adanya checklist, karena daftar yang akan
diamati sudah tersusun rapi.
Rating Scale berfungsi untuk mencatat segala gejala yang ditimbulkan menurut
tingkatannya.
Anecdotal Record merupakan catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti, baerkaitan
dengan segala sesuatu yang ditunjukkan oleh objek penelitian.
Mechanical Device merupakan alat yang digunakan untuk mengabadikan setiap
peristiwa yang terjadi selama pengamatan.
Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati keaktifan dan
keseriusan hal yang diobservasi. Aspek yang diamati adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Observasi
2. Variabel yang diobservasi
3. Definisi Operasional
4. Aspek yang diungkap
5. Observe (objek yang di observasi)
6. Tempat dan Waktu Observasi
7. Teknik Observasi
8. Tabel pedoman observasi

DAFTAR PUSTAKA

Adler, Patricia A. & Adler, Peter. (1987). Membership Roles in Field Research. Newbury Park,
CA: Sage Publication. https://www.amazon.com/ADLER-MEMBERSHIP-RESEARCH-
Qualitative-Research/dp/0803925786

Adler, Patricia A. & Adler, Peter. (2009). “Teknik-teknik Observasi” dalam Denzin, K. Norman
& Lincoln, Y.S. (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Babbie, E. 1998. The Practice of Social Research, 8ed. Belmot: Wodsworth Publising Company.
https://www.worldcat.org/title/practice-of-social-research/oclc/37132582
Bungin, Burhan. 20011. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press.
Denzin, Norman K. (1978). Sociological Methods. New York: McGraw-Hill.
https://doi.org/10.4324/9781315129945
Fontana, Andrea. & Frey , James H,(2009). uWawancara Seni Ilmu Pengetahuan55 dalam
Denzin , K. Norman & Lincoln, Y.S. (2009). Handbook of Qualitative Research.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2011). How to Design and Evaluate Research in
Education (Eighth Edition). New York: McGraw-Hill. Diakses dari https://b-
ok.org/book/1226690/0acd56

Harahab, Nasrudin. (1992). Dakwah Pembangunan. Yogyakarta: DPP Golkar TK.I.DY

Indrawati,dkk(2007).Teori Observasi. Jawa Barat: Upi edu. Diakses pada tanggal 18 Maret 2020
melalui http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195010101980022-
SITI_WURYAN_INDRAWATI/PD2-Teori_Observasi.pdf
Moleong, Lexy J.2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Morris, W. 1973. The American Heritage Dictionary of English Language. Boston: Houghton
Miffin. https://www.amazon.com/American-Heritage-Dictionary-English-
Language/dp/0395090644

Gay, L. R., Mills, G. E., & Airasian, P. (2012). Educational Research: Competencies for
Analysis and Applications (Tenth Edition). New Jersey: Pearson Education.
http://gen.lib.rus.ec/book/index.php?md5=2E45F56A07B98F8F7E8B255F498DEE1F

Gorman, G. E., & Clayton, P. (2005). Qualitative Research for the Information Professional
(2nd ed.). London: Facet. Diakses dari https://books.google.co.id/books?
id=CNQqDgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Qualitative+research+for+the+informatio
n+professional+gorman&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjqiYq4xYXhAhVBvI8KHcwSD8IQ
6AEIKTAA#v=onepage&q=Qualitative%20research%20for%20the%20information
%20professional%20gorman&f=false
Satteler, J. M. (2002). Assesment of children behavioral and clinical applications fourth
edition. Publiser, Inc: San Diego.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatof dan R&D).
Bandung:Alfabeta
Tangkilisan, Hessel Nogi S. (2003). Manajemen Modern untuk Sektor Publik. Yogyakarta:
Balaiurang
Yusron. (2020). Pengertian observasi. Diterbitkan pada 15 Februari 2020. Artikel
https://belajargiat.id/obsevasi/

Anda mungkin juga menyukai