Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 8 Materi 9

Nama Anggota :
1. Tarwinda Puasari 190141643
2. Vioni 190141650
3. Zihan Oktaviana 190141657

Kelas : 5D
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Putri Cahyani Agustine, M.Pd.

Rangkuman
“Kemampuan Mengembangkan Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data”

A. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan
untuk mengumpulkan data. Ini berarti, dengan menggunakan alat-alat tersebut
data dikumpulkan. Ada perbedaan antara alat-alat penelitian dalam metode
kualitatif dengan yang dalam metode penelitian kuantitatif. Dalam penelitian
kualitatif, atau instrumen utama dalam pengumpulan data adalah manusia
yaitu, peneliti sendiri atau orang lain yang membantu peneliti. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti sendiri yang mengumpulkan data dengan cara
bertanya, meminta, mendengar, dan mengambil. Peneliti dapat meminta
bantuan dari orang lain untuk mengumpulkan data, disebut pewawancara.
Dalam hal ini, seorang pewawancara yang langsung mengumpulkan data
dengan cara bertanya, meminta, mendengar, dan mengambil. Berbeda dari
penelitian kualitatif, dalam penelitian kuantitatif alat pengumpulan data
mengacu pada satu hal yang dipergunakan peneliti untuk mengumpulkan data,
biasanya dipakai untuk menyebut kuisioner. Hal pokok dari perbedaan
tersebut adalah dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri yang harus
mengumpulkan data dari sumber, sedangkan dalam penelitian kuantitatif
orang yang diteliti (responden) dapat mengisi sendiri kuisioner tanpa
kehadiran peneliti, umpamanya survei electronik atau kuesioner yang
dikirimkan (Afrizal, 2014).

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat di
kumpulkan pada setting alamiah (Natural Setting), pada laboraturium dengan
metode eksperimen, di sekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan,
di rumah dengan berbagai responder pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan
lain lain. Bila di lihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),
interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan
keempatnya (triangulasi).
Macam-macam teknik pengumpulan data:
1. Teknik Pengumpulan Data Dengan Observasi
Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data,
yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat
canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron)
maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan
jelas.
Sanafiah Faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi 3, yaitu:
a. Macam-Macam Observasi :
1) Observasi Partisipatif (participant observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti
ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut
merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka
data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
2) Observasi Terus Terang Atau Tersamar (overt observation dan
overt observation)
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak
awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu
saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi,
hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan
data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan
dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk
melakukan observasi.
3) Observasi Tak Berstruktur (unstructured observation)
Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
tidak berstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus
observasi akan berkembang selama kegiatan observasi
berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti dalam
penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara
berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Observasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa
yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak
menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa
rambu-rambu pengamatan.

b. Manfaat Observasi
Menurut Paton dalam Nasution (1988), manfaat observasi adalah
sebagai berikut:
1) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau
tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam
lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak
akan terungkapkan dalam wawancara.
2) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang
sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam
wawancara karena bersifat sensitif atau ingin di tutupi karena
dapat merugikan nama lembaga.
3) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar
persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang
lebih komprehensif.

c. Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi
menurut Spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga
komponen yaitu:
1) Place (Tempat), dimana interaksi dalam situasi sosial sedang
berlangsung. Dalam pendidikan bisa di ruang kelas dan bengkel.
2) Actor (Pelaku), orang-orang yang sedang memainkan peran
tertentu, seperti guru, kepala sekolah, pengawas, orangtua murid.
3) Activity (Aktivitas), kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam
situasi sosial yang sedang berlangsung, seperti kegiatan belajar
mengajar.
d. Tahapan Observasi
Menurut Spradley (1980) tahapan observasi ada tiga jenis, yaitu :
1) Observasi Deskriptif.
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi
sosial tertentu sebagai obyek pebelitian. Pada tahap ini peneliti
belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti
melakukan penjelajah umum, dan menyeluruh, melakukan
deskriptif terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
2) Observasi Terfokus.
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation,
yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada
aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus,
karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi
sehingga dapat menemukan fokus.
3) Observasi Terseleksi.
Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang
ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan
analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti
telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan
kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu
kategori dengan kategori yang lain.

2. Teknik Pengumpulan Data Dengan Wawancara


Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ini
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri
atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi.
a. Macam-macam Interview (Wawancara)
Esterberg(2002), mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu :
1) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,
pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun
telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden
diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat
menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data.
Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama,
maka diperlukan training kepada calon pewawancara.
2) Wawancara Semiterstruktur (Semistructure Interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-
depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti
perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
dikemukakan oleh informan.
3) Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun seara sistematis yang lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
b. Langkah-Langkah Interview (Wawancara)
Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada
tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengempulkan
data dalam penelitian kualitatif, yaitu :
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
3) Mengawali atau membuka alur wawancara
4) Melangsungkan alur wawancara
5) Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
6) Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan
7) Mengidentifikasi hasil wawancara yang telah diperoleh.

c. Jenis-Jenis Pertanyaan Dalam Interview (Wawancara)


Patton dalam Molleong (2002) menggolongkan enam jenis
pertanyaan yang saling berkaitan yaitu:
1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
4) Pertanyaan tentang pengetahuan
5) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
6) Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi.

d. Alat-Alat Interview (Wawancara)


Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti
memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau
sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut:
1) Buku catatan
2) Tape recorder
3) Camera.
3. Teknik Pengumpulan Data Dengan Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya catatan harian
sejarah kehidupan, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk karya, misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data Dengan Triangulasi


Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data.

C. Tujuan Pengumpulan Data


Kegiatan penelitian yang terpenting adalah pengumpulan data. Menyusun
instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian, tetapi
mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama jika peneliti
menggunakan metode yang rawan terhadap masuknya unsur subjektif
peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus
ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya
yaitu pengumpulan variabel yang tepat. Pengumpulan data dalam penelitian
perlu dipantau agar data yang diperoleh dapat terjaga tingkat validitas dan
reliabilitas. Walaupun telah menggunakan instrumen yang valid dan reliabel
tetapi jika dalam proses penelitian tidak diperhatikan bisa jadi data yang
terkumpul hanya onggokkan sampah. Peneliti yang memiliki jawaban
responden sesuai keinginannya akan semakin tidak reliabel. Petugas
pengumpulan data yang mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadinya, akan
semakin condong (bias) data yang terkumpul. Oleh karena itu, pengumpul
data walaupun tampaknya hanya sekedar pengumpul data tetapi harus tetap
memenuhi persyaratan tertentu yaitu yang mempunyai keahlian yang cukup
untuk melakukannya (Sandu Siyoto & M. Ali Sodik, 2015).
Keberhasilan dalam pengumpulan data banyak di tentukan oleh
kemampuan peneliti menghayati situasi sosial yang dijadikan fokus penelitian
(Yusuf, 2014) . Untuk menentukan bentuk teknik pengumpulan data yang
dibutuhkan, peneliti hendaknya mengidentifikasi pertanyaan-prtanyaan yang
dirumuskan dalam fokus penelitian. Setiap rumusan pertanyaan yang ada
dalam fokus penelitian, boleh jadi membutuhkan teknik pengumpulan data
yang berbeda- beda pula. Misalnya rumusan pertanyaan nomor satu hanya
membutuhkan teknik wawancara, rumusan pertanyaan nomor dua selain
membutuhkan teknik wawancara juga membutuhkan teknik observasi dan
dokumentasi. Untuk keperluan memaparkan teknik pengumpulan data dalam
subbab ini merupakan akumulasi dari semua teknik pengumpulan data yang
dibutuhkan untuk menjawab rumusan pertanyaan nomor satu dan dua, yakni
teknik pengumpulan data berbentuk wawancara, observasi, dokumentasi
(Murni, 2017).

Anda mungkin juga menyukai