Disusun Oleh:
NIM : J410161009
Kelas : Transfer
2017
TEKNIK PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF
2. Wawancara
a. Pengertian
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti
dengan informan atau subjek penelitian (Emzir, 2010). Dalam
metode ini kreatifitas pewawancara sangat diperlukan karena dapat
dikatakan bahwa hasil interview yang diteliti banyak bergantung
pada kemampuan penyelidik untuk mencari jawaban, mencatat dan
menafsirkan setiap jawaban.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk
memperoleh informasi dari teori wawancara. Wawancara dilakukan
dangan secara terbuka, diawali dengan peneliti bisa mengajukan
pertanyaan yang tidak berstruktur (karena pada tahap awal si
peneliti sendiri tidak tahu apa yang tidak diketahuinya. Artinya
informan mendapat kebebasan dan kesempatan untuk
mengeluarkan buah pikiran, pandangan, dan perasaannya tanpa
diatur ketat oleh peneliti. Setelah peneliti memperoleh sejumlah
keterangan maka peneliti dapat mengadakan wawancara yang lebih
berstruktur berdasarkan apa yang telah disampaikan informan
tersebut.
Tujuan wawancara ialah untuk mengetahui apa yang
terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana
pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak peneliti
ketahui melalui observasi.
Setiap kali peneliti mengadakan wawancara harus
menjelaskan apa tujuan peneliti berwawancara dengan responden,
keterangan apa yang peneliti harapkan dari responden. Penjelasan
itu mengarahkan jalan pikirannya, sehingga informan tahu apa yang
akan disampaikannya. Penjelasan itu sedapat mungkin dilakukan
dalam bahasa dan istilah-istilah yang dipahami sendiri oleh
informan.Isi wawancara secara garis besar mencakup :
1) Pengalaman dan perbuatan informan, yakni apa yang telah
dikerjakan dan lazim dikerjakan.
2) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau pikirannya
tentang sesuatu.
3) Perasaan, respon emosional, yakni apakah informan merasa
cemas, takut, senang, gembira, curiga, jengkel, dan sebagainya
tentang sesuatu.
4) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuianya tentang
sesuatu.
5) Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, diraba,dikecap atau
diciumnya, diuraikan secara deskripsi.
6) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat
tinggal, keluarga dsb.
b. Macam Wawancara
Menurut Sugiyono (2012) terdapat dua jenis wawancara, yakni:
1) Wawancara mendalam (in-depth interview),
Proses wawancara di mana peneliti menggali informasi
secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan
kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa
pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga
suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali.
2) Wawancara terarah (guided interview)
Proses wawancara di mana peneliti menanyakan kepada
informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda
dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki
kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat
dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering
terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar
pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan
informan, sehingga suasana terasa kaku.
c. Cara Pelaksanaan
Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam
melakukan wawancara, yaitu:
1) The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan
penelitian yang sebenarnya untuk membantu dalam
merencanakan pengambilan data. Hal-hal yang perlu diketahui
untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi
tempat pengambilan data, waktu dan lamanya wawancara, serta
biaya yang dibutuhkan.
2) The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon
partisipan. Di dalamnya termasuk situasi yang lebih disukai
partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan pendahuluan dan
sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.
3) The events, menyusun protokol wawancara.
3. Dokumentasi
a. Pengertian
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa
diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan
harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan
sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk
menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu
memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen
tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna.
b. Macam dokumentasi
Meleong dalam Herdiansyah (2010) mengemukakan, dua
bentuk dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam studi
dokumentasi, yaitu:
1) Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan
seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan
kepercayaannya. Tujuan dari dokumentasi ini adalah untuk
memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian situai nyata.
Terdapat tiga dokumentasi pribadi yang umum digunakan, yaitu:
a) Catatan harian (diary)
Diary berisi beragam aktivitas dan kegiatan termasuk juga
unsur perasaan.
b) Surat Pribadi
Surat pribadi (tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan
dapat dijadikan sebagai materi dalam analisis dokumen
dengan syarat, peneliti mendapat izin dari orang yang
bersangkutan.
c) Autobiografi
Autobiografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas
gabungan tiga kata, yaitu auto (sendiri), bios (hidup), dan
grapein (menulis). Didefinisikan autobiografi adalah tulisan
atau pernyataan mengalami pengalaman hidup.
2) Dokumen Resmi
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambar
mengenai aktivitas, keterlibatan individu pada suatu komnitas
tertentu dalam setting social. Menurut Meleong dalam
Herdiansyah (2010), dokumen resmi dapat dibagi kedalam dua
bagian, yaitu:
a) Dokumen internal, yaitu dapat berupa catatan, seperti
memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga,
system yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan
pimpinan, dan lain sebagainya.
b) Dokumentasi eksternal yaitu dapat berupa bahan-bahan
informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga social, seperti
majalah, koran, bulletin, surat pernyataan, dan lain
sebagainya.
4. Focus Group Discussion
a. Pengertian
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi
terpusat (Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan makna
sebuah isu/tema oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk
menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti.
Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN 2011
di mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa Indonesia
rendah. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang
peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang
peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan
akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.
FGD berfungsi sebagai metode primer jika digunakan sebagai
satu-satunya metode penelitian atau metode utama (selain metode
lainnya) pengumpulan data dalam suatu penelitian. FGD sebagai
metode penelitian sekunder umumnya digunakan untuk melengkapi
penelitiN yang bersifat kuatitatif dan atau sebagai salah satu teknik
triangulasi. Dalam hal ini, baik berkedudukan sebagai metode
primer atau sekunder, data yang diperoleh dari FGD adalah data
kualitatif.
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=251834&val=6766&title=TEKNIK%20PENGUMPULAN%20DATA
%20DALAM%20PENELITIAN%20KUALITATIF diakses pada tanggal 12
November 17