Anda di halaman 1dari 12

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN II

” Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif “

Dosen Pembimbing : Anisa Catur Wijayanti, SKM, M.Epid

Disusun Oleh:

Nama : Hervi Hilda Junistian

NIM : J410161009

Kelas : Transfer

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 TRANSFER KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017
TEKNIK PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF

A. Pengertian Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
penelitian. Teknik pengumpulan data bisa juga diartikan teknik atau cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam
menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi
hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan,
ujian (tes), dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu
atau gabungan teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang
diteliti.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam


proses penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Teknik pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik
pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga benar-benar didapat data
yang valid dan reliable.

Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau


kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai
fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup
penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan
melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif (Iskandar, 2008).

Menurut Emzir (2010), Pengumpulan data dapat dimaknai juga sebagai


kegiatan peneliti dalam upaya mengumpulkan sejumlah data lapangan yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk penelitian
kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk penelitian kuantitatif). Dan data
yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis atau
menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, karena data yang diperoleh
akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan, data yang
dikumpulkan haruslah data yang benar. Agar data yang dikumpulkan baik dan
benar, instrument pengumpulan datanya pun harus baik.

B. Macam Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif


1. Observasi
a. Pengertian
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara sistematis dan disengaja melalui pengamatan dan pencatatan
terhadap gejala yang diselidiki. Pengamatan dalam istilah sederhana
adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini
sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi
pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan
interaksi anak, serta kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan
secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam
pengamatan adalah lembar pengamata, ceklist, catatan kejadian, dan
lain-lain.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah
ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau
peristiwa, dan waktu. Alasan peneliti melakukan observasi adalah
untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk
menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia,
dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek
tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek,
kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang.
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu
peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk
mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan
prosedur yang terstandar (Emzir, 2010).
b. Macam Observasi
Bungin (2007) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu:

1) Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah


metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana
peneliti terlibat dalam keseharian informan.
2) Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan
tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti
mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan
yang terjadi di lapangan.
3) Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh
sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat
menjadi objek penelitian.
c. Cara pelaksanaan
Langkah-langkah dalam melakukan observasi adalah
sebagai berikut:
1) Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.
2) Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi.
3) Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan.
4) Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar
berjalan mudah dan lancar.
5) Harus diketahui tentang cara mencatat hasi! observasi, seperti
telah menyediakan buku catatan, kamera, tape recorder, dan
alat-alat tulis lainnya.

2. Wawancara
a. Pengertian
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti
dengan informan atau subjek penelitian (Emzir, 2010). Dalam
metode ini kreatifitas pewawancara sangat diperlukan karena dapat
dikatakan bahwa hasil interview yang diteliti banyak bergantung
pada kemampuan penyelidik untuk mencari jawaban, mencatat dan
menafsirkan setiap jawaban.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk
memperoleh informasi dari teori wawancara. Wawancara dilakukan
dangan secara terbuka, diawali dengan peneliti bisa mengajukan
pertanyaan yang tidak berstruktur (karena pada tahap awal si
peneliti sendiri tidak tahu apa yang tidak diketahuinya. Artinya
informan mendapat kebebasan dan kesempatan untuk
mengeluarkan buah pikiran, pandangan, dan perasaannya tanpa
diatur ketat oleh peneliti. Setelah peneliti memperoleh sejumlah
keterangan maka peneliti dapat mengadakan wawancara yang lebih
berstruktur berdasarkan apa yang telah disampaikan informan
tersebut.
Tujuan wawancara ialah untuk mengetahui apa yang
terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana
pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak peneliti
ketahui melalui observasi.
Setiap kali peneliti mengadakan wawancara harus
menjelaskan apa tujuan peneliti berwawancara dengan responden,
keterangan apa yang peneliti harapkan dari responden. Penjelasan
itu mengarahkan jalan pikirannya, sehingga informan tahu apa yang
akan disampaikannya. Penjelasan itu sedapat mungkin dilakukan
dalam bahasa dan istilah-istilah yang dipahami sendiri oleh
informan.Isi wawancara secara garis besar mencakup :
1) Pengalaman dan perbuatan informan, yakni apa yang telah
dikerjakan dan lazim dikerjakan.
2) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau pikirannya
tentang sesuatu.
3) Perasaan, respon emosional, yakni apakah informan merasa
cemas, takut, senang, gembira, curiga, jengkel, dan sebagainya
tentang sesuatu.
4) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuianya tentang
sesuatu.
5) Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, diraba,dikecap atau
diciumnya, diuraikan secara deskripsi.
6) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat
tinggal, keluarga dsb.
b. Macam Wawancara
Menurut Sugiyono (2012) terdapat dua jenis wawancara, yakni:
1) Wawancara mendalam (in-depth interview),
Proses wawancara di mana peneliti menggali informasi
secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan
kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa
pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga
suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali.
2) Wawancara terarah (guided interview)
Proses wawancara di mana peneliti menanyakan kepada
informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda
dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki
kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat
dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering
terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar
pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan
informan, sehingga suasana terasa kaku.
c. Cara Pelaksanaan
Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam
melakukan wawancara, yaitu:
1) The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan
penelitian yang sebenarnya untuk membantu dalam
merencanakan pengambilan data. Hal-hal yang perlu diketahui
untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi
tempat pengambilan data, waktu dan lamanya wawancara, serta
biaya yang dibutuhkan.
2) The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon
partisipan. Di dalamnya termasuk situasi yang lebih disukai
partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan pendahuluan dan
sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.
3) The events, menyusun protokol wawancara.

3. Dokumentasi
a. Pengertian
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa
diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan
harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan
sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk
menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu
memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen
tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna.
b. Macam dokumentasi
Meleong dalam Herdiansyah (2010) mengemukakan, dua
bentuk dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam studi
dokumentasi, yaitu:
1) Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan
seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan
kepercayaannya. Tujuan dari dokumentasi ini adalah untuk
memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian situai nyata.
Terdapat tiga dokumentasi pribadi yang umum digunakan, yaitu:
a) Catatan harian (diary)
Diary berisi beragam aktivitas dan kegiatan termasuk juga
unsur perasaan.
b) Surat Pribadi
Surat pribadi (tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan
dapat dijadikan sebagai materi dalam analisis dokumen
dengan syarat, peneliti mendapat izin dari orang yang
bersangkutan.
c) Autobiografi
Autobiografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas
gabungan tiga kata, yaitu auto (sendiri), bios (hidup), dan
grapein (menulis). Didefinisikan autobiografi adalah tulisan
atau pernyataan mengalami pengalaman hidup.
2) Dokumen Resmi
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambar
mengenai aktivitas, keterlibatan individu pada suatu komnitas
tertentu dalam setting social. Menurut Meleong dalam
Herdiansyah (2010), dokumen resmi dapat dibagi kedalam dua
bagian, yaitu:
a) Dokumen internal, yaitu dapat berupa catatan, seperti
memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga,
system yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan
pimpinan, dan lain sebagainya.
b) Dokumentasi eksternal yaitu dapat berupa bahan-bahan
informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga social, seperti
majalah, koran, bulletin, surat pernyataan, dan lain
sebagainya.
4. Focus Group Discussion
a. Pengertian
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi
terpusat (Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan makna
sebuah isu/tema oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk
menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti.
Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN 2011
di mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa Indonesia
rendah. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang
peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang
peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan
akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.
FGD berfungsi sebagai metode primer jika digunakan sebagai
satu-satunya metode penelitian atau metode utama (selain metode
lainnya) pengumpulan data dalam suatu penelitian. FGD sebagai
metode penelitian sekunder umumnya digunakan untuk melengkapi
penelitiN yang bersifat kuatitatif dan atau sebagai salah satu teknik
triangulasi. Dalam hal ini, baik berkedudukan sebagai metode
primer atau sekunder, data yang diperoleh dari FGD adalah data
kualitatif.

FGD harus dipertimbangkan untuk digunakan sebagai metode


penelitian kualitatif, apabila :
1) Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang
tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman yang dimiliki
informan.
2) Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman perspektif di
antara kelompok atau kategori masyarakat.
3) Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa data
kualitatif yang melibatkan persoalan masyarakat yang
kompleks dan berimplikasi luas.
4) Peneliti ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang
tinggi karena mendengar pendapat langsung dari subjek
risetnya.
Kegunaan FGD di samping sebagai alat pengumpul data
adalah sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul data (peneliti)
sekaligus alat re-check terhadap berbagai keterangan/informasi
yangdidapat melalui berbagai metode penelitian yang digunakan
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan yang
sejenis maupun yang bertentangan. Dari berbagai keterangan di
atas, dapat disimpulkan dalam kaitannya dengan penelitian
kualitatif, FGD berguna untuk:
1) Memperoleh informasi yang banyak secara cepat;
2) Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai
kepercayaan, sikap dan perilaku kelompok tertentu;
3) Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam; dan
4) Cross-check data dari sumber lain atau dengan metodelain.
Kunci dalam membuat panduan diskusi yang terarah adalah
membuat pertanyaan-pertanyaan kunci sebagai panduan
diskusi.Muntuk mengembangkan pertanyaan FGD, lakukan hal-hal
berikut:
1) Baca lagi tujuan FGD
2) Pahami jenis informasi seperti apa yang ingin Anda dapatkan
dari FGD
3) Bagaimana Anda akan menggunakan informasi tersebut
4) Tulis pertanyaan umum ke khusus. Sebaiknya jangan lebih dari
5 (lima) pertanyaan inti.
5) Rumuskan pertanyaan dalam bahasa yang sederhana dan jelas.
Hindari konsep besar yang kabur maknanya. Berbeda dengan
wawancara, dalam FGD moderator tidaklah selalu bertanya,
tugas moderator bukan bertanya, melainkan mengemukakan
suatu permasalahan, kasus, atau kejadian sebagai bahan
pancingan diskusi. Dalam prosesnya memang ia sering bertanya,
namun itu dilakukan hanya sebagai ketrampilan mengelola
diskusi agar tidak didominasi oleh sebagian peserta atau agar
diskusi tidak macet.
Analisis data dan penulisan laporan FGD adalah tahap akhir
dari kerja keras peneliti. Langkah-langkahnya dapat ditempuh
sebagai berikut:
1) Mendengarkan atau melihat kembali rekaman FGD
2) Tulis kembali hasil rekaman secara utuh (membuat
transkrip/verbatim)
3) Baca kembali hasil transkrip
4) Cari mana masalah-masalah (topik-topik) yang menonjol dan
berulang-ulang muncul dalam transkrip, lalu kelompokan
menurut masalah atau topik.
b. Cara pelakasanaan
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan ketika ingin
melakukan FGD, yaitu :
1) Jumlah FGD berkisar antara 5-10 orang.
2) Peserta FGD harus bersifat FGD.
3) Perlunya dinamika kelompok.
Ada beberapa kepentingan mengapa peneliti melakukan FGD,
antara lain :
1) Jika peneliti membutuhkan pemahaman lebih dari satu sudut
pandang.
2) Jika terjadi gap komunikasi antar kelompok.
3) Untuk menyingkap suatu fakta secara lebih detail dan lebih
kaya.
4) Untuk keperluan verifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan H.M. 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi,


Kebijakan Publik, dan Ilmu social. Jakarta : Kencana Prenama Media Group
Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu


Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitaif dan


Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Group

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=251834&val=6766&title=TEKNIK%20PENGUMPULAN%20DATA
%20DALAM%20PENELITIAN%20KUALITATIF diakses pada tanggal 12
November 17

Anda mungkin juga menyukai