Anda di halaman 1dari 8

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN II

RETHINKING SUBCULTURAL RESISTANCE


Core Values Of the Straight Edge Movement
(Ross Haenfler 2004)

Dosen pengampu : Ibu Annisa Catur Wijayanti, S.KM., M. Kes

Disusun Oleh :
1. Dian Nur Rahmawati (J410161001)
2. Mila Wahyu Ika Yunita (J410161005)
3. Hervi Hilda Junistian (J410161009)
4. Desi Mariyaningsih (J410161010)
5. Anna Sumandasari (J410161016)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
Tugas Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif II

Haenfler tahun 2004

1. Jelaskan latar belakang penelitian yang dilakukan?

Jawab :

Artikel ini menganalisis tentang konseptual resistensi subkultural

dengan pemeriksaan etnografi straight edge. Straight edge berfungsi sebagai

pembentuk utama ideologi kelompok dan identitas kolektif. Teori subkultural

terkait dengan Pusat Studi Budaya Kontemporari Universitas Birimingham

(CCCS) berkonsentrasi pada cara kaum muda secara simultan menolak

masyarakat mainstream atau “hegemonik” melalui gaya termasuk pakaian,

sikap, dan bahasa daerah.

Para ilmuan telah memberi perhatian besar apakah subkultural pemuda

ini menolak atau mengendalikan nilai dan struktur sosial yang dominan.

Penulis menganalisis berdasarkan teori subkultural baru dan menyarankan

kerangka kerja bagaimana anggota membangun dan memahami pengalaman

subjektif subkultural mereka. Heanfler juga menyarankan agar para penganut

memegang makna perlawanan individu dan kolektif yang mengekspresikan

perlawanan mereka melalui metode pribadi dan politik. Mereka secara sadar

membelakukan perlawanan pada tingkat mikro, meso, dan makro yang

muncul tidak hanya karena reaksi terhadap subkultur lain dan bukan semata-

mata terhadap budaya “dewasa” yang ambigu.


2. Adakah latar belakang budaya yang digunakan? Jika ada sebutkan budaya

apa?

Jawab :

Latar belakang budaya yang digunakan adalah budaya tentang subkultural

dan straight edge.

a. Subkultural

Keterlibatan subkultur lebih merupakan pencarian pribadi untuk

individualitas, sebuah ekspresi dari "diri sejati", dan bukan tantangan

kolektif. Kenyataannya, kebanyakan anggota memiliki "sensibilitas

subkultural" (Muggleton 2000, 151). Melihat gerakan terorganisir dengan

kecurigaan, dan malah mengkritik "masyarakat arus utama" dengan cara

individual (Gottschalk 1993, 369). Gaya hidup mereka adalah reaksi

terhadap homogenitas yang mencekik pada tahun 1950an, yang

menekankan komunisme mengenai kesesuaian dan hedonisme yang

disengaja atas cadangan (Miller 1991). "Jika itu terasa baik, maka

lakukanlah asalkan tidak ada salahnya - yang lain" adalah kredo adegan

itu.

b. Straight Edge

Pengikut Straight edge berpendapat bahwa sXe berarti sesuatu yang

berbeda untuk setiap orang dengan asumsi identitas, dan seperti halnya

kelompok, dedikasi anggota individu terhadap cita-cita ini bervariasi.

Bagi banyak orang, sXe menjadi "keluarga", sebuah "persaudaraan,"

sebuah ruang pendukung untuk menjadi bersama. Rasa komunitas yang


kuat, yang sebagian besar berbasis pada musik hardcore, adalah lem yang

dimiliki sXe dan nilainya bersama selama dua puluh tahun.

Seperti gerakan pemuda lainnya, sXe adalah produk dari zaman

dan budaya yang dilawannya; Subkultur oposisi tidak muncul dalam

situasi (Kaplan dan Lööw 2002). Gaya hidup mencerminkan kemunculan

kelompok tersebut selama masa konservatisme dan fundamentalisme

yang meningkat, perang obat yang meningkat, dan kampanye "Katakan

Tidak-Tidak" Nancy Reagan.

Fundamentalisme mendapat daya tarik di antara populasi yang

merasa kehilangan kendali atas cara hidup mereka (Hunter 1987).

Struktur hitam-putih yang pantang menyerah pada perilaku sXe serupa

dengan kepercayaan kaku dan jelas fundamentalis agama (Marty dan

Appleby 1993). Secara khusus, penekanan sXe pada hidup bersih,

kemurnian seksual, komitmen seumur hidup, dan komunitas yang

bermakna mengingatkan pada gerakan evangelis pemuda, sementara

fokus pada pengendalian diri menyarankan akar Puritan.

Selain pengaruh konservatif ini, sXe dalam banyak hal merupakan

kelanjutan dari radikalisme kelas kiri Baru yang berorientasi pada "isu-

isu moral atau kemanusiaan", sebuah radikalisme yang hasilnya "dalam

kepuasan emosional berasal dari mengekspresikan nilai-nilai pribadi

dalam tindakan"(Parkin 1968, 41). Nilai inti gerakan mencerminkan

perpaduan yang aneh dari pengaruh konservatif dan progresif ini.


3. Siapa yang yang menjadi informan dalam penelitian ini?

Jawab:

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah para siswa

SMA atau mahasiswa kelas menengah yang tergabung dengan kelompok

sXe sejumlah sekitar 60 informan.

4. Sebutkan dan jelaskan metode pengumpulan data yang digunakan? Baik

yang utama maupun pelengkap?

Jawab:

Metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara

dengan mewawancarai sXers dari siswa SMA atau mahasiswa, teknik

observasi dengan cara hidup di lingkungan kehidupn sXers.

5. Berapa lama pengumpulan data dilakukan?

Jawab:

Lama pengumpulan data yang dilakukan lebih dari 14 tahun.

6. Sebutkan tema yang ditemukan dalam penelitian tersebut?

Jawab:

Tema dalam penelitian ini adalah kehidupan kelompok sXe yang

positif dan memiliki perilaku yang bersih (bebas alkohol dan narkoba

serta ada juga yang menghindari konsumsi kafein), sXe juga menjunjung

tinggi kehidupan hubungan seks yang sehat.


7. Sebukan dan jelaskan jenis etnografi apa yang digunakan dalam penelitian

tersebut?

Jawab :

Jenis etnografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Etnografi Realis

Etnografi merefleksikan sikap tertentu yang diambil oleh peneliti

terhadap individu yang sedang dipelajari. Etnografi realis adalah

pandangan obyektif terhadap situasi, biasanya ditulis dalam sudut

pandang orang ketiga, melaporkan secara obyektif mengenai informasi

yang dipelajari dari para obyek penelitian di lokasi. Menggambarkan

fakta detail dan melaporkan apa yang diamati dan di dengar dari

partisipan kelompok dengan mempertahankan objektivitas peneliti.

Dalam etnografi realis ini:

a. Peneliti  menceritakan penelitian dari sudut pandang orang ketiga,

laporan pengamatan partisipan, dan pandangan mereka. Etnografer

tidak menuliskan pendapat pribadinya dalam laporan penelitian dan

tetap berada di belakang layar sebagai reporter yang meliput

tentang fakta-fakta yang ada dilokasi.

b. Peneliti melaporkan data objektif dalam sebuah bentuk informasi

yang terukur, tidak terkontaminasi oleh bias, tujuan politik, dan

penilaian pribadi. Peneliti dapat menggambarkan kehidupan sehari-

hari secara detail antara orang-orang yang diteliti. Etnografer juga

menggunakan kategori standar untuk deskripsi budaya (misalnya


kehidupan keluarga, kehidupan kerja, jaringan sosial, dan sistem

status).

c. Peneliti menghasilkan pandangan partisipan melalui kutipan yang

diedit tanpa merubah makna dan memiliki kesimpulan berupa

interpretasi dan penyajian budaya.

2. Etnografi kritis

Para peneliti, memberikan pemahaman secara sadar, mengakui

bahwa interpretasi mencerminkan sejarah dan budaya kita sendiri,

peneliti berusaha merespon isu-isu sosial yang sedang berlangsung.

Interpretasi dapat hanya bersifat sementara dan tergantung bagaimana

partisipan akan melihatnya. Peneliti kritis memposisikan diri dan

sadar akan peran mereka dalam penulisan laporan penelitian.

3. Etnografi Studi kasus

Para peneliti menganalisa kasus dari kejadian, kegiatan suatu

kelompok dalam perspektif budaya. Saat peneliti melakukan penelitian

kelompok, mereka mungkin lebih tertarik dalam menggambarkan

kegiatan kelompok bukannya mengidentifikasi pola-pola perilaku yang

ditunjukkan oleh kelompok. Para etnografer bersama-sama

melakukan pencarian yang berkembang sebagai sebuah kelompok

yang berinteraksi dari waktu ke waktu. Di awal penelitiannya,

peneliti cenderung mengidentifikasi tema budaya. Salah satu


perhatian utama peneliti adalah antropologi, namun mereka hanya ter

fokus pada eksplorasi mendalam dari "kasus" yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai