Anda di halaman 1dari 3

Nama : Kresentia Kania Wibowo

NPM : 230908273

METODE & TEORI DALAM ANTROPOLOGI BUDAYA

Antropologi memiliki 4 sub bidang, 2 diantaranya adalah arkeologi dan antropologi


biologi. Para antropolog budaya lebih menggali informasi tentang gaya hidup, sama halnya
dengan antropologi linguistic yang mempelajari ciri bahasa yang tidak tertulis.

Etnografi: Strategi Khusus Antropologi (Kottak, 2014, h. 40)

Antropologi muncul sebagai bidang penyelidikan yang khas ketika para sarjana
awalnya berfokus pada penduduk asli Amerika atau melakukan perjalanan ke negeri-negeri
jauh untuk mempelajari kelompok kecil dan petani. Para ahli etnografi memanfaatkan
beragam teknik untuk menyatukan gambaran gaya hidup asing, diantaranya Pengamatan
langsung terhadap tingkah laku (observasi partisipan), Percakapan dengan berbagai tingkat
formalitas, Metode silsilah, Pekerjaan rinci dengan konsultan-konsultan kunci atau informan,
wawancara, penelitian (longitudinal & tim).

Observasi dan Peserta Pengamatan (Kottak, 2014, h. 41)

Salah satu prosedur etnografi yang paling khas adalah observasi partisipan, yaitu
suatu Tindakan pengamatan dengan ikut serta dalam kehidupan komunitas saat kita sedang
mempelajarinya. Contohnya belajar tentang memancing dengan berlayar di Samudera
Atlantik bersama nelayan setempat.

Metode Silsilah (Kottak, 2014, h. 43)

Metode silsilah adalah Teknik etnografi dengan mengumpulkan data silsilah keluarga.
Hal ini karena Sebagian besar orang sering menghabiskan waktu dengan kerabat sehingga hal
ini berkaitan dengan hubungan kekerabatan tertentu yang merupakan dasar dalam kehidupan
sehari-hari.

Konsultan Kebudayaan Utama (Kottak, 2014, h. 44)

Setiap komunitas mempunyai orang-orang yang secara kebetulan, pengalaman, bakat,


atau pelatihan dapat memberikan informasi yang paling lengkap dan berguna mengenai
aspek-aspek kehidupan tertentu. Orang-orang ini adalah konsultan budaya utama, yang juga
disebut informan kunci. Dalam mengumpulkan data, para etnografi memerlukan orang-orang
disekitarnya untuk menjadi narasumber bagi dirinya, namun terkadang narasumber tersebut
juga memerlukan orang lain untuk memberikan informasi yang lebih jelas dan relevan, hal
inilah yang disebut dengan konsultan kebudayaan.

Penelitian Membujur (Kottak, 2014, h. 45)

Penelitian longitudinal adalah peneloitian jangka panjang terhadap suatu komunitas,


wilayah, masyarakat, budaya, atau unit lainnya. Salah satu contoh penelitian tersebut adalah
penelitian yang berlangsung di Distrik Gwembe, Zambia. Penelitian ini direncanakan pada
tahun 1956 sebagai proyek longitudinal oleh Elizabeth Colson dan Thayer Scudder,
dilanjutkan dengan Colson, Scudder, dan rekan mereka dari berbagai negara.

Dalam penelitian selanjutnya, Scudder dan Colson meneliti bagaimana pendidikan


memberikan akses terhadap peluang-peluang baru dan juga memperlebar kesenjangan sosial
antara orang-orang dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Studi ketiga meneliti perubahan
pola pembuatan bir dan minuman, termasuk peningkatan alkoholisme, sehubungan dengan
perubahan pasar, transportasi, dan paparan terhadap nilai-nilai kota.

Etnografi Perspektif: Emik & Etik (Kottak, 2014, h. 46)

Salah satu tujuan etnografi adalah untuk menemukan pandangan, keyakinan, dan
persepsi lokal. Di bidang ini, para etnografer biasanya menggabungkan dua perspektif, yaitu
perspektif emik (berorientasi pada masyarakat asli) dan perspektif etik (berorientasi pada
ilmuwan). Berbeda dengan perspektif etik, fokusnya bergeser dari pengamatan, kategori,
penjelasan, dan interpretasi lokal ke pengamatan para antropolog.

Contoh perbedaan perspektif emik dan etik adalah masyarakat lokal (termasuk banyak
orang Amerika) percaya bahwa pilek yang menurut para ilmuwan disebabkan oleh kuman.
Dalam budaya yang tidak memiliki teori kuman penyakit, penyakit dijelaskan secara emikal
oleh berbagai sebab, mulai dari roh, nenek moyang, hingga penyihir. Penyakit mengacu pada
persepsi dan penjelasan suatu budaya mengenai kesehatan yang buruk, sedangkan penyakit
mengacu pada penjelasan ilmiah (etik) tentang Kesehatan.

Etnografi Online (Kottak, 2014, h. 47)

Penciptaan dunia maya telah menarik perhatian para etnografer kontemporer untuk
mempelajarinya. Teknik yang paling tepat untuk mempelajarinya adalah observasi partisipan.
Orang-orang di dunia maya dapat memiliki berbagai identitas sehingga ahli etnografi online
harus bekera secara offline untuk mengunjungi pelaku secara langsung di dunia nyata.

Konfigurasionalisme (Kottak, 2014, h. 54)

Konfigurasionalisme adalah salah satu pendekatan dalam antropologi budaya yang


fokus pada pemahaman budaya sebagai sebuah konfigurasi atau sistem integral. Pendekatan
ini menekankan bahwa unsur-unsur budaya tidak dapat dipahami secara terpisah, tetapi harus
dilihat sebagai bagian dari suatu keseluruhan yang saling terkait. Dengan kata lain,
konfigurasionalisme berpendapat bahwa budaya adalah sistem kompleks di mana setiap
elemen memiliki hubungan dengan elemen-elemen lainnya, dan perubahan dalam satu
elemen dapat mempengaruhi seluruh sistem budaya.

Strukturalisme (Kottak, 2014, h. 58)

Strukturalisme bertumpu pada keyakinan Lévi-Strauss bahwa pikiran manusia


memiliki karakteristik universal tertentu, yang berasal dari ciri-ciri umum otak Homo
Sapiens. Menurut Lévi-Strauss, aspek universal dari klasifikasi adalah oposisi, atau kontras.
Lévi-Strauss menerapkan asumsinya tentang klasifikasi dan oposisi biner pada mitos dan
cerita rakyat.

Budaya Sejarah Kekuasaan (Kottak, 2014, h. 59)


Para antropolog yang tertarik pada budaya, sejarah, dan kekuasaan, seperti Ann
Stoler, telah mengkaji sistem kekuasaan, dominasi, akomodasi, dan perlawanan dalam
berbagai konteks, termasuk koloni, pascakolonial, dan konteks bertingkat lainnya

Antropoliogi Hari Ini (Kottak, 2014, h. 60)


Tren antropologi yang dominan sejak tahun 1960an adalah peningkatan spesialisasi.
Dalam antropologi budaya, pendekatan evolusi sudah mendominasi selama beberapa decade.
Para antropolog budaya pada saat ini terus berkembang untuk terus memajukan antropologi,
bukan dengan tujuan untuk menghasilkan etnografi holistic.

DAFTAR PUSTAKA
Kottak, Conrad. 2014. Cultural Anthropology: Appreciating Cultural Diversity. McGraw-Hill
Education, 2 Penn Plaza, New York, NY 10121.

Anda mungkin juga menyukai