Anda di halaman 1dari 6

Tokoh dan Teori Ilmu Antropologi

Dea Wiranda Januar (190710051)

M Riyu Whirdatama (190710056)

Kukuh Dana Pratama (190710050)

Desak Putu Putri Nirmala (190710049)

Korry

Dasar-Dasar Sosial

Fakultas Ilmu Komunikasi dan Multimedia

Tahun Ajaran 2019/2020

Teori dan Tokoh Ilmu Antropologi


Teori Ilmu Antropologi

1. Teori Evolusionisme Deterministik

dapat dikatakan sebagai teori tertua di deretan teori antropologi. Teori ini
dikembangkan oleh Lewis Henry Morgan dan Edward Burnet Tylor. Teori ini muncul
dari anggapan adanya hukum universal yang mengendalikan perkembangan semua
kebudayaan manusia. Berdasarkan teori ini setiap kebudayaan mengalami fase-fase atau
evolusi.

Lewis Henry Morgan (1818-1881) menggambarkan proses evolusi masyarakat


dan kebudayaan dengan delapan tahap evolusi universal yang dituangkan dalam karyanya
dengan judul Ancient Society. Delapan tingkat evolusi tersebut adalah zaman liar, zaman
liar madya, zaman liar muda, zaman barbar tua, zaman barbar madya, zaman barbar
muda, zaman peradaban purba dan zaman peradaban masa kini.

2. Teori partikularisme

muncul setelah berakhirnya masa teori evolusionisme. Pemikiran baru ini


dipelopori oleh Franz Boas (1858-1942) yang menentang teori evolusionisme. Teori ini
disebut juga sebagai partikularisme historic. Boas tidak setuju dengan teori evolusi
tentang adanya hukum universal yang menguasai kebudayaan. Boas berpendapat
meskipun hanya satu unsur, kebudayaan tetap harus dipelajari dalam konteks masyarakat
di mana unsur tersebut berada. Teori partikularisme berpandangan bahwa perkembangan
tiap kebudayaan mempunyai kekhasan sendiri-sendiri dan tidak dapat digeneralisasikan
ke dalam aturan atau hukum yang universal.

3. Teori fungsionalisme

dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942). Teori ini beranggapan


bahwa semua unsur kebudayaan adalah bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di
mana unsur-unsur tersebut berada. Pandangan fungsionalis menekankan bahwa setiap
pola perilaku, kepercayaan dan sikap yang menjadi bagian dari kebudayaan suatu
masyarakat, memiliki peran mendasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.
Konsep Antropologi

 Kebudayaan

Kebudayaan merupakan konsep yang paling esensial dari antropologi.


Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan serta
hasil karya milik manusia yang digunakan dalan kehidupan masyarakat, dimana hal
tersebut dijadikan miliknya melalui belajar. Menurut Parsudi Suparlan, kebudayaan
merupakan keseluruhan pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial
berisi model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami
dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi, serta untuk mendorong dan
menciptakan tindakan yang diperlukan.

Kebudayaan memiliki karakteristik tertentu, yaitu kebudayaan manusia sangat


beragam, kebudayaan didapat dan diteruskan secara pembelajaran dan tidak tergantung
dari transmisi biologis, kebudayaan bersifat dinamis, nilai dalam kebudayaan bersifat
relatif, kebudayaan adalah milik bersama dan kebudayaan adalah suatu integrasi.
Terdapat tiga wujud dari kebudayaan, menurut Koentjaraningrat yaitu:

 Kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia atau disebut juga sistem budaya.
Sistem budaya memiliki wujud yang abstrak.
 Kompleks aktivitas atau tindakan atau disebut juga sebagai sistem sosial. Wujud
kebudayaan ini lebih konkrit dari sistem budaya. Sistem sosial masyarakat dapat
diamati.
 Hasil karya atau benda yang disebut juga kebudayaan fisik. Ini merupakan
perwujudan paling konkrit dari kebudayaan.

Unsur kebudayaan merupakan satuan terkecil dari suatu kebudayaan. Kebudayaan


mungkin berasal dari gabungan unsur-unsur dari masyarakat lain atau dapat juga unsur
yang ditemukan oleh masyarakat yang bersangkutan tersebut. Para ahli mengemukakan
bahwa ada tujuh unsur dari kebudayaan, antara lain:

1 Unsur Religi
2 Sistem Kemasyarakatan
3 Sistem Bahasa
4 Sistem Pengetahuan
5 Sistem Peralatan
6 Sistem mata pencaharian hidup
7 Seni

Unsur-unsur yang saling terkait dan memiliki fungsi disebut sebagai kompleks kebudayaan.
Salah satu contoh kompleks kebudayaan masyarakat adalah sistem perkawinan.
Suatu wilayah geografis dimana penduduk didalamnya saling berbagai unsur dan kompleks
kebudayaan tertentu disebut sebagai daerah kebudayaan atau culture area. Proses tersebarnya
unsur kebudayaan dari suatu daerah ke daerah lain atau kebudayaan lain disebut sebagai difusi
kebudayaan.

 Enkulturasi

Enkulturasi merupakan proses individu belajar memiliki peran dalam kebudayaan


masyarakatnya sendiri. Individu mempelajari dan menyesuaikan pemikiran dan sikapnya
sesuai dengan sistem adat, norma serta berbagai peraturan yang terdapat dalam
kebudayaannya. Enkulturasi dapat berlangsung sejak individu masih kecil seperti mulai
dari lingkungan keluarga ke lingkungan masyarakat.

 Akulturasi

Akulturasi adalah proses pertukaran unsur kebudayaan, dimana dua kebudayaan


yang berbeda terus menerus berinteraksi dalam jangka waktu yang panjang. Akulturasi
juga didefinisikan sebagai perpaduan budaya yang menghasilkan suatu budaya baru tanpa
menghilangkan unsur asli budaya terkait. Ada dua syarat proses akulturasi yaitu affinity
atau penerimaan budaya dan homogenity atau kesamaan corak budaya yang membuat
nilai baru diterima.

 Etnosentrisme

Etnosentris merupakan sikap dari suatu kelompok masyarakat yang cenderung


menggangap budayanya sendiri lebih unggul dibandingkan kebudayaan lainnya.
Etnosentrisme dapat disertai dengan sikap memandang rendah masyarakat atau
kebudayaan lain.

 Tradisi

Setiap masyarakat pasti memiliki sejumlah kepercayaan ataupun tingkah laku


yang menjadi bagian dari kebudayaan yang bersangkutan. Kepercayaan dan tingkah laku
telah ada dalam jangka waktu yang sangat lama. Bagian dari kebudayaan yang terdiri dari
perilaku dan kepercayaan ini disebut sebagai tradisi.

 Ras dan Etnik

Ras dan etnik sebenarnya merupakan dua konsep yang berbeda. Ras digunakan
untuk sekelompok manusia yang memiliki kesamaan tertentu terutama dalam unsur
biologis. Kelompok ras merupakan sebuah populasi dengan kesamaan unsur fisik yang
khas yang dipengaruhi faktor generit. Etnik merupakan kumpulan manusia yang merasa
sebagai satu kelompok karena adanya kesamaan nilai-nilai sosial yang dianut bersama,
kesamaan identitas, kesamaan pola perilaku dan unsur budaya lain yang berbeda dari
kelompok lain.
 Relativitas Budaya

Relativitas budaya digunakan untuk menyebutkan suatu kondisi dimana tingkah


laku dikatakan normal dalam suatu budaya namun dipandang abnormal dalam budaya
lainnya. Hal ini terjadi disebabkan setiap budaya memiliki ciri unik yang tidak muncul
pada kebudayaan lain.

Tokoh Ilmu Antropologi

1) Koentjaraningrat

Koentjaraningrat lahir di Yogyakarta tahun 1923. Beliau lulus Sarjana Sastra Bahasa
Indonesia Universitas Indonesia pada tahun 1952. mendapat gelar MA dalam antropologi dari
Yale University (Amerika Serikat) tahun 1956, dan gelar Doktor Antropologi dari Universitas
Indonesia pada tahun 1958. Sebelum menjalani pensiun tahun 1988, ia menjadi gurubesar
Antropologi pada Universitas Indonesia. Beliau pernah pula menjadi gurubesar luar biasa pada
Universitas Gajah Mada, Akademi Hukum Militer, Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, dan
pernah diundang sebagai gurubesar tamu di Universitas Utrecht (Belanda), Universitas
Columbia, Universitas Illinors, Universitas Ohio, Universitas Wisconsin, Universitas Malaya,
Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales di Paris, dan Center for South East Asian Studies,
Universitas Kyoto. Penghargaan ilmiah yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa
dari Universitas Utrecht (1976) dan Fukuoka Asian Cultural Price (1995).

Menurut beliau, dalam menentukan dasar-dasar dari antropologi Indonesia, kita belum
terikat oleh suatu tradisi sehingga kita masih dapat memilih serta mengkombinasikan berbagai
unsur dari aliran yang paling sesuai yang telah berkembang di negara-negara lain, dan
diselaraskan dengan masalah kemasyarakatan di IndonesiaKarya-karyanya yang telah diterbitkan
antara lain Atlas Etnografi Sedunia, Pengantar Antropologi, dan Keseragaman dan Aneka Warna
Masyarakat Irian Barat.

2) Parsudi Suparlan

Prof. Parsudi Suparlan adalah seorang Antropolog Nasional, ilmuwan sejati, yang berjasa
menjadikan Antropologi di Indonesia memiliki sosok dan corak yang tegas sebagai disiplin
ilmiah, yang tak lain adalah karena pentingnya penguasaan teori. Beliau lulus Sarjana
Antropologi dari Universitas Indonesia tahun 1964. Kemudian menempuh jenjang MA lulus
pada tahun 1972 dan PhD lulus tahun 1976 di Amerika Serikat. Beliau mencapai gelar Guru
Besar Antropologi Universitas Indonesia tahun 1998. Menurut beliau, antropologi merupakan
disiplin ilmu yang kuat, karena pentingnya teori, ketajaman analisis, ketepatan metodologi, dan
tidak hanya sekedar mengurai-uraikan data. Selain itu, juga pentingnya pemahaman yang kuat
mangenai konsep kebudayaan dan struktur sosial

Anda mungkin juga menyukai