Anda di halaman 1dari 12

Etnografi berasal dari kata ethnos, yang artinya adalah “sukubangsa” dan

graphein, yang berarti “mengukir, menulis, menggambar”. Jadi etnografi adalah


tulisan, deskripsi atau penggambaran mengenai suatu sukubangsa tertentu. Suatu
sukubangsa tentu terdiri dari manusia-manusia: laki-laki, perempuan, anak-anak,
remaja, dewasa dan tua Suatu sukubangsa juga tentu memiliki adat-istiadat atau
budaya tertentu. Oleh karena itu, suatu sukubangsa memiliki paling tidak dimensi
fisik dan budaya. Oleh karena itu pula, di masa lalu -ketika orang belum mengenal
fotografi, sebuah etnografi tentu memuat di dalamnya deskripsi ciri-ciri fisik suatu
sukubangsa dan deskripsi adat-istiadat, budaya sukubangsa tersebut.
Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu
masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni,
religi, bahasa. Bidang kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah
etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat
atau kelompok (Richards dkk.,1985).
Etnografi merupakan sejenis kajian lapangan yang
berbentuk pemerhatian yang sering digunakan dalam kajian sosiologi dan
antropologi dan dirujuk sebagai penyelidikan saintifik semula jadi (field research).
Menurut Creswell (2005), etnografi merupakan bentuk kajian yang praktikal untuk
mengkaji sesuatu kumpulan seperti pendidikan, kepercayaan, tingkahlaku dan
bahasa. Merupakan bentuk kajian kualitatif yang digunakan untuk menerangkan,
menganalisa dan meinterpretasi bentuk“culture-sharing” sesuatu kumpulan seperti
tingkah laku, kepercayaan.
Menurut Sabitha Marican (2005), etnografi juga dianggap sebagai satu
kajian yang paling asas dalam penyelidikan sosial. Kajian etnografi merupakan
kajian yang mengfokuskan pada penggambaran yang terperinci dan tepat dan
bukan berunsur perkaitan.
Secara umum etnografi disebut sebagai menuliskan tentang kelompok
masyarakat. Secara khusus hal tersebut juga bermakna menuliskan tentang
kebudayaan sebuah kelompok masyarakat. Disebutkan bahawa seluruh manusia,
dan juga beberapa binatang (seperti orang utan dan gorila) menciptakan,
mentransmisikan, membahagi, merubah, menolak, dan menciptakan kembali
budaya di dalam sebuah kelompok. Semua peneliti etnografi dimulai, dan diakhiri
penelitiannya dengan berfokus pada pola-pola ini, dan sifat-sifat yang
‘dipersamakan’ atau ‘disepakati’ bersama, membentuk sebuah kebudayaan
masyarakat. Dokumen yang dihasilkan dari fokus tersebut disebut dengan
etnografi.
Tujuan Kajian Etnografi adalah untuk memahami isu yang dikaji dari kaca
mata kumpulan atau budaya tersebut, kajian etnografi berusaha untuk menambah
pengetahuan mengenai sesuatu budaya atau mengenal pasti corak interaksi sosial
dan membangunkan satu penafsiran yang menyeluruh terhadap sesuatu
masyarakat atau institusi sosial.
Tujuan penelitian etnografi untuk menggambarkan budaya atau subkultur
dengan seperinci mungkin, termasuk bahasa, adat istiadat, nilai-nilai, upacara
keagamaan dan undang-undang. Maknanya ia mempunyai tujuan mencari dan
menggambarkan budaya sesuatu masyarakat atau organisasi tertentu. Fokus
penyelidikan adalah pola-pola yang tercermin dalam sikap tidak dan prikelakuan
masyarakat atau organisasi yang diteliti. Ada pun yang dicari dalam kajian ini
beerti bukan hal yang Nampak melainkan yang terkandung dalam hal yang
nampak tersebut.
Umumnya jenis kajian ini mensyaratkan seorang peneliti yang
berpengalaman, harus dapat membenammkan dirinya dalam budaya mayarakat
yang diteliti. Maknanya dia harus bersosialisasi dirinya sendiri ke dalam budaya
tersebut dan cuba menjelaskannya. Menjadi sebahagian budaya yang baharu
tersebut dan kadangkala ia menjadi masalah apabila hendak kembali kepada
budayanya sendiri.
Definisi etnografi menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1. Richards
Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu
masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat istiadat, kebiasaan, hukum, seni,
religi dan bahasa. Kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai
masyarakat atau kelompok.
2. Koentjaraningrat
Etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku
bangsa.
Etnografi adalah ilmu tentang unsur-unsur atau masalah-masalah
kebudayaan suku bangsa dan masyarakat penduduk suatu daerah diseluruh
dunia secara komprehensif dan tujuan mendapat pengertian tentang sejarah dan
proses evolusi serta penyebaran kebudayaan didunia.
B. Hubungan Etnografi dengan Antropologi
Belajar antropologi sebagai sebuah ilmu yang membahas manusia dan
kebudayaannya adalah pekerjaan yang panjang dan membutuhkan waktu lama.
Disamping luasnya bidang ilmu tersebut, objek kajiannya juga terlalu pelik untuk
dipahami jika dibandingkan seperti memahami rumus-rumus dalam ilmu eksata.
Adalah perdebatan yang panjang hingga akhirnya melahirkan dua kutub
pembahasan mengenai cara-cara
memahami ilmu-ilmu eksak dan ilmu-ilmuhumanis. Kedua kutub itu adalah
pendekatan kuantitatif yang mewakili ilmu-ilmu eksak dan kualitatif yang
merupakan metode yang sejak awal dipakai oleh antropologi untuk
menggambarkan suku bangsa tertentu dalam laporan perjalanan dan
catatan-catatan masa kolonial.
Penggunaan ilmu eksak atau yang positivistik (harus terukur) dalam
penelitian sosial pernah dilanggengkan dimasa A.Comte, Herbert Spenser, E.
Durkheim dan para penganut teori evolusi, difusi, serta
srukturalisme-fungsionalisme. Dalam Spenser sebagai penganut teori evolusi
terkenal dengan penggunaan analogi organiknya dalam memahami
masyarakat dankebudayaannya. Menurutnya, organisasi-organisasi sosial dalam
suatu masyarakathadir seperti halnya organ-organ yang menunjang kehidupan
suatu organisme. Apabila diantara salah satu organ itu sakit, maka organisme itu
akan sakit dan bahkan mati. Demikianlah masyarakat dianalogikan
dengan organisme itu, bahwa masyarakat tersusun atas organisasi-organisasi sosial
yang menunjang eksistensinya. Apabila organisasi-organisasi sosial itu ada yang
sakit maka sakit pula
masyarakat itu. Dalam hal ini menurut Spenser, kehadiran organisasi sosial ada
untuk memenuhi fungsinya dalam masyarakat. Analogi fungsional ini ketika
dikritik oleh para komentator bahwa teori ini tak dapat menjelaskan perubahan,
namun para pengikutnya melakukan pembelaan bahwa analogi organik dapat
menjelaskan perubahan, namun perubahannya terjadi secara berangsur-angsur atau
berevolusi secara adaptif seperti hanya mahluk hidup.
Jika suatu nilai atauorganisasi sosial dapat bertahan sampai hari ini, berarti
nilai tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki fungsi yang
relevan dengankemajuan masyarakat. Namun para teoritis ini menyimpulkan
teorinya bahkan tanpa melakukan tinjauan lapangan atau mereka tak pernah
melihat secara langsung masyarakat yang dibicarakannya.
Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi
merupakan embrio dari antropologi, lahir pada tahap pertama dari
perkembangannya sebelum tahun 1800 an. Etnogarafi juga merupakan hasil
catatan penjelajah eropa tatkala mencari rempah-rempah ke Indonesia.
Koentjaraningrat, 1989:1 : “Mereka mencatat semua fenomena menarik yang
dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi tentang adat istiadat, susunan
masyarakat, bahasa dan cirri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut”.
Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan
peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui
fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Etnogarafi adalah pelukisan yang
sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa
yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama.
Dari gambaran tersebut di atas, dapat di simpulkan bahwa antropologi
merupakan bagian dari etnografi.

C. Hubungan Etnografi dengan Kebudayaan


Kebudayaan adalah apa yang menjadi pandangan pengetahuan masyarakat
dalam menafsirkan segala yang berhubungan dengan kehidupannya.
Budaya menurut Baker (dalam Alim, 2007:49) ditinaju dari asal usul kata
berarti penciptaan, penertiban, dan pengelolaan niali-nilai insani. Sedangkan
menurut Kontjaraniggrat (dalam Alim, 2007:49) kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
bemasyarakat dan dijadikan milik manusia malalui proses belajar.
Dalam bukuyang lain Koentjaraningrat (1999:13) mengatakan bahwa
kebudayaan adalah segala pikiran dan perilaku manusia yang secara fungsional
dan disfungsional ditata dalam masyarakatnya. Pada definisi terakhir
Koentjaraningrat secara tidak langsung menggambarkan adanya dua potensi
manusia yakni sebagai mahluk rasional sekaligus irasional. Hal ini dapat dilihat
dari penggunaan kata “fungsional” dan “disfungsional” yang berarti keberfungsian
dan ketidakberfungsian.
E.B. Taylor (dalam Syani, 1995:59) melihat kebudayaan sebagai kompleks
yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia
sebagai warga masyarakat.
Inilah yang menjadi fokus dari etnografi baru yakni pengetahuan
masyarakat yang sedang diteliti. Karena itu Spradley mengatakan seorang etnograf
bukanlah guru bagi masyarakat melainkan sebagai murid dari masyarakat yang
ditelitinya. Dengan demikian etnografi ini disebut juga etnografi kognitif.
Etnografi dan kebudayaan suatu masyarakat adalah hal yang tidak dapat
dipisahkan, sebab etnografi sendiri adalah ilmu yang menggambarkan kebudayaan
itu sendiri.
Malinowski dan R. Brwon menggambarkan kebudayaan sebagaimana
tafsiran peneliti, maka etnografi baru menggambarkan masyarakat sebagaimana
pengetahuan masyarakat itu sendiri. Etnografi baru dipengaruhi oleh definisi
kebudayaan ala Goodenough yang menyatakan bahwa budaya bukanlah suatu
fenomena material, melainkan sebuah pengorganisasian dari benda-benda,
manusia, perilaku atau emosi.
Kesimpulan uraian di atas bahwa etnografi akan muncul jika ada pengaruh
atau terdapat kajian-kajian kebudayaan masyarakat.
D. Hubungan Etnografi dengan Adat Istiadat
Adat adalah merupakan peraturan hidup sehari-hari. Dalam pribahasa
orang Minang, kalau hidup tanpa aturan namanya "tak beradat". Jadi aturan itulah
adat, dan adat itulah yang jadi pakaiannya sehari-hari. Karena itu bagi orang
Minang; duduk tagak beradat, makan minum beradat, berbicara beradat, berjalan
beradat, menguap beradat dan batuk saja pun bagi orang Minang beradat.
Aturan-aturan itu biasanya disebutkan dalam bentuk Pepatah-petitih, mamang dan
bidal serta pantun.
Adat Istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu nagara yang mengikuti
pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini pada umumnya
menyangkut pengejawatahan unjuk rasa seni budaya masyarakat, seperti
acara-acara keramaian anak nagari, seperti pertunjukan randai, saluang, rabab,
tari-tarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara perhelatan
perkawinan, pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati kedatangan
tamu agung. Adat istiadat semacam ini sangat tergantung pada situasi sosial
ekonomi masyarakat.
Gambaran di atas dapat di simpulkan bahwa adat istiadat merupakan
kelengkapan dari etnografi, sebab etnografi pada umumny adalah mencakup
keseluruhan bentuk-bentuk suku bangsa serta keunikan-keunikan masyarakat atau
aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat yang disebut adat istiadat.
E. Kesatuan Sosial dalam Etnografi
Sebuah karangan etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan
suatu suku bangsa. Namun karena di dunia ini ada suku-suku bangsa kecil terdiri
dari hanya beberapa ratus penduduk tetapi juga ada suku-suku bangsa besar yang
terdiri dari berjuta-juta penduduk, maka seorang ahli antropologi yang mengarang
sebuah etnografi sudahtentu tidak dapat mencakup keseluruhan dari suku-suku
bangsa yang besar itu dalam deskripsinya.
F. Kerangka Etnografi
Bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komunitas dari
suatu daerah geografi ekologi, atau di suatu wilayah adminisrtrasi tertentu yang
menjadi pokok deskripsi sebuah buku etnografi, biasanya dibagi ke dalam bab-bab
tentang unsure-unsur kebudayaan menurut suatu tata-urut yang sudah baku.
Susunan tata-urut itu kita sebut sebagai “ Kerangka Etnografi “.
Mengenai tata-urut dari unsur-unsur itu, para ahli antropologi dapat
memakai suatu system menurut selera dari perhatian mereka masing-masing.
System yang paling lazim dipakai adalah system dari unsure yang paling konkret
ke yang paling abstrak. Walaupun demikian, setiap ahli antropologi mempunyai
focus perhatian tertentu.
G. Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi
Dalam menguraikan lokasi atau tempat tinggal dan penyebaran suku-suku
bangsa yang menjadi pokok deskripsi etnografi perlu dujelaskan cirri-ciri
geografinya. Ada baiknya juga kalau penulis etnografi dapat melukiskan cirri-ciri
geologi dan geomorfologi dari daerah lokasi dan penyebaran suku bangsanya,
sedangkan suatu hal yang perlu juga adalah keterangan mengenai cirri-ciri flora
dan fauna di daerah yang bersangkutan.
H. Unsur-unsur Kebudayaan
1. Bahasa
Bab tentang bahasa atau system perlambangan manusia yang lisan
maupun yang tertulis untuk berkomunikasi satu dengan yang lain, dalam sebuah
karangan etnografi, memberi deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa
yang diucapkan oleh suku bangsa, beserta variasi-variasi dari bahasa itu.

2. Sistem Teknologi
Bab tentang teknologi atau cara-cara memproduksi, memakai, dan
memelihara segala peralatan hidup dari suku bangsadalam karangan etnografi,
cukup membatasi diri terhadap teknologi yang tradisional, yaitu teknologi dari
peralatan hidupnya yang tidak atau hanya secara terbatas dipengaruhi oleh
teknologi yang berasal dari kebudayaan Ero-Amerika atau kebudayaan
“Barat”.
Teknologi tradisional mengenai paling sedikit delapan macam system
peralatan dan unsure kebudayaan fisik yang dipakai oleh manusia yang hidup
dalam masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan
yang hidup dari pertanian,yaitu :
a. Alat-alat produktif
b. Senjata
c. Wadah
d. Alat-alat menyalakan api
e. Makanan, minuman, bahan pembangkit gairah, dan jamu-jamuan
f. Pakaian dan perhiasan
g. Tempat berlindung dan rumah
h. Alat-alt transport
3. Sistem mata Pencaharian
System mata pencaharian tradisional. Perhatian para ahli antropologi
terhadap berbagai macam system mata pencaharianatau system ekonomi hanya
terbatas kepada system-sistem yang bersifat tradisional saja, terutama dalam
rangka perhatian merekan terhadap kebudayaan suatu suku bangsa secara
holistik.
4. Sistem Religi
a. Perhatian Ilmu Antropologi terhadap Religi
Religi telah menjadi pokok penting dalam buku-buku para
pengarang tulisan etnografi mengenai suku-suku bangsa ketika ilmu
antropologi belum ada dan hanya merupakan suatu himpunan tulisan
mengenai adat istiadat dari suku-suku bangsa di luar Eropa.
Masalah asal mula dari suatu unsur religi, artinya masalah
penyebab manusia percaya adanya suatu kekuatan gaib yang dianggapnya
lebih tinggi dari padanya.
b. Unsur-Unsur Khusus dalam Sistem Religi
Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai
cirri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu diantara
pengikutnya. Emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu
religi bersama dengan sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, dan
suatu umat yang menganut religi itu.
5. Sistem Kemasyarakatan
a. Unsure-unsur Khusus dalam Kemasyarakatan
Setiap kehidupan masyarakat diorganisasi atau diatur oleh adat
istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan didalam
lingkungan tempat individu hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan
sosial yang paling dekat adalah kesatuan kekerabatannya yaitu keluarga
inti.
b. Sistem Kekerabatan
Dalam masyarakat pengaruh industrialisasi sudah masuk mendalam,
tampak bahwa fungsi kesatuan kekerabatan yang sebelumnya penting
dalam banyak sektor kehidupan seseorang, biasanya mulai berkurang dan
bersamaan dengan itu adat istiadat yang mengatur kehidupan kekerabatan
sebagai kesatuan mulai mengendor.
6. Sistem Pengetahuan
a. Perhatian Antropologi dalam Pengetahuan
Dalam suatu etnografi biasanya ada berbagai bahan keterangan
mengenai pengetahuan biasanya meliputi pengetahuan mengenai teknologi,
kepandaian suku-suku bangsa dan perhatian terhadap pengetahuan yang
mencolok.
b. Isi Sistem Pengetahuan
Tiap suku bangsa didunia biasanya mengetahui pengetahuan
tentang
1) Alam sekitarnya
2) Alam flora didaerah tempat tinggalnya
3) Alam fauna dalam tempat tinggalnya
4) Zat-zat, bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya
5) Tubuh manusia
6) Sifat-sifat dan tingkah laku manusia
7) Ruang dan waktu

Pariwisata memainkan peranan penting dalam dunia yang sedang berkembang.


Pariwisata telah menjadi fakta sosial yang penting bagi dunia, tidak hanya
menguntungkan suatu lokasi tetapi juga menguntungkan dari sisi ekonominya.

Pariwisata dapat ditafsirkan sebagai pencarian untuk keaslian dan memburu cerita
tentang kehidupan yang lebih sederhana dan primitif sebelum hidup industrialisasi.
Pariwisata boleh juga digunakan oleh individu untuk membantu membangun identitas
mreka sendiri sebagai kelas sosial menjadi lebih sedikit penting di dalam peran ini.
Pariwisata yang membawa orang-orang dari budaya berbeda yang bersama-sama
adalah mutlak bahwa mereka perlu mempunyai pengaruh satu sama lain. Pariwisata
dapat mempengaruhi perubahan budaya, yang mana lebih mungkin ketika masyarakat
secara ekonomis dibandingkan ke wisatawan. Konsep kunci antropologi menjelaskan
bagaimana pariwisata mempengaruhi budaya adalah proses pembudayaan.
Aspek penting antropologi dalam pariwisata adalah melakukan penelitian lapangan,
untuk memperoleh data tentang masyarakat dan pengetahuan mereka tentang sesuatu
hal. Antropologi berusaha untuk membuktikan adanya kekhususan-kekhususan
manusia dan kebudayaannya. Posisi antropologo dalam pariwisata:
1. Sudut pandang yang digunakan adalah antropologi etnik
2. Berhubungan dengan etnik etnografi
3. Respon local

Konsep dari industri pariwisata yang menjual mimpi dan rekonstruksi berhubungan
dengan mitologi tentang kultur, kenaikan mengeluarkan sekitar yang mereka gunakan
sebagai uang untuk konsumsi oleh wisatawan. Boissevain (1996: 11) mengamati:
‘Kultur telah menjadi komoditas utama di industri pariwisata. ‘Penggunaan dari kultur
di pariwisata menyertakan aspek banyak orang yang berbeda, monumen termasuk
yang historis, pusaka, karnaval dan upacara religius.

Hal-hal penting dari penggunaan budaya untuk pariwisata meliputi keasliannya, dan
turisme berperan untuk perubahan budaya. Jika keaslian dipercaya untuk masa lalu
dan lebih banyak masyarakat ‘primitif’’ kemudian ada kesempatan untuk industri
pariwisata menghasilkan atau pemakan untuk keaslian ini (MacCannell, 2001).
Dengan begitu disana ada paradoks wisatawan yang mungkin tertarik terhadap
keaslian dari budaya, upacara agama dan praktek lain mungkin diubah untuk
mengakomodasi kebutuhan dan batasan waktu dari pasar pariwisata itu. Dengan
begitu ‘keaslian yang dijadwalkan’ diperkenalkan ke wisatawan. Sebagai contoh,
upacara agama yang dilakukan oleh orang-orang dari daerah Sepik di New Guinea
telah dikurangi dari tiga hari menjadi kurang dari 45 menit dan sebagai pengganti
pencapaian tahunannya sekarang berlangsung ketika kedatangan kapal penjelajah
(Maccannell, ibid.). Bagaimana wisatawan akan bereaksi pada pementasan dari
keaslian belum jelas. Bagaimanapun, menurut pandangan Boorstin’s (1961),
wisatawan menuntut pengalaman, MacCannell (1976) menghirup hawa sejuk dari
keaslian permintaan wisatawan.

Namun kemampuan dari wisatawan untuk memutuskan adalah apa yang ”asli” dapat
dibantah. Sebagai contoh, ketidakhadiran dari mempunyai pengetahuan bahwa
upacara agama mula-mula tiga hari dan dilakukan tiap-tiap tahun, bagaimana bisa
suatu wisatawan menilainya sebagai hal yang otentik di prestasi telah dikurangi
menjadi waktu 45 menit. Apalagi, dalam hal dari kepuasan dengan pengalaman,
wisatawan lebih baik daripada membelanjakan tiga hari dari waktu liburan mereka
yang mengamati upacara agama atau 45 menit. MacCannell ( 2001) mengamati
bahwa dalam hal dari kepuasan wisatawan, suatu pertunjukan besar yang
menyesuaikan diri pada harapan mungkin lebih penting dibanding keaslian. Dengan
begitu pertunjukan besar memenuhi dugaan dari wisatawan asli mungkin lebih
memuaskan dibanding hal yang riil. Gagasan ini dihubungkan dengan teori dari
kenyataan yang dikembangkan oleh Baudrillard (1983), yang menekankan bahwa
dalam budaya konsumen, tanda dan gambaran menggantikan kenyataan, dan bahwa
gadungan mungkin lebih baik asli serta tidak lagi diperlukan.

Pertanyaan dari keaslian juga meluas pada tandamata, ketika Hitchcock (2000)
menunjuk ke luar, mempunyai fungsi yang berbeda. Ini meliputi menghubungkan
dunia sosial yang berbeda melalui penjualan dan produksi mereka, pembelian dari
tandamata salah satu dari sedikit kesempatan wisatawan dan orang-orang lokal,
terutama sekali di kasus dari daerah kantong atau menjelajah pariwisata (Hitchcock,
ibid.).

Dalam usaha untuk memahami konsep keaslian dari sudut pandang, wisatawan
Selwyn (1996) membuat suatu separasi yang penting antara ‘pengetahuan’ dan
‘perasaan’. ‘Pengetahuan’ menyiratkan pemahaman dari keaslian yang didasarkan
pemikiran ilmiah dan sesudah itu peristiwa apapun akan dihakimi terhadap
ukuran-ukuran teknis. Sebagai pembanding, ketidakhadiran pengetahuan dari
melembagakan yang asli, wisatawan akan mempercayakan mereka merasakan untuk
memutuskan apakah mereka mengamati asli atau bukan. Karenanya, ketidakhadiran
dari pengetahuan yang terperinci dari benar-benar melembagakan otentik mungkin
untuk wisatawan percaya bahwa mereka mengambil bagian pengalaman asli budaya
bahkan ketika mereka tidak.

Anda mungkin juga menyukai