Anda di halaman 1dari 5

Disusun oleh :

Kresentia Kania Wibowo ( 17 )


BENTUK BENTUK KEJUJURAN & KETIDAKJUJURAN MASYARAKAT
Tepat tanggal 10 Januari lalu terdapat satu buah peristiwa sejarah yang sebenarnya
patut diperingati. Adalah Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat yang tepat terjadi pada
tanggal 10 Januari 1966. Sebenarnya Tritura sendiri baru benar-benar disampaikan
pada tanggal 12 Januari 1966 (Nurani, 2016). Meski gaungnya tidak setenar
peristiwa bersejarah lainnya, Tritura tetap perlu diketahui sebagai salah satu
peristiwa bersejarah penting di Indonesia. Namun ada satu hal yang patut
direnungkan oleh masyarakat Indonesia sendiri, yakni kejujuran dalam berpolitik.

Keberhasilan para pemuda dan pelajar pada tahun 1966 menyuarakan aspirasinya
menjadi satu bukti bahwa masyarakat melihat dan mengawasi kinerja pemerintah
dalam menjalankan pemerintahan. Pada waktu itu, Masyarakat Indonesia merasa
pemerintah gagal dalam upayanya menyejahterakan rakyat. Adanya gangguan dari
PKI serta tingginya harga barang pada saat itu, terutama harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) membuat masyarakat yang diwakili oleh pemuda yang tergabung
dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) membuat tiga Tura atau
tuntutan rakyat yang benar-benar direspons oleh pemerintah pada waktu itu. 

Salah satu respon nyatanya adalah munculnya Surat Perintah Sebelas Maret atau
Supersemar. Peristiwa senada juga terjadi pada era pemerintahan Bapak Soeharto
dimana reformasi berhasil membuat suara dan aspirasi rakyat didengar oleh
pemerintah.

Kedua peristiwa sejarah di atas menunjukkan sebuah kejujuran dalam menjalankan


kehidupan demokrasi di Indonesia dimana masyarakat menyuarakan aspirasi atas
dasar kebenaran dan mencari pertanggungjawaban dari pemerintah. Begitupula
pemerintah yang secara jujur mengakui kegagalannya dalam hal tersebut dan
memberikan respon nyata atas keluhan dari rakyat sebagai pihak yang
"mempekerjakan" para wakil rakyat tersebut.

Namun lambat laun, kejujuran dalam berpolitik semakin memudar. Tidak hanya
dari pemerintah yang tak kunjung memberikan solusi nyata atas aspirasi rakyat.
Serta mengumbar janji-janji palsu yang hanya valid selama masa kampanye dan
invalid saat ia telah menjabat. Namun kini, masyarakat Indonesia sendiri agaknya
juga mulai kehilangan sifat jujurnya dalam berpolitik.

Beberapa contoh ketidakjujuran masyarakat dalam berpolitik:

 Aksi demo bayaran


 Menerima money politic

 Membuat dan menyebarkan hoax


 Tidak menjalankan kebijakan negara sebagaimana mestinya
 Tidak melaporkan bahkan malah mendukung praktik KKN dalam
masyarakat

 Menggunakan politik identitas sebagai kedok untuk mencapai tujuan pribadi

Aksi demo bayaran atau pesanan kerap marak di kalangan mahasiswa. Hal ini
pernah diakui DD, mahasiswa asal Bengkulu yang menyebut bahwa dirinya pernah
diminta untuk melakukan demo yang bertujuan menekan lawan politik seorang
politisi dengan upah sebesar Rp.50.000,- dan sebungkus nasi (Kompas, 18/12/13).

Contoh lain misalnya para pengembang atau developer yang menipu konsumennya


dengan membawa lari uang para konsumen padahal bangunan belum dibuat atau
belum rampung digarap. Kebanyakan kasus seperti ini terjadi pada konsumen yang
ingin memanfaatkan program rumah murah dari pemerintah. Entah apakah ada
niatan tertentu atau memang murni motif menipu, tapi tetap saja apa yang
dilakukan membawa citra buruk bagi salah satu program pemerintah ini, yang
berimbas pada makin jatuhnya citra pemerintah di mata masyarakat.

Memang banyak yang berpendapat bahwa saat ini Iklim di masyarakat tidak
kondusif untuk memelihara kejujuran. Ketua PP Muhammadiyyah, Haedar nashir
bahkan menilai bahwa kondisi sekarang malah memberi iklim yang lebih terbuka
bagi orang-orang yang tidak jujur. Faktor kekuasaan dan kekayaan dinilai menjadi
faktor utama berkembangnya iklim ketidakjujuran di masyarakat. Termasuk dalam
urusan berpolitik.

Kader PKS nomer urut 3, Linda Afriani, S.E. menyatakan, "Menjadi wakil rakyat
itu adalah amanah besar dan berat. Namun tetap saja kerjasama masyarakat penting
untuk tetap menjaga situasi politik dan kemasyarakatan yang positif dan kondusif."
Linda Juga menambahkan bahwa masih banyak politisi yang memiliki kemampuan
dan juga jujur dalam melaksanakan tugasnya. Dan masyarakat baiknya tetap
memberikan dukungan positif atas kinerja para wakil rakyat seperti mereka

Kader PKS nomer urut 3, Linda Afriani, S.E. menyatakan, "Menjadi wakil rakyat itu
adalah amanah besar dan berat. Namun tetap saja kerjasama masyarakat penting
untuk tetap menjaga situasi politik dan kemasyarakatan yang positif dan
kondusif." Linda Juga menambahkan bahwa masih banyak politisi yang memiliki
kemampuan dan juga jujur dalam melaksanakan tugasnya. Dan masyarakat
baiknya tetap memberikan dukungan positif atas kinerja para wakil rakyat seperti
mereka.

Anda mungkin juga menyukai