Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

PROPOSAL PENELITIAN
Money Politic Dampak dari Sistem Demokrasi
(Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Tawangsari)

Dosen Pengampu :
Anggit Aruwiyantoko, M.Pd
NIP 51801880330151

Disusun Oleh :

Nama : Veranda Wahyu Megawati Kusumaningrum


NIM : 17417141028

Program Studi Ilmu Administrasi Negara


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Demokrasi sebagai sistem politik didefinisikan oleh Henry B.Mayo (1960)(dalam Miriam,1977:61)
sebagai berikut: A democratic political system is one in which public policies are made on a
mayority basis, by representaives subject to effective popular control at periodic elections wich are
conducted on principle of political equality and under conditions of political freedom. (sistem
politik yang demokratis ialah di mana kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-
wakil yang diawasi oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik).

Dari sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia saat ini banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh
masyarakat. Misalnya terdapat kebebasan berpendapat bagi seluruh warga negara,adanya
keterlibatan warga negara dalam pengambilan keputusan politik baik secara langsung maupun tidak
langsung,adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegak hukum,dan adanya pemilu untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat. Namun sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia tak luput dari permasalahan. Seperti 2
sisi koin yang saling berlawanan,sistem demokrasi di Indonesia pun memiliki dampak yang
mengakibatkan timbulnya masalah baru di dalam sistem itu sendiri. salah satu dampak dari
berlakunya sistem demokrasi adalah banyaknya partai partai yang bermunculan,dan kemunculan
banyak partai tersebut justru membawa masalah yang semakin kompleks lagi misalnya
menimbulkan mahar politik. Pada tahun politik saat ini,banyak isu-isu tentang mahar politik dan
money politic,baik dalam pemilihan kepala daerah maupun pemilihan umum lainnya. Politik
transaksional dapat dikategorikan ke dalam money politic. Uang mempunyai “keuntungan”
dibandingkan dengan sumber daya lainnya seperti jasa maupun bentuk natura lainnya. Uang sangat
mudah untuk ditransfer dan dapat digunakan untuk aktivitias apa saja tanpa perlu diketahui
sumbernya (Alexander 2006: 3)

Pada tingkat yang wajar,uang diperlukan untuk menggerakkan demokrasi. Namun sekian
lama,politik uang juga dapat menyebabkan kerusakan dan pembusukan yang merusak sistem dalam
rangka memenangkan kompetisi politik. Sayangnya, sistem politik yang membutuhkan biaya tinggi,
dapat memicu timbulnya kasus korupsi dan hancurnya demokrasi. Semakin lama, parpol justru
menerapkan politik pragmatis dengan mengalahkan kepentingan publik. Orientasi partai politik
pada zaman sebelum kemerdekaan dengan zaman reformasi sekarang sudah jauh berbeda. Pada
zaman sebelum kemerdekaan, partai politik berorietasi pada nasionalisme bukan pada kekuasaan
seperti sekarang ini. Partai politik dibentuk bukan untuk mensejahterakan rakyatnya,namun untuk
memperkaya pribadi dan memperjuangkan kepentingan kelompoknya. Realitas yang terjadi saat ini,
para calon wakil rakyat hanya mendengar keluhan publik saat kampanye saja,mencoba mengambil
hati rakyat dengan janji-janji yang seolah-olah menguntungkan rakyat.

Demi mendapat banyak suara dukungan dari rakyat, para partai politik ini menghalalkan segala
cara. Seperti membeli suara rakyat atau bisa disebut dengan money politic. Sasarannya adalah
masyarakat yang kurang melek politik,masyarkat yang tidak memperoleh pendidikan politik secara
maksimal dan biasanya masyarakat desa yang menjadi target utamanya. Ada empat hal yang bisa
ditelaah terkait celah besar yang menimbulkan praktik politik uang ini tetap tumbuh subur di
masyarakat, yaitu:
1. Anggapan bahwa pemilu adalah waktu bagi masyarakat untuk “mengeruk” keuntungan sesaat.
Kondisi ekonomi masyarakat yang semakin sulit, dan tingkat kesejahteraan yang tak kunjung
membaik, menciptakan saluran-saluran bagi masyarakat untuk mendapatkan uang secara mudah.

2. Paradigma bahwa pemilu adalah waktu bagi masyarakat untuk “membalas” kepada para kepala
daerah karena selama ini tidak mampu menjalankan serta telah banyak mengecewakan masyarakat
akan janji-janji yang diucapkan pada saat kampanye.

3. Masyarakat menganggap hak pilih itu adalah aset yang berharga. Sehingga, siapapun yang
menginginkannya harus mengeluarkan biaya yang sepadan. Paradigma ini bahkan berpotensi
meningkatkan angka golput karena ketika harga yang diinginkan atas “aset” tersebut tidak sesuai,
maka masyarakat cenderung tidak akan menggunakan hak pilihnya itu.

4. Keengganan masyarakat dalam berpartisipasi sebagai pemilih aktif. Harus diakui, masyarakat
sudah mulai jenuh dengan kondisi politik yang tidak juga dapat melahirkan pemimpin yang mampu
menyejahterakan rakyat secara lahir maupun batin.

Dengan kondisi mayarakat Indonesia dibawah rata-rata ekonomi lemah,tidak sedikit para calon
wakil rakyat dalam kampanye pemilihan langsung memberikan sejumlah uang kepada masyarakat
agar calon tersebut menan,sehingga menjadikan hal tersebut sebagai senjata ampuh untuk mendapat
mayoritas suara rakyat. Hal seperti ini sudah lama berlangsung di Indonesia,dan kasus-kasus seperti
ini sulit untuk dihentikan apabila masyarakat tidak memiliki kesadaran akan suara hak pilih mereka
yang seharusnya tidak dapat dibeli dengan uang ataupun janji-janji manis kampanye.

Yang perlu dittekakan adalah sudahkah masyarakat mengetahui uang tersebut sebenarnya diperoleh
darimana, mengapa diberikan, dan bagaimana dampaknya setelah uang itu diberikan. Mungkin
banyak masyarakat menganggap remeh dampak money politic, tetapi dalam kenyataannya money
poitic sangat berdampak pada masyarakat, yaitu dapa merusak mental kritis dan idealisme
masyarakat karena dengan mudah dapat dibeli suara hak pilihnya. Menurut saya, permasalahan
diatas cukup menarik untuk diteliti,karena dengan adanya kasus-kasus money politic,kita dapat
melihat sejauh mana pengetahuan masyarakat terhadap politik Indonesia dan sejauh mana kepdulian
masyarakat terhadap politik Indonesia dan sejauh mana kesadaran masyarakat akan masa depan
bangsa ini,jika ia memilih calon pemimpun yang memiliki potensi melakukan korupsi dan dalam
kegiatan ini,ruang sampel yang saya ambil adalah Desa Tawangsari,Pengasih, Kulonprogo untuk
diteliti seberapa besar kesadaran dan kepedulian masyarakat Desa Tawangsari terhadap money
politic.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh money politic terhadap daya pilih masyarakat Desa Tawangsari dalam
pemilu?
2. Sejauh mana pengetahuan masyarakat Desa Tawangsari tentang politik Indonesia?

C.Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa berpengaruhnya money politic kepada
masyarakat terhadap daya pilih mereka. Serta untuk mengetahui tingkat kepedulian dan
pengetahuan masyarkat terhadap fenomena sistem pemilu yang ada di Indonesia saat ini.

E Manfaat

1. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya pengembangan
keilmuan dalam berpolitik khususnya dalam mencegah dan meminimalisis dampak money politic
serta memperkaya pengetahuan karya ilmiah tetang sistem politik yang seharusnya dikuasai oleh
masyarakat sebelum menggunakan hak pilihnya.

2. Manfaat praktis, untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat Tawangsari mengenai


bahaya money politic serta kesadaran masyarakat akan pentingnya idealisme dalam memilih calon
wakil rakyat. Sehingga pada saat datang waktunya pemilihan umum,masyarakat dapat berfikir
secara logis atau rasionl dalam menggunakan hak pilihnya untuk masa depan bangsa Indonesia
yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai