Anda di halaman 1dari 5

PENYEBAB POLITIK UANG DAN CARA MEMBERANTAS DALAM PILKADES

DENGAN MELIBATKAN PEMUDA DI DESA

Pendahuluan

Politik uang (money politic) adalah sebuah upaya memengaruhi pilihan pemilih (voters) atau
penyelenggara pemilu dengan imbalan materi atau yang lainnya. Dari pemahaman tersebut, politik uang
adalah salah satu bentuk suap dampak akibat praktik politik uang. Pertama pidana penjara dan denda.
Kedua, menghasilkan manajemen pemerintahan yang korup. Dan ketiga, politik uang dapat merusak
paradigma bangsa Politik uang juga merupakan pelanggaran hukum dan hak asasi manusia. Beka
menambahkan, bahwa kelompok kaum miskin kota yang disasar oleh politik uang harus diperlukan
secara setara

Secara kronologis politik uang dimulai sejak sebelum kampanye, saat kampanye, masa tenang, hari
pemungutan suara sampai dengan selesainya pemungutan suara baik berupa pemberian uang atau
barang maupun janji kepada para pemilih jika memberikan pilihan atau suaranya kepada calon tertentu

Pembahasan

Dalam sejarah yang panjang, peran pemuda dalam perpolitikan Indonesia telah mengalami dialektika
dengan berbagai konteks sosio-kultural yang dihadapinya, jauh sebelum Indonesia merdeka, pemuda
telah memperlihatkan partisipasi politik yang tinggi sebagai manifestasi dari keinginan untuk
membebaskan diri dari belenggu kolonialisme dan imperialisme Barat. Peran pemuda dalam politik
Indonesia abad ke-20 merupakan fenomena khas kaum muda. Meluasnya kesempatan penduduk untuk
memperoleh pendidikan, industrialisasi dalam batasbatas tertentu, urbanisasi, disintegrasi masyarakat
primitif, teknologi berkembang dengan cepat telah menunjukkan dengan baik bahwa perubahan-
perubahan pada ranah struktur sosio-kultural telah membentuk kurang lebih apa yang disebut dengan
nilai-nilai “rasional”, inilah yang menjadi dasar bagi gerakan politik kaum muda.

Pemuda dan mahasiswa adalah harapan bagi masa depan bangsa. Tugas anda dan kita semua
adalahmempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk mengambilperan dalam proses pembangunan
untuk kemajuan bangsa kitadi masa depan. Estafet kepemimpinan di semua lapisan, baikdi lingkungan
supra struktur negara maupun di lingkup infrastruktur masyarakat, terbuka luas untuk kaum
mudaIndonesia masa kini. Namun, dengan tertatannya sistimaturan yang kita bangun, proses regenerasi
itu tentu akanberlangsung mulus dan lancar dalam rangka pencapaiantujuan bernegara. Oleh karena itu,
orientasi pembenahansistim politik, sistim ekonomi, dan sistiim sosial budaya yangtercermin dalam
sistim hukum yang berlaku saat ini sangatlahpenting untuk dilakukan agar kita dapat menyediakan
ruangpengabdian yang sebaik-baiknya bagi generasi bangsa kita dimasa depan guna mewujudkan cita-
cita bangsa yang adil danmakmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta guna mencapaiempat tujuan nasional kita, yaitu
melindungi segenap bangsaIndonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukankesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, danikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosia

Fenomena politik uang di Pilkades bisa jadi merupakan turunan dari tindak serupa di level kontestasi
demokrasi level di atasnya, seperti pemilihan Bupati, pemilihan Gubernur, pemilihan Presiden, maupun
pemilihan Legislatif.

Dari referensi yang didapat politik uang atau juga biasa disebut dengan 'politik perut' merupakan suatu
bentuk pemberian atau janji dari seorang politisi kepada rakyat dengan cara menyuap supaya
orang/masyarakat itu tidak menjalankan haknya untuk memilih. Atau juga supaya mereka mau
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Pemberian bisa dilakukan
menggunakan uang atau juga dengan barang.

Menurut hukum di Indonesia, Politik uang adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye. Dan Politik
uang pada umumnya dilakukan oleh simpatisan, kader atau bahkan pengurus partai politik itu sendiri
menjelang hari pelaksanaan pemilihan umum. Di mana Praktik politik uang dilakukan dengan cara
pemberian dalam bentuk uang, sembako, antara lain bisa berupa beras, minyak dan gula kepada
masyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk
partai atau politisi yang bersangkutan.

Di Indonesia sendiri, Politik uang telah lama di praktekan oleh para politikus. Hingga pada saat sekarang
pun, politik uang masih bisa di temukan di beberapa daerah saat menjelang pemilu. Meskipun dalam
sekala kecil. praktek politik uang akan berdampak besar terhadap demokrasi. Karena Selain akan
menghasilkan pemimpin dengan kualitas rendah, politik uang juga akan melemahkan politisi dan
institusi demokrasi itu sendiri.

Sejatinya sejarah Pilkades di Indonesia sudah ada masa penjajahan, bahkan sejak masa Vereenigde Oost
Indische Compagnie (VOC). Hanya pemilih pada waktu itu hanyalah kalangan terbatas saja, seperti
kalangan elit desa maupun keturunan kepala desa yang sebelumnya.

Pilkades sendiri merupakan salah satu bentuk pesta demokrasi yang begitu merakyat. Pemilu tingkat
desa ini merupakan ajang kompetisi politik yang begitu mengena kalau dapat dimanfaatkan untuk
pembelajaran politik bagi masyarakat. Pada moment ini, masyarakat yang akan menentukan siapa
pemimpin desanya selama 6 tahun ke depan.

modus atau pola politik uang menunjukkan:

Pertama, pola praktik politik uang meliputi: komponen pelaku, strategi, dan sistem nilai yang
menggerakkannya.
Kedua, menggunakan aktor, praktik politik uang dapat dikategorikan pada dua bagian; yakni pelaku
langsung (direct actor) dan pelaku tidak langsung (indirect actor). Politik uang dalam Pilkades
berlangsung sebagaimana uraian di atas dengan cara membeli ratusan kartu suara yang disinyalir
sebagai pendukung calon Kades lawan dengan harga yang sangat mahal oleh panitia penyelenggara.

Menggunakan tim sukses yang dikirim langsung kepada masyarakat untuk membagikan uang, serangan
fajar, dan penggelontoran uang besar-besaran secara sporadis oleh pihak di luar kubu calon Kepala
Desa, yaitu bandar/pemain judi.

Ketiga, dari aspek nilai, fenomena politik uang dalam Pilkades digerakkan oleh sistem nilai yang sama
antara publik atau masyarakat bawah (demos) dan para elit politik di desa, yaitu nilai non demokratis.
Kedua, praktik politik uang yang berlangsung secara ekstensifmeningkatkan partisipasi formal pemilih.
Namun demikian partisipasi tersebut bersifat semu.

Tentu faktor-faktor yang mempengaruhi politik uang tersebut diantaranya adalah kemiskinan sehingga
money politics menjadi ajang masyarakat mendapatkan uang. Mereka yang menerima uang terkadang
tidak memikirkan konsekuensi, yakni termasuk tindakan menerima suap dan jual beli suara yang
melanggar hukum.

Yang terpenting dalam pemikiran mereka mendapat uang dan dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang politik juga penyebab politik uang. Tidak semua orang
tahu apa itu politik, bagaimana bentuknya, serta apa yang ditimbulkan politik.

Politik uang dalam praktek nya lebih banyak menyasar ke masyarakat ekonomi rendah. Karena politik
uang mampu melihat langsung pada apa yang menjadi prioritas sekaligus permasalahan yang sering
dihadapi oleh mereka rakyat miskin. Untuk itu politik uang dilakukan dengan cara membagikan uang
ataupun sembako.

Itu semua bisa disebabkan karena tidak ada pembelajaran tentang politik di sekolah-sekolah atau
masyarakat sendiri yang kurang peduli terhadap politik. Ketika ada hajatan politik, seperti pemilihan
umum, masyarakat bersikap mengabaikan esensi dan lebih mengejar kepentingan pribadi sesaat.

Faktor budaya mendukung politik uang. Bahwa politik uang adalah hal biasa dalam kontestasi pemilihan
di tingkat pusat maupun desa. Pepatah "jer basuki mawa beya" dipahami keliru dengan memaknai wajar
orang yang ingin berkuasa mengeluarkan banyak uang dan harta.Kasus politik uang belum mendapat
perhatian lebih dalam perundang-undangan kita. Tidak kita temui pengaturan urusan ini UU No. 6/2014
tentang Desa, padahal jika kita kembali membuka sejarah, UU Desa menjadi dasar transformasi desa
yang lebih mandiri.

Dalam UU Desa tidak ada aturan jelas mengenai mekanisme penanganan tindak pidana politik uang.
Sangat berbeda dengan UU No. 7/2017 tentang Pemilihan Umum dan UU tentang Pemilihan Kepala
Daerah yang secara detail mengatur penanganan tindak pidana politik uang.
Seharusnya UU Desa menyediakan dasar mengatasi dan menuntaskan masalah tersebut. Nyatanya hal
itu tidak terjadi dan politik uang terus menjamur bagai hantu yang tidak bisa disentuh namun selalu
menampakkan bentuk.

Politik uang juga sudah diatur dalam Pasal 149 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Sanksinya
sembilan bulan penjara atau denda Rp500 juta. Jika menggunakan regulasi tentang suap, ancaman
hukuman tiga tahun penjara dan denda Rp15 juta.

Ini tentu tak cukup untuk menyelesaikan 'permainan' yang sudah menjamur di tengah masyarakat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 12/2014 tentang Pedoman Penanganan Perkara di
Lingkungan Kementerian Dalam negeri dan Pemerintah Daerah masih punya kelemahan utama dalam
sistem pengawasan.

Tentu hal ini harus menjadi perhatian khusus, terutama DPR, untuk meninjau UU Desa. Faktanya, selama
ini, setiap menjelang pemilihan umum, semua peserta membuat kesepakatan menolak money politic
yang disaksikan.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Politik uang dalam praktek nya lebih banyak menyasar ke masyarakat ekonomi rendah. Karena politik
uang mampu melihat langsung pada apa yang menjadi prioritas sekaligus permasalahan yang sering
dihadapi oleh mereka rakyat miskin. Untuk itu politik uang dilakukan dengan cara membagikan uang
ataupun sembako.

Itu semua bisa disebabkan karena tidak ada pembelajaran tentang politik di sekolah-sekolah atau
masyarakat sendiri yang kurang peduli terhadap politik. Ketika ada hajatan politik, seperti pemilihan
umum, masyarakat bersikap mengabaikan esensi dan lebih mengejar kepentingan pribadi sesaat.

Faktor budaya mendukung politik uang. Bahwa politik uang adalah hal biasa dalam kontestasi pemilihan
di tingkat pusat maupun desa. Pepatah "jer basuki mawa beya" dipahami keliru dengan memaknai wajar
orang yang ingin berkuasa mengeluarkan banyak uang dan harta.

Kasus politik uang belum mendapat perhatian lebih dalam perundang-undangan kita. Tidak kita temui
pengaturan urusan ini UU No. 6/2014 tentang Desa, padahal jika kita kembali membuka sejarah, UU
Desa menjadi dasar transformasi desa yang lebih mandiri.

Saran

Seharusnya UU Desa menyediakan dasar mengatasi dan menuntaskan masalah tersebut. Nyatanya hal
itu tidak terjadi dan politik uang terus menjamur bagai hantu yang tidak bisa disentuh namun selalu
menampakkan bentuk.
Peran pemuda sebagai generasi penerus bangsa Indonesia yang pertama dapat dilihat dari peran
pemuda sebagai agent of change atau agen perubahan. Artinya bahwa pemuda Indonesia sebenarnya
memiliki peranan untuk menjadi pusat dari kemajuan bangsa Indonesia itu sendiri.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai