Anda di halaman 1dari 15

PERSEPSI MASYARAKAT KAMPUNG CURUG KATIMAHA DI KOTA

CILEGON TERHADAP POLITIK UANG PADA PEMILU TAHUN 2019

Oleh

ALIYAH

Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ABSTRAK

Politik uang atau jual beli suara merupakan mobilisasi bentuk transasksional
financial di tingkat elit yang memiliki maksud dan tujuan untuk memproleh suara dengan
nilai tertinggi. Kebanyakan pihak yang melakukan jual beli suara tidak hanya memberikan
uang, tetapi bisa dengan bntuk bantuan sembako, pengajian, dan dikemas dengan berbagai
bentuk.Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai
politik uang yang terjadi di lingkungan mereka. Serta mengetahui apa yang mereka lakukan
ketika terjadinya politik uang disaat pemilu sedang berlangsung ini berada di tempat tinggal
mereka. Peneliti berharap mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi
masyarakat di Desa Curug Katimaha ini terhadap money politic.

Peneliti merumuskan masalah persepsi masyarakat terhadap suap yang sudah


menyebar di lingkungan Desa Curug Katimaha. Populasi yang saya ambil dari warga
setempat yang tinggal di Desa tersebut serta Ketua RT dan RW. Teknik pengumpulan data
yang saya gunakan yaitu menggunakan metode kuantitatif berupa kuisioner dan observasi,
yang dimana metode kuisioner ini telah divalidasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
persepi masyarakat mengenai politik uang ini mereka memahami betul politik uang adalah
tindakan yang tidak baik, namun sebagian dari masyarakat tidak transparansi mengenai
apakah mereka menerima suap atau tidak. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
masyarakat yang tinggal di Desa Curug Katimaha ini mengetahui apa itu politik uang.
Masyarakat yang menerima dan menolak serta mereka yang memberikan persepsi terhadap
politik uang ini dipengaruhi oleh faktor internal (dari diri mereka) dan eksternal (dari luar
mereka).

Kata kunci: Persepsi masyarakat, politik uang, Desa Curug Katimaha Kota Cilegon.
PERSEPSI MASYARAKAT KAMPUNG CURUG KATIMAHA DI KOTA
CILEGON TERHADAP POLITIK UANG PADA PEMILU TAHUN 2019

Oleh

ALIYAH

Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ABSTRACT

Money politics or buying and selling votes is a mobilization of transactional


financial forms at the elite level that have the intent and purpose of obtaining votes
with the highest value.

Most parties who make buying and selling votes not only give money, but can
with food assistance, recitation, and packaged in various forms. The purpose of this
paper is to determine people's perceptions about money politics that occur in their
environment. As well as knowing what they are doing when money politics takes
place while the election is taking place is in their residence.

Researchers hope to find out what factors influence people's perceptions in


Curug Katimaha Village on money politics. Researchers formulated the problem of
public perception of bribery that had spread in the Curug Katimaha Village
environment. The population that I took from the local residents living in the village
and the heads of RT and RW. The data collection technique that I used is using a
quantitative method in the form of an quetionnaire and observation, in which this data
has been validated. The results of this study indicate that the public's perception of
money politics is that they fully understand money politics is a bad action, but some
people are not transparent about whether they take bribes or not.

From the results of this study it can be concluded that the people who live in
Curug Katimaha Village know what money politics is. People who accept and reject
as well as those who provide perceptions of money politics are influenced by internal
(internal) and external (external) factors.

Keywords: Public perception, money politics, Curug Katimaha Village, Cilegon City.
PENDAHULUAN

Pemilihan umum atau pemilu merupakan kompetisi politik yang dirancang secara
adil dan terbuka. Oleh karena itu dalam pemilihan umum dilarang keras untuk melakukan
kecurangan. Kategori kecurangan atau pelanggaran adalah membagikan uang atau melakukan
serangan fajar. Lazimnya sering disebut sebagai politik uang atau politik perut.

Politik uang merupakan salah satu bentuk kampanye hitam, dan sebuah
bentuk ketidak percayadirian seseorang sehingga moral seorang pemimpin jatuh.
Tindakan ini merupakan sebuah penyakit kaum elit yang haus akan
kemenangan,dimana para calon kepala daerah maupun calon legeslatif memberikan
sebuah jaminan pada korban penerima suap tersebut.

Politik uang adalah sebuah permasalahan yang sering terjadi ketika pmilihan umum
akan berlangsung. Politik uang dilakukan oleh segelintiran oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab akan menjunjungkan politik yang bersih. Politik uang atau biasa disebut
dengan jual beli suara ini bentuk mobilisasi transaksional financial di tingkat kaum elit. Pihak
yang melakukan politik uang memiliki maksud dan tujuan melakukan tindakan ini karena
ingin memperoleh kepuasan dalam memenangkan suara tertinggi di pemilihan yang
mendatang. Fenomena politik uang tidak hanya terjadi pada pemilihan umum ditingkat
pusat maupun tingkat daerah saja tetapi juga terjadi pada tingkat pemilihan kepala
desa. Menengok pada aspek kesejarahan pemilihan kepala desa di Indonesia
sebenarnya sudah ada sejak masa penjajahan. Bahkan sejak masaVOC (Vireenigde
Ostindische Compagnie) di Jawa pada waktu itu sudah diadakan pemilihan kepala
desa secara langsung oleh rakyat, walaupun yang dimaksud pemilihpada waktu itu
hanyalah kalangan terbatas saja seperti kalangan elite desamaupun keturunan dari
kepala desa yang sebelumnya (Maschab,2013, hlm. 28). Sedangkan pada masa
penjajahan Jepang, pemilihan kepala desa dilakukan secara langsung oleh
masyarakatdengan hanya diwakili oleh seorang kepala keluarga dari sebuah keluarga
saja

Indonesia sebagai Negara demokrasi ini memiliki kerentanan akan permasalahan


politik uang. Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota , money politic menjadi penghambat
akan perkembangan demokrasi. Pihak politisi atau calon pemimpin menjadikan masyarakat
perkampungan dan pedesaan sebagai target operasional jual beli suara. Bentuk yang
ditawarkan mereka berupa uang, sembako, barang dan dikemas dengan bentuk pengajian
sebagai alat tukar dalam pengambilan pemberian suara. Rendahnya kesadaran masyarakat
kampung Curug Katimaha terhadap dampak buruknya dari politik uang.
Mayoritas penduduk ini menerima suap tanpa memikirkan dampak kedepan pemilu tidak
masuk kategori berkualitas, dan pemilu yang tidak demokratis karena terjadinya serangan
fajar dan mobilisasi massa.

Strategi politik yang dilakukan oleh kandidat menggunkan serangan fajar dan
mobilisasi massa. Mobilisasi massa biasa terjadi pada saat kampanye yang melibatkan
penggalangan massa dengan iming-imingan sejumlah uang untuk meramaikan kampanye
yang diadakan oleh partai politik (legeslatif & eksekutif). Penggunaan uang biasanya untuk
biaya transportasi, uang lelah serta uang makan, dengan harapan massa yang datang pada saat
kampanye akan memilihnya kelak.

Serangan fajar biasa terjadi dilingkungan masyarakat yang belum mengenal


apa itu politik uang. Serangan fajar adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
politik uang dalam rangka mmbeli suara yang dilakukan oleh salah satu atau beberapa
orang untuk memenangkan calon yang bakal mendudukan posisi sebagai pemimpin
politik. Serangan fajar umumnya menyerang masyarakat menengah kebawah dan
kerap terjadi menjelang pelaksanaan pemilihan umum.
Fokus dan pertanyaan penelitian

Fokus penelitian ini merupakan cara untuk mengetahui sejauh mana


perkembangan kegiatan politik uang menyebar luas di masyarakat kampung Curug
Katimaha. Dari fokus tersebut dapat dihasilkan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa anda mengetahui politik uang ?


2. Apakah persepsi anda mengenai politik uang itu baik ?
3. Saat pemilihan umum tahun 2019 kemarin adakah politik uang yang terjadi di
Kampung Curug Katimaha ?
4. Apakah anda akan akan menerima politik uang ?
5. Apa alasan anda untuk menerima atau menolak tunjangan tersebut ?
6. Selain uang adakah bentuk lain yang diberikan pada masyarakat seperti
sembako atau semacamnya?
7. Adakah ancaman yang diberikan oleh oknum tersebut jika anda tidak
menerima politik uang ?
8. Apakah besarnya nominal uang dapat mempengaruhi hak suara anda dalam
pemilihan?
9. Jika terjadi politik uang di kampung Curug katimaha, apa kemungkinan dapat
memberikan dampak buruk untuk pemilihan umum di Indonesia terutama
kampung ini?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pemahaman masyarakat mengenai politik uang


2. Menginformasikan bagaimana persepsi masyarakat Curug Katimaha terhadap
politik uang saat pemilu 2019
3. Mengetahui asal-usul masyarak at mengenal politik uang
4. Agar peneliti mengetahui apakah fenomena politik uang telah sampai di
Kampung Curug Katimaha
5. Mengetahui seberapa besar pengaruh politik uang terhadap pemberian jumlah
suara
6. Mengetahui keefektifan politik uang terhadap kemenangan paslon 2019
7. Mengidentifikasi dampak yang terjadi ketika adanya politik uang
Kerangka Teori

Beberapa sumber yang dapat dijadikan landasan teori atau kerangka teori
yang berkaitan dengan pokok pembahasan persepsi masyarakat terhadap politik uang
saat pemilu antara lain :

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari mony politic adalah suap.
Suap adalah uang sogok. Politik uang atau politik perut adalah suatu pemberian atau
janji menyuap seseorang baik orang itu tidak mnjalankan hak memilihnya supaya hak
memilihnya beralih kepada pemberi sogokan. Politik uang adalah sebuah bentuk
pelanggaran kampanye yang mencerminkan demokrasi yang buruk.

Pasal 71 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2017 dan pasal
73 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah mpengganti Undang-
Undnag Nomor 1 Tahun 2014 Tentang pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
menjadi Undang-Undang Pasal 71 ayat (1) PKPU menyebutkan partai politik atau
gabungan partai politik, pasangan calon dan atau tim kampanye dilarang untuk
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi
pemilih.

Az Zumardi menjelaskan, bahwa suap, berarti tidak hanya korupsi


konvensional tetapi mencakup juga korupsi lainnya, pencurian bahkan perampokan
masuk di dalamnya.

Menurut pakar hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Yusril Ihza


Mahendra, definisi politik uang sangat jelas, yakni mempengaruhi massa pemilu
dengan imbalan matri. Yusril mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Indra
Ismawan bahwa kasus politik uang dapat dibuktikan, pelakunya dapat dijerat dengan
pasal tidak pidana biasa, yakni penyuapan.

Penelitian Halili (2009) menemukan modus atau pola praktik politik uang di
pemilu berlangsung sebagai berikut :

1. Membeli ratusan kartu suara yang disinyalir sebagai pendukung calon dengan
harga yang sangat mahal oleh panitia penylenggara.
2. Menggunakan tim sukses yang dikirim langsung kepada masyarakat untuk
membagikan uang.u
3. Melakukan serangan fajar.
4. Penggelontoran uang besar-besaran secara sporadis oleh pihak luar paslon,
yaitu bandar/pemain judi.
Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada mengatur sanksi
pidana bagi pihak manapun yang menjalankan praktik politik uang dalam
Pasal 187 poin ayat (1) (2), sebagai berikut :
(1) Setiap orang yang dengan sengaja mnjanjikan atau mmbrikan uang atau
materi lainnya sebagai imbalan kepada Warga Negara Indonesia baik secara
langsung ataupun tidak langsung untuk mempengaruhi pemilih agar tidak
menggunakan hak pilih, menggunakan hahk pilih dengan cara tertentu
sehingga suara menjadi tidak sah, memimlih calon tertentu, atau tidak
memilih calon tertentu sebagaimana pasal 73 ayat (4) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 72 bulan dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00
dan paling banyak Rp. 1. 000.000.000,00
(2) Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang dengan sengaja melakukan
perbuatan melawan hukum menrima pembrian atau janji sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Metodologi penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode penelitian


kuantitatif dan metode penlitian kualitatif. Untuk mengetahui bagaimana persepsi
masyarakat terhadap politik uang saat pemilihan umum legeslatif dan pemilihan
umum presiden dan wakil presiden tahun 2019. Penulis menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif berupa observasi
dan kuisioner terhadap masyarakat yang tinggal di lingkungan kampung Curug
Katimaha antara lain RT dan RW Curug Katimaha juga menjadi target untuk diberi
kuisioner. Dengan metode ini peneliti berusaha untuk mendeskripsikan ,
menganalisis, dan memberikan informasi makna tentang fenomena politik uang yang
dilakukan oleh sebagian pelaku politik di Indonsia, terutama di Kampung Curug
Katimaha ini.

Walaupun terdapat perbedaan antara kedua metode tersebut, tak ada


faedahnya untuk memper tentangkannya bahkan memandangnya sebagai dua aliran
yang bermusuhan. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa ada masalah yang lebih
sesuai diteliti dengan menggunakan penelitian ilmiah, ada pula masalah yang lebih
sesuai diteliti dengan menggunakan penelitian alamiah. Penelitian ilmiah lebih
menekankan pada pengukuran produk, sedangkan penelitian alamiah lebih
menekankan pada pengukuran proses, serta bagaimana persepsi masyarakat dan sikap
serta pandangan terkait pengaruh apa yang diberikan dalam fenomena ini. Terkait
fenomena yang dibahas yaitu persepsi masyarakat kampung Curug Katimaha di Kota
Cilegon terhadap politik uang pada saat pemilu tahun 2019 kemarin.

Metodologi ini memiliki tujuan agar dapat membantu peneliti yang lain dalam
melakukan analisis dan penelitian dengan metode pendekatan kuantitatif. Dengan
menyebar selebaran kuisioner kepada responden yang merupakan masyarakat
Kampung Curug Katimaha.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Persentase Pengetahuan Masyarakat Kampung Curug Ka-


timaha Mengenai Politik Uang
Mengetahui Tidak Mengetahui

5%

95%

Diagram diatas menunjukan sebagian dari jumlah persentase masyarakat ,kebanyakan


mereka mengetahui tentang politik uang.

Persentase Persepsi Baik Masyarakat Terhadap Politik


Uang Pada Pemilu 2019
Ya Tidak Tidak menjawab

7% 3%

90%
Dapat diketahui dari diagram diatas hampir seluruh masyarakat kampung Curug
Katimaha yang mengeluarkan persepsi terhadap politik uang pada pemilu 2019.

Persentasi Apakah Politik Uang Terjadi di Kampung


Curug Katimaha

30% YA
TIDAK

70%

Diagram ini menunjukkan bahwa politik uang pada saat pemilu 2019 kemarin masih
terjadi disebagian kampung Curug Katimaha.

Persentase Sikap Masyarakat Menerima atau


Tidak Politik Uang

30%

YA
TIDAK

70%
Diagram ini menunjukan bahwa masyarakat masih menerima pemberian uang atau
materi lainnya yang diberikan oleh pelaku politik uang.

Alasan Masyarakat Kampung Curug Katimaha Menerima


Sokongan yang Diberi oleh Paslon Pemilu 2019
8

0
Ekonomi Keluarga Jumlah Nominal Iseng

Berdasarkan table diatas, faktor terbesar masyarakat menerima sokongan uang atau
materi lain yang diberi oleh paslon adalah besarnya jumlah nominal yang diberi.

Persentase Adanya Suap yang Diterima Masyarakat Se-


lain Uang

15%

YA
TIDAK

85%
Diagram diatas memaparkan bahwa mayoritas masyarakat kampung Curug Katimaha
menerima suap dalam bentuk lain selain uang.

Adakah Ancaman yang Diterima Ketika


Masyarakat Menolak Pemberian Suap saat
Kampanye Pemilu 2019.
4%

TIDAK
YA

96%

Diagram ini menunjukan bahwa mayorita masyarakat tidak menerima ancaman saat
menolak aksi kampanye paslon pemilu 2019.

Persentase Perubahan Hak Suara Masyarakat


Kampung Curug Katimaha

17%
35%
YA
TIDAK
TIDAK TAHU

49%
Berdasarkan diagram diatas, terlihat jumlah persentase masyarakat mengenai
perubahan hak suaranya pada pemilihan

Simpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa politik uang sebuah permasalahan
yang sering terjadi ketika pemilihan umum akan berlangsung. Politik uang dilakukan oleh
segelintiran oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab akan menjunjungkan politik yang
bersih. Politik uang atau biasa disebut dengan jual beli suara ini bentuk mobilisasi
transaksional financial di tingkat kaum elit. Pihak yang melakukan politik uang memiliki
maksud dan tujuan melakukan tindakan ini karena ingin memperoleh kepuasan dalam
memenangkan suara tertinggi di pemilihan yang mendatang. Menargetkan masyarakat
kampung dengan memberikan sejumlah pesangon dan menjamin kemakmuran.

Pemilihan umum tertera pada Undang-Undang No 12 Tahun 2004, sistm pmilihan


umum terdapat pada Undang-Undang No 12 Tahun 2003, Pemilihan presiden dan wakil
presiden Undang-Undang No 23 Tahun 2004. Diatur secara langsung dalam uud 1945 bahwa
pmilihan Legeslatif dan Eksekutif dipilih langsung olh Masyarakat.

Terjadinya politik uang di Kampung Curug Katimaha ini tidak mempengaruhi hak
suara mereka, karena masyarakat saat ini sudah mengetahui dan memahami tentang monopoli
uang. Dimana masyarakat pasti menerima uang atau materi lain, namun tidak memilih paslon
yang memberikan suap tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Urbaningrum, Anas. 2004. Pemilu Orang Biasa Republik Bertanya Anas Menjawab.

Jakarta : Republika

Ismawan, Indra. 1999. Money Politic Pengaruh Uang dalam Pemilu.

Yogyakarta : Media Persindo

Silaban, Suintang. 1992. Tindak pidana pemilu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Anda mungkin juga menyukai