Anda di halaman 1dari 5

MONEY POLITICS DALAM PEMILU 2019: PENERIMAAN BERDASARKAN

PEMAKNAANNYA DI MASYARAKAT

Wawan Raharjo
S2 Pendidikan IPS Universitas Negeri Surabaya,
Surabaya, Indonesia
wawan. 18008@mhs.unesa.ac.id

Abstrak- Pemilu 2019 di Indonesia masih DPRD kabupaten/kota pada tahun 2019
diwarnai oleh praktik money politics. (Fitri, 2018). Hal ini dilakukan
Masyarakat beranggapan bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah
menerima uang dari calon legislatif Konstitusi Nomor 14 / PUU-11/2013
adalah sesuatu yang wajar. Untuk tentang pemilu serentak, yang bertujuan
mengungkap hal tersebut maka untuk meminimalkan pembiayaan negara
penelitian ini didesain dengan dalam pelaksanaan pemilu, meminimalisir
menggunakan metode kualitatif dengan politik biaya tinggi bagi peserta pemilu,
pendekatan fenomenologi. serta politik uang yang melibatkan
Pengumpulan data dilakukan dengan pemilih, penyalahgunaan kekuasaan atau
wawancara mendalam. Hasil penelitian mencegah politisasi birokrasi, dan
ini menunjukkkan bahwa money politics merampingkan skema kerja pemerintah
dianggap sebagai: (a) rejeki bagi (Solihah, 2018).
pemilih; (b) menunjukkan Penelitian yang dilakukan oleh La
kedermawanan; (c) menunjukkan Ode Suprianto dkk terhadap pilkada
perhatian pada rakyat kecil. serentak di Desa Ronta Kecamatan
Bonegunu Kabupaten Bone Utara
I. Pendahuluan menunjukkan bahwa masih marak terjadi
Sejak berakhirnya panggung money politics di masyarakat. Masyarakat
kekuasaan Orde Baru dan bangkitnya tidak lagi peka terhadap bahaya adanya
Orde Reformasi telah melahirkan transisi money politics di pemilihan kepala
demokrasi politik dari kekuasaan otoriter daerah tersebut (La Ode Suprianto, dkk,
ke kekuasan demokratis (As'ad, 2016). 2016). Hal ini dikarenakan masyarakat
Pemilihan umum (pemilu) merupakan menganggap praktik money politik
salah satu realisasi dari sistem demokrasi merupakan suatu kewajaran, sehingga
(Diah Astanti, Moh. Mudzakkir, 2016). masyarak tidak lagi peka terhadap
Melalui pemilu yang diselenggarakan bahaya-bahaya yang akan timbul
dengan luber dan jurdil, secara tidak dikarenakaan praktik-paktik money
langsung rakyat dapat melakukan politics ini (Jonasmer Simatupang,
sirkulasi pergantian pemerintahan Muhammad Subekhan, 2018). Politik di
dengan jalan damai tanpa merusak Indonesia, sebagaimana terjadi pada
tatanan dan aturan main yang sudah negara-negara lain di Asia Tenggara,
disepakati bersama (Irawan, 2015). masih belum bisa lepas dari dukungan
Indonesia akan menjajaki babak pemodal yang menggunakan politik uang
baru dalam praktek demokrasi yakni (Reuter, 2015).
dengan diselenggarakannya pemilihan Bawaslu menemukan pada pilkada
presiden serta wakil presiden, 2017 terdapat 600 kasus money politic.
pemilihan DPR, DPD, DPRD provinsi, Kasus ini menyebar pada 101 daerah yang
menyelenggarakan pilkada, termasuk di konstruksi masyarakat terhadap money
Jakarta (Azmy, 2017). Pengalaman politics. Bagaimana persepsi masyarakat
berpartisipasi dalam pemilihan umum terhadap money politics sehingga mereka
yang selalu dibubuhi praktik-praktik bersedia menerima. Teori yang digunakan
money politic telah mengkonstruksi untuk mencoba memahami permasalahan
pengetahuan atau pengalaman yang tersebut yakni dengan menggunakan
mendorong motivasi masyarakat untuk Tipologi Tindakan Sosial Weber. Weber
menentukan pilihan tindakan (Astanti, menemukan bahwa tindakan sosial tidak
2016). Pengorganisasian money politics selalu memiliki dimensi rasional tetapi
dilakukan melalui patronase dan terdapat berbagai tindakan nonrasional
klientalisme (Winters, 2016). yang dilakukan orang, termasuk dalam
Maraknya money politics di tindakan orang dalam kaitannya dengan
masyarakat pada pemilu 2019 mendorong aspek politik dari kehidupan (Damsar,
penyusunan artikel ini untuk memahami 2015).

II. Metode Penelitian kepada pihak-pihak tertentu (La Ode


Penelitian ini menggunakan metode Suprianto, dkk, 2016).
penelitian kualitatif dengan pendekatan Pembagian uang pada pada warga
fenomenologi. Informan merupakan masyarakat dilakukan melalui tiga cara
pemilih pada pemilu 2019 di Kabupaten yakni:
Jombang dengan usia antara 35-55 1. Dibagikan secara langsung
tahun. Pengumpulan data dalam Cara ini dilakukan oleh calon
penelitian fenomenologi ini dilakukan anggota legislatif yang sudah mengenal
melalui wawancara mendalam. Teknik sasaran money politics dengan cukup
analisis data menggunakan metode baik. Cara ini lebih disukai oleh warga
Moustakas. Adapun tahapan analisis karena nominal uang yang diberikan
data meliputi pengelompokan sesuai biasanya lebih banyak dibandingkan
subtema atau permasalahan, reduksi dan dengan cara yang lain. Calon anggota
eliminasi data, tematisasi, identifikasi legislatif cenderung segan jika
data, mengonstruk deskripsi tekstual, membagikan uang secara langsung tapi
membuat deskripsi struktural, dan dengan jumlah yang sedikit. Tapi cara ini
sintesa (Riyanto, 2018). menimbulkan dampak psikologis yang
lebih besar bagi penerima uang, karena
III. Hasil dan Pembahasan mereka akan merasa segan atau memiliki
A.Praktik Money Politics rasa bersalah jika calon tersebut kalah di
Politik uang (money politics) dapat TPS mereka. Salah satunya disampaikan
diartikan sebagai upaya mempengaruhi oleh Pak Dedy Setiawan,
perilaku orang lain dengan “ Kalau yang memberikan langsung
menggunakan imbalan tertentu (Irawan, dari calon legislatifnya maka kami saling
2015). Lebih luas money politik dapat mengingatkan diantara yang sudah diberi
diartikan semua tindakan yang supaya benar-benar dipilih karena kalau
disengaja oleh seseorang atau tidak terpilih maka saat bertemu lagi
kelompok dengan memberi atau pasti kami merasa tidak enak. Apalagi
dengan menjanjikan uang atau meteri jika saksi yang dikirim di TPS tahu
lainnya kepada seseorang supaya ternyata jumlah suara yang diperoleh
menggunakan hak pilihnya dengan cara kurang dari jumlah amplop yang
tertentu atau tidak menggunakan hak dibagikan”.
pilihnya untuk memilih calon tertentu Pada pemilihan umum 2019 ini
atau dengan sengaja menerima atau pembagian secara langsung atau door to
memberi dana kampanye dari atau door dalam istilah mereka sudah jarang
dilakukan. Hal tersebut dilatarbelakangi bergantung pada subyektifitas perwakilan
oleh aturan yang semakin tegas tentang warga tersebut. Bahkan pada salah satu
penindakan terhadap peserta pemilu yang kasus hanya dibagikan pada keluarganya
melakukan suap. Selain itu dengan saja. Dengan melalui perwakilan
perkembangan media sosial pembagian uang dari calon legislatif
dikhawatirkan money politics yang dianggap kurang terkontrol. Perwakilan
dilakukan akan dilaporkan oleh warga lain dari warga ini biasanya disebut dengan
yang tidak mendapat bagian atau dari istilah cucuk.
peserta pemilu yang lain. Ciri dari model
disribusi ini yakni pembagian uang yang
disertai dengan dialog yang biasanya B. Penerimaan Masyarakat Terhadap
berisi janji jika menang maka akan ada Money Politics
tambahan kompensasi berupa materi. 1. Money Politics sebagai rejeki
2. Melalui utusan. Warga bersedia menerima money
Utusan yang mendistribusikan uang politics karena menganggap uang yang
kepada warga biasanya merupakan bagian mereka terima merupakan rejeki dari
dari tim sukses. Walaupun untuk ukuran Tuhan. Secara umum bagi kalangan kelas
calon legislatif di tingkat kabupaten/ kota ekonomi atas nominal yang diberikan bisa
atau propinsi sistem penentuan tim sukses dianggap kecil. Tapi bagi masyarakat desa
tidak begitu formal. Pada beberapa kasus jumlah tersebut dianggap lumayan untuk
tugas dari utusan ini tidak hanya menambah uang belanja. Setiap anggota
membagikan uang kepada warga tapi juga legislatif biasanya memberikan uang pada
merekrut orang-orang yang akan menjadi kisaran nominal antara Rp 35.000 sampai
saksi pada saat pelaksanaan pemilu. Rp 50.000. Pada pemilu 2019 ini rata-rata
Utusan biasanya turut memberikan setiap warga mendapatkan uang pada
janji kepada warga. Misalkan di Desa kisaran Rp 300.000 dari pemberian
Mojotrisno salah satu utusan menjanjikan beberapa calon legislatif.
apabila calon legislatif yang diusung lolos Keyakinan tentang rejeki ini
maka mereka akan diberangkat rekreasi diyakini salah satunya dari fakta bahwa
ke Bali. Dan pola semacam ini juga mereka tidak meminta uang dari para
digunakan pada pemilu sebelumnya. calon, tetapi para calon tersebut yang
Ternyata saat itu cara tersebut efektif datang atau dengan diwakili memberikan
sehingga mengantarkan calon tersebut sejumlah uang. Selain itu pembagian yang
lolos menjadi anggota DPRD tingkat II. tidak merata pada satu desa atau dusun
3. Melalui perwakilan warga juga memperkuat keyakinan mereka
Pada daerah yang agak jauh atau bahwa ketika mereka tidak beruntung
belum dikenal dengan baik maka cara maka tidak akan mendapatkan uang
distribusi money politics yakni dengan tersebut.
memilih perwakilan warga yang sudah 2. Menunjukkan perhatian terhadap
dikenal. Perwakilan inilah yang akan rakyat kecil
mendistribusikan uang. Cara ini dianggap Bagi warga yang memang
memiliki banyak kelemahan sebagaimana sebagian besar tidak mengenal para calon
kasus yang dialami oleh salah satu calon legislatif, pemberian uang dianggap
legislatif yang uangnya dikurangi oleh sebagai indikator bagi mereka untuk
salah satu perwakilan. Uang yang memilih. Mereka beranggapan bahwa
dibagikan jumlah nominalnya Rp 50.000/ pemberian uang merupakan bentuk
orang namun yang terbagikan hanya perhatian calon wakil mereka terhadap
sebesar Rp 30.000. wong cilik. Bagi calon legislatif yang mau
Kelemahan yang lain yakni memberikan uang bererti mereka
pendistribusian uang kadangkala berusaha untuk dekat dengan rakyat.
Salah satu kalimat yang sering dijumpai, tertinggi lolos maka mereka akan
salah satunya dari Pak Alfan Ansori mendapatkan tambahan yang lebih tinggi
yakni: juga karena ukuran kedermawanan
“Belum jadi wakil rakyat saja mereka didasarkan pada jumlah
tidak mau membagikan uang apalagi pemberian yang didapat sebelum pemilu.
kalau sudah jadi, itu artinya tidak
mau mengenal warganya”. Menurut Weber tindakan manusia
Dengan membagikan uang para bisa dibedakan menjadi 4 berdasarkan
calon legislatif dianggap memiliki rasionalitasnya yakni tindakan rasional
kepedulian untuk memberikan kontribusi instrumental, tindakan rasional nilai,
terhadap kehidupan warga yang sebagian dtindakan afektif, dan tindakan tradisional
besar memang berpenghasilan rendah. (Haryanto, 2012). Tindakan yang
3. Menunjukkan kedermawanan dilakukan oleh sebagian para pemilih di
Bagi calon legislatif yang Indonesia masih didasari oleh aspek
membagikan uang sebelum pemilu maka pragmatisme yakni memperoleh
dianggap memiliki nilai kepantasan yakni keuntungan berupa uang. Hal tersebut
memiliki modal yang cukup untuk berpengaruh terhadap praktik pemilihan
menjadi pemimpin yang disegani. Kesan umum tahun 2019 yang diwarnai dengan
bagi masyarakat desa bahwa kehormatan praktik politik uang.
salah satunya diukur dari kekayaan masih
sangat kental ditemui. Sosok pemimpin IV. Kesimpulan
yang kaya dan dermawan menjadi model Masih terjadi praktik money
yang diimpikan oleh warga sehingga politics yang marak di masyarakat.
pemberian uang dianggap mewakili Beberapa orang di Jombang mendapatkan
protitype yang mereka inginkan. Para pembagian uang dari 5-6 calon anggota
calon legislatif yang tidak memberi uang legislatif. Money politics dianggap
akan dianggap pelit. sebagai sesuatu yang wajar. Tipologi
Warga yang mendapatkan uang tindakan yang ditunjukkan oleh para
dari beberapa calon legislatif akan pemilih dengan jenis seperti ini
menentukan pilihan berdasarkan jumlah merupakan pilihan atau rasionalitas
tertinggi yang memberi. Mereka pragmatis.
merasakan kedekatan dan harapan yang
lebih pada calon yang memberikan
nominal uang dengan jumlah paling V. Daftar Pustaka
tinggi. Mereka berharap jika pemberi
As'ad, M. U. (2016). Kapitalisasi Demokrasi Dan Jaringan Patronase Politik (Keterlibatan
Pengusaha Tambang Dalam Pilkada Di Kalimantan Selatan). As Siyasah, Vol. 1, No.
1, 34-41.

Astanti, D. (2016). Rasionalitas Politik Pemilih Pemula di Tegalsari Surabaya. Paradigma, 1-


8.

Azmy, A. S. (2017). Political Literacy And Money Politics In Indonesia The Phenomena of
Money Politics in Jakarta’s Local Election on 2017. Advances in Social Science,
Education and Humanities Research (ASSEHR), 198-200.

Damsar. (2015). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Penerbit Kencana.

Diah Astanti, Moh. Mudzakkir. (2016). Rasionalitas Politik Pemilih Pemula di Tegalsari
Surabaya. Paradigma, 1-8.
Fitri, A. (2018). Dinamika dan Tantangan Jelang Pemilu 2019. Kemudi: Jurnal Ilmu
Pemerintahan, 113-129.

Haryanto, S. (2012). Spektrum Teori Sosial. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Irawan, D. (2015). Studi Tentang Politik Uang (Money Politics) Dalam Pemilu Legislatif
Tahun 2014. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 1725-1738.

Jonasmer Simatupang, Muhammad Subekhan. (2018). Pengaruh Budaya Politik Uang dalam
Pemilu Terhadap Keberlanjutan Demokrasi Indonesia. Seminar Nasional Hukum
Universitas Negeri Semarang, 1297-1312 .

La Ode Suprianto, dkk. (2016). Persepsi Masyarakat Terhadap Politik Uang Pada Pilkada
Serentak (Studi Kasus Desa Ronta Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara).
Neo Societal, 1-10.

Reuter, T. (2015). Political Parties and the Power of Money In Indonesia and Beyond. Trans:
Trans Regional and Nationals Studies of Southeast Asia, 1-22.

Riyanto, A. (2018). Fenomenologi Dalam Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Prenamedia.

Solihah, R. (2018). Peluang dan Tantangan Pemilu Serentak 2019 Dalam Perspektif Politik.
Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 73-88.

Winters, J. A. (2016). Electoral Dynamics in Indonesia: Money Politics,Patronage and


Clientelism at the Grassroots. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 405-409.

Anda mungkin juga menyukai