Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nur Alisa

Prodi : Ilmu Administrasi Negara

NPM : 2320201106

PERAN MAHASISWA DALAM UPAYA MEMINIMALISASI MONEY


POLITIC (POLITIK UANG) PADA PEMILU TAHUN 2024

PENDAHULUAN
Pemilihan Umum atau yang kerap disingkat menjadi Pemilu merupakan
salah satu ajang untuk mendeskripsikan bahwa Indonesia merupakan negara yang
demokratis. Demokrasi merupakan tubuh dari sistem politik yang berkaitan erat
dengan hukum. Oleh karena demikian, dapat dikatakan bahwa berjalannya roda
pemerintahan suatu negara sangat dipengaruhi oleh konsep demokrasi dan negara
hukum. Demokrasi merupakan fondasi dari adanya prinsip persamaan serta
kesederajatan umat manusia, sedangkan negara hukum menjadi patokan bahwa
yang memerintah pada suatu negara adalah hukum dan bukan manusia.
Demokrasi tanpa diikuti dengan adanya hukum akan berdampak pada sesuatu
yang brutal, begitu pula sebaliknya apabila hukum tanpa demokrasi maka akan
menjadi suatu hukum yang bersifat represif. Konsep dari negara demokrasi dan
hukum dapat ditinjau dari perspektif UUD 1945 pada Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 1
ayat (2), yang masing-masing menjelaskan bahwa Indonesia negara hukum, dan
mengakui bahwa rakyat memiliki posisi tertinggi karena kedaulatan berada
ditangan rakyat. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan Indonesia
merupakan negara hukum yang menyatakan bahwa yang berkuasa adalah rakyat,
sehingga disebut sebagai negara hukum yang demokratis.
Becermin pada Pasal 1 ayat (2) UUD 1945, Pemilihan Umum dilakukan
sebagai representasi kedaulatan berada di tangan rakyat. Dengan demikian, sudah
sepantasnya Pemilihan Umum berlangsung dengan demokratis dan sesuai dengan
asas Pemilu yaitu luber jurdil. Kendati begitu, pada kenyataannya telah terjadi
beberapa penyimpangan yang turut menodai Pemilu luber jurdil, salah satunya
adalah praktik money politic. Praktik money politic ini kerap disamakan dengan

1
korupsi elektoral, karena praktik tersebut merupakan tindakan berbuat curang
dalam konstelasi Pemilihan Umum yang memiliki makna serupa dengan korupsi.1
Dalam perjalanan sejarah, Pemilu terbaik yang terjadi di Indonesia adalah
pada tahun 1955. Pada tahun tersebut, Pemilu dilakukan dengan khidmat
demokratis yang kental tanpa mengenal adanya praktik money politic. Partai yang
berpartisipasi berkompetisi secara fair tanpa mengedepankan uang serta
kekuasaan, tetapi bertarung dengan gagasan cemerlang benuansa kebangsaan. 2
Namun, pasca Orde Baru, tepatnya saat zaman reformasi mulai ditemukan
praktik-praktik money politic di Indonesia dan berlanjut menjamur hingga saat ini.
Padahal, regulasi hukum mengenai tindakan money politic telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, tepatnya pada
Pasal 523 ayat (1-3).
Ketentuan mengenai praktik money politic seolah terabaikan oleh oknum-
oknum yang bermain curang dalam pesta akbar demokrasi Indonesia. Hal tersebut
dapat dilihat dari kasus-kasus money politic pada Pemilu 2019 yang berhasil
ditangkap oleh Pengawas pemilu yang berjumlah 25 kasus di 25 kabupaten dan
kota.3 Kejadian ini menandakan bahwa suatu regulasi saja tidak cukup mampu
untuk meminimalisasi praktik-praktik money politic selama proses jalannya
Pemilu. Maka, diperlukan adanya suatu kebijakan diluar hukum pidana (non
penal policy), mengingat kebijakan ini lebih baik digunakan karena
menitikberatkan pada sifat pencegahan atau preventif. Kebijakan Non penal
merupakan kebijakan yang berkaitan dengan penanggulangan kejahatan yang
bersifat pencegahan sebelum terjadinya tindak pidana dengan tujuan menangani
dan menghapuskan faktor-faktor kondusif yang dapat menyebabkan terjadinya
suatu tindak pidana dalam hal ini money politic. Non Penal Policy sebagai upaya
penanggulangan kejahatan diluar hukum pidana memiliki sasaran utama dengan
menangani faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu

1
David Estlund. 2012. The Oxford Handbook of Political Philosophy. Oxford University Press:
New York.hlm.735.
2
Hariman Satria. 2019. Politik Hukum Tindak Pidana Politik Uang dalam Pemilihan Umum di
Indonesia. Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS, 5 (1): 1-14
3
Bawaslu. 2019. Masa Tenang, Pengawas Pemilu Tangkap Tangan 25 Kasus Politik Uang.
(diakses tanggal 9 Agustus 2023, bawaslu.bo.id).

2
antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara
langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan kejahatan.4
Berfokus pada model non penal policy dalam upaya meminimalisasi praktik
money politic, penulis memiliki inovasi bahwa model non penal policy tersebut
diimplementasikan berbasis Forguad (Forum Pengaduan) System melalui peran
aktif mahasiswa. Tujuan dari dibentuknya sistem forum pengaduan ini adalah agar
mahasiswa turut andil dalam menciptakan pesta demokrasi yang bersifat
demokratis dengan meminimalisasi terjadinya praktik money politic. Mengingat,
bahwa mahasiswa merupakan agent of change dan bagian dari tangan kanan
masyarakat. Hal tersebut secara gamblang menjelaskan kepada kita bahwa
mahasiswa sangat berperan penting dalam membantu aparat penegak hukum dan
Bawaslu guna menanggulangi praktik money politic melalui Forguad System
dengan mekanisme kerja yang terstuktur dan sistematis. Dengan demikian,
melalui gagasan sistem yang diperankan mahasiswa ini diharapkan dapat
mewujudkan cita-cita Pemilu tahun 2024 yang bersifat demokratis dan ideal.
PEMBAHASAN
A. Money Politic dalam Pemilu di Indonesia
Pemilu sebagai pesta demokrasi merupakan wujud riil masyarakat untuk
memilih pemerintahan yang berkedaulatan rakyat sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Pemilu merupakan
aspek yang wajib ada dalam suatu negara yang menggunakan sistem demokrasi
dalam memilih pemerintahannya. Sehingga, tidak heran bila pemilu yang berjalan
dipenuhi oleh kendala yang justru dapat merusak esensi dari demokrasi itu sendiri.
Pada prinsipnya pemilu memiliki fungsi untuk meregenerasi para pemimpin yang
telah menjabat dengan waktu lama agar digantikan oleh pemimpin yang memiliki
visi misi untuk Indonesia yang lebih baik. Selain itu, pemilu adalah kegiatan yang
sifatnya persuasif sehingga para pemilih dapat memilih paslon secara objektif.5
Berbicara mengenai Pemilu, maka erat kaitannya dengan kampanye.
Kampanye merupakan kegiatan khas dan wajib dilakukan oleh para paslon

4
Barda Nawawi Arief, 2008, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru), Jakarta: Kencana Prenada Media Group.hlm.2.
5
Prasetyo, Rizky Agung dan Sasmita, Adi Zulfikar Ranu. 2019. Money Politic, Penyakit Pejabat
Dan Masyarakat Yang Harus Dihapuskan Di Indonesia Menjelang Pemilu. Universitas Tidar:
Program Studi Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. hlm. 3

3
sebagai wujud pelaksanaan pemilu di Indonesia. Kampanye bertujuan untuk
mengenalkan identitas diri masing-masing paslon atau kandidat pemilu ke
hadapan masyarakat umum. Dalam pelaksanaannya, kampanye harus didukung
oleh beberapa aspek yang terdiri dari penyelenggara pemilu, peserta, serta
intergritas proses. Sementara itu, demi mencapai tujuan tersebut, tidak heran
bahwa para kandidat melakukan kampanye di segala segmen untuk menarik hati
masyarakat agar menjatuhkan pilihan suaranya kepada kandidat yang
bersangkutan saat pemungutan suara6 termasuk melakukan pelanggaran dalam
kampanye.
Salah satu pelanggaran kampanye yang paling familiar dilakukan adalah
praktik politik uang (money politic). Money politic dilakukan dengan cara
memberikan uang dengan jumlah tertentu kepada warga sebagai sogokan untuk
mendapatkan suara warga saat pemungutan suara. Tentu saja praktik tersebut
sangat tidak sejalan dengan nilai demokrasi di Indonesia. Jika membahas money
politic dalam pemilu, tentu tidak dapat dilepaskan dari hukum pidana. Tindak
pidana money politic dalam peraturan perundang-undangan khususnya dalam
KUHP diatur sebagai peraturan a quo dalam Pasal 523 ayat (1), (2), dan (3)
KUHP.
Kemudian, berdasarkan maraknya kasus-kasus money politic yang terjadi,
pada dasarnya, budaya politik uang dalam pemilu di Indonesia memiliki dampak
antara lain:7
a) money politic dapat merendahkan martabat masyarakat;
b) money politic adalah jebakan untuk masyarakat;
c) money politic dapat membunuh kaderisasi politik;
d) money politic akan berujung pada tindak pidana korupsi;
e) money politic dapat mematikan transformasi rakyat.
B. Peran Mahasiswa Sebagai Non Penal Policy Terhadap Praktik Money
Politic dalam Pemilu di Indonesia
Begitu buruknya dampak money politic terhadap masyarakat dan negara,
menyadarkan kita bahwa terkadang apa yang tertulis seringnya tidak sesuai
6
Roger, S. 2010. Representasi Kepentingan Rakyat pada Pemilu Legislatif 2009. Salatiga: Pustaka
Pelajar
7
Nisa Nabila, dkk. 2020. Pengaruh Money Politic Dalam Pemilihan Anggota Legislatif Terhadap
Keberlangsungan Demokrasi Di Indonesia. Jurnal Notarius, 13(1): 148.

4
dengan apa yang tersirat. Begitu pula dengan pesta demokrasi (pemilu) yang
diselenggarakan. Dalam pelaksanaan pemilu, terdapat masa kampanye yang
ditujukan untuk memperkenalkan profil-profil para kandidat sehingga masyarakat
dapat memilih dengan objektif berdasarkan integritas yang dimiliki oleh kandidat
yang bersangkutan. Praktiknya di lapangan justru terdapat banyak pelanggaran
selama kampanye berlangsung yakni dilakukannya praktik Money Politic. Salah
satu contoh kasus money politic yang cukup viral pada pemilu serentak tahun
2019 lalu adalah kasus caleg dari partai Gerindra yang bernama Lambang
Purnomo. Caleg partai Gerindra tersebut melakukan pelanggaran kampanye
dengan memberikan uang kepada warga untuk mendapatkan suara demi mencapai
jabatan legislatif di DPRD Wonogiri. Hakim pun memberikan vonis 1,5 bulan
kurungan penjara atas tindak pidana yang dilakukan Lambang Purnomo.
Berdasarkan hal tersebut, maka terlihat upaya dalam menangani praktik
money politic masih belum strategis sehingga diperlukan adanya peran disamping
para penegak hukum dalam meminimalisasi money politic. Sejalan dengan hal di
atas, apabila melihat kondisi pemerintahan Indonesia beberapa tahun lalu yaitu
pada peristiwa Mei tahun 1998, mahasiswa memiliki andil besar dalam mengubah
pemerintahan absolut di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan diturunkannya
mantan presiden Indonesia yakni Presiden Soeharto yang secara absolut telah
menjabat selama 32 tahun. Penggulingan jabatan tersebut menunjukkan bahwa
mahasiswa memiliki kontribusi yang sangat tinggi dalam memilih masa depan
yang baik untuk bangsa Indonesia.
Menurut pandangan Fachry Ali, mahasiswa dikatakan sebagai dunia
generasi muda yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan di
perguruan tinggi maupun akademi.8 Mahasiswa dapat dikatakan sebagai
kelompok masyarakat yang memiliki ciri khas tersendiri seperti dalam hal
memperoleh pendidikan politik dengan waktu relatif lebih lama, memperoleh
banyak pengalaman organisasi di lingkungan kampus, hingga dilabelinya
mahasiswa sebagai elit generasi muda. Mahasiswa adalah komponen utama guna
memajukan sistem demokrasi dalam dunia perpolitikan Indonesia. Dikatakan
demikian karena pola pikir dan semangat berapi-api yang dimiliki oleh mahasiswa

8
Ali, Fachry. 1985. Mahasiswa, Sistem Politik Indonesia dan Negara. Jakarta: Inti Sarana Aksara

5
mampu manjadikan mereka sebagai pilar utama dalam tata pemerintahan di
Indonesia. Selaras dengan uraian yang telah dipaparkan, tentu peranan mahasiswa
dalam menciptakan pemilu yang demokratis menjadi sangat urgensi.
Peran mahasiswa sangat penting dalam mewujudkan pemilu yang bersih,
jujur dan adil. Sebagai mahasiswa, banyak hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah praktik-praktik black campaign yang dilakukan oleh oknum kandidat-
kandidat dalam pemilu. Salah satu caranya adalah ikut berkontribusi atau bekerja
sama dengan bawaslu (badan pengawas pemilu) untuk menindak para pelanggar
pemilu. Peran tersebut harus dijalankan secara optimal agar praktik money politic
yang dianggap sudah menjadi budaya dalam pelaksanaan pemilu segera musnah
dan esensi dari demokrasi di Indonesia tidak memudar.

Forguad System

Penindakan Money Masyarakat


Politic

Bawaslu Mahasiswa

Gambar 1. Bagan Forum Pengaduan Praktik Money Politic

Sesuai dengan bagan di atas, solusi sebagai bentuk pencegahan atas


praktik money politic yang dilakukan oleh oknum kandidat pemilu dapat
dilakukan dengan membentuk forum pengaduan oleh mahasiswa dengan
menampung laporan-laporan dari masyarakat. Forum pengaduan (Forguad
system) ini dibentuk sebagai model non penal policy untuk mencegah terjadinya
pelanggaran pemilu khususnya money politic yang kian membudaya setiap
terjadinya penyelenggaraan pemilu. Mahasiswa tentu tidak hanya berdiam diri
saja tetapi aktif terjun ke masyarakat untuk menyosialisasikan sistem pengaduan
atas praktik money politic dan turut dalam melaksanakan proses pemantauan
selama pemilu berjalan, sehingga model non penal policy yang diperankan
mahasiswa melalui forguad system ini diimplementasikan untuk menjadi sistem
deteksi dini dari adanya praktik politik uang. Lebih lanjut, poin utama yang

6
dilakukan setelah laporan dari masyarakat tersebut ditampung adalah mahasiswa
akan melaporkan ke bawaslu untuk ditindaklanjuti disertai dengan bukti-bukti
yang dikumpulkan. Sehingga forum pengaduan ini tidak hanya berhenti pada
tahap pelaporan oleh masyarakat ke mahasiswa saja, namun ada tindak lanjut dari
tindakan pencegahan yang dilakukan tersebut.
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelanggaran
pemilu berupa praktik money politic seolah-olah sudah menjadi budaya yang tidak
dapat dilepaskan ketika pesta demokrasi berlangsung. Bila praktik-praktik tersebut
tetap dibiarkan maka esensi demokrasi di bangsa ini akan semakin menyusut dan
memudar. Oleh sebab itu, diperlukan adanya peran mahasiswa sebagai pilar utama
bangsa Indonesia untuk kembali menciptakan negara Indonesia yang demokratis.
Praktik money politic yang dilakukan oleh oknum kandidat pemilu dapat
dicegah sebagai langkah yang sifatnya non penal policy melalui pembentukan
forguad system atau forum pengaduan yang fungsinya ditujukan untuk
menampung laporan dari masyarakat atas tindakan money politic serta bersifat
sebagai sistem deteksi dini manakala dari pantauan mahasiswa selama proses
pemilu terlihat ada kejanggalan dan kecurigaan terjadinya money politic.
Selanjutnya, atas aduan dari masyarakat akan dilaporkan kembali oleh mahasiswa
dengan bukti-bukti yang sudah lengkap dikumpulkan kepada bawaslu agar
kandidat, pendukung, ataupun oknum yang bersangkutan dapat ditindak dengan
tegas.
Dengan adanya model kebijakan diluar hukum pidana (non penal policy)
melalui peran mahasiswa dalam forguad system ini diharapkan dapat
meminimalisasi praktik-praktik money politic yang terus menjamur hingga
sekarang. Sehingga, forguad system dengan misi menciptakan suasana kompetisi
yang fair dalam Pemilu dapat berjalan secara optimal. Oleh karena demikian,
peran mahasiswa dalam memenuhi harapan Pemilu 2024 yang demokratis dapat
segera terealisasikan dengan mekanisme kerja forguad system yang terstruktur dan
sistematis.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Fachry. 1985. Mahasiswa, Sistem Politik Indonesia dan Negara. Jakarta: Inti
Sarana Aksara
Arief, Barda Nawawi. 2008. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana
(Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru). Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
David, Estlund. 2012. The Oxford Handbook of Political Philosophy. New York:
Oxford University Press.

Prasetyo, Rizky Agung dan Sasmita, Adi Zulfikar Ranu. 2019. Money Politic,
Penyakit Pejabat Dan Masyarakat Yang Harus Dihapuskan Di Indonesia
Menjelang Pemilu. Universitas Tidar: Program Studi Hukum, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Roger, S. 2010. Representasi Kepentingan Rakyat pada Pemilu Legislatif 2009.
Salatiga: Pustaka Pelajar
Hariman Satria. 2019. Hukum Tindak Pidana Politik Uang dalam Pemilihan
Umum di Indonesia. Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS, 5 (1): 1-14

Nisa Nabila, dkk. 2020. Pengaruh Money Politic Dalam Pemilihan Anggota
Legislatif Terhadap Keberlangsungan Demokrasi Di Indonesia. Jurnal
Notarius, Vol. 13 No. 1.
Bawaslu. 2019. “Masa Tenang, Pengawas Pemilu Tangkap Tangan 25 Kasus
Politik Uang”. bawaslu.go.id, diakses tanggal 9 Agustus 2023.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Anda mungkin juga menyukai