Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan

rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah. ”Secara

etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa yunani, yaitu

demos artinya rakyat dan kratos artinya kekuasaan.”1 Di Indonesia

demokrasi merupakan peristiwa penting yang juga berhubungan

dengan rakyat sebagai tokoh utama dalam demokrasi, rakyat inilah

yang akan menjadi bagian dari calon pemimpin ataupun yang

akan menjadi kandidat dalam pemilu yang akan dipilih ketika

adanya pesta demokrasi di suatu negara, dalam demokrasi rakyat

dibebaskan dari keterikatan kepada pilihannya tanpa ada paksaan

dari siapapun.

Ketika pesta demokrasi dilaksanakan dalam pemilu tentu

saja para kandidat bersaing dalam memenangkan hati masyarakat

banyak cara yang akan dilakukan yang demokrasi akan

menawarkan visi, misi, dan juga program kerja, namun dalam

pelaksanaannya baik pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah

di Indonesia sering terlihat tidak sehat, pemilu dan pilkada yang

dinilai sebagai pesta demokrasi rupanya belum bisa

mengimplementasikan sistem demokrasi yang sesungguhnya

1
Suparyanto Yudi, Demokrasi di Indonesia, Penerbit Cempaka Putih, Kelaten, 2018, h. 2.
karena dalam proses pelaksanaannya pemilihan umum masih di

sungguhi kecurangan atau ‘’tindak pidana’’ yang dilakukan oleh

peserta pemilu atau calon kandidat salah satu bentuk

kecurangannya adanya praktik “politik uang” tentu saja ini

merusak pesta demokrasi dalam suatu negara pemilu merupakan

salah satu alat penting untuk mengukur bagaimana perkembangan

demokrasi di suatu negara jika penyelenggaraan pemilu

berlangsung dengan adil dan demokratis maka demokrasi di suatu

negara dapat dikatakan tumbuh dengan sempurna.

Ketika diadakan pesta demokrasi di Indonesia yang berwenang

menyelenggarakan pemilu adalah “Komisi Pemilihan Umum KPU

dan Badan Pengawas pemilu BAWASLU merupakan lembaga yang

bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu.”2 di seluruh wilayah

Indonesia dalam memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,

Presiden dan wakil presiden Kedua lembaga ini mempunyai peran

yang sangat penting ketika diadakan pesta demokrasi, terutama

bawaslu sebagai pengawas pemilu yang akan mengawal ketat para

kandidat agara tidak melanggar undang-undang dalam hal ini

‘’politik uang’’.

Hal utama yang perlu diketahui adalah undang-undang

merupakan landasan utama dalam sistem demokrasi di Indonesia dari


2
Mahat Chryshna, Undang-Undang 15 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan pemilu, Kompas
Pedia, 28 januari 2022, h. 1
penyelenggara, pengawasan hingga sanksi administrasi dan sanksi

pidana diatur dalam undang-undang Pengaturan sistem pemilu di

Indonesia selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu dalam

setiap penyelenggaraan pemilu.”Dalam proses pembuatan pergantian

regulasi setiap pemilu memiliki dinamika politik hukum, yakni

latar belakang politik, ekonomi, sosial, budaya atas lahirnya

produk Undang-undang Pemilu.”3 Pemilu di Indonesia sendiri

belum bisa dikatakan pemilu yang berjalan dengan baik, melihat

dari fenomena yang terjadi, problematika yang dihadapi Indonesia

saat ini yaitu pelaku politik uang.

Di Indonesia pelaku politik uang terus bertambah ketika

diadakan pesta demokrasi, berbagai cara ditempuh agar praktik

politik uang dapat diminimalisir dengan cara menyiapkan produk

hukum berupa Undang-Undang pemilu yang diharapkan dapat

meminimalisir terjadi politik uang, namun ini tentu saja belum

cukup ketika terciptanya produk hukum tentu saja ada proses

penerapan sanksi kepada pelaku politik uang baik berupa

pelanggaran, administrasi dan tindak pidana, pelanggaran

administrasi pemilu merupakan jenis pelanggaran yang terjadi

karena tidak sesuai tata cara, mekanisme, prosedur, syarat yang

diatur dalam ketentuan yang berlaku. Ketentuan yang berlaku

mengacu pada Undang-Undang dan peraturan pelaksanaan lainnya,

3
Agus Riwanto, Hukum Partai Politik dan Hukum Pemilu Di Indonesia, Februari 2016, Thafa
Media, Yogyakarta, 2016, h.2
misalnya PKPU dan sejenisnya, sedangkan tindak pidana pemilu

merupakan jenis pelanggaran terjadi karena secara materiil dan

formil melanggar delik-delik pidana yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan kepala daerah.

Salah satu fenomena politik uang yang terjadi di Indonesia yaitu.

Pileg 2014 adalah pemilu yang sara dengan politik uang, Jimly
Asshidiqe, ketua Dewan Kehormatan Penyelenggaraan Pemilu
(DKPP) menyatakan bahwa praktik politik Uang di Pileg 2014
adalah yang paling masif sepanjang sejarang pemilu di
Indonesia, Sedangkan Corruption Watch (ICW) memandang Pileg
2014 sebagai pemilu yang paling brutal, sementara seorang tokoh
islam juga menyebut Pileg 2014 sebagai pemilu yang paling
kapitalis, kanibal, dan korup. Tidak lama setelah hari
pemungutan suara pada 9 April 2014, juga telah terbentuk
wacana di kalangan penggiat media massa bahwa para kandidat
telah membagi-bagikan uang kepada pemilih, memberikan barang
serta menyuap para pejabat penyelenggara pemilu pada tingkat
yang sebelumnya tidak pernah terjadi dalam sejarah pemilu di
Indonesia. Pemilu ini para kandidat bertarung untuk mendapatkan
kursi di lembaga legislatif yang ada pada 3 level, yaitu DPR di
tingkat pusat, DPRD di tingkat provinsi (33 provinsi), dan
DPRD di tingkat kabupaten, pedesaan dan kota yang berjumlah
497. Secara total terdapat 19.699 kursi yang diperebutkan di
semua tingkat ini semua yang diikuti 12 partai politik nasional
dan 3 partai politik lokal, diperkirakan terdapat sekitar 180,000
kandidat yang berkompetisi dalam pileg 2014.4

Diatas merupakan salah satu contoh ‘’politik uang’’ yang

pernah terjadi di Indonesia fenomena ini bukan hal yang baru ketika

diadakan pesta demokrasi ini memperlihatkan pemilu di negara ini

belum bisa dikatakan pemilu yang berjalan dengan sempurna.

Adapun contoh yang memperlihatkan kasus pelanggaran dalam

4
Mada Sukmajati dan Edward Aspinall. Politik Uang Indonesia Patronas dan Klientelisme di
pemilu Legislatif 2014, PolGov, Yogyakarta, 2015, h.2.
pemilu di Indonesia seperti apa yang disampaikan oleh Ratna

Dewi Pettalol :

Anggota Bawaslu Ratna Dewi Pettalolo menyatakan tingkat


partisipasi masyarakat dalam pelaporan politik uang dalam
Pilkada serentak 2020 tergolong tinggi Peningkatan kasus politik
uang pada tahun 2020. Dari data penanganan dugaan
pelanggaran politik uang yang berjumlah 262 kasus yang telah
sampai pengkajian dan penyidikan, terdapat 197 laporan masyarakat
dan 65 kasus merupakan temuan Bawaslu. Angka penanganan
politik uang tersebut dikumpulkan hingga 17 Desember 2020. Dewi
menyebutkan sudah ada enam putusan tindak pidana politik
uang dan semuanya dinyatakan bersalah. Putusan itu tersebar di
Kota Tarakan Kalimantan Utara, Kabupaten Berau Kalimantan
Timur, Kota Palu Sulawesi Tengah, Kota Tangerang Selatan
Banten, Kota Cianjur Jawa Barat masing- masing mendapatkan
vonis 36 bulan dan vonis 200 juta rupiah. Sementara di
Kabupaten Pelalawan Riau mendapatkan vonis 6 bulan
percobaan dan vonis 200 juta rupiah.5

Banyak terjadi kasus politik uang di Indonesia menjadi

sebuah pertanda bahwa proses penegakan hukum dan

pencegahannya belum optimal dilakukan ini menjadi persoalan

yang harus diselesaikan oleh Bawaslu dan pemerintah partisipasi

masyarakat juga penting mencegah terjadinya politik uang karena

masyarakat merupakan objek utama dari oknum pelaku politik

uang Contohnya saja pada beberapa kasus pelanggaran pemilu di

wilayah Kota Tarakan Kalimantan Utara:

Badan pengawas pemilihan umum (Bawaslu) Tarakan melimpahkan


kasus temuan dugaan pelanggaran pemilu ke penyidik Polres
Tarakan. Dengan nomor temuan, 03/TM/PG/Kota/24.01/x/2020
berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan terhadap temuan
5
Ratna Dewi Pettalolo, BAWASLU: Ungkap pelanggaran politik uang yang berjumlah 262
kasus.Tersedia di internet dengan alamat, https://www.bawaslu.go.id/id/berita/partisipasi-
masyarakat-tinggi-dari-262-kasus-politik-uang-197-laporan-, Diakses tanggal 10 bulan Maret
tahun 2022, pukul 11:09.
yang masuk, serta hasil kajian pengawas pemilihan. Selama
pelaksanaan pilkada, Bawaslu menerima 16 kasus pelanggaran
pemilu dimana 15 diantaranya telah terselesaikan, sedangkan 1
perkara masih dalam penyelidikan namun ada 5 pelanggaran
pidana tetapi 4 diantaranya dihentikan pada tahap kedua
pembahasan karena tidak memenuhi unsur. Sedangkan 1 kasus
politik uang diteruskan ke penyidik Polres Tarakan.Sedangkan
untuk 12 kasus lainnya merupakan dugaan pelanggaran
administrasi dan 2 kasus terkait kode etik.6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang

masalah diatas, maka rumusan masalah yang diambil sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses penegakan hukum jika terjadi politik uang

pada pilkada di wilayah Kabupaten Tana Tidung ?

2. Apa Upaya Bawaslu dalam mencegah terjadinya politik uang di

wilayah Kabupaten Tana Tidung ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berikut ini adalah tujuan penelitian sesuai dengan

rumusan masalah tersebut diatas :

a) Tujuan Objektif

1) Untuk mengetahui, menganalisi, dan mengkaji proses


penegakan hukum jika terjadi pelaku politik uang.

6
Koran Kaltara: Tersedia di Internet dengan alamat, https://korankaltara.com/bawaslu-tarakan-
limpahkan-kasus-dugaan-politik-uang-ke-penyidik/. Diakses tanggal 12 bulan maret tahun 2022
pukul 11.52 PM
2) Untuk mengetahui, menganalisa, dan mengkaji apa upaya
Bawaslu dalam mencegah terjadinya politik uang dalam
pemilihan kepala daerah.
b) Tujuan Subjektif
Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam
mengkaji dan menganalisa penelitian hukum sebagai salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
(SH) di Fakultas Hukum Universitas Janabadra dan hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dalam
perkembangan sanksi hukum pidana politik uang.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yaitu :
a. Manfaat teoritis
Sebagai bahan pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang kajian hukum pidana serta
memberikan gambaran yang jelas bagaimana proses
penegakan jika terjadi politik uang dari Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan
kepala daerah serta mengenai upaya Bawaslu dalam
mencegah terjadinya pelaku politik uang yang
diharapkan dapat menambah literatur serta bahan-
bahan informasi ilmiah.
b. Manfaat praktis
Sebagai referensi bagi penelitian memberikan

wawasan ilmu pengetahuan di bidang hukum baik

bagi Akademisi maupun praktisi yang ingin

memahami lebih lanjut dan mendalam upaya bawaslu

dalam mencegah terjadinya politik.

D. Metode Penelitian
a. Jenis dan pendekatan penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan penulis adalah

penelitian hukum normatif yaitu “mengkaji hukum yang

berkonsep sebagai norma atau kaida yang berlaku dalam

masyarakat dan menjadi acuan prilaku setiap orang.”7

Penelitian hukum normatif menggunakan pendekatan normatif

yuridis penelitian berfokus pada hukum positif Indonesia

Penelitian ini akan berkaitan dengan kajian yuridis sanksi

pidana politik uang dalam undang-undang nomor 10 tahun

2016 tentang pilkada di wilayah provinsi kalimantan utara

kabupaten tana tidung.

2. Metode pendekatan

Dalam metode pendekatan ini penulis menggunakan

metode pendekatan yaitu sebagai berikut:

a. Pendekatan perundang-undangan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

pendekatan perundang-undangan yaitu “pendekatan yang

digunakan untuk mengkaji dan menganalisis semua undang-

undang dan pengaturan yang ada sangkut pautnya dengan

isu hukum yang sedang diteliti.”8

b. Sumber Data

7
Ishaq, Metode Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, Alfabeta, Bandung,
2017, h.66
8
Ibid, h. 98
Sumber data dalam penelitian ini adalah berasal

dari objek penelitian atau tempat dimana peneliti

melakukan penelitian. Mengenai sumber data penelitian

ini diperoleh dari:

1. Data primer
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh secara
langsung yaitu dengan wawancara yaitu responden
Ketua dan Anggota Bawaslu wilayah Kabupaten
Tana Tidung Provinsi Kalimantan Utara.
2. Data Teriser
Bahan hukum teriser adalah bahan hukum yang dapat
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum
maupun bahan hukum skunder. Bahan hukum teriser
tersebut adalah media internet.
3. Data skunder
Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh
dari bahan perpustakaan atau literatur yang
mempunyai hubungan dengan objek penelitian.9
Bahan hukum skunder yaitu yang bersumber dari
undang-undang antara lain :
Undang-undang No 10 Tahun 2016
Undang-undang No 7 Tahun 2017

c. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Provinsi

Kalimantan Utara Kabupaten Tana Tidung Dalam

penelitian ini akan dilakukan dengan mengambil data dan

informasi dari instansi kantor Bawaslu Kabupaten Tana

Tidung.

d. Narasumber

Narasumber Penelitian ini adalah Pimpinan /

Anggota Bawaslu wilayah Kabupaten Tana Tidung.


9
Ibid, h.103
e. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu

data primer data yang diperoleh “secara langsung dilapangan

Dengan melalui studi kepustakaan, documen, wawancara,

pengamatan.”10 Teknik pengumpulan data ini mengajukan

pertanyaan langsung kepada narasumber yang berwenang

dalam suatu masalah secara terbuka yang telah disiapkan

dengan terencana. Teknik pengumpulan data ini dapat

digunakan secara bersama-sama yang berhubung dengan

penelitian.

f. Analisis Data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis untuk

menjawab permasalahan yang menjadi acuan dalam penulisan

skripsi analisis data yang digunakan oleh penulis yaitu analisa

kualitatif yaitu suatu “analisa data yang berguna untuk aspek-

aspek normatif (yuridis) melalui metode yang bersifat

deskriptif analisa yaitu menguraikan gambaran dari data yang

diperoleh dan menghubungkannya satu sama lain untuk

mendapatkan suatu kebenaran.”11 Analisa ini untuk menguji

dengan menggunakan metode berfikir secara deduktif, berpikir

dari hal-hal yang berpikir umum kemudian ditarik kepada hal-

hal yang berpikir khusus.

10
Ibid, h. 118
11
Ibid, h. 129

Anda mungkin juga menyukai