Mata Kuliah:
Kelas Korupsi & Good Governance
Kelompok 2:
PENDAHULUAN
Demokrasi merupakan pemerintahan oleh rakyat dan merupakan sistem
yang tegak di atas prinsip kedaulatan rakyat dengan dua nilai pokok, yaitu
kebebasan (liberty) dan kesederajatan (equality). Sebagai perwujudan demokrasi,
di dalam International Commision of Jurist, Bangkok Tahun 1965, dirumuskan
bahwa “penyelenggaraan pemilihan umum yang bebas merupakan salah satu syarat
dari enam syarat dasar bagi negara demokrasi di bawah rule of law.” Kemudian,
definisi mengenai pemerintahan demokrasi dirumuskan, yaitu suatu bentuk
pemerintahan dimana warga negara melaksanakan hak yang sama tetapi melalui
wakil-wakil yang dipilih dan bertanggung jawab kepada mereka melalui proses
pemilihan-pemilihan yang bebas.1 Menurut, Moh. Mahfud mengatakan bahwa
kedaulatan rakyat mengandung pengertian adanya pemerintahan dari, oleh, dan
untuk rakyat, menunjukkan bahwa pemerintahan dari rakyat mengandung
pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan yang sah dan diakui (legitimate
government) di mata rakyat.2
Pemilihan umum sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Tujuan
pemilihan umum untuk mengimplementasikan prinsip demokrasi. Pemilihan
Umum di Indonesia dilaksanakan untuk memilih anggota lembaga-lembaga
perwakilan, presiden, dan wakil presiden setiap lima tahun sekali. Hal ini diatur
secara jelas dan terperinci dalam Pasal 22E UUD 1945. Konsep pemilu yang
dilaksanakan di Indonesia adalah pemilu serentak dengan sistem proporsional
terbuka3 , yaitu selain memilih Presiden dan Wakil Presiden juga memilih anggota
DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Pemilu serentak diadakan
1 Sukriono, Didik. "Menggagas sistem pemilihan umum di Indonesia." Konstitusi Jurnal 2.1 (2009):
8, hlm. 10
2 Prasetyoningsih, Nanik. "Dampak Pemilihan Umum serentak bagi pembangunan demokrasi
parlemen sesuai dengan perolehan suara rakyat. Proporsional representatif terdiri dari dua macam,
yaitu list yaitu berdasarkan daftar; dan single transferable votes yaitu berdasarkan peringkat.
Umumnya Sistem Proporsional Daftar terbuka mempunyai lebih dari satu calon dalam satu daerah
pemilihan. Hal ini menunjukkan bahwa akan lebih dari satu kursi parlemen yang akan
diperebutkan.Pada sistem daftar terbuka, pemilih tidak h anya dapat memilih partai pilihan mereka,
namun juga kandidat yang diusung dalam partai tersebut, dan apabila kandidat calon mendapatkan
suara terbanyak maka ialah yang dipilih sebagai pemimpin daerah tertentu. Lihat, Asnan Asy’Ari,
Pemilu Proporsional Terbuka Menurut UU 7/2017 Dalam Perspektif Siyasah Dusturiyah, Skripsi,
UIN Suska Riau, 2021, hlm. 34.
2
pertama pada tahun 2019. Hal ini berawal dari permohonan uji materi Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presid en dan Wakil Presiden,
sehingga melalui Putusan MK Nomor 14/PUU-XI/2013 menetapkan kebijakan
tentang pemilu serentak yang pada intinya memisahkan penyelenggaraan pemilihan
legislatif dan pemilihan presiden adalah inkonstitusional. 4
Pada 2024 akan terselenggaranya tahapan-tahapan pemilu, seperti
perencanaan program dan anggaran, penyusunan peraturan KPU, pemutakhiran
data pemilih dan penyusunan daftar pemilih, pendaftaran dan verifikasi peserta
pemilu, penetapan peserta pemilu, penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah
pemilihan, pencalonan DPD, pencalonan anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota, pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, masa kampanye pemilu,
masa tenang, pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi hasil perhitungan
suara, pengucapan sumpah/janji DPRD kabupaten/kota, pengucapan sumpah/janji
DPR dan DPD, dan pengucapan sumpah/janji presiden dan wakil presiden. 5 Dalam
tahapan-tahapan penyelenggaraan pemilu tidak terlepas dari berbagai problematika.
Menurut Bawaslu dalam webinar “Problematika Penyelenggaraan Pemilihan
Umum Tahun 2004”, adapun masalah yang akan dihadapi diantaranya Beban Tugas
KPPS, Pendistribusian Logistik, Validasi Data Pemilih, Politik Uang, dan
Penyebaran Hoax atau Hate Speech saat masa Kampanye. 6
Salah satu problem di dalam tahapan kampanye yang cukup krusial adalah
mengenai pendanaan kampanye, sebab semakin lama biaya untuk kampanye,
mobilisasi massa, memoles citra dan menjadikan uang untuk “membeli” suara
semakin mahal. Besarnya biaya yang diperlukan untuk mengembalikan investasi
pasca Pemilu sebelumnya dan kebutuhan modal untuk mempertahankan jabatan
dalam Pemilu yang akan datang menimbulkan kerentanan bagi politisi untuk
berorientasi pada upaya mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Upaya tersebut
dapat dilakukan dengan cara-cara yang legal maupun ilegal. Secara legal, seorang
4 Iswara N Raditya, Pilpres 2019 & Sejarah Pemilu Serentak Pertama di Indonesia,
https://tirto.id/pilpres-2019-sejarah-pemilu-serentak-pertama-di-indonesia -dmTm diakses 28 Mei
2023.
5 Tahapan dan Jadwal Penyelenggaran Pemilu Tahun 2024.
https://infopemilu.kpu.go.id/Pemilu/Peserta_pemilu diakses 28 Mei 2023.
6 Sri Mulyono, Problematika Penyelenggaraan Pemilu 2024, https://sukoharjo.bawaslu.go.id/8270-
7 Johanes Danang Widoyoko, Akuntabilitas Dana Politik Korupsi Pemilu di Indonesia, hlm. viii.
Dan Johanes Danang Widoyoko, "Politik, patronase dan pengadaan: Studi kasus korupsi proyek
Wisma Atlet." Integritas: Jurnal Antikorupsi 4.2 (2018): 1-23.
8 Rofiq Hidayat, Kontrol maksimal Dana Kampanye, Cegah Potensi Korupsi Kepala Daerah,
https://www.hukumonline.com/berita/a/kontrol-maksimal-dana-kampanye--cegah-potensi-korupsi-
kepala -daerah-lt57ecdd232a417#! diakses 28 Mei 2023.
9 Kerawanan Korupsi oleh Penyelenggara Pemilu, Ini Jenis-Jenisnya! https://aclc.kpk.go.id/aksi-
informasi/Eksplorasi/20230213-kerawanan-korupsi-oleh-penyelenggara -pemilu-ini-jenis-jenisnya
diakses 28 Mei 2023.
10 lihat juga Indrayana, Denny. "Money politics in a more democratic Indonesia: an overview."
PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, adapun limitasi
permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini yaitu: terkait bagaimana potensi
korupsi pada pendanaan kampanye pemilihan umum di Indonesia? dan bagaimana
pencegahan korupsi pada pendanaan kampanye yang terjadi pada pemilihan umum
di Indonesia? Para penulis dalam tulisan ini menggunakan metode penelitian
hukum Doktrinal dengan perolehan data melalui pelbagai kajian kepustakaan.11
Para penulis menelaah dan menganalisa khususnya terkait Money Politic dalam
penyelenggaraan Pemilu dan Pengaturannya di Indonesia.
PEMBAHASAN
Teori Korupsi Politik
Secara etimologi korupsi berasal dari bahasa Latin corrumpere yang artinya
merusak atau menghancurkan. Black’s Law Dictionary menjelaskan korupsi
sebagai praktek ilegal yang bertentangan dengan hukum untuk meraih keuntungan
bagi dirinya sendiri atau orang lain dan bertentangan dengan tugas dan hak orang
lain.12 Korupsi juga dijelaskan dan dipaparkan oleh beberapa ahli, misalkan Jack
bologne menjelaskan bahwa akar dari korupsi adalah keserakahan dan ketamakan,
ia menjelaskan dengan empat variabel yang disebut Teori GONE: Greedy (G),
Opportunity (O), Needs (N), dan Expose (E). Keserakahan (greedy) yang didukung
dengan terbukanya kesempatan yang lebar (opportunity), dan diperkuat oleh
kebutuhan (needs) akan menggerakkan keinginan dalam diri seseorang untuk
melakukan tindakan korupsi. Keinginan untuk melakukan korupsi ini juga
diperkuat oleh kondisi hukum yang tidak jelas dan memberikan hukuman terlalu
ringan (expose) bagi para pelaku korupsi, sehingga tidak menimbulkan efek jera.
Kemudian, menurut Robert Klitgaard, korupsi dapat terjadi terutama oleh pejabat
karena “monopoli kekuasaan” (monopoly of power) yang dimiliki seorang
pimpinan, ditambah dengan tingginya kekuasaan (discretion of official) yang
11 Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum
(Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 1 -2. Baca juga Sri Mamudji, et. al., Metode
Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
2005), hlm. 28.
12 Henry Campbell Black, Black's Law Dictionary Fifth Edition, West Publishing Co.: New York,
1986. Baca juga dalam Taylor, Leslie J. "The Evolution of Black's Law Dictionary." Can. L. Libr.
Rev. 36 (2011): 106.
5
13 Wilhelmus, Ola Rongan. "Korupsi: Teori, faktor penyebab, dampak, dan penanganannya." JPAK:
Jurnal Pendidikan Agama Katolik 17.9 (2017): 26-42, hlm.30-32.
14 Bentuk-bentuk Korupsi Poltik yang Perlu Diketahui, https://aclc.kpk.go.id/aksi-
informasi/Eksplorasi/20220524-bentuk-bentuk-korupsi-politik-yang-perlu-diketahui diakses 28
Mei 2023.
15 Bosso, F., M. Martini, and I. Albisu Ardigó. "Political Corruption Topic Guide." (2014), hlm. 2.
16 Definisi ini, bagaimanapun, tidak membedakan secara jelas antara politik dan korupsi birokrasi.
Ini menetapkan keterlibatan negara dan negara yang diperlukan pelaku korupsi, tanpa ada pengertian
mengenai tingkat kewenangan tempat terjadinya korupsi terjadi. Lihat, Amundsen, Inge. "Political
corruption: An introduction to the issues." CMI Working Paper (1999), hlm.3.
6
Demokrasi Lokal Evaluasi Pemilukada Di Indonesia, (Jakarta, Konstitusi Pers, 2012), hlm. 179.
23 Piers Beims dan James Messerschmidt, Criminilogy, Second Edition (Harcourt Brage College
batasan waktu tertentu, tetapi tetap saja hanya prosedural yang tidak substantif.
Menarik, ada partai besar dengan jumlah dana sangat kecil, sedangkan ada partai
baru (kecil) dengan dana terbesar. Hal lainnya, ada partai yang telah “jorjoran”
belanja kampanye media, tetapi hanya melaporkan dana kampanye yang sangat
kecil jumlahnya dibandingkan dengan taksiran yang telah ia keluarkan. Hal yang
seakan menggambarkan tidak adanya kerelaan dan kewajiban untuk melengkapi
semua hal tersebut.24
Rekening khusus dana kampanye didefinisikan sebagai rekening khusus
yang menampung dana kampanye pemilu yang dipisahkan dari rekening keuangan
partai politik atau rekening keuangan pribadi calon Anggota DPD. Rekening khusus
ini diperuntukkan guna menempatkan atau menampung dana kampanye pemilu
masing-masing parpol peserta pemilu. Laporan awal dana kampanye dan rekening
khusus dana kampanye menyajikan informasi mengenai nama bank, nomor
rekening, nama pemegang rekening dan saldo pembuka rekening. 25 Bahkan di
dalam memenuhi kebutuhannya yang besar itu para calon berani melakukan praktik
pencucian uang hasil korupsi untuk membiayai rekening kampanye pemilunya.
Suatu fenomena sosial yang dinamakan korupsi merupakan realitas perilaku
manusia dalam interaksi sosial yang dianggap menyimpang, serta membahayakan
masyarakat dan negara. Oleh karena itu, perilaku tersebut dalam segala bentuk
dicela oleh masyarakat, bahkan termasuk oleh para koruptor itu sendiri sesuai
dengan ungkapan “koruptor teriak koruptor.” Penolakan masyarakat terhadap
korupsi menurut konsepsi yuridis dimanifestasikan dalam rumusan hukum sebagai
bentuk tindak pidana. Di dalam politik hukum pidana Indonesia, korupsi itu bahkan
dianggap sebagai bentuk tindak pidana yang perlu didekati secara khusus, dan
diancam dengan pidana yang cukup berat. Dalam sejarah kehidupan hukum pidana
Indonesia, istilah korupsi pertama kali digunakan di dalam Peraturan Penguasa
Militer Nomor Prt/PM-06/1957, sehingga korupsi menjadi suatu istilah hukum.
Penggunaan istilah korupsi dalam peraturan tersebut terdapat bagian
24 Zainal Arifin Mochtar, Melawan Korupsi (Membaca Saldi Isra di Altar Demokrasi), dalam: Saldi
Isra, Membangun Demokrasi Membongkar Korupsi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010),
hlm. xxx.
25 Khairul Fahmi, Pembatalan Partai Politik sebagai Peserta Pemliu (Studi Kasus Pembatalan Partai
Politik Peserta Pemilu 2009 di Kabupaten Kepulauan Mentawai, (Jurnal Konstitusi, Volume IV
Nomor 1, Juni 2011, Jakarta: Mahkamah Konstitusi), hlm. 95
9
26Elwi Danil, Korupsi: Tindak Pidana, dan Pemberantasannya (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2011), hlm. 1-5.
27 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional,
Konpress, Demokrasi Lokal Evaluasi Pemilukada Di Indonesia, (Jakarta, Konstitusi Pers, 2012),
hlm. 246.
10
Pemilu era reformasi ini sangat berbeda dengan pemilu di era tahun 70- an.
Di era reformasi ini masyarakat memiliki kebebasan untuk memiliki caloncalon
pemimpin yang terbaik. Sebagai rakyat yang cerdas, sudah seharusnya kita
mengambil peran dalam mendukung suksesnya pemilu dengan berpartisipasi. Tidak
golput merupakan bentuk kesukarelaan rakyat yang telah diberi wewenang untuk
memilih siapa jagoan mereka yang akan menduduki jabatan selanjutnya.
Kesukarelaan masyarakat akan menjadi momentum luar biasa sebab pilihan
masyarakat di balik suara adalah penentu perubahan.
Penggunaan pengaruh dan akses politik ilegal untuk mencapai kepentingan
politik merupakan korupsi politik, namun sulit dibatasi secara tegas pemahaman
terhadap politik dan korupsi terlebih tidak mudah dalam mendefinisikan ruang
lingkup perilaku politik korup karena korupsi politik seringkali sulit terpisahkan
dari proses politik.29 Penyebab daripada korupsi politik biasanya keinginan
memperkaya diri sendiri, mendanai partai politik, mendanai aktivitas politik dan
kepentingan pemilunya. perlu diperhatikan bahwa tidak semua kasus korupsi
politik memiliki relevansi langsung pada kepentingan pendanaan maupun
pemenangan pemilu.30 terkait korelasi korupsi politik dengan kebutuhan pendanaan
pemilu, dapat dilihat dalam tabel kasus yang telah ditangani oleh KPK berikut:
Tabel 1. Kasus Korupsi dengan Dugaan untuk Pendanaan Pemilu
Suap impor daging sapi Luthfi hasan Putusan MA atas terdakwa Luthfi Hasan
Ishaaq (anggota Ishaaq menyebutkan tersangka
DPR RI/Ketua Fathanah dan Yudi Setiawan bertemu
Umum PKS) untuk membahas rencana konsolidasi
perolehan dana sebesar Rp 2 Triliun
dalam rangka pemenuhan target PKS
pada Pemilu 2014.
29 Roby Arya Brata, Analisis Kebijakan Integratif Masalah Hukum, Kebijakan dan Demokrasi,
(Depok: Papas Sinar Sinanti, 2021), hlm. 9.
30 Hadiz, Vedi R. "Democracy and money politics: The case of Indonesia." Routledge handbook of
Jual beli jabatan di Pemkab Sri Hartini (Bupati Diduga untuk mendanai majunya Sri
Klaten Klaten) Hartini di Pilkada Klaten.
Jual beli jabatan di Pemkab Taufiqurrahman Diduga untuk mendanai istrinya maju di
Nganjuk (Bupati Nganjuk) Pilkada Nganjuk.
Ijon proyek rekonstruksi Yesaya Sombuk Saksi menyebut korupsi tersebut untuk
talut abrasi pantai di (Bupati Biak membayar hutang Pilkada.
Kabupaten Biak Numfor Numfor)
Suap pembangunan Pasar Atty Suharti Diduga untuk maju di Pilkada Cimahi.
Atas Barokah di Cimahi (Walikota Cimahi)
Gratifikasi perizinan dan Rita Widyasari Commitment fee proyek diakui pemberi
proyek-proyek di Pemkab (Bupati Kutai diserahkan pada tim sukses Rita
Kutai Kartanegara Kartanegara) Widyasari.
Suap pengadaan barang dan Adriatma Dwi Terdakwa Hasmun Hamzah menyebut
jasa di Pemkot Kendari Putra (Walikota pernah memberikan uang pada calon
Kendari) partai pengusung Asrun (ayah Adriatma
Dwi Putra) yang berencana maju dalam
Pilkada Provinsi Sulawesi Tenggara
atas permintaan Adriatma.
Suap PLTU Riau 1 Eni Maulani Dari Rp 4,75 miliar suap yang diterima
Saragih (Anggota terdakwa, Rp 2 miliar digunakan untuk
DPR RI) biaya pilkada suami terdakwa di Pilkada
Temanggung 2018.
Suap kerjasama penyedia Bowo Sidik Uang suap yang diamankan KPK senilai
kapal pengangkut distribusi Pangarso Rp 8 miliar dimasukkan dalam 400.000
pupuk (Anggota DPR RI/ amplop. Untuk “serangan fajar” pemilu
Caleg DPR RI 2019.
Pemilu 2019)
12
31 Indonesia Corruption Watch, “Outlook Korupsi Politik 2018: Ancaman Korupsi dibalik Pilkada
2018 dan Pemilu 2019”,
https://antikorupsi.org/sites/default/files/outlook_korupsi_politik_2018_110118.pdf diakses pada
25 Mei 2023.
32 Indonesia Corruption Watch (2018)… lihat juga pengaturan Pro Pemilu Berbiaya Tinggi dalam
Pasal 327 dan Pasal 331 Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pemilihan Umum, UU
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. dan Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) tentang Perubahan atas Undang -Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum, Perpu Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, LN.2022/Nomor 224, TLN Nomor 683 2 yang
ditetapkan oleh Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun
2022, UU Nomor 7 Tahun 2023 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum menjadi Undang-Undang,
LN.2023/Nomor 54, TLN Nomor 6863.
13
33 Baca dalam Indonesia Corruption Watch (2018)... baca juga CNN Indonesia,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230107065530 -617-897274/icw-soroti-potensi-politik-
uang-baru-lewat-digital-jelang-pemilu, diakses pada 25 Mei 2023.
34 Muhtadi, Burhanuddin. Buying Votes in Indonesia: Partisans, Personal Networks, and Winning
Margins. Diss. The Australian National University (Australia), 2018. hlm. 36. baca juga CNN
Indonesia,https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200621091601 -32-515645/bawaslu-modus-
politik-uang-pemilu-pakai-sistem-putus-sel diakses pada 25 Mei 2023.
35 Solekha, Retno Risalatun, Fence Wantu, and Lusiana Tijow. "Penegakan Hukum Terhadap Tindak
Pidana Money Politic Oleh Calon Anggota Legislatif Pada Pemilihan Umum 2019." Jurnal
Legalitas 13.01 (2020): 51-69. baca juga Sjafrina, Almas Ghaliya Putri. "Dampak politik uang
terhadap mahalnya biaya pemenangan pemilu dan korupsi politik." Integritas: Jurnal Antikorupsi
5.1 (2019): 43-53.
36 Ratna Dewi, BPKK, https://dkpp.go.id/ratna-dewi-politik-uang-tantangan-besar-pemilu-2024/,
setelah pilkada langsung." Makalah disajikan dalam Konferensi Administrasi Negara. Surabaya
15(2009).http://kumoro.staff.ugm.ac.id/file_artikel/Intervensi%20Parpol,%20Politik%20Uang%20
dan%20Korupsi.pdf
39 Sholikin, Ahmad. "Mahalnya Ongkos Politik dalam Pemilu Serentak Tahun 2019." Jurnal
dominasi praktik korupsi politik yang mempengaruhi tingginya biaya politik dan
permasalahan penyelenggaraan pemilu. Studi dominan tentang korupsi dan
manipulasi dalam pemilu setidaknya dikerangkai dalam tiga terminologi utama,
yakni korupsi pemilu (electoral corruption), malpraktik pemilu (electoral
malpractice), dan penyimpangan pemilu (electoral fraud). Ketiga istilah tersebut
digunakan dalam pengertian setara oleh para penulis dalam melihat hubungan
antara korupsi dan manipulasi dalam pemilu. Ciri utama yang menentukan praktik
dari tiga istilah tersebut adalah pelibatan dan penyalahgunaan lembaga pemilu
untuk keuntungan secara pribadi maupun politik. 40
Mengeksplorasi bagaimana malpraktik yang terjadi selama Pemilu
Legislatif 2019, khususnya pada tahapan penghitungan dan rekapitulasi suara,
pembahasan ini akan menganalisis dan melakukan kodifikasi terhadap putusan
DKPP pada periode April hingga Desember 2019. Analisis ini dilakukan untuk
memberikan pemetaan awal terkait praktik pelanggaran kode etik penyelenggara
pemilu baik yang terkait dengan electoral fraud, electoral maladministration, atau
tindak pidana korupsi. Dalam kurun waktu tersebut, DKPP telah memutus 76 kasus
dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu.
Sumber aduan terbesar berasal unsur partai politik baik anggota DPR/DPRD
yang sedang menjabat dan mencalonkan diri kembali, calon anggota legislatif
(caleg), maupun pengurus partai politik, yakni dengan 36 aduan atau 47% dari total
aduan. hal ini tidak mengherankan dikarenakan partai politik berposisi sebagai
peserta pemilu yang memiliki kepentingan terbesar terhadap hasil pemilu. dalam
konteks ini, caleg maupun pengurus partai politik membuat aduan kepada DKPP
untuk melaporkan dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
penyelenggara pemilu yakni KPU maupun bawaslu. Sumber aduan terbesar kedua
berasal dari kategori gabungan berbagai elemen masyarakat, baik dari masyarakat
umum, pengawas lapangan, mahasiswa, LSM, yakni dengan 28 aduan atau 37%
dari total aduan.
Sumber aduan terbesar ketiga atau secara kuantitas paling rendah berasal
dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yakni dengan 12 aduan atau 16% dari total
40 Sarah Birch. "Briefing Paper: Electoral Corruption." Institute for Democracy & Conflict
Resolution (2011): 1-12
15
masyarakat tentang tindak pidana korupsi bahwa berdampak buruk dan harus
diberantas bersama-sama.41
Pencegahan korupsi politik dalam pendanaan kampanye pemilu adalah
upaya yang berkelanjutan dan harus melibatkan semua pihak terkait, termasuk
pemerintah, partai politik, penyelenggara pemilu, dan masyarakat sipil.
Transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi aktif masyarakat merupakan kunci
utama dalam menjaga integritas sistem politik dan pemilihan di Indonesia.
Beberapa acuan yang menjadi dasar hukum pendanaan kampanye diatur dalam
beberapa regulasi antara lain dijelaskan pada Peraturan KPU Nomor 34 Tahun 2018
tentang perubahan kedua atas Peraturan KPU Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Dana
Kampanye Pemilihan Umum, kemudian juga diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum dan Pendanaan
Kampanye juga diatur pada keputusan KPU Nomor 1126 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Teknis Laporan Dana Kampanye Pemilu, Keputusan KPU Nomor 1781
Tahun 2018 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Audit Laporan Dana Kampanye
Pemilihan Umum, dan Keputusan KPU Nomor 911 Tahun 2019 tentang Pedoman
Teknis Penyerahan Sumbangan Dana Kampanye yang tidak sesuai ketentuan ke kas
negara oleh peserta pemilu.
Tujuan Pengaturan dana kampanye tidak lain dan tidak bukan memberikan
panduan bagi peserta pemilu dalam mengelola dan mempertanggungjawabkan
penerimaan dan pengeluaran dana kampanye dan menjadi acuan bagi akuntan
publik dalam melaksanakan audit atas laporan dana kampanye.
Pengawasan juga fokus terhadap ketentuan larangan menerima dana dari
pihak tertentu untuk mencegah potensi pencucian uang (money-laundry),
penyalahgunaan anggaran/fasilitas negara, dan pembatasan jumlah maksimal
sumbangan. Pengawasan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya praktik
korupsi politik di Pemilu 2019. Pengawasan terhadap penerimaan dan pengeluaran
dana kampanye Pemilu 2019 dilakukan dengan cara:42
41 Trisula Strategi Pemberantasan Korupsi KPK untuk Visi Indonesia Bebas dari Korupsi,
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220511-trisula-strategi-pemberantasan-korupsi-
kpk-untuk-visi-indonesia -bebas-dari-korupsi diakses 28 Mei 2023
42 Aditya Perdana, dkk. Pembiayaan Pemilu di Indonesia, Bawaslu RI, Desember 2018, hlm.295-
296
18
tersebut, padahal modus seperti ini bisa dikategorikan sebagai tindak pencucian
uang.43
Menurut ICW, tidak ada upaya dari pemerintah dalam merumuskan
kebijakan dalam menekan dana kampanye yang mahal. Pemerintah melanjutkan
subsidi dana kampanye pada Pilkada 2018 dan secara perdana akan mensubsidi
kampanye pileg-pilpres 2019 dengan semangat kontestasi lebih setara dan menekan
biaya mahal, namun di sisi lain mendorong kandidat untuk menggalang pihak ketika
untuk menyumbang lebih besar dan melegalkan pemberian barang dengan batasan
konversi harga tertentu. Ironi pengaturan ini dapat berdampak bahaya, yaitu
membuka mendorong biaya pemenangan mahal, politik uang, hingga korupsi.
Kemudian, pemerintah juga belum banyak melakukan langkah antisipasi untuk
mencegah penyalahgunaan sumberdaya negara yang rentan dipolitisasi untuk
pemilu, seperti sektor perizinan industri ekstraktif, belanja bantuan sosial, dana
desa, dan permasalahan birokrasi. Hal ini akan membuat sektor-sektor tersebut
dipolitisasi untuk kepentingan pemilu bahkan dikorupsi untuk pengumpulan modal
pemilu.44
Adapun kelemahan selanjutnya yaitu adanya kelemahan regulasi dan
praktik manipulasi yang dilakukan oleh para paslon ini memiliki dampak adanya
perselingkuhan antara politisi dan pemodal yang berasal dari kelompok bisnis.
Perselingkuhan ini sangat rentan mendorong terjadinya penyalahgunaan kekuasaan
dari seorang presiden dan wakil presiden terpilih. Hal ini bahwa adanya “simbiosis
antara politisi, birokrat dan pengusaha telah mengaburkan perbedaan antara
wilayah publik dan privat dan menyediakan fondasi bagi praktek praktek gelap
dalam pembiayaan politik.”45
Praktik korupsi dalam pemilu juga telah terstruktur, sistematis, dan masif,
sehingga diperlukan edukasi mendasar kepada masyarakat tentang dampak negatif
yang besar dari korupsi yang dapat merampas hak-hak rakyat dalam menikmati
pembangunan, kehidupan yang layak atau mendapat pendidikan yang ideal. Dalam
KESIMPULAN
Korupsi politik pada pemilihan umum di Indonesia dapat dikatakan marak
terjadi. sampel yang dalam penulisan ini dijadikan acuan adalah pada pemilu 2014
dan 2019, pelbagai praktik korupsi politik dalam hal ini pada pendanaan kampanye
pemilu. akar penyebab korupsi politik terkait pendanaan kampanye pemilu adalah
salah satunya karena lahir dari korupsi pemilu dan politik berbiaya tinggi,
khususnya mahar politik dan jual beli suara merupakan penyebab utama mahalnya
biaya berkontestasi dalam pemilu, serta adanya potensi keberulangan pada pemilu
2024 mendatang, terlebih tantangan yang baru adalah politik uang digital.
Berkaitan dengan malpraktik dalam penyelenggaraan pemilu, berdasar pada
hasil analisis menunjukan bahwa tahapan penghitungan dan rekapitulasi suara
menjadi salah satu tahapan yang menjadi titik rawan terjadinya malpraktek dalam
pemilu. Hal ini tidak terlepas dari krusialnya tahapan penghitungan dan rekapitulasi
suara yang menentukan menang dan kalahnya kandidat dalam kontestasi elektoral
dan semakin rendahnya partisipasi publik untuk ikut mengawasi proses
rekapitulasi. Penghitungan suara di TPS yang tidak hanya disaksikan oleh
penyelenggara dan saksi partai politik, melainkan disaksikan secara langsung oleh
pemilih guna kredibilitas suara dan akuntabilitas penyelenggara akuntabel. Oleh
karena itu, pencegahan korupsi politik dalam pemilihan umum yang dilakukan saat
ini adalah adanya pengaturan yang ketat dan pendidikan antikorupsi dalam
pemilihan umum yang diselenggarakan oleh berbagai stakeholders seperti KPK,
KPU, maupun Partai Politik dan lain sebagainya guna budaya korup dalam
penyelenggaran pemilu dapat teratasi.
49Pusat Edukasi Antikorupsi Tentang Mengupas Nilai-Nilai Antikorupsi dalam Seni dan Budaya
Jawa, https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/aksi/20220822-mengupas-nilai-nilai-antikorupsi-dalam-
seni-dan-budaya-jawa, diakses pada 28 Mei 2023
22
SARAN
Kelembagaan di dalam penegakan hukum pemilu juga perlu untuk
dievaluasi, desain keadilan pemilu (electoral justice) harus secara responsif, efektif
dan efisien mampu melakukan penegakan hukum terhadap manipulasi suara di
pemilu. Pada sisi lain, sistem pengawasan berjenjang dan terlembagakan di
Bawaslu mulai dari level TPS sampai dengan level pusat harus lebih diperkuat
dalam meminimalisir upaya malpraktek pemilu.
Selain itu, pemanfaatan teknologi pemilu dalam bentuk electronic
recapitulation (e-recap) seringkali dijadikan rujukan untuk meminimalisir campur
tangan manusia terhadap upaya manipulasi perolehan suara melalui pemilu. Dalam
hal ini, diperlukan payung hukum yang lebih kuat dalam menerapkan e-recap
sebagai instrumen yang sah di dalam tahapan pemilu. Namun demikian,
pemanfaatan teknologi informasi jangan sampai menutup ruang dan akses bagi
publik untuk ikut serta memantau dan mengawasi secara langsung proses
rekapitulasi pemilu. Ruang partisipasi publik yang terbuka untuk ikut serta
memantau dan mengawasi proses rekapitulasi suara sangat penting guna
membangun legitimasi hasil pemilu.
23
DAFTAR RUJUKAN
Buku
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional, Cetakan Kelima, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012.
Aditya Perdana. Pendahuluan: Pembiayaan Pemilu di Indonesia. Badan Pengawas
Pemilihan Umum Republik Indonesia, Jakarta, 2018.
Bosso, F., M. Martini, and I. Albisu Ardigó. "Political Corruption Topic Guide."
2014.
Budiman Tanuredjo, Pilkada Lansung: Menutar Jarum Jam Sejarah Mungkinkah?,
dalam Konpress, Demokrasi Lokal Evaluasi Pemilukada Di Indonesia,
Jakarta, Konstitusi Pers, 2012.
Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata
Hukum, Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 1993.
Saldi Isra, Membangun Demokrasi Membongkar Korupsi, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2010.
Roby Arya Brata, Analisis Kebijakan Integratif Masalah Hukum, Kebijakan dan
Demokrasi, Depok: Papas Sinar Sinanti, 2021.
Piers Beims dan James Messerschmidt, Criminilogy, Second Edition, Harcourt
Brage College Publishers, 1995.
Henry Campbell Black, Black's Law Dictionary Fifth Edition, West Publishing Co.:
New York, 1986.
Eddy O.S Hiariej, Pemilukada Kini dan Masa Datang Persepektif Hukum Pidana,
dalam Konpress, Demokrasi Lokal Evaluasi Pemilukada Di Indonesia,
Jakarta, Konstitusi Pers, 2012.
Elwi Danil, Korupsi: Tindak Pidana, dan Pemberantasannya, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2011
Elwi Danil, Korupsi: Tindak Pidana, dan Pemberantasannya, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2011.
Sri Mamudji, et. al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Artikel / Jurnal
Peraturan Perundang-Undangan
kampanye--cegah-potensi-korupsi-kepala-daerah-lt57ecdd232a417#!
diakses 28 Mei 2023.
Sri Mulyono, Problematika Penyelenggaraan Pemilu 2024,
https://sukoharjo.bawaslu.go.id/8270-2/ diakses 28 Mei 2023.
Tahapan dan Jadwal Penyelenggaran Pemilu Tahun 2024.
https://infopemilu.kpu.go.id/Pemilu/Peserta_pemilu diakses 28 Mei 2023.
Trisula Strategi Pemberantasan Korupsi KPK untuk Visi Indonesia Bebas dari
Korupsi, https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220511-trisula -
strategi-pemberantasan-korupsi-kpk-untuk-visi-indonesia-bebas-dari-
korupsi diakses 28 Mei 2023