Anda di halaman 1dari 9

FENOMENA YANG TERJADI DALAM PEMILU

TUGAS KEWARGANEGARAAN

KELOMPOK 6 :

RISHA UMAINAH 1712120015

RISKA SETYA NINGRUM 1712120072

SADDAM HUSAIN 1712120000

SANTI PUSPITA SARI 1712120086

SELVIANA CIAHYADI 1712120009

SIN MUSRI’AH 1712120130

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

INSTITUT INFORMATIKA DAN BISNIS DARMAJAYA

BANDAR LAMPUNG
2019
DAFTAR ISI

Daftar isi i
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan masalah 1
1.3 Tujuan pembelajaran 1
BAB II. PEMBAHASAN 2
2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 26 2
2.2 Objek Pajak 3
2.3 Tarif Pajak Dan Penerapannya 4
2.4 Contoh Perhitungan Pemotongan Pph Pasal 26 6
2.5 Sifat Pemotongan 6
2.6 Pemotong Pajak 7
2.7 Contoh Soal 9
BAB III. KESIMPULAN 10
SARAN 10
PENUTUP 10
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemilihan Umum adalah sebuah pilar utama dari sebuah demokrasi.


Salah satu konsepsi modern yang menempatkan penyelenggaraan pemilihan
umum yang bebas dan berkala sebagai kriteria utama bagi sebuah sistem
politik agar dapat disebut sebagai sebuah demokrasi. Pengertian demokrasi
adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Mochtar
Mas’oed, 2003:43).Partisipasi politik masyarakat berkaitan erat dengan
demokrasi suatu negara. Dalam negara demokratis, kedaulatan tertinggi
berada di tangan rakyat, yang pelaksanaannya melalui kegiatan bersama
untuk menetapkan tujuan-tujuan, serta masa depan dan untuk menentukan
orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan.

Seluruh masyarakat Indonesia secara langsung memilih wakil-wakil


yang akan duduk di lembaga pemerintahan mulai dari Legislatif bahkan
Presiden. Partisipasi masyarakat sangatlah penting karena teori demokrasi
menyebutkan bahwa masyarakat dapat memilih sesuai dengan apa yang
mereka kehendaki, serta kebebasan dalam memilih sangat dihormati serta
dijunjung tinggi. Fenomena yang terjadi saat ini, adalah banyaknya isu
kecurangan, praktik money politik, serta ada kejanggalan lainnya dalam
pelaksanaan pemilu 2019 kali ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Adanya kecurangan yang terjadi dalam pemilu 2019.
2. Adanya dugaan praktik money politik.
3. Adanya kejanggalan mengenai meninggalnya para petugas KPPS.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PEMILU

Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi


jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam,
mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai
kepala desa. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi
rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan
retorika, hubungan publik, komunikasi massa, dan lain-lain kegiatan. Para
pemilih dalam Pemilu disebut juga konstituen, dan kepada merekalah para
peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa
kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan,
menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan,
maka selanjutnya proses penghitungan suara dimulai. Pemenang Pemilu
ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang
sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan
disosialisasikan kepada para pemilih.

Di Indonesia Pemilu dimulai sejak tahun 1955, 1971, 1977-1997,


1999, 2004, 2009, dan 2014.Pemilu di Indonesia pada awalnya ditujukan
hanya untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amendemen ke-4 UUD
1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang
semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh
rakyat dan dari rakyat. Sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam
rangkaian pemilu. Pilpres diadakan pertama kali pada Pemilu tahun 2004.

Pada tahun 2007, berdasarkan Undang-Undang No.22 Tahun 2007,


pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan
sebagai bagian dari rezim pemilu. Pada umumnya, istilah "pemilu" lebih
sering merujuk kepada pemilihan anggota legislatif dan presiden yang
diadakan setiap 5 tahun sekali. Pemilu harus dilakukan secara berkala,
karena memiliki fungsi sebagai sarana pengawasan bagi rakyat terhadap
wakilnya. Pemilu di Indonesia menganut asas "LUBER" yang merupakan
singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asas "Luber" sudah
ada sejak zaman Orde Baru, yang artinya :

 "Langsung" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara


langsung dan tidak boleh diwakilkan.
 "Umum" berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang
sudah memiliki hak menggunakan suara.
 "Bebas" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
 "Rahasia" berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya
diketahui oleh si pemilih itu sendiri.

Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang


merupakan singkatan dari "Jujur dan Adil". Asas "jujur" mengandung arti
bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk
memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih
sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang
sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Asas "adil" adalah
perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada
pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu.
Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta
pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.

Jadi berdasar dari teori diatas, pemilu itu di tujukan untuk pemilihan
pemeritah legislatif, tetap sekarang pemilihan Presiden/wakil presiden dan
Kepala/wakil daerah juga dilaksanakan dalam pemilu. Yang dimana dalam
pemilu tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara jujur dan adil.
Sehingga dapat terhindarnya kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan
Pemilu. Namun pada Pemilu kali ini, terdaapat isu bahwa telah terjadinya
kecurangan dalam pemilihan presiden 2019.
2.2 KECURANGAN DALAM PEMILU 2019

Kecurangan dalam penyelenggaraan pemilu sering terjadi, dan yang


melakukannya tidak lain kebanyakan dari para calon peserta legislatif,
bahkan presiden ataupun tim suksen dari presiden itu sendiri. Modus
kecurangan pemilu yang perlu diwaspadai misalnya, mengganti angka
rekapitulasi, jumlah suara yang dihitung tidak sesuai dengan jumlah yang
ada pada formulir model C1. Formulir model C1 adalah sertifikat hasil
penghitungan suara, yang terbagi untuk presiden dan wakil presiden, DPR
RI, DPD RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

Modus lainnya yang perlu diwaspadai adalah pemilih yang mengutip


lebih dari satu kali. Ada empat faktor yang bisa memengaruhi kerawanan
suatu daerah pada pemilu, yaitu geografis, historis, pengusaha dan
penyelenggara. Pada pemilu yang diselenggarkan kali ini ditemukan adanya
bukti atau tindakan kecurangan yang dilakukan oleh salah satu pihak calon
presiden. Bukti kecurangan tersebut diketahui oleh BPN (Tim sukses
Prabowo-Sandi). Oleh karena itu pihak dari kubu Prabowo-Sandi akan
melaporkan hal tersebut kepada MK (Mahkamah Konstitusi) melalui jalur
hukum.

Rencananya Direktorat Advokasi dan Hukum akan menyerahkan lima


laporan dugaan kecurangan berserta bukti-buktinya ke Bawaslu pada Jumat
(10/5/2019) pukul 14.00 WIB. Ada Lima laporan yang telah disiapkan oleh
Badan Pemenangan Nasional khususnya dari Direktorat Advokasi dan
Hukum yang akan disampaikan kepada Bawaslu. Kelima laporan dugaan
kecurangan tersebut terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif.

Saat ini BPN masih menyusun bukti-bukti kecurangan dalam bentuk


fisik dan video yang diterima dari berbagai pihak. Juru Bicara BPN Vasco
Ruseimy memaparkan lima laporan dugaan kecurangan pada Pemilu
2019.Pertama, mengenai penggiringan opini oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Sebagai penyelenggara pemilu untuk kepentingan pasangan calon
nomor urut 01. Kedua, keterlibatan aparatur sipil negara untuk kemenangan
pasangan calon nomor urut 01. Ketiga, dugaan kecurangan yang terkait
rekapitulasi dokumen C1 untuk kemenangan pasangan calon nomor urut 01.
Keempat, laporan dugaan kecurangan yang terstruktur l, sistematis dan
masif tentang penyelenggaraan pemilu luar negeri untuk kemenangan
pasangan calon nomor urut 01. Dan kelima, terkait pengkondisian
penggunaan logistik sebagai media kecurangan dalam memenangkan
pasangan calon nomor urut 01.

Sementara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga


juga menyebutkan bahwa pelaksanaan Pemilu serentak 2019 tidak
berlangsung secara jujur, adil (jurdil) dan transparan. Wakil Ketua Dewan
Pembina Partai Gerindra juga mengaku kecewa dengan KPU mengabaikan
adanya temuan 17,5 juta DPT bermasalah. "Kami kecewa karena KPU
sangat mengabaikan temuan kami soal adanya 17,5 juta dan hingga sampai
hari H pencoblosan tetap masih menjadi masalah," tuturnya. Sugiono,
direktur Kampanye BPN Prabowo-Sandi memaparkan sejumlah bukti
dugaan kecurangan Pemilu 2019. Salah satunya di Tempat Pemungutan
Suara (TPS) 65 Cipondoh Mekar, Kota Tangerang, Banten. Selain itu, BPN
menemukan 1.261 laporan kecurangan pada Pemilu 2019. Di tempat yang
sama, mantan pimpinan KPK Bambang Widjojanto (BW) juga mengatakan
hal senada Pemilu 2019 tidak sesuai dengan asas Luber, Jurdil. "Luber tidak
terpenuhi, apalagi Jurdil. Dasar pemilu tidak terpenuhi, maka untuk apa
pemilu? Maka untuk kami, kecurangan, terstruktur, sistemik, masif, itu
karena prinsip Luber dan Jurdil tidak terpenuhi," ujarnya.

Jadi berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan bahwa pemilu


yang diselenggarakan kali ini tidak dijalankan secara jujur dan adil, serta
tidak mencerminkan asas LUBER. Dikarenakan ditemukan bukti-bukti
kecurangan pada pemilu, yang diduga dilakukan oleh paslon 01. Dari pihak
paslon 02 telah melaporkan dan mengajukan gugatan atas hal tersebut
kepada MK. Namun pada hari kamis (27/06/2019) pukul 12:30 ketua MK,
Anwar Usman mengumumkan bahwa menolak gugatan yang diajukan oleh
pihak Prabowo-Sandi.
Pemilu merupakan cara yang paling kuat bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam
demokrasi perwakilan modern. Menurut Prihatmoko (2008:13) pemilu disebut
”bermakna” apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu keterbukaan, ketepatan, dan
keefektifan. sebagai salah satu sarana demokratis. Menurut Prihatmoko
(2008:13) pemilu disebut ”bermakna” apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu
keterbukaan, ketepatan, dan keefektifan. sebagai salah satu sarana demokratis.
Pemilihan umum merupakan salah satu bentuk pendidikan politik yang terbuka
dan bersifat massal, sehingga diharapkan dapat berfungsi dalam proses
pendewasaan dan pencerdasan pemahaman politik masyarakat. Masyarakat
diharapkan pula dapat memahami bahwa fungsi pemilu itu adalah sarana untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat, keabsahan pemerintah, dan pergantian
pemerintahan secara teratur (Syamsuddin, 1988:152). Partisipasi politik,
menurut Herbet Mc.Closky yang dikutip oleh Damsar di dalam ”Pengantar
Sosiologi Politik” dapat diartikan sebagai kegiatan kegiatan sukarela dari warga
masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan
penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan
kebijakan umum (dalam Damsar, 2010:180).
https://indopos.co.id/read/2019/04/23/172800/menyingkap-kecurangan-
pemilu-2019
https://nasional.kompas.com/read/2019/05/21/18151441/yusril-sebut-
kecurangan-pada-pemilu-2019-sulit-dibuktikan
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190527015637-32-398584/bpn-
adukan-5-bentuk-kecurangan-pemilu-buktinya-berita-online

https://www.voaindonesia.com/a/ppatk-temukan-modus-baru-politik-uang-
dalam-pehttps://nasional.kompas.com/read/2019/05/09/19343371/jumat-
siang-bpn-laporkan-5-dugaan-kecurangan-pilpres-ke-bawaslu.  milu-
2019/4863564.html
https://bangka.tribunnews.com/2019/04/17/bawaslu-ungkap-25-kasus-money-
politic-atau-politik-uang-amplop-dan-uang-ratusan-juta-diamankan

https://nasional.kompas.com/read/2019/06/25/16553651/penelitian-ugm-
ungkap-penyebab-kematian-petugas-kpps-bukan-diracun
https://wartakota.tribunnews.com/2019/05/08/update-terbaru-dokter-ungkap-
penyebab-anggota-kpps-tewas-sebut-ada-kelalaian-dan-minta-otopsi
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190513094133-20-
394284/kemenkes-temukan-13-penyakit-penyebab-petugas-kpps-meninggal
https://nasional.tempo.co/read/1206687/idi-kelelahan-bukan-sebab-utama-
meninggalnya-petugas-kpps
https://diy.kpu.go.id/web/2016/12/22/sejarah-pemilu-di-indonesia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai