Nim : 18/434396/PSA/08373
1. Pendahuluan
Indonesia adalah salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Bahkan
Indonesia juga termasuk negara demokrasi terbesar di Asia, sehingga layak untuk dicontoh
bagi negara-negara demokrasi lainnya. Hal yang paling menarik dari demokrasi adalah
tentang pemilu. Negara-negara demokrasi pasti menggunakan sistem ini dalam pembentukan
kepemerintahan, seperti pemilu kepala daerah (Pilkada), pemilu desa (Pilkades), Pemilu
presiden (Pilpres) dan lain-lain. Maka dari itu perlu diketahui lebih lanjut mengenai arti
pemilu, karena pemilu itu sangat penting, tidak sekedar dilakukan tetapi juga mengerti makna
di dalamnya. Definisi pemilu sebenarnya dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, seperti
pandangan para ahli politik, masyarakat awam, mahasiswa dan undang-undang dasar.
Namun, secara umum pengertian pemilu adalah proses memilih dan dipilih.
2. Pembahasan
Membahas media online kumparan dalam konteks kampanye, menurut saya kumparan
memposisikan diri sebagai media online yang tidak berpihak kepada kubu siapapun atau
partai apapun, justru semua berita yang dipaparkan tidak ada kalimat-kalimat yang
menjatuhkan pihak tertentu. Kumparan mencoba mencari berita yang benar-benar unik dan
menjual tanpa harus menyinggung salah satu kubu. Dari rumor yang saya dengar kumparan
ikut menjadi salah satu pendukung capres yaitu Prabowo-Sandi. Hal itu mungkin saja benar,
tetapi kumparan sebagai media online telah memposisikan dengan baik sebagai sebuah media
yang memberikan informasi tanpa adanya berita yang menjurus mendukung salah satu calon
presiden.
Menariknya, dari sekian berita kampanye, kumparan menuliskan berita yang isinya
mengajak kita untuk menjadi pemilih cerdas dalam pemilu. Menurutnya, pemilu akan
berkembang dan berkualitas apabila yang memilih paham dan cermat. Kebanyakan dari
masyarakat memilih calon-calon pengurus negara dengan asal-asalan , bahkan ada yang
golput. Hal ini tentunya perlu menjadi konsen perhatian pemerintah bagaimana cara
mengedukasi masyakarat terkait pemilu, terutama golongan putih. Tindakan-tindakan
tersebut bisa dianggap penghambat sistem demokrasi bangsa Indonesia. Dalam pemilihan
umum, tersirat sebuah harapan dari masyarakat untuk kondisi kehidupan yang lebih baik dan
lahirnya pemimpin yang jujur, amanah, anti korupsi, mensejahterakan, hidup yang layak, dan
sebagainya (kumparan.com).
Pilpres dalam New media
Pilpres 2019 kemarin adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh semua rakyat Indonesia,
di mana nantinya siapapun yang terpilih menjadi presiden akan menentukan arah bangsa dan
membawa perubahan lebih baik dari sebelumnya. Pemilihan yang digelar pada tanggal 17
April 2019 itu bisa dikatakan tidak berjalan sebagimana mestinya, karena banyak sekali
konflik dan isu-isu terjadi sebelum dan sesudah pemilihan. Salah satunya yang menjadi
konsen tulisan ini adalah dugaan kecurangan dalam pemilu. Sebelum pemilihan para tokoh-
tokoh politik seperti Amien Rais mengajak kita semua sebagai rakyat Indonesia untuk
berlaku adil dan jujur, begitu juga pada saat perhitungan suara harus transparan tidak boleh
ada kecurangan sedikitpun.
Pernyataan itu dinyatakan sebagai langkah antisipasi bukan untuk berprasangka buruk
bagi kedua kubu, karena pada dasarnya potensi kecurangan-kecurangan dalam bentuk apapun
di Indonesia selalu ada, dan kecurangan pemilu 2019 kemarin ternyata memang ada, terjadi
di pemilu luar Negeri. Bukti-bukti yang ditampilkan terlihat surat suara yang sudah dicoblos
oleh oknum-oknum. Hal tersebut kemudian sempat viral beberapa hari kemudian pasca
pemilu, KPU serta Bawaslu mulai mengusut kejadian tersebut, dan siap mengurus semua
tindakan kecurangan pemilu. Bahkan kubu Prabowo-Sandi juga ikut menuding banyak
kecurangan di pemilu 2019 ini. Dilansir oleh kumparan “sudah terjadi kecurangan secara
struktur, masif, dan sistematis. Mereka membiarkan pemilu adil dan jujur dilarang. Kenapa?
Karena masyarakat yang mau melaporkan kecurangan sejak kemarin muncul ancaman
dianggap penyebar hoaks karena data yang dianggap sah hanya dari KPU.”(Said Didu,
anggota dewan pakar BPN)
3. Analisis
Ketika terjadi kecurangan tersebut, maka sistem demokrasi kita sedang dalam tahap
kekacauan. Ideologi yang mendasari negara kita sudah runtuh, dan perlu dibenahi lagi
ekosistemnya. Memdang tidak perlu dusangkal lagi bahwa dunia politik benar-benar
permainan kotor, yang menghalalkan segala cara demi kemajuan bangsa. Alih-alih, bahwa
jika tidak dilakukan tindakan yang seperti itu suatu negara bisa saja hancur.
5. Penutup
Sebagai warga negara Indonesia yang berdaulat, alangkah baiknya kita belajar
menjadi warga yang cerdas dan paham di era new media sekarang ini. Era new media ini
merupakan era yang bebas tidak ada batasan tertentu sehingga dapat menimbulkan kekacauan
sesaat maupun jangka panjang. Termasuk dalam konteks dunia politik, informasi-informasi
simpang siur (hoax) sangat mudah ditemukan. Jadilah warga negara yang cerdas, paham,
profesional, dan mampu melawan kecurangan yang terjadi di segala bidang.