Anda di halaman 1dari 8

Isu Penggunaan dan penyalahgunaan Internet selama Pilpres 2019 dalam berita

Kumparan.com

1. Pendahuluan

Berita atau informasi memegang peranan penting dalam aktivitas manusia sehari-hari.
Kegunaan dan manfaat dari berita atau informasi tersebut sungguh beragam, sesuai kebutuhan
pengguna. Sejak zaman kolonial hingga millenial sekarang ini, teknologi akan informasi terus
berkembang mengikuti zamannya. Dahulu, ketika era teknologi belum cukup memadai, kita mengenal
berita maupun infromasi hanya dari mulut kemulut. Kemudian berkembang dengan munculnya media
cetak seperti koran atau poster. Hingga kini, di era modern, teknologi informasi telah melalui
transformasi digital, dimana semua akses, kebutuhan, dan kefektifitas informasi bisa didapat secara
online, menggunakan jaringan internet. Teknologi informasi itu lalu dinamakan dengan media online
atau media daring. Media online, merupakan media atau saluran informasi yang menyajikan secara
online di website, aplikasi, dan forum-forum yang berbasis internet. Pada intinya, semua terhubungan
dengan jaringan internet, sehingga penggunaan internet pada era ini bisa dikatakan sebagai sumber
primer. Maka dari itu, fenomena internet ini sangat menarik untuk dibahas, terutama tentang bagaimana
peran dan perkembangan media online. Salah satu media online yang akan digunakan sebagai objek
adalah kumparan.com, terkait pada bagian berita seputar Pilpres 2019, dengan fokus utama pada
penggunaan dan penyalahgunaan internet selama Pilpres 2019 berlangsung.

2. Peran internet dalam Politik

Kemudahan dalam mencari informasi dan berkomunikasi memang tidak bisa dipungkiri lagi
dalam era digital saat ini. Hanya dengan memiliki koneksi internet, setiap orang dapat melakukan
apapun dengan cepat dan efektif. Selain cepat dan sangat efektif, dunia internet juga sangat
menguntungkan berbagai pihak. Banyak orang atau kelompok memanfaatkan teknologi tersebut untuk
menghidupi kebutuhannya, seperti mencari uang, ajang promosi, atau hanya untuk bersenang-senang
saja. Tidak hanya itu saja, nyatanya kemajuan teknologi internet mampu berkontribusi besar di dalam
dunia politik karena kemudahan dan kecepatan yang disajikan intenet, para pelaku maupun korban
politik menggunakan media online sebagai sarana berpolitik. Media tersebut digunakan sebagai alat
kampanye, gerakan-gerakan sosial, mencari massa, dan sebagainya. Keunggulan internet sebagai suatu
jaringan yang luas memang sangat menguntungkan masyarakat berpolitik, namun perlu dipahami
bahwa dibalik keunggulan pasti terdapat kelemahan yang memicu hal negatif, sehingga internet ini bisa
digunakan untuk tindakan yang buruk.

Salah satu tindakan buruk dalam dunia politik adalah penyebaran berita bohong (hoaks)
terhadap lawan politik. Isu-isu seperti itu kerap muncul baik sebelum maupun sesudah Pilpres, dan
dampaknya cukup besar, selain memperburuk suasana, berita bohong (hoaks) dapat memecah belah
masyarakat. Tetapi, menurut saya pribadi dunia politik sejak dulu memang kondisinya sangat kotor,
hanya saja tambah keruh ketika muncul era internet. Fenomena-fenomena politik seperti ini bisa kita
cari di media-media sosial, baik itu politik damai maupun politik saling serang. Dalam konteks Pilpres
2019 kemarin, menarik bagi saya adalah ketika media online mencoba untuk mengkampanyekan bahwa
menjadi pemilih yang cerdas dan tidak golput. Kampanye tersebut bermaksud untuk mengedukasi
masyarakat yang kurang paham atau selama ini selalu menjadi korban politik yang tidak bertanggung
jawab. Hal tersebut saya temukan di dalam berita kumparan.com, menjelang Pilpres 2019.

Media-media online seperti kumparan.com sebenarnya diuntungkan dengan masa-masa


pemilu. Walaupun memang pemilu itu ada musimnya, tetapi peran media dalam Pilpres cukup
berpengaruh. Ditambah kumparan.com sudah memiliki nama besar sebagai media online yang
membahas berita-berita politik. Dengan begitu, bisa kita simpulkan bahwa kemajuan teknologi sangat
penting dalam kehidupan manusia. Internet sebagai teknologi mutakhir saat ini dapat berperan besar di
bidang apapun tidak hanya politik, tetapi juga bidang sosial dan pengetahuan. Namun perlu kita pahami
baik dan buruknya dampak yang dihasilkan oleh internet, karena kewaspadaan pengguna internet adalah
yang paling penting terutama kewaspadaan terhadap hacker. Sebab, Sesungguhnya tidak akan pernah
ada yang diunggulkan, tanpa adanya kelemahan sedikitpun.

3. Penggunaan Internet terkait isu Pilpres 2019

Kebutuhan akan internet memang sangat dibutuhkan pada zaman sekarang ini, mulai dari
berkomunikasi, mencari informasi, belajar, hingga membuat informasi. Satu hal yang paling penting
dalam menggunakan internet adalah bijak dalam menggunakannya. Beberapa masyarakat Indonesia
masih saja tidak bijak dalam menggunakan internet, terbukti dengan banyaknya berita bohong (hoaks),
penistaan agama, ujaran kebencian, dan sebagainya. Pada konteks pemilu ini, masyarakat dituntut harus
cerdas dan lebih bijak dalam berkomentar di dunia maya, karena semua yang berkaitan dengan pemilu
pasti akan viral. Maka, di sini saya telah membagi menjadi tiga isu terkait Pilpres 2019 melalui kaca
mata media online kumparan.com. Tiga isu ini merupakan isu-isu yang sedang hangat dibicarakan dan
selalu berkembang setiap harinya. Ketiga isu tersebut adalah :

3.1 Sosial media Monitoring (Analisa Sentimen pendukung)

Pilpres 2019 kali ini tidak kalah seru dan panas seperti tahun-tahun sebelumnya, terbukti
dengan adanya sentimen hingga menumbuhkan konflik yang tidak berkesudahan. Sentimen dalam
dunia nyata mungkin sudah biasa kita lihat dan rasakan, tetapi dalam era serba teknologi digital
(internet), kini sentimen mulai hidup dari media-media online seperti sosmed (Instagram, Twitter, dan
Facebook). Kumparan.com sendiri menganalisa tingkatan sentimen dari berbagai media sejak satu hari
setelah Pilpres diselenggarakan. Sentimen tersebut dikeluarkan oleh masyarakat baik itu pendukung
salah satu capres maupun masyarakat yang memang tidak memilih kubu. Analisa yang dilakukan
kumparan.com menurut saya sangatlah baik, karena dari analisa tersebut kemudian bisa menjadi tolak
ukur pandangan masyarakat terhadap kedua capres. Sentimen yang dikeluarkan dari masyarakat
terhadap kedua capres merupakan senitemen-sentimen bersifat netral, negatif, dan positif. Dari sekian
banyaknya media sosial, Twitter lah yang paling banyak memberikan respon terhadap kedua capres,
kemudian disusul Instargram, dan Facebook. Hasil untuk sementara ini, total 111.259 ribu mentions
untuk pasangan Jokowi - Maruf, sedangkan untuk Prabowo - Sandi total sementara 170.634 ribu. Semua
mention di media sosial tersebut merupakan suara rakyat yang ingin disampaikan kepada kedua capres.
Artinya siapapun presidennya yang utama adalah bisa membawa Bangsa Indonesia ini mengalami
perubahan.

foto : 1. Grafik

3.2 Kecurangan dalam pemungutan suara

Dunia politik memang selalu terkenal penuh intrik dan kontroversi. Bagi para politikus
mungkin mereka sudah terbiasa dengan hal tersebut, tapi tidak bagi masyarakat awam yang tidak
mengerti politik maupun tidak tertarik dengan dunia berpolitik. Pilpres 2019 kemarin memunculkan isu
lama tetapi sangat mempengaruhi pikiran orang, yaitu dugaan kecurangan dalam pemungutan suara. Isu
kecurangan ini santer diberitakan hampir di seluruh media online dan statsiun tv. Tudingan tersebut
dinyatakan oleh salah satu capres yaitu pasangan Prabowo-Sandi, yang menyatakan bahwa telah terjadi
kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum. Ditambah dengan bukti beredarnya video surat suara
yang telah tercoblos Jokowi-Maruf di Malaysia (Pemilu Luar Negeri). Fenomena itu kemudian menjadi
sorotan masyarakat dan berbagai media, terutama media-media yang memposisikan dirinya mendukung
salah satu capres. Berita yang dipaparkan kumparan.com sendiri menjelaskan, menurut anggota Dewan
pakar BPN Said Dudu, bahwa kecurangan Pilpres 2019 sangat terstruktur, sistematis, dan masif, artinya
adanya oknum tertentu yang melakukan tindakan tersebut, dan oknum itu bisa saja suatu kelompok.
Namun, tudingan kecurangan tersebut hingga saat ini masih terus diinvestigasi oleh Bawaslu dan KPU,
masyarakat juga tidak segan ikut mengawal melalui media-media sosialnya.
foto : 2. Konferensi Pers

3.3 Pemungutan suara yang diulang

Kejadian seperti ini sebenarnya adalah kesalahan human error yang kurang profesional dalam
bertugas dan masalah seperti itu selalu terjadi disetiap Pemilu. Jika dianalisis lebih dalam, kejadian
seperti itu sebenarnya rawan akan kecurangan dan mengganggu mekanisme yang sudah ada. Kesalahan-
kesalahan dalam pemungutan suara terjadi hampir di seluruh Indonesia, dan masyarakat milenial
maupun orang tua yang pintar mengolah digital mengabadikan kejadian tersebut. Tidak ketinggalan
pula dengan media online, justru dari pemungutan suara yang diulang ini bisa menjadi berita yang
menarik dan menjual, sekaligus sebagai bentuk krtitik terhadap Bawaslu dan Kpu tentang bagaimana
kinerja, dan mekanisme yang telah dibuat. Bahkan kisruh pemilu juga terjadi di Sydney Australia
hingga memunculkan petisi di internet. petisi tersebut dimunculkan agar pemilihan dapat diulang. Dari,
kejadian tersebut kita sebagai masyarakat dapat menilai bahwa mekanisme pemilihan yang saat ini
digunakan masih belum baik seutuhnya. Maka dari itu, apakah pemungutan suara secara online perlu
diselenggarakan untuk pertama kalinya, agar terhindar dari kesalahan yang diakibatkan oleh human
error .

foto : 3. Antrian Pencoblos DI Sydney


4. Penyalahgunaan Internet Terkait Pilpres 2019

Penyalahgunaan internet merupakan tindakan yang dapat membahayakan masyarakat, dan


dampaknya merusak norma-norma yang ada. Di era serba internet ini kita selalu dihadapi dengan
bentuk-bentuk penyalahgunaan internet, yaitu hoaks, ujaran kebenciang, hingga hacking (membajak).
Tindakan-tindakan tersebut menurut saya akan sulit untuk dihilangkan, karena pada dasarnya semua
yang sudah masuk internet itu akan selalu berputar-putar dan tersimpan, sehingga akan sulit dihapus.
Penyalahgunaan internet akan selalu ada dan edukasi bukanlah salah satu cara yang tepat dalam
menghentikan penyalahgunaan internet. Dalam tataran Pilpres 2019, isu penyalahgunaan internet
sempat diributkan oleh beberapa kalangan, karena dianggapnya hal itu dapat memicu kekhawatiran
terhadap hasil akhir dalam Pilpres 2019. Penyalahgunaa internet terkait pilpres 2019 adalah sebagai
berikut:

4.1 Berita Hoaks Serangan Hacker

Berita hoaks tentang serangan hacker luar negeri terhadap sistem data perhitungan sempat
beredar di masyarakat. Berita tersebut sempat menghebohkan pihak ahli teknologi informatika,
masyarkat awam dan dunia cyber. Hingga pada akhirnya pihak Bawaslu dan Kpu telah mengkonfirmasi
bahwa berita tersebut adalah berita bohong, atau sering kita dengar sebagai hoaks. Bukan serangan
hacker, melainkan hanya kesalahan entri data saja, yang kembali lagi pada masalah kinerja dan
profesionalistas dalam bekerja. Kpu juga meminta masyarakat untuk mengawal perhitungan suara ini
agar semuanya berjalan dengan lancar tanpa adanya dugaan-dugaan yang berpotensi membuat berita
hoaks yang lainnya. Perlu digaris bawahi adalah bagaimana kita harus cerdas dalam menerima berbagai
informasi dari media manapun. Terutama terkait berita-berita yang masih belum pasti kebenarannya,
karena dinegara Indonesia sudah ada hukumnya terkait penyebar berita hoaks dan sejenisnya.

foto : 4. Proses Perhitungan & entri data


4.2 Kampanye Hitam

Salah satu gerakan yang paling tidak terpuji dan tidak pantas dalam Pilpres 2019 adalah
kampanye hitam. Kampanye hitam benar-benar bisa menjadi momok dalam Pilpres, pasalnya
kampanye tersebut mudah diterima bagi mereka yang bingung menentukan pilihan. Justu kejadian
tersebut bisa memecah belah kubu atau kelompok, dan menghambat demokrasi negara Indonesia.
Bayangkan saja, apabila kampanye hitam dilakukan oleh kedua kubu maka besar kemungkinan banyak
golongan-golongan putih berserakan. Dalam dunia internet kampanye hitam sudah cukup banyak
tersebar melalui akun-akun tidak bertanggung jawab. Ditambah dengan berita soal relawan emak-emak
Prabowo-sandi yang terang-terangan melakukan kampanye hitam. Kampanye hitam sangat
mempengaruhi jalan berpikir masyarakat yang cenderung apatis dan terima apa adanya, karena internet
adalah salah satu akses kampanye hitam bisa dilakukan.

foto : 5. Relawan Emak-emak

4.3 Framing

foto : 6. Sandiaga Uno dalam frame media

Framing adalah suatu peristiwa yang dibingkai oleh media sesuai dari perspektif atau
pandangan mereka, dengan tidak sesuai fakta. Cara tersebut dapat dikatakan sebagai strategi dan
penyalahgunaan dalam memberikan informasi yang tidak sesuai faktanya. Pada konteks Pilpres 2019,
isu-isu terkait framing juga cukup muncul di kedua capres. Hal tersebut terkait dengaan lembaga survei,
dimana lagi-lagi pasangan Prabowo-Sandi telah menuding terjadinya tindakan framing. Framing ini
memang cukup berbahaya bagi tokoh-tokoh maupun calon presiden, karena framing ini mampu
menggiring opini publik. Apabila memang terdapat oknum yang membayar salah satu media online
baik itu media sosial atau media massa maka bisa untuk menyerang pihak lawan dan otomatis akan
mendapat pandangan-pandangan yang mempengaruhi dalam Pilpres 2019. Mak dari itu, dapat
disimpulkan bahwa media online atau internet bisa disebut sebagai pedang bermata dua, karena bisa
digunakan sebagai alat untuk menyerang lawan tetapi juga bisa sebaliknya.

5. Kesimpulan : Hubungan Internet dengan power (kekuasaan)

Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah bahwa internet merupakan alat atau instrumen bagi
manusia dalam menunjang kehidupan sehari-hari. Internet juga mempengaruhi pola pikir manusia yang
menggunakannya, sehingga internet sangat berkaitan dengan power (kekuasaan). Ketika seseorang
mendapat akses internet yang cukup maka seseorang tersebut berkuasa atas dirinya untuk melakukan
apapun yang berkaitan dengan dunia internet. walaupun sebenarnya internet tidak bebas kepentingan,
namun dapat menciptakan dunianya sendiri layaknya dunia yang real. Titik tengah pada Power, ialah
Power (kekuasaan) dapat diubah oleh aktor-aktor sosial-politik yang menghendaki perubahan-
perubahan dengan mempengaruhi publik. Power bersifat multidimensi dan terkonstruksi membentuk
jaringan pada domain aktivitas manusia, sehingga jaringan Power yang terkonstruksi tersebut
memainkan peran fundamental disekeliling negara dan sistem politik (Castells, 2009).

Pada konteks Pilpres, semua orang tertuju pada media-media online baik itu media sosial atau
media massa. Sebab, media online merupakan adu kekuatan antar kubu, bisa dilihat pada klaim
kemenangan yang sudah dilakukan oleh kedua capres, padahal hasil dari perhitungan suara masih belum
selesai. Layaknya peperangan di dunia nyata, bahkan peperangan juga terjadi di dunia digital dan untuk
saat ini cukup berdampak bagi pengguna internet. Bisa dimengerti bahwa hubungan antara internet
dengan power tidak bisa dipungkiri lagi di era sekarang ini, internet dengan politik memiliki keterkaitan
dan hubungan timbal balik tersendiri. Penggunaan internet sebagai media politik merupakan salah satu
strategi komunikasi politik yang efektif. Hal itu mendasari adanya teori sosial bahwa manusia
merupakan makhluk sosial yang di dalamnya terdapat proses hubungan (interaksi) antara satu dengan
yang lainnya, yaitu disebut komunikasi (Nurudin, 2001). Maka, disini yang saya tekankan dalam
kesimpulan adalah bahwa internet dan kekuasaan tidak bisa dipisahkan, karena internet dapat
mempengaruhi pola pikir seseorang, dan juga internet mengurangi kekuasaan pemerintah dalam
mengontrol informasi.

Referensi

Castells, Manuel. (2009) Communication Power. Oxford: Oxford University Press.


Nurudin. (2001) Komunikasi Propaganda. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai