ABSTRACT
The development of information technology and communication encourages the
emergence of digital natives. This generations grow up in an overwhelming
information era (information overload). They have higher access to digital media
compared to previous generations (Digital Immigrants). This widened the chance
for digital natives to be well-informed community and are transformed into well-
participate ones. Unfortunately, information overload is also a boomerang. In this
fast information era, jurnalism became highly flexible ideology. Instead of creating
young people who are ‘well informed’ and ‘well participate’, the bad quality of the
information, in this case news, will create a gap between digital natives and
democracy idealism. This anxiety is not truly right. This research found that Digital
Natives handle information overload as a fact instead of problem. Digital Natives
position internet as a main source of information/news. Despite of that fact,
internet is not fully trusted by youth. Newspaper and Television are still being the
most trusted media compared to internet. However, reading news become daily
1Penulis adalah Pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM. Artikel ini merupakan hasil penelitian yang
didanai oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik melalui skema Hibah-Individu Jurusan Tahun Anggaran 2015
routine to follow the development. This reason is seen from their regular habits to
follow the social media timeline. Digital Natives get used to compare various
sources. Yet, some of them did not do it consistently. They depend on the social
media timeline. This also potentially create incomplete understanding towards
certain issues. Besides, the speed which became the most essential thing to the
online journalists, turns out to be wrong. The accuracy of the news is the main
priority. In addition, young people do not merely demand accurate and to-the-point
news, they also demand in-depth-online-news.This is another work need to be done
by journalists.
Keywords:
muda menjadi komunitas yang ‘well- verifikasi. Sedangkan berita yang ringkas
informed’ dan bertransformasi menjadi mengorbankan kelengkapan berita.
‘well-participate’. Kecepatan dan Dalam kondisi seperti ini, ternyata
kuantitas informasi yang berlimpah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
memberi peluang bagi setiap orang untuk media online masih tinggi. Dirilis oleh
terlibat dalam ruang publik. Dimana dalam Edelmen Trust Barometer (2012), tingkat
konteks demokrasi, kondisi ini kepercayaan masyarakat (dari 1200
menguatkan peluang kaum muda untuk responden yang terdiri dari 1000 kalangan
terlibat dalam kontemplasi wacana publik. umum, dan 200 dari kalangan ‘well
Sayangnya, disisi lain arus informed’ yaitu kalangan berpendidikan
informasi dalam era digital bisa menjadi tinggi dan kalangan pendapatan menengah
bumerang bagi demokrasi itu sendiri. ke atas) terhadap berbagai jenis media
Pasalnya, informasi yang kemudian mempunyai persentase hampir rata, yaitu
mewarnai ruang publik tidak lagi dapat 75% terhadap media tradisional, seperti
dikontrol dan diverifikasi dengan mudah. koran majalah, radion, dan televisi; 76%
Artinya, ada peluang bahwa kecepatan dan terhadap media on line; 68% terhadap
kuantitas informasi yang tinggi bisa jadi media sosial; dan 67% terhadap media
justru menyesatkan publik itu sendiri. yang dimiliki oleh perusahaan (Antara
Bahkan, institusi media yang seharusnya News, 2013). Sedangkan media sosial
menyajikan informasi terpercaya mulai dipercaya oleh setidaknya 68% responden.
melemah komitmennya. Jurnalisme Data ini menunjukkan bahwa informasi di
sebagai ideologi yang bertujuan media online, termasuk berita online sudah
menyajikan informasi yang benar dan menjadi rujukan utama bagi masyarakat.
akurat kepada masyarakat mulai melemah. Menariknya, meskipun kepercayaan
Pasalnya, media berlomba dengan berbagai terhadap media, terutama media online
sumber informasi lain yang lebih cepat. masih relatif tinggi, masyarakat Indonesia
Jurnalisme online tidak lagi bisa perlu mendengarkan suatu informasi
disamakan dengan jurnalisme sebanyak empat hingga enam kali sebelum
konvensional yang cenderung lebih mempercayai bahwa informasi itu benar,
berhati-hati. Kebiasaan orang mengakses baik berita yang isinya positif maupun
informasi melalui media digital juga negatif.
disebut-sebut sebagai faktor yang Kondisi ini menarik perhatian
menyebabkan institusi media mengubah peneliti untuk melihat lebih dalam
pola kerjanya. Klaim dari institusi media mengenai bagaimana masyarakat, terutama
online adalah khalayak media online kaum muda sebagai digital natives,
menginginkan informasi yang cepat dan berinteraksi dengan konten media online
ringkas. Oleh karena itu, dengan berbagai terutama berita. Di tengah kualitas
cara, jurnalis online mencoba memenuhi informasi di media online yang sangat
kebutuhan tersebut dengan mengorbankan heterogen dan cenderung buruk, perlu
atau setidaknya bersikap permisif dengan kemampuan untuk memilah dan memilih
prinsip jurnalistik itu sendiri. Kecepatan serta menganalisis dan mengevaluasi. Jika
mengorbankan akurasi dan disiplin kemampuan ini tidak dimiliki maka
dimaksud oleh para ilmuwan sebagai hal. Pertama, kedekatan secara geografis
Digital Natives yaitu generasi yang lahir dengan peneliti. Kedua, dinamika kaum
pada era setelah tahun 1980, dimana muda DIY yang menarik dalam hal
teknologi digital sudah menjadi bagian pemanfaatan media baru. Ketiga,
penting dalam kehidupan masyarakat. komposisi kaum muda di DIY yang relatif
Generasi ini menjadi penting dalam heterogen, mengingat DIY adalah wilayah
penelitian ini karena selain mempunyai yang menjadi tujuan kaum muda untuk
akses terhadap media online yang lebih menuntut ilmu.
tinggi, juga mempunyai kemampuan yang Empat diantara informan tinggal di
tidak dimiliki oleh generasi sebelumnya wilayah rural dengan tingkat pendidikan
(Digital Immigrant). Penulis tidak dan status ekonomi yang berbeda. 2 orang
membatasi penelitiannya pada kaum muda berpendidikan SMA, 1 orang Sarjana, dan
di wilayah tertentu mengingat ruang tidak 1 orang sedang menempuh S2. Dari sisi
lagi menjadi hal penting dalam interaksi ekonomi, dua diantaranya dari golongan
online. ekonomi menengah ke bawah sedangkan
Penelitian ini menggunakan dua lainnya berasal dari ekonomi
metode campuran (mix methods), yaitu menengah. Informan yang berasal dari
wawancara mendalam yang lebih bersifat daerah urban keduanya berasal dari
kualitatif dan survei online yang cenderung keluarga menengah dan berpendidikan
kuantitatif. Metode ini dipilih untuk Sarjana.
mendapatkan data yang komprehensif Wawancara dilakukan dengan
mengenai pola akses berita online oleh pertanyaan terbuka mengingat tujuannya
kaum muda. Metode kualitatif sendiri untuk mendapatkan poin-poin penting
mempunyai kekuatan dalam menggali terkait dengan pola akses berita di kalangan
detail keseharian objek penelitian dalam kaum muda. Dari wawancara tersebut
kaitannya dengan konsumsi media online. disimpulkan ada lima poin penting yang
Metode ini juga menjanjikan kedalaman perlu digali lebih lanjut untuk melihat Pola
serta keleluasan dalam teknik Akses tersebut. Lima poin inilah yang akan
pengumpulan data. Sedangkan metode diungkap dalam survei. Pertama, Tingkat
kuantitatif membantu peneliti untuk kepercayaan kaum muda terhadap media
mendapatkan data yang lebih umum dan online dibandingkan dengan media
mempunyai kekuatan untuk digeneralisasi. lainnya. Kedua, posisi aktivitas membaca
Berikut tahapan penelitian yang telah berita dibandingkan dengan aktivitas
dilakukan. lainnya ketika mengakses internet. Ketiga,
Penelitian ini diawali dengan cara kaum muda menemukan dan
Wawancara mendalam dengan enam orang mengikuti perkembangan (update) berita.
yang masuk dalam kategori Digital Keempat, cara kaum muda memverifikasi
Natives. Enam orang tersebut berasal dari sumber berita. Kelima, karakter berita
tingkat pendidikan, status ekonomi, dan online yang diharapkan oleh kaum muda.
tempat tinggal yang berbeda. Keenam Langkah penelitian selanjutnya
informan berasal dari Daerah Istimewa adalah survei. Kuesioner survei dibuat
Yogyakarta. Wilayah ini dipilih karena dua berdasarkan hasil wawancara diatas.
57,6% (80 responden). Disamping itu, mengenyam pendidikan yang baik. Hal ini
responden dari Pulau Jawa di luar DIY juga akan mempengaruhi kemampuan kaum
relatif mendominasi yaitu mencapai 25,2% muda dalam berhadapan dengan media
(35 responden). Selebihnya 24 responden baru.
(17,3%) berasal dari beragam daerah, Mengenai konektivitas dengan
antara lain Bali (1 responden), Gorontalo internet, 97,1% (135 responden) mengaku
(1 responden), Kalimantan (3 Responden), selalu terkoneksi dengan internet.
NTT (4 responden), Sulawesi (3 Sedangkan sisanya 2,9% (4 responden)
responden), dan Sumatera (12 responden). mengaku tidak. Sebagian besar terkoneksi
Jika dilihat dari representasi wilayah internet dengan menggunakan Smarphone
komposisi ini memang sangat lemah. (86%) dan hanya sebagian kecil yang
Hanya saja mengingat tempat tinggal tidak masih mengandalkan PC atau Laptop
menjadi pertimbangan penting dalam (14%). Karakter smartphone yang handy
penelitian ini maka komposisi ini tidak berkorelasi dengan intensitas responden
dianggap mengganggu validitas data dalam mengakses internet.
penelitian ini. Dari 139 responden, 15,8%
Komposisi yang tidak berimbang menghabiskan waktu 1-3 jam setiap hari
juga dilihat dari pendidikan terakhir. untuk mengakses internet, 40,3% (56
Sebagian besar responden (65,7%) responden) menghabiskan 4-6 jam sehari,
mengenyam pendidikan tinggi. Hanya 1 dan 18% (25 responden) yang mampu
responden (0,7%) yang berpendidikan SD, menghabiskan 7-9 jam perhari. Sedangkan
6 responden (4,4%) berpendidikan SMP, sisanya yang mencapai 25,9% (36
dan 40 responden (29,2%) berpendidikan responden) bahkan menghabiskan waktu
SMA. Hanya saja, ini merupakan realitas lebih dari 9 jam setiap harinya untuk
70,0% 65,7%
60,0%
50,0%
40,0%
30,0% 29,2%
20,0%
10,0% 0,7% 4,4%
0,0%
SD
SMP SMA PT
10,1%
Televisi Radio
Surat
Kabar Internet
lainnya
Cetak
adalah Televisi dengan nilai ranking rata- berita utama bagi kaum muda. Sedangkan
rata 2,14 (lihat tabel), kemudian disusul radio, surat kabar, dan sumber lainnya
Surat Kabar Cetak, Radio, dan lainnya. lebih jarang mendapat perhatian dari kaum
Data ini menunjukkan bahwa, bukan hanya muda.
Internet, Televisi masih menjadi sumber
Tabel 2. Media yang Paling Dipercaya
Rating
Rank Jenis Media
Rata-rata
1 Surat Kabar Cetak 2,03
2 Televisi 2,13
3 Internet 2,45
4 Radio 3,16
5 Lainnya 4,38
7,9%
45,3%
41,7%
33,1%
11,5%
89,9%
0,00
1,00
2,00
3,00
timeline
2,09
link 2,18
follow 2,56
1,00
2,00
3,00
4,00
yang pasif. Cara yang paling ideal adalah tautan yang ditawarkan. Setidaknya ini
dengan mengikuti berita tertentu sehingga menunjukkan kaum muda yang berusaha
perkembangannya akan selalu terbaca. secara aktif memahami konteks ataupun
Sayangnya aktivitas ini belum menjadi relasi berita yang satu dengan berita yang
kebiasaan. Kabar baiknya, sebagian lain.
responden sudah terbiasa juga mengakses
Tidak; 19%
Ya; 81%
Bagan 8. Karakter
Panjang 2,2%
Mendalam 51,8%
Cepat 53,2%
Pendek/Ringkas 62,6%
Jelas 82,7%
0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0%
baru dianggap membentuk relasi baru baru, perlu kiranya melihat kemampuan
antara berita dan kaum muda. Hal ini terkait kaum muda dalam mengatasinya. Merujuk
dengan karakter Digital Natives yang pada berbagai literatur yang telah diuraikan
sangat dekat dengan media baru. Artinya, sebelumnya, ditekankan oleh banyak
ada potensi untuk membangun kembali peneliti bahwa Digital Natives mempunyai
relasi yang baru antara kaum muda dengan kemampuan yang berbeda dengan Digital
demokrasi. Immigrants dalam berhadapan dengan
Kegelisahan lain yang menjadi media baru. Generasi baru ini mempunyai
kombinasi dalam penelitian ini adalah kemampuan spesifik dalam menghadapi
kegelisahan akan kualitas Jurnalisme hiruk pikuk tersebut.
Online saat ini. Era digital telah melahirkan Jika bagi generasi lama Information
medium baru yang sama sekali berbeda Overload dianggap sebagai suatu
dengan medium-medium sebelumnya. Hal permasalahan, bagi natives, ini adalah
ini mendorong munculnya praktik-praktik sebuah fakta yang tidak perlu
baru yang sama sekali berbeda dengan dipermasalahkan. Kemampuan ini akan
praktik-praktik Jurnalisme sebelumnya. mempengaruhi bagaimana kaum muda
Asumsi yang dibangun berdasar literatur sebagai digital natives berelasi dengan
yang dipaparkan pada bab sebelumnya, berita. Pola relasi inilah yang akan dilihat
kecepatan menjadi dewa dalam Jurnalisme lebih lanjut dalam penelitian ini. Penelitian
Online. Prinsip ini sangat rawan ini belum secara komprehensif melihat
mengorbankan prinsip-prinsip Jurnalisme bagaimana relasi kaum muda dengan berita.
yang selama ini telah disepakati, seperti Sebagai awalan, penelitian ini berfokus
akurasi, kelengkapan berita, disiplin pada Pola Akses Berita Online Kaum
verifikasi, dan lain sebagainya. Muda.
Di satu sisi, ada harapan baru dalam Hasil penelitian ini menunjukkan
membentuk koneksi antara kaum muda bahwa Digital Natives menyikapi
dengan demokrasi. Media baru information overload sebagai sebuah fakta
menawarkan harapan itu. Kaum muda bukan suatu permasalahan. Sebagian besar
sebagai digital natives dianggap sangat dari mereka selalu terkoneksi dengan
dekat dengan media ini. Sehingga, peluang internet dan menghabiskan waktu 4-6 jam
untuk terlibat dalam ruang publik lebih setiap harinya. Sebagian besar kaum
besar. Sayangnya disisi lain, kualitas berita menggunakan smartphone untuk
online sebagai produk Jurnalisme di era mengakses internet. Kedekatannya dengan
digital ini disinyalir kurang baik. Padahal, teknologi digital ini menjadikan para
berita diibaratkan sebagai asupan nutrisi Digital Natives menempatkan internet
bagi ruang publik. Jika asupannya kurang sebagai sumber berita utama dibandingkan
baik maka kesehatan ruang publik menjadi dengan media konvensional seperti
terganggu juga. Jika jantungnya terganggu Televisi, Radio, maupun Surat Kabar
maka demokrasi sebagai sebuah organisme Cetak. Hanya saja, internet belum
juga pasti akan rawan mati. mendapat kepercayaan penuh dari kaum
Kondisi ini mendorong munculnya muda. Surat Kabar dan Televisi masih
kegelisahan baru yang menjadi pertanyaan menjadi media yang lebih dipercaya
lanjutan. Di tengah hiruk pikuk informasi dibanding internet. Meskipun demikian,
dengan kualitas yang heterogen di media membaca berita menjadi aktivitas wajib
kedua yang mereka lakukan ketika informasi maupun berita, dari sisi
mengakses internet selain mengobrol kepercayaan, kaum muda masih
(chatting). Berita sudah menjadi keseharian memberikan catatan. Surat Kabar Cetak
mereka untuk mengikuti perkembangan yang dianggap konvensional ternyata masih
zaman. Motif ini terlihat dari kebiasaan mendapat tempat di hati kaum muda.
mereka mengikuti timeline media sosial Disamping itu, hal menggembirakan datang
mengenai peristiwa-peristiwa terkini. dari kebiasaan kaum muda
Para Digital Natives juga terbiasa membandingkan sumber berita. Hal ini
membandingkan sumber berita yang satu meminimalisir kesesatan dalam
dengan sumber berita yang lain. Mereka membentuk opini dan mengambil
tidak mudah percaya dengan satu sumber keputusan.
berita. Setidaknya mereka memerlukan 3-4 Meskipun kaum muda cukup
sumber berita sebagai pembanding. Hanya berdaya dalam hiruk pikuk kualitas berita
saja, sebagian dari mereka tidak konsisten online, tidak berarti membiarkan media
dalam mengikuti perkembangan berita. online bermain dengan gaya yang sama.
Mereka bergantung pada timeline media Ada banyak pekerjaan rumah bagi para
sosial dibandingkan secara aktif mengikuti pemilik maupun jurnalis media online.
perkembangan suatu isu dari sumbernya Kecepatan memang menjadi hal yang
langsung. Hal ini berpotensi untuk diinginkan oleh kaum muda. Namun,
menimbulkan pemahaman yang tidak utuh kejelasan jauh lebih penting dari kecepatan
atas suatu peristiwa. Disamping itu, yang tersebut. Disamping itu, meskipun kamu
menarik dari penelitian ini adalah harapan muda menyukai berita yang ringkas,
mereka terhadap berita online. Kecepatan mereka tetap membutuhkan kedalaman
yang selama ini didewakan oleh para berita online. Oleh karena itu, perlu kiranya
jurnalis online ternyata bukan karakter berinovasi untuk memproduksi berita
terpenting yang dibutuhkan oleh kaum online yang menyesuaikan ekologi media
muda. Kejelasan berita menjadi prioritas baru dengan tetap berkomitmen pada
utama, baru kemudian ringkas dan cepat. pencapaian kualitas jurnalistik yang baik.
Menariknya, disamping membutuhkan Penelitian ini masih sangat
berita yang jelas, kaum muda juga prematur untuk dapat dikatakan
menginginkan berita online yang komprehensif. Perlu ada penelitian lanjutan
mendalam. yang tentunya lebih komprehensif untuk
Hasil penelitian ini memberikan memetakan Pola Akses Kaum Muda
angin segar bagi revitalisasi peran kaum terhadap Berita Online. Ada banyak
muda dalam demokrasi. Kedekatan kaum pendekatan lain yang dapat digunakan,
muda dengan berita online memberikan seperti tingkat literasi digital, Uses and
peluang harapan bagi peningkatan Gratification, dan berbagai pendekatan
partisipasi di ruang publik. Kekhawatiran lainnya. Pendekatan ini akan membantu
akan adanya gizi buruk yang disumbangkan melengkapi bahkan mengoreksi temuan
oleh praktik Jurnalisme Online kiranya penelitian ini.
dapat diturunkan. Kaum muda sebagai Disamping itu, perlu pula
Digital Natives mempunyai pola akses yang pendekatan dari sisi Jurnalisme Online.
cukup menggembirakan. Meskipun internet Penelitian lebih dalam mengenai
telah menjadi sumber utama dalam mencari bagaimana user membaca, memverifikasi,
dan memvalidasi data sangat berguna untuk the New Literacies. New York:
memberikan rekomendasi bagi perbaikan Routledge.
praktik Jurnalisme Online. Mengutip
pernyataan Ambardi (2015), Jurnalisme Jurnal
Online hingga saat ini masih menjadi Bakker, Tom P. dan Vreese, Claes H. de.
ungoverned territory, dimana belum ada 2011. Good News for the Future?
otoritas yang secara kuat meregulasi dan Young Peole, Internet Use, and
melakukan kontrol. Political Participation.
Ruang ketiga yang dapat diisi oleh Communication Research
penelitian lainnya adalah penggalian yang Journal. Sage Publication.
lebih dalam mengenai relasi kaum muda, http://crx.sagepub.com. DOI:
berita, dan demokrasi. Penelitian ini masih 10.1177/0093650210381738.
melihat relasi ketiganya dari permukaan Castells, Manual. 2004. Informationalism,
saja. Harapannya riset ini dapat menjadi Networks, And The Network
pematik bagi riset-riset berikutnya. Society: A Theoretical Blueprint.
http://www.google.co.id/url?sa=t
DAFTAR PUSTAKA &source=web&cd=1&ved=0CBo
Buku QFjAA&url=http%3A%2F%2Fcit
Axford, Barrie dan Huggins, Richard (Ed-). eseerx.ist.psu.edu%2Fviewdoc%2
2001. New media and Politics. Fdownload%3Fdoi%3D10.1.1.11
London : Sage Publications. 4.1795%26rep%3Drep1%26type
Buckingham, David. 2000. Making of %3Dpdf&ei=-X4MTr_UGM-
Citizens: Young People, News, mrAf28tigCw&usg=AFQjCNGzf
and Politics. Londong: 5c5dXk41jiIDIrAuClj1vTPHw&si
Routledge. g2=jOwK9bp6DmB6PwTwUHe0
Hacker, Kenneth L. dan Dijk, Jan Van (Ed). 2Q. Diunduh pada 20 Juni 2011.
2000. Digital Democracy : Issues Otsman, Johan. 2012. Information,
of Theory and Practice. London : Expression, Participation: How
Sage Publications. Involvement in User Generated
Kovach, Bill dan Rosenstiel, Tom. 2010. Content Relates to Democratic
Blur: How to Know What’s True in Engagement among Young
the Age of Information Overload. People. New Media and Society
New York: Bloomsbury. Journal. Sage Publication.
Lievrouw, Leah A., Livingstone, Sonia. Nms.sagepub.com. DOI:
2003. The Handbook of New 10.1177/1461444812438212.
Media : Upadate Student Edition. Prensky, Marc. 2004. The Emerging
London : Sage Publication. Online Life of the Digital Natives:
Palfrey, John dan Gassser, Urs. 2008. Born What They Do Differently
Digital: Understanding the First because of Technology, and How
Generation of Digital Natives. They Do It.
New York: Basic Books. http://www.bu.edu/ssw/files/pdf/P
Thomas, Michael (Ed). 2011. rensky-
Deconstructing Digital Natives: The_Emerging_Online_Life_of_t
Young People, Technology, and he_Digital_Native-033.pdf.