Anda di halaman 1dari 12

Literasi Digital Pembelajaran Abad 21

Nurhadi Priyanto, M.Pd


SMP N Satu Atap Sungai Bertam Kabupaten Muaro Jambi
mr.nurhadipriyanto@gmail.com

Populasi penduduk dan pengguna internet Indonesia tahun 2021

Populasi penduduk Indonesia hingga awal tahun 2021 berjumlah 274,9 juta jiwa, 57%
diantaranya adalah masyarakat urban, yang melakukan perpindahan domisili dari pedesaan ke
wilayah perkotaan. Kaum urban memiliki ciri utama open minded atau terbuka dalam menerima
pengaruh luar, selain karena factor Pendidikan yang ditempuh yang kemudian menentukan
kebiasaan kesehariannya, hal ini juga dipengaruhi oleh pola pikir rasional masyarakat perkotaan
yang salah satunya didasarkan pada motif kepentingan dalam melakukan tindakan. Rasionalitas
masyarakat kota sebagai penduduk mayoritas di Indonesia yang membuka diri terhadap arus
informasi menjadi potensi semakin berkembangnya teknologi informasi sebagai salah satu alat
transformasi perubahan ke arah yang lebih baik.

Negara Indonesia ditakdirkan oleh Tuhan memiliki jumlah penduduk terbesar ke empat di
dunia harus dipandang sebagai energi dan potensi positif untuk kemajuan dimasa yang akan
datang. Dengan populasi penduduk yang sangat besar membuka peluang semakin berkembangnya
industri berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini dibuktikan dengan fakta dari
Hootsuite yang melaporkan bahwa pengguna internet di Indonesia pada awal tahun 2021 ini
mencapai 202,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 15,5 persen atau 27 juta jiwa jika dibandingkan
dengan Bulan Januari 2020 lalu. Hal ini menunjukkan bahwa penetrasi pengguna internet di
Indonesia mencapai 73,7 persen dari keseluruhan jumlah penduduk.

Masih berdasarkan laporan digital 2021 yang dirilis oleh Hootsuite sebagai peneyedia
layanan konten menunjukkan fakta bahwa mobile connection yang beredar di Indonesia melebihi
jumlah penduduk yang ada sebesar 345,3 juta atau 125,6 persen dari populasi penduduk di
Indonesia. Jadi bisa asumsikan bahwa satu orang di Indonesia bisa memiliki mobile connection
lebih dari satu perangkat. Dan perangkat yang paling popular digunakan di Indonesia adalah
ponsel genggam smartphoe sebesar 195,3 juta atau 96,4 persen dari total pengguna internet.

Dalam laporan yang sama juga disampaikan bahwa rata-rata pengguna di Indonesia
menghabiskan 8 jam 52 menit untuk berselancar di internet. Usia pengakses internet berkisar
antara 16 hingga 64 tahun. Yang jadi catatan, bahwa berinternet yang paling digemari oleh
penduduk di Indonesia adalah bermedia sosial. Saat ini ada 170 juta jiwa yang rata rata setiap hari
menghabiskan waktu 3 jam 14 menit menggunakan jejaring media sosial. Sehingga sangat
memungkinkan media sosial digunakan sebagai alat untuk berbagi informasi dan pengetahuan,
diskusi produktif dan solutif serta bisnis online untuk meningkatkan taraf ekonomi pengguna
internet.

Urgensi Literasi Digital

Masyarakat Indonesia hari ini, masih banyak yang baru bisa menerima informasi dari
dunia maya tanpa diiringi kemampuan memilah, memilih dan memvalidasi kebenaran secara baik.
Sehingga tidak sedikit yang terjebak pada penyebaran fitnah dan informasi hoax yang beredar di
media sosial. Selain itu, cybercrime juga menjadi tantangan baru ditengah arus informasi digital
yang sangat cepat dan pesat. Ketidakhati-hatian dalam mengolah informasi akan menjadikan
seseorang sebagai korban cybercrime yang dilaksanakan secara sistemik, terstruktur dan massif
oleh oknum penjahat di jejaring internet.

Ternyata sekedar mampu mengoperasikan perangkat digital seperti smartphone, gadget,


computer dan lain sebagainya tidaklah cukup bagi masyarakat Indonesia agar tidak menimbulkan
dampak negatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka sesungguhnya pengguna
internet sangat membutuhkan literasi digital menghadapi perkembangan teknologi yang akan
semakin maju dan tidak terbatas. Kemampuan literasi digital bukan sekedar kemampuan
mengoperasikan perangkat teknologi informasi komunikasi, namun harus disertai dengan
kemampuan memahami, mengolah dan mengaplikasikan informasi secara tepat dalam berbagai
bentuk.

Selain itu, agar pengguna internet di Indonesia bisa memanfaatkan jejaring dunia maya
secara sehat, positif dan produktif maka perlu gerakan literasi digital yang dilaksanakan secara
bertahap, konsisten dan berkelanjutan. Hal ini supaya keberadaan perangkat Teknologi Informasi
Komunikasi membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat baik di bidang
Pendidikan, perekonomian, teknologi dan bidang-bidang lainnya. Sehingga potensi populasi
penduduk dan pengguna internet yang sangat besar saling bersinergi mewujudkan tujuan
pembangunan nasional.

Literasi digital merupakan keniscayaan yang harus segera direalisasikan agar fenomena
negative sebagai dampak dari terbukanya arus informasi secara perlahan berkurang. Fakta
memprihatikan pada bulan maret 2021 saat masa pendemi covid19 yang dirilis oleh kementerian
komunikasi dan informasi bahwa situs perjudian dan pornografi paling banyak diakses oleh
pengguna internet di Indonesia. Lebih rincinya, layanan pornografi diakses oleh 4.724 pengguna
sementara perjudian diakses oleh 8.057 pengguna internet. Dan yang paling menyedihkan,
berdasarkan hasil survey nasional Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dimuat
dalam media on line Kompas.com (16 Agustus, 2020), saat pembelajaran peserta didik
dilaksanakan secara daring ada sebanyak 22 persen anak-anak Indonesia yang menonton tayangan
pornografi.

Berbagai realitas di atas, seharusnya semakin menguatkan alasan bagi semua pihak agar
terus berupaya menghadirkan internet sehat bagi masyarakat. Penyedia konten memproteksi
layanannya agar aman diakses dan digunakan, pemerintah terus melakukan edukasi internet sehat
dan pengguna dengan penuh kesadaran mempercerdaskan diri melalui literasi digital. Sinergi dan
kolaborasi baik antara pemerintah, penyedia layanan dan pengguna internet diharapkan mampu
mengatasi semua dampak negative era digital dewasa ini.

Penyelenggaraan Pembelajaran daring di masa pandemic

Literasi digital sangat penting untuk menjadi gerakan nasional disemua lini kehidupan
berbangsa dan bernegara, termasuk dalam bidang pendidikan melalui pelaksanaan pembelajaran di
ruang kelas maya maupun nyata. Karena ketidakmampuan literasi digital akan berdampak pada
terhambatnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi guru dan peserta didik. Hal ini
kemudian akan berakibat tidak tercapainya target pelaksanaan kurikulum pedidikan formal di
sekolah.

Pada pertengahan bulan maret 2020, saat covid19 mulai mewabah di Indonesia,
Pemerintah mengambil kebijakan pembelajaran dilaksanakan secara daring dengan menggunakan
fasilitas Teknologi Informasi Komunikasi. Pelaksanaan pembelajaran daring menemui beberapa
permasalahan sebagai akibat minimnya kemampuan literasi digital guru dan peserta didik.
Sebagaimana hasil survey UNICEF yang diberitakan oleh media online Kompas.com (24 Juni,
2020) menyebutkan bahwa 66 persen dari 60 juta siswa mengaku tidak nyaman belajar di rumah
selama pandemi Covid-19; 38 persen siswa mengatakan kekurangan bimbingan dari guru menjadi
kendala utama; 35 persen menyebutkan akses internet yang buruk; dan sebanyak 62 persen
responden mengakui membutuhkan kuota internet.

Sementara itu, CNN Indonesia (27 April, 2020) merilis hasil survey dari KPAI yang
menyebutkan bahwa 79.9 persen responden menyatakan bahwa tidak ada interaksi yang diberikan
oleh pendidik selama proses belajar dari rumah kecuali memberikan dan menagih tugas. Hal ini
dipengaruhi oleh peserta didik yang sangat tergantung pada peran guru, guru dan peserta didik
belum terbiasa dengan lingkungan belajar yang terpusat pada peserta didik, serta ketidaknyamanan
orang tua karena belum siap menjadi pendidik bagi anak-anaknya.
Realitas hambatan pelaksanaan pembelajaran daring pada masa pandemi sebagaimana
disebutkan di atas salah satu penyebabnya dikarenakan terbatasnya kemampuan guru dan peserta
didik dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga pembelajaran daring
terkesan hanya sekedar memberikan tugas dan menagihnya, minimnya interaksi guru dan peserta
didik serta inovasi dan kreativitas yang belum maksimal dilakukan oleh semua pihak yang terlibat
dalam pembelajaran. Untuk itu, sangat diperlukan sentuhan digital dalam pembelajaran daring
agar prosesnya berjalan baik dan hasilnya sesuai yang diharapkan.

Literasi Digital dan Pembelajaran Abad 21

Literasi digital sebagai upaya memperdalam dan mengembangkan pengetahuan serta


kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet
dan lain sebagainya perlu mendapat perhatian serius oleh semua pihak. Karena terbukanya arus
informasi tanpa batas yang sangat cepat harus diantisipasi dengan mempersiapkan insan pengguna
yang cakap digital. Sosok yang bukan sekedar bisa memanfaatkan perangkat teknologi informasi
komunikasi, tapi mampu mengolah informasi yang diterima secara benar sehingga menjadi
pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupan.

Banyumurti I., Karlina L. A. & Widuri (2020) mengatakan bahwa Kerangka Literasi
Digital merupakan poin-poin penting yang harus dipahami dan diaplikasikan oleh seseorang yang
akan beraktivitas di dunia maya. Kerangka Literasi Digital Indonesia memiliki tiga bagian utama yaitu
proteksi, hak-hak, dan pemberdayaan. Dalam bagian proteksi, dijelaskan mengenai pemahaman tentang
perlunya kesadaran dan pemahaman atas sejumlah hal terkait dengan keselamatan dan kenyamanan
siapapun pengguna internet. Di bagian hak-hak, dijelaskan bahwa terdapat beberapa hak-hak mendasar
yang harus diketahui dan dihormati oleh para pengguna internet. Di bagian pemberdayaan, dijelaskan
pemahaman mengenai jurnalisme warga yang berkualitas; kewirausahaan terkait dengan pemanfaatan
TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) dan/atau produk digital seperti teknopreuneur, startup digital, dan
pemilik UMKM; serta pentingnya etika informasi.
Gambar : Kerangka Literasi Digital
Sumber : Smart School Online; Pakai Internet Secara Sehat dan Cerdas di Sekolah (2020)

Kerangka literasi digital sebagaimana gambar di atas merupakan bekal penting yang harus
dikuasai oleh semua pengguna perangkat digital internet, termasuk diantaranya para praktisi
Pendidikan dan peserta didik. Upaya ini diharapkan agar internet bisa digunakan secara sehat dan
cerdas di semua tempat termasuk sekolah sebagai institusi Pendidikan. Tempat generasi penerus
bangsa menimba ilmu pengetahuan, berlatih keterampilan dan belajar sikap serta budi pekerti
luhur harus dipastikan aman dari segala bentuk ancaman cybercrime dan potensi negative lainnya

Peserta didik hari ini adalah native digital, terlahir dalam kondisi masyarakat yang sudah
terhubung jejaring internet menggunakan mobile connection yang dimiliki oleh hampir oleh setiap
individu. Sehingga pembelajaran pada abad 21 ini harus disesuaikan dengan kondisi kekinian dan
kedisinian, pembelajaran yang mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan,
keterampilan dan sikap, serta penguasaan terhadap teknologi. Ada unsur kognitif, psikomotorik,
dan afektif serta kemampuan dalam literasi digital yang terintegrasikan dalam aktivitas
pembelajaran.

Di era digital Abad 21 ini, peserta didik dapat menemukan informasi pada setiap hal, setiap
waktu dan setiap tempat melaui internet, telepon dan sebagianya. Informasi yang tidak terbatas
(apapun, dimanapun, kapanpun) dapat dicari oleh peserta didik melalui google, youtube, wikipedia
dan lain-lain, sehingga guru bukan lagi sumber informasi utama. Jadi bagaimana sebaiknya guru
mengajarkan siswa di Abad 21, saat ini?? yakinlah bahwa peserta didik pasti tahu cara mencari
segala informasi tersebut, tetapi tidak ada yang mengajarkan mereka bagaimana cara: memvalidasi
informasi, mensintesis informasi, mengkomunikasikan informasi, berkolaborasi dengan informasi
maupun memecahkan masalah dengan kolaborasi. Begitu pula dengan bagaimana mengajarkan
peserta didik belajar tanggung jawab, kepercayaan, dan integritas, yang semuanya tidak bisa dicari
dengan sendirinya oleh siswa. Salah satu caranya, guru bisa mengawalinya dengan bagaimana
memaksimalkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar. Dengan keterlibatan aktif peserta
didik, pembelajaran menjadi berpusat pada peserta didik, pembelajaran bersifat jangka panjang,
dan akan berujung pada kemampuan menyelesaikan masalah.

Kompetensi kecakapan abad 21 dalam Panduan Implementasi Keterampilan Abad 21


kurikulum 2013 di SMA (2017), yaitu kompetensi peserta didik untuk mengahadapi tantangan
yang kompleks di antaranya:
1) kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem
solving skill); Kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah meliputi a)
menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan, baik induktif maupun
deduktif dengan tepat dan sesuai situasi. b) Memahami interkoneksi antara satu
konsep dengan konsep yang lain dalam suatu mata pelajaran, dan keterkaitan antar
konsep antara suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. c) Melakukan
penilaian dan menentukan keputusan secara efektif dalam mengolah data dan
menggunakan argumen. d) Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi
dan argumen. e) Mengolah dan menginterpretasi informasi yang diperoleh melalui
simpulan awal dan mengujinya lewat analisis terbaik. f) Membuat solusi dari
berbagai permasalahan non-rutin, baik dengan cara yang umum, maupun dengan
caranya sendiri. g) Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha
menyelesaikan permasalahan h) Menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan
menyelesaikan suatu masalah.
2) Kecakapan berkreativitas atau berkreasi dan inovasi. Guilford dalam Panduan
Implementasi Keterampilan Abad 21 kurikulum 2013 di SMA (2017),
mengemukakan kreatifitas adalah cara- cara berpikir yang divergen, berpikir yang
produktif, berdaya cipta berpikir heuristik dan berpikir lateral. Beberapa kecakapan
terkait kreatifitas yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran antara lain sebagai
berikut. a) Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan. b) Bersikap terbuka
dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda. c) Mampu mengemukakan ide-
ide kreatif secara konseptual dan praktikal. d) Menggunakan konsep- konsep atau
pengetahuannya dalam situasi baru dan berbeda, baik dalam mata pelajaran terkait,
antar mata pelajaran, maupun dalam persoalan kontekstual. e) Menggunakan
kegagalan sebagai wahana pembelajaran. f) Memiliki kemampuan dalam
menciptakan kebaharuan berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki. g) Mampu
beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif terhadap
lingkungan.
3) kecakapan berkomunikasi (communication skills) dan kolaborasi. Beberapa
kecakapan terkait kreatifitas yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran antara
lain sebagai berikut. a) Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang
efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT
Literacy). b) Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu
pada saat berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan. c)
Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan dengan
lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi. d) Selain itu dalam komunikasi lisan
diperlukan juga sikap untuk dapat mendengarkan, dan menghargai pendapat orang
lain, selain pengetahuan terkait konten dan konteks pembicaraan. e) Menggunakan
alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang berlaku. f) Dalam Abad
21 komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa, tetapi kemungkinan multi-
bahasa.
4) Kolaborasi (Collaboration); Kecakapan terkait dengan kolaborasi dalam
pembelajaran antara lain sebagai berikut. a) Memiliki kemampuan dalam kerjasama
berkelompok. b) Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja
secara produktif dengan yang lain. c) Memiliki empati dan menghormati perspektif
berbeda. d) Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan

Untuk mewujudkan kompetensi abad 21 sebagaimana yang disebutkan di atas, setiap unsur
yang terlibat dalam Pendidikan harus berusaha melengkapi dirinya dengan kemampuan literasi
yaitu kemampuan bagaimana menerapkan keterampilan inti untuk kegiatan sehari- hari. Melalui
gerakan literasi di sekolah yang tidak lagi menjadi bagian terpisah/berdiri sendiri dalam
pelaksanaannya. Peserta didik di kelas bersama guru melakukan aktivitas ini untuk memperkaya
dan memperdalam wawasan serta penguasaan materi, sehingga peserta didik terlibat langsung
tidak lagi hanya bergantung pada guru. Kemampuan literasi yang perlu dikembangkan di ataranya,
yaitu literasi baca tulis, berhitung, literasi sains, literasi teknologi informasi dan komunikasi,
literasi keuangan, literasi budaya dan kewarganegaraan.

Seorang guru juga perlu membekali dirinya dengan literasi digital yang dibutuhkan, agar
mampu menghadirkan pembelajaran yang dibutuhkan untuk mewujudkan kompetensi abad 21.
Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, guru harus memulai satu langkah perubahan yaitu
merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Pola pembelajaran yang tradisional bisa dipahami sebagai pola
pembelajaran dimana guru banyak memberikan ceramah sedangkan peserta didik lebih banyak
mendengar, mencatat dan menghafal. Satu hal lain yang penting yaitu guru akan menjadi contoh
pembelajar (learner model), guru harus mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terbaru
sehingga sebetulnya dalam seluruh proses pembelajaran ini guru dan peserta didik akan belajar
bersama namun guru mempunyai tugas untuk mengarahkan dan mengelola kelas. Untuk itu guru
harus menjadi pembelajar sepanjang hayat (a long- life learning) agar dapat mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi sesuai tuntutan era industri 4.0 dan society 5.0.

Syarat untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat tersebut, seorang guru harus memiliki 3
kemampuan literasi, yaitu: literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia. Literasi data
merupakan kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (Big Data) di dunia
digital. Sedangkan literasi teknologi adalah kemampuan memahami cara kerja mesin, aplikasi
teknologi (coding, artificial intelligence, machine learning, engineering principle, biotech).
Sementara itu literasi manusia merupakan kemampuan Humanities, Komunikasi, dan design (Soft
Skills, Kepemimpinan dan Kerjasama Tim). Dengan kemampuan literasi ini, seorang guru tidak
lagi gagap dalam menghadirkan pembelajaran abad 21 yang inovatif.

Menurut Jennifer Nichols dalam Rohim, Bima dan Julian (2016) prinsip pokok
pembelajaran abad ke 21, terdiri dari:

1. Instruction should be student-centered.

Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang


berpusat pada peserta didik. Peserta didik ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang
secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Peserta didik tidak lagi
dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi
berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan
tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan
masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
2. Education should be collaborative.

Peserta didik harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang
dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, peserta didik perlu
didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan
suatu proyek, peserta didik perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan
talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat
dengan mereka.
3. Learning should have context.

Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan
peserta didik di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan
kehidupan sehari- hari peserta didik. Guru mengembangkan metode pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik terhubung dengan dunia nyata (real word). Guru membantu
peserta didik agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang
dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Guru
melakukan penilaian kinerja peserta didik yang dikaitkan dengan dunia nyata.
4. Schools should be integrated with society.

Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung
jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi peserta didik untuk terlibat dalam
lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana
peserta didik dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam
lingkungan sosial. Peserta didik dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program
yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan
sebagainya. Selain itu, peserta didik perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan
untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.

Prinsip pembelajaran abad 21 sebagaimana disebutkan di atas merupakan panduan bagi


insan pendidikan terutama guru dalam menerapkan pembelajaran yang berkualitas di lingkungan
sekolah. Dengan pembelajaran yang berkualitas maka output peserta didik yang dihasilkan akan
memenuhi standar kompetensi kecakapan abad 21. Sehingga generasi penerus bangsa akan
mampu mengisi ruang kreativitas di semua lini kehidupan dalam pembangunan nasional yang
berkelanjutan.
Daftar Pustaka

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud. 2017. Panduan Implementasi Kecakapan
Abad 21 Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Atas. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas.

Rohim, Abdur dkk. Belajar Dan Pembelajaran Di Abad 21. Tugas Mata Kuliah Kajian Media
Pembelajaran.

Trisdiono, Harli . 2013. Strategi Pembelajaran Abad 21. Widyaiswara Muda. Lembaga
PenjaminanMutu Pendidikan Prov. D.I. Yogyakarta. http://lpmpjogja.org/strategi-
pembelajaran-abad-21/

Website : http://kominfo.go.id/statistik
Website : https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia
Website : https://tekno.kompas.com/read/2021/02/23/16100057/jumlah-pengguna-internet-
indonesia-2021-tembus-202-juta
Website : https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/24/090832371/survei-unicef-66-persen-siswa-
mengaku-tak-nyaman-belajar-di-rumah?page=all
Website : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200427160228-20-497716/survei-kpai-guru-
tak-interaktif-selama-belajar-dari-rumah
Website : https://nasional.kompas.com/read/2020/08/16/11564091/kpai-22-persen-anak-
menonton-tayangan-bermuatan-pornografi-saat-pandemi?page=all

Anda mungkin juga menyukai