Bangkitnya
Otoritarian Digital
Juli 2020
Bangkitnya Otoritarian Digital
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
Tim Penyusun
Penanggungjawab : Damar Juniarto
Koordinator : Anton Muhajir
Telepon: +628119223375
Surel: info@safenet.or.id
Situsweb: safenet.or.id
Daftar Isi
Pengantar 1
Profil SAFEnet 3
Ringkasan 5
Data Kasus
Epilog 43
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
Pengantar
bagaimana hak-hak ini terkait erat dengan hak lebih mendasar, hak
asasi manusia (HAM).
Laporan ini kami susun menggunakan tiga metode. Pertama,
pengumpulan data dari laporan yang masuk langsung kepada kami
selama 2019, terutama untuk kasus kriminalisasi dan kekerasan
berbasis gender daring. Kedua, pengumpulan dari sumber-sumber
skunder seperti kepolisian dan pengadilan yang datanya terbuka
kepada publik, seperti di situsweb mereka. Ketiga, melalui pemantauan
media (media monitoring).
Kami membagi struktur laporan itu dalam tiga bidang utama terkait
hak-hak digital yaitu hak untuk mengakses Internet, hak untuk
berekspresi menggunakan media digital, dan hak atas rasa aman di
dunia digital. Pembagian ini tidak kaku, karena pada satu dua kasus,
dia bisa saja saling terkait sehingga tak bisa dihindarinya irisan bagian
(kluster). Hal ini sekaligus untuk menunjukkan bagaimana tiap bagian
dalam hak-hak digital memang terkait erat satu sama lain sebagai
satu kesatuan.
Selain sebagai alat untuk mengenalkan isu hak-hak digital, kami
berharap laporan situasi hak-hak digital ini juga bisa menjadi alat
advokasi, mendorong agar negara mewujudkan pemenuhan dan
perlindungan hak-hak digital ini. Selamat membaca.
2
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
Tentang SAFEnet
Ringkasan
K
ita pernah mengalami euforia, Internet Muram sekali, tetapi begitulah adanya.
dan media sosial bisa menjadi ruang
untuk tumbuh suburnya kebebasan Kecenderungan setahun terakhir
masyarakat sipil dan mendorong lahirnya menunjukkan bahwa hak-hak digital di
masyarakat madani (civil society) yang Indonesia yang baru saja bisa kita nikmati
berlandaskan pada demokrasi. Ada sekitar satu dekade terakhir, kini justru di
kebebasan, kesetaraan, dan kedaulatan bawah ancaman kekuasaan yang otoriter.
warga. Euforia itu terwujud antara lain dengan Pendokumentasian tentang situasi hak-
menjamurnya gerakan-gerakan masyarakat hak digital Indonesia yang kami lakukan
berbasis Internet sebagai penyeimbang sepanjang tahun lalu mendukung tesis itu.
dan pengawas kekuasaan yang cenderung Seperti infrastruktur Internet yang
otoritarian. menyangganya, hak-hak digital adalah satu
Lebih dari satu dekade berlalu setelah lahirnya mata rantai yang saling terkait mulai dari hak
media-media sosial, seperti Facebook dan untuk mengakses, hak untuk berekspresi, dan
Twitter, yang turut menjadi katalis gerakan- hak atas rasa aman. Pertama-tama, warga
gerakan masyarakat sipil termasuk di seharusnya tidak hanya bebas mengakses
Indonesia, euforia itu meredup. Kebebasan Internet, tetapi bahkan dijamin haknya untuk
di Internet yang pernah kita nikmati, makin memperoleh akses yang setara tanpa harus
hari makin dibatasi dengan aneka rupa tersekat lokasi dan demografi. Kedua, dengan
pembenaran dan pola. Kesetaraan yang akses yang dimiliki, tiap warga seharusnya
sempat kita rayakan, kini di bawah bayang- bebas mengekspresikan pendapat dan
bayang distopia. Kedaulatan hak-hak digital opininya tanpa harus takut akan ancaman.
yang belum sepenuhnya kita capai, kini Ketiga, tanpa ancaman, setiap warga akan
nyaris sepenuhnya terampas. menemukan ruang bersama yang aman dan
nyaman di dunia maya.
5
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
Sayangnya, situasi setahun terakhir kian jauh 21%, Papua 10%, Kalimantan 9%, sedangkan
dari ideal. Bali dan Nusa Tenggara memiliki pengguna
Internet terkecil, hanya 5%.
Dari sisi gender, akses Internet di Indonesia
Pemutusan Akses Internet juga masih mengelami kesenjangan digital
Selama 2019, terjadi tiga kali pemadaman di mana sebanyak 72% dari laki-laki dewasa
Internet (Internet shutdown) sepihak yaitu memiliki ponsel sedangkan perempuan
di Jakarta dan sebagian Indonesia lain (tidak dewasa 64%. Adapun pengguna ponsel yang
ada data jelas dari pemerintah) pada 22-24 mengakses Internet sebesar 43% pada laki-
Mei 2019, kemudian di Papua dan Papua laki dan 36% pada perempuan.
Barat pada 21 Agustus 2019, serta pada 23-29
September 2019 di Wamena dan Jayapura.
Kriminalisasi terhadap Ekspresi
Pelambatan dan atau pemblokiran akses
Internet di Jakarta dan sebagian wilayah Ketika akses Internet makin dibatasi melalui
lain Indonesia pada Mei 2019 terkait dengan beragam cara, termasuk pemutusan akses,
unjuk rasa menyikapi hasil pemilihan dan menghadapi masalah lama yang
presiden 2019. Selama tiga hari ini, belum terselesaikan, seperti kesenjangan
pemerintah resmi melakukan pemadaman digital, pada saat yang sama, penggunanya
Internet dengan istilah pelambatan Internet menghadapi ancaman berulang difasilitasi
(Internet throttling) untuk “mencegah oleh pasal-pasal karet dalam UU ITE.
hoaks” dan “langkah antisipatif konflik agar Pendokumentasian sepanjang 2019
tidak meluas” dan “menjaga ketertiban dan menunjukkan bahwa kriminalisasi terhadap
keamanan”. ekspresi tetap marak terjadi.
Adapun pemutusan akses Internet di Dari laporan masuk ke SAFEnet, terdapat 24
Papua dan Papua Barat terkait erat dengan kasus pemidanaan dengan UU ITE. Jumlah
demo menentang tindakan rasisme pada itu menurun dibandingkan kasus setahun
mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, sebelumnya yang mencapai 25 kasus. Dari
Jawa Timur. Pemerintah melakukan sisi latar belakang, jurnalis dan media masih
pelambatan akses di beberapa wilayah menjadi korban terbanyak dari kriminalisasi
Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua, ini sebanyak 8 kasus, terdiri atas 1 media
termasuk Kota Jayapura, Kabupaten dan 7 jurnalis menjadi korban. Dalam dua
Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten tahun terakhir, jumlah media dan jurnalis
Jayawijaya serta Kota Manokwari dan Kota yang dipidanakan cenderung lebih tinggi
Sorong. dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pemadaman Internet menjadi pola baru Korban terbanyak kedua adalah aktivis dan
pemerintah Indonesia dari sebelumnya lebih warga dengan 5 kasus. Jumlah ini naik 1 kasus
banyak memblokir akses pada situs atau dibandingkan tahun sebelumnya. Posisi
aplikasi tertentu. Kebijakan ini memang pola berikutnya adalah tenaga pendidik dan artis
baru untuk melanggar hak atas Internet masing-masing 3 kasus.
atas nama keamanan nasional sebagaimana
juga terjadi di wilayah Rakhine (Myanmar), Dari aspek pasal pemidanaan, Pasal 27 ayat 3
Kashmir (India), dan Catalan (Spanyol). UU ITE (defamasi) paling banyak
Pemutusan akses Internet sebagai pola baru digunakan untuk melaporkan yaitu sebanyak
pembatasan akses terhadap Internet itu 10 kasus. Disusul Pasal 28 ayat 2 (kebencian)
melengkapi tantangan lama keterjangkauan sebanyak 8 kasus. Penggunaan dua pasal
akses Internet di Indonesia, kesenjangan sekaligus juga muncul yaitu, Pasal 27 ayat 1
lokasi, demografi, dan gender. Dari sisi (pornografi) dengan Pasal 27 ayat 3 sebanyak
lokasi, Internet di Indonesia pada 2019 masih 3 kasus. Terakhir, penggunaan Pasal 27 ayat 1
terkonsentrasi di Jawa (55%), diikuti Sumatera dengan Pasal 28 ayat 2 terdapat 1 kasus.
6
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
Dua fakta tersebut menunjukkan keterkaitan kekerasan digital, terutama kepada suara-
bahwa jurnalis, aktivis, dan warga kritis paling suara kritis terhadap kekuasaan maupun
banyak dikriminalisasi dengan menggunakan perempuan.
pasal-pasal karet yang cenderung multitafsir
dengan tujuan membungkam suara-suara Sejak Juli 2019, SAFEnet bekerja sama dengan
kritis. Tesis itu kemudian didukung oleh fakta Komisi Nasional (Komnas) Perempuan
lain bahwa ternyata latar belakang pelapor mencatat kasus-kasus kekerasan berbasis
yang paling banyak menggunakan pasal- gender siber (KGBS). Sepanjang 2019,
pasal karet itu adalah pejabat publik dan SAFEnet menerima 60 aduan kasus KBGS
politisi dengan 10 laporan. di mana 44 kasus di antaranya adalah dari
rujukan Komnas Perempuan pada SAFEnet.
Hal lain yang perlu diwaspadai adalah Adapun 16 aduan lain masuk melalui kanal-
meluasnya korban kriminalisasi kanal komunikasi SAFEnet, termasuk yang
menggunakan UU ITE. Sepanjang tahun lalu, diarahkan oleh mitra atau komunitas lain
mulai marak terjadi kriminalisasi terhadap untuk membuat pengaduan di SAFEnet.
akademisi yang bersuara kritis terhadap isu
politik nasional maupun di kampusnya. Dari jumlah tersebut, 53 korban yang
mengadu adalah perempuan dan 7 lainnya
Meskipun demikian, data yang kami himpun tidak menyebut gendernya. Bentuk
hanya puncak gunung es dari jumlah KBGS paling banyak dilaporkan adalah
kasus sebenarnya. Sebagai perbandingan, penyebaran konten intim tanpa persetujuan
menurut Direktorat Tindak Pidana Siber (nonconsensual disemmination of intimate
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia images) sebanyak 45 kasus, pelanggaran
(Mabes Polri), jumlah penyelidikan terhadap privasi (seperti doksing, pengawasan
akun media sosial selalu naik setiap tahun, nonkonsensual, penyadapan, akses tanpa
yakni 1.338 kasus pada 2017, 2.552 kasus pada otorisasi) sebanyak 7 kasus, pembuatan
2018, dan melonjak pada 2019 menjadi 3.005 akun peniru atau impersonasi sebanyak 2
kasus hingga Oktober 2019. Dari 3.005 kasus kasus, pamer alat kelamin di ruang digital
hingga Oktober itu, aduan terbanyak adalah tanpa persetujuan (digital exhibitionism)
penghinaan tokoh, penguasa, atau badan sebanyak 3 kasus, dan bentuk lain seperti
umum dengan 676 kasus. mempermalukan korban di ruang digital
publik (online shaming) atau pelanggaran
Dari jumlah itu, kasus terbanyak adalah privasi korban di luar dari penjelasan di atas.
penyelidikan menyangkut penghinaan
tokoh, penguasa dan badan umum. Pada KBGS di atas tidak selamanya terjadi secara
2017 ada 679 kasus yang diselidiki terkait tunggal dalam satu bentuk. Terdapat pula
penghinaan, kemudian meningkat 1.177 pada beberapa kekerasan yang terjadi sekaligus.
2018 dan turun pada 2019 menjadi 676 kasus. Misalnya penyebaran informasi data pribadi
Kasus tinggi lainnya yakni mengenai dugaan korban tanpa persetujuan ke dunia maya.
provokasi dan ujaran kebencian. Begitu pula dengan platform yang digunakan,
tidak hanya satu platform media sosial, tetapi
Tiga kasus ini kerap merujuk pada juga beberapa sekaligus. Misalnya, tak hanya
penggunaan pasal-pasal karet di UU ITE. di percakapan ringkas (instant messenger),
Jeratan pasal karet dalam UU ITE terus tetapi juga Twitter, Instagram, dan Facebook.
berlanjut sepanjang tahun lalu.
Seperti halnya pada pembatasan akses
Internet dan kriminalisasi terhadap
Ancaman yang Kian Mencekam pengguna, pelanggaran terhadap rasa aman
ini pun ada yang terjadi karena motivasi
Setelah pembatasan akses dan ancaman politik. Pada awalnya, kasus-kasus KBGS
kriminalisasi, pengguna Internet di Indonesia lebih banyak terjadi karena motivasi balas
juga harus menghadapi semakin kuatnya dendam oleh pasangan atau mantan
7
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
“
pasangan serta relasi timpang antara laki-
laki dan perempuan. Namun, pada tahun lalu
juga mulai terjadi KBGS dengan motivasi
politik. Seorang aktivis perempuan menjadi
korban melalui penyebaran foto telanjangnya
dengan fitnah perselingkuhan bersama
mitra kerjanya yang juga aktivis. Penyebaran Setelah pembatasan
materi itu adalah upaya mendelegitimasi
kerja-kerja mereka dalam menolak revisi akses dan ancaman
Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).
kriminalisasi, pengguna
Politisasi tubuh perempuan sebagaimana Internet di Indonesia
terjadi pada aktivis penolak revisi UU KPK
itu menjadi penanda bagaimana kian hari
juga harus menghadapi
Internet telah menjadi alat bagi kekuasaan semakin kuatnya
untuk membungkam suara-suara kritis warga
melalui berbagai cara. Tidak hanya membatasi kekerasan digital,
dan bahkan memutus akses Internet atau
mengancam dengan kriminalisasi terhadap
terutama pada suara-
ekspresi politik mereka, tetapi juga bahkan suara kritis terhadap
melakukan kekerasan berbasis gender siber
untuk tujuan politik. kekuasaan dan
Jika semua pelanggaran hak-hak digital perempuan.
oleh negara itu dibiarkan, maka kebebasan
Internet yang pernah kita gadang-gadang
sebagai sebuah kemajuan di Indonesia
hanya menunggu waktu untuk kembali
“
masuk kuburan.
8
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
T
Sebagian besar pengguna mengakses
idak ada data pasti berapa jumlah Internet dari perangkat bergerak (mobile
pengguna Internet di Indonesia devices), seperti telepon seluler, tablet,
hingga 2019. Namun, beberapa sumber dan laptop. Saking banyaknya pengguna
menyebut jumlahnya berkisar 120 juta perangkat bergerak, jumlahnya bahkan
jiwa hingga 175,4 juta jiwa. Menurut Data melebihi jumlah pengguna yaitu mencapai
Reportal, hingga Januari 2020, jumlah 338,2 juta atau 124% dari jumlah penduduk.
pengguna Internet mencapai 175,4 juta,
dengan penambahan 25 juta atau 17% Menurut Statista Dossier hanya 14%
dibandingkan tahun sebelumnya. Penetrasi pengguna berlangganan Internet rumah
Internet mencapai sekitar 64% dari jumlah (fixed Internet subscription), tetapi 97%
penduduk. Sumber yang sama menyebut, pengguna Internet rumahan tersebut
jumlah pengguna media sosial di Indonesia mengakses pula dari perangkat ponsel3.
mencapai 160 juta hingga Januari 2020, Adapun penggunaannya masih didominasi
meningkat 12 juta atau 8,1% antara April 2019 kebutuhan pesan singkat melalui platform
hingga Januari 20201. berbasis Internet dan media sosial4.
Data lain dari Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) menyebutkan,
jumlah pengguna Internet Indonesia hingga
Mei 2019 sebanyak 171,1 juta, meningkat 10% 2 https://dailysocial.id/post/pengguna-internet-indonesia-2018
dari tahun sebelumnya yaitu 143,26 juta. 3 https://www.statista.com/statistics/1036571/indonesia-fixed-
internet-subscription-at-home/
4 https://www.statista.com/statistics/254456/number-of-internet-
1 https://datareportal.com/reports/digital-2020-indonesia users-in-indonesia/
9
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
10
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
11
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
Alasannya adalah
“..mempercepat proses
pemulihan situasi keamanan..”
(Sumber: Kompas.com)
Provinsi
21 Agustus
2 Papua dan Kemkominfo Akses Internet diblokir
2019
Papua Barat selama dua pekan. (Sumber:
CNNIndonesia.com)
5 https://www.top10vpn.com/cost-of-internet-shutdowns/
13
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
S
alah satu isu dalam pemenuhan penjualan yang signifikan pada November
hak-hak digital lima tahun terakhir 2019, diikuti dengan kenaikan yang stabil
adalah menguatnya dominasi China di bulan-bulan berikutnya sampai akhirnya
dalam kehidupan digital warga Indonesia, pada Januari 2020 menggeser posisi Xiaomi
dari perangkat keras, perangkat lunak, yang dari awal menduduki peringkat kedua.
hingga bisnis digital. Contohnya dalam hal Xiaomi memiliki market-share sebesar 19,8%
perangkat keras, setelah sekian lama produk pada Mei 2020, turun dari 21,07% dari Mei
Korea Selatan yaitu Samsung menguasai 2019, membuatnya menduduki peringkat
pasar Indonesia, kini pelan-pelan China mulai ketiga pada Mei 2020.
menguasai, terutama
jika digabungkan.
Market Share Ponsel Pintar di Indonesia
B e r d a s a r k a n
data Statcounter Nama Produk Asal Negara Mei 2019 Mei 2020
GlobalStats, penjualan
ponsel pintar di
Indonesia sepanjang Samsung Korea Selatan 25.93% 24.91%
Mei 2019 - Mei 2020
OPPO China 18.6% 20.62%
didominasi Samsung,
OPPO dan Xiaomi. Xiomi China 21.07% 19.8%
Ketiganya konsisten
mempertahankan Mobicel Afrika Selatan 7.% 11.4%
market-share di atas
15% sepanjang satu Amerika
Apple 5.51% 7.86%
tahun. Secara satuan, Serikat
Samsung masih merajai Realme China 0.03% 3.72%
seperempat dari total ASUS Taiwan 4.12% 2.97%
penjualan ponsel pintar
di seluruh Indonesia, Tidak
- 7.78% 2.88%
yaitu di angka 24,91% Diketahui
pada Mei 2020 dan
25,93% pada Mei 2019. Huawei China 1.13% 1.05%
sektor, termasuk pemerintah, perusahaan Indonesia (ATSI) jaringan ini bisa diterapkan
infrastruktur, dan lain-lain. Huawei berharap mulai tahun 2022.15
ke depannya bekerja lebih dekat dengan
sektor kesehatan dan kecantikan untuk Meski jaringan 5G masih belum masuk
membantu mendigitalkan sistem mereka.11 ke Indonesia, di tahun 2020 sudah ada
empat jenis ponsel pintar yang mendukung
Selain itu, Huawei juga sudah mengantongi tekhnologi 5G beredar secara resmi di
beberapa aplikasi asal Indonesia yang kini Indonesia. Semuanya merupakan ponsel
terdaftar di AppGallery, yakni platform yang asal China yaitu OPPO Find X2, OPPO Find
diluncurkan Huawei sebagai alternatif dari X2 Pro, dan Huawei P40 Pro.16 Selain itu,
Google Play dan App Store. Per January tiga penyedia jaringan Internet di Indonesia
2020, AppGallery sudah memiliki lebih dari 40 yakni Telkomsel, XL Axiata dan Smartfren
aplikasi buatan Indonesia baik dalam sektor juga sudah melakukan ujicoba jaringan 5G
perbankan (Permata Bank, BCA Mobile, ini.[17] [18]
Link Aja) dan e-commerse (Blibli, Tokopedia,
Bukalapak). Huawei menargetkan akan ada Melihat antusiasme Indonesia dalam
73 aplikasi asal Indonesia yang terdaftar di menyambut jaringan 5G, penting untuk
AppGallery per Maret 2020.12 menggaris bawahi isu kemanan digital
sebagaimana dituduhkan Amerika
Tak hanya dari sis bisnis digital, Huawei juga Serikat dan sekutunya. Meski belum ada
masuk ke isu keamanan nasional di Indonesia. bukti eksplisit dari tuduhan tersebut,
Pada Oktober 2019, Badan Siber dan Sandi setidaknya haruslah ada kewaspadaan
Negara (BSSN) menggandeng Huawei dalam dalam mengimplementasikan jaringan 5G
memperkuat keamanan siber di Indonesia ini di tanah air. Pemerintah Indonesia harus
melalui pengembangan sumber daya memastikan benar tidaknya isu ini serta
manusia pegawai BSSN.13 Namun, meskipun menyusun langkah preventif jika tuduhan
Huawei dituduh berpotensi mengancam AS akan jaringan 5G ini benar adanya.
keamanan, BSSN menyatakan tidak ada
yang perlu dikhawatirkan dari kerja sama
ini karena hanya terkait pengembangan
“
SDM. BSSN menepis kerja sama ini sebagai
bentuk kecondongan pada negara tertentu.
Sebaliknya, ini malah mempertegas bahwa
BSSN bertindak netral mengingat pada
tahun sebelumnya di 2018, BSSN juga Terdapat spekulasi di ranah global bahwa
bekerja sama dengan perusahaan Amerika produk digital asal China disebut memiliki
Serikat, Cisco.14 kelemahan dari segi keamanan
berdasarkan asumsi bahwa produk China
Terkait penerapan jaringan 5G di Indonesia, diduga selalu berada di bawah bayang-
Kominfo saat ini masih mengkaji bayang pemerintahan China, sehingga ia
frekuensinya. Pemerintah berharap Kutai bisa dijadikan alat untuk spionase.
Kartanegara sebagai Ibukota baru menjadi
kota pertama yang akan menggunakannya.
Tidak ada kepastian kapan jaringan 5G
akan diterapkan di tanah air, tetapi menurut
“
Asosiasi Penyelenggara Jasa Telekomunikasi
11 https://www.thejakartapost.com/adv-longform/2019/08/27/
huawei-helps-create-win-win-digital-ecosystem-in-ri.html 15 https://katadata.co.id/berita/2020/03/09/indonesia-dianggap-
12 https://www.thejakartapost.com/news/2020/02/28/huawei- siap-adopsi-5g-tahun-depan#:~:text=Mereka%20pun%20
aims-to-have-73-local-indonesian-apps-in-appgallery-by-march. memperkirakan%2C%20nilai%20bisnis,1%2C83%20juta%20
html pada%202025.
13 https://tekno.kompas.com/read/2019/10/29/15460047/bssn- 16 https://www.suara.com/tekno/2020/05/14/155348/daftar-
dan-huawei-kerja-sama-kembangkan-sdm-untuk-keamanan- ponsel-5g-ini-sudah-masuk-pasar-indonesia?page=1
siber 17 https://inet.detik.com/telecommunication/d-4802327/
1 4 h t t p s : / / w w w . c n n i n d o n e s i a . c o m / telkomsel-sukses-uji-coba-5g-di-batam
teknologi/20191029154752-185-443825/gandeng-huawei-bssn- 18 https://teknologi.bisnis.com/read/20190822/101/1139774/
sebut-tak-perlu-khawatir-isu-spionase uji-coba-5g-smartfren-lebih-cepat-xl-axiata-lebih-menarik
18
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
P
emidanaan terhadap hak kebebasan Dari aspek pasal pemidanaan, Pasal 27 ayat
berekspresi dengan menggunakan 3 UU ITE (defamasi) paling banyak digunakan
pasal-pasal karet di UU ITE masih yakni sebanyak 10 kasus. Disusul Pasal 28 ayat
terjadi sepanjang 2019, yang bertepatan 2 (kebencian) sebanyak 8 kasus. Penggunaan
dengan tahun politik. Data yang masuk dua pasal sekaligus juga muncul yaitu, Pasal
ke SAFEnet, terjadi 24 kasus pemidanaan 27 ayat 1 (pornografi) dengan Pasal 27 ayat
dengan UU ITE, menurun dibandingkan 3 sebanyak 3 kasus. Terakhir, penggunaan
tahun 2018 yang mencapai 25 kasus. Pasal 27 ayat 1 dengan Pasal 28 ayat 2
terdapat 1 kasus.
Berdasarkan profesi yang
diadukan, media dan jurnalis
masih menempati posisi pertama
dengan 8 kasus, terdiri atas 1
media dan 7 jurnalis menjadi
korban. Dalam dua tahun terakhir,
jumlah media dan jurnalis yang
dipidanakan cenderung lebih
tinggi dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya.
Di posisi kedua, pemidanaan hak
berekspresi menimpa aktivis dan
warga masing-masing sebanyak
5 kasus. Jumlah pemidanaan
terhadap aktivis meningkat dari
sebelumnya yang hanya 1 kasus.
19
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
20
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
21
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
Dandhy dijerat Pasal 28 ayat (2) jo Pasal 45A Ia dilaporkan oleh bekas Ketua DPR RI,
(ayat 2) UU ITE tentang Pasal Kebencian. Setya Novanto ke Polda Jawa Barat terkait
Namun, sebelum Dandhy ditangkap, komentarnya di Twitter. Dalam cuitannya,
informasi Dandhy Laksono itu dihujani Emerson mempertanyakan keberadaan
banyak komentar dan melabelinya sebagai Setya Novanto yang saat itu tengah menjalani
hoaks, meski informasi yang diunggah hukuman lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa
Dandhy berdasarkan pemberitaan sejumlah Barat. Emerson kemudian dilaporkan dengan
media kredibel. Pasal 45 ayat (3) jo Pasal 27 ayat (3) UU RI No
19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU RI
Penangkapan Dandhy juga sewenang- No 11 tahun 2006 tentang ITE.
wenang. Ia ditangkap di rumahnya di
Bekasi, Jawa Timur lalu dibawa ke Polda Musisi sekaligus aktivis Ananda Badudu
Metro Jaya pada Kamis 26 September ditangkap karena menggalang dana melalui
2019. Penangkapan itu dilakukan pada jam KitaBisa untuk aksi demonstrasi mahasiswa
istirahat, yakni pada pukul 23.00 WIB, tanpa yang menentang RKUHP dan UU KPK di
didahului surat panggilan. Dandhy dilepas depan Gedung DPR/MPR pada Selasa 24-
dengan status sebagai tersangka, setelah 25 September 2019. Penangkapan terhadap
pemeriksaan panjang selama sekitar tujuh Ananda Badudu hanya berlangsung satu
jam. Kejanggalan lainnya, Dandhy ditangkap hari setelah Dandhy Laksono dan dilakukan
berdasarkan laporan seorang anggota polisi.3 dengan sewenang-wenang pula. Kamar kos
Ananda di kawasan Tebet Barat, Jakarta
Selatan digedor saat ia tertidur. Ia kemudian
Kriminalisasi Aktivis dibawa ke Polda Metro Jawa pada Jumat 27
September 2019 sekitar pukul 04:25 WIB.
Tidak hanya menjerat jurnalis, kasus
pembungkaman kebebasan berekspresi Kriminalisasi serupa juga terjadi pada
juga dialami oleh para aktivis. Kasus pertama aktivis yang vokal menyuarakan isu Papua.
dialami Fransiskus Olarugi Lamanepa atau Setelah jurnalis Dandhy Laksono, pengacara
biasa disapa Frank Lamanepa, aktivis Koalisi hak asasi manusia untuk Papua, Veronica
Rakyat Bersatu Flores Timur (KRBF). Koman ditetapkan sebagai tersangka oleh
Kepala Kepolisian Daerah atau Polda Jawa
Ia ditetapkan menjadi tersangka oleh Timur pada 4 September 2019. Tuduhannya,
penyidik Polres Flores Timur (Flotim) setelah Veronica diduga telah memprovokasi dan
mengkritisi Sekda Flotim Paulus Igo Geroda menyebarkan berita palsu di media sosialnya.
yang saat itu rangkap jabatan sebagai Kepala
Badan Penanggulangan Bendana Daerah Ada tiga konten cuitan Veronica yang
(BPBD) Flotim. Tulisannya dalam bentuk dituding bernada provokatif dan hoaks
polling di grup Facebook Suara Flotim itu terkait insiden rasisme di Asrama Mahasiswa
dilaporkan ke Polres Flotim oleh Sekda Papua Surabaya, 16 Agustus 2019. Konten
Flotim pada 10 Juni 2019 lalu karena dituduh pertama, Seruan mobilisasi aksi monyet
mencemarkan nama baik. turun ke jalan untuk besok di jayapura’(18
agustus 2019). Konten kedua, momen polisi
Frank tetap dinyatakan bersalah, setelah tembak ke dalam asrama papua, total 23
sidang Putusan Praperadilan Gugatan tembakan termasuk gas air mata, anak-
terhadap Pihak Polres Flotim ditolak Hakim. anak tidak makan selama 24 jam, haus,
Sementara itu kasus kriminalisasi aktivis terkurung, disuruh keluar ke lautan massa’.
terkait dengan kebebasan berekspresi kedua Dan konten ketiga, 43 mahasiswa Papua
menimpa pegiat, yang juga Mantan Aktivis ditangkap tanpa alasan yang jelas, 5 orang
Indonesia Corruption Watch (ICW), Emerson terluka dan 1 terkena tembakan gas air mata’.
Yuntho.
Veronica Koman dijerat dengan empat
undang-undang sekaligus, yakni UU ITE, UU
KUHP 160, UU Nomor 1 Tahun 1946 Tentang
Peraturan Hukum Pidana, dan UU 40 tahun
3 https://tirto.id/kasus-dandhy-laksono-ananda-badudu-
2008, tentang Penghapusan Diskriminasi
lampu-kuning-untuk-demokrasi-eiUl
23
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
subsider 1 bulan penjara oleh Majelis Hakim Data lain yang bisa menjadi acuan adalah
Pengadilan Negeri Banda Aceh. jumlah kasus terkait UU ITE sebagaimana
tercatat di situsweb Mahkamah Agung (MA).
Adapun kriminalisasi terhadap Ade Armando Pencarian dengan kata kunci “UU ITE” yang
terkait dengan isu politik. Ia dilaporkan oleh terdaftar selama 2019 menghasilkan 212
politisi DPD RI Fahira Idris terkait meme kasus. Namun, kami menyadari bahwa perlu
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan penelusuran lebih lanjut apakah semua
berwajah joker dengan tulisan “Gubernur kasus tersebut memang murni terkait
Jahat Berawal dari Menteri yang Dipecat” pencemaran nama baik yang sifatnya
pada 31 Oktober 2020. Fahira melaporkan multitafsir dan dilakukan sebagai bagian
Ade menggunakan Pasal 32 ayat 1 UU ITE dari kritik atau tidak.
tentang larangan mengubah terhadap bentuk
dokumen elektronik dan atau informasi
elektronik.
Sebelum pelaporan itu, unggahan Ade
Armando tersebut menjadi viral dan memicu
perisakan. Di media sosial kemudian bergema
tagar #tangkapAdeArmando dan sempat
menjadi trending Twitter.
Meskipun demikian,
data kasus yang masuk
ke SAFEnet hanya
puncak gunung es. Data
sesungguhnya bisa
puluhan kali lipat. Sebagai
perbandingan adalah data
dari Mabes Polri yang bisa
diakses secara terbuka
di situsweb Patroli Siber.
Menurut situs tersebut,
kasus terkait Internet
sepanjang 2019 mencapai
4.586 kasus. Kasus terkait
penyebaran konten
provokatif merupakan
kasus terbanyak, 1.769
kasus. Merujuk pada
kasus-kasus yang
ditangani SAFEnet selama
ini, tuduhan provokatif
seringkali sumir dan
multitafsir.
Dari sisi platform, media
yang paling banyak
digunakan pelaku yang
dituduh melakukan tindak
pidana terkait Internet
bisa dilihat pada tabel di
sebelah:
25
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
P
ada 5 April 2019, SAFEnet bersama wartawan yang menggunakan pasal karet UU
sembilan organisasi lainnya bergabung ITE. Selain itu, SAFEnet mengisi kekosongan
dalam Komite Keselamatan Jurnalis advokasi pada kasus kriminalisasi jurnalis
(KKJ), sebuah koalisi yang digagas secara personal akibat pandangan dan
masyarakat pers sebagai wujud kolaborasi pendapat pribadinya.
untuk menangani kasus kekerasan terhadap
pers dan jurnalis. Inisiatif ini juga muncul Kasus tersebut tidak bisa ditangani secara
sebagai antisipasi dari tren meningkatnya langsung oleh KKJ karena adanya SOP yang
tindak kekerasan terhadap jurnalis pada membatasi ruang advokasi hanya pada
tahun politik. kasus yang berhubungan dengan kerja dan
karya jurnalistik.
Komite telah menyusun Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang akan menjadi pedoman Selain mendampingi dan memberikan
dalam penanganan dan pencegahan kasus bantuan hukum, KKJ juga melakukan
kekerasan jurnalis dan pekerja media agar verifikasi kasus untuk setiap kasus kekerasan
tidak terulang kembali. yang terjadi pada wartawan. Serta membuka
layanan Hotline Antikekerasan Jurnalis
Pada koalisi ini, SAFEnet berperan untuk jurnalis yang mengalami kekerasan di
untuk membantu kampanye serta ikut nomor 0812-4882-231.
mengadvokasi kasus-kasus kriminalisasi
26
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
S
aat ini tubuh-tubuh kasat mata aman, menyerang atau berdampak lebih
menjelma menjadi entitas-entitas besar karena gender atau seksualitas
digital seperti nama pengguna, alamat seseorang, yang terjadi saat terhubung
IP, nomor telepon, alamat surel, foto, teks, dengan Internet atau difasilitasi teknologi
video, dan berbagai informasi dan digital digital. Biasanya bentuk kekerasan ini berakar
yang menjadi kekhasan di ruang-ruang dari melanggar privasi dan/atau melakukan
digital. Tidak hanya terus bertambah tindakan non konsensual pada satu atau
jumlahnya, tubuh-tubuh rentan di dunia banyak individu sekaligus.
digital juga menghadapi berbagai ancaman
yang difasilitasi media-media digital. Sepanjang 2019, SAFEnet menerima 60
aduan kasus KBGS. Sebanyak 44 aduan kasus
Sub-divisi Digital At-Risks (DARK) di bawah adalah dari rujukan Komnas Perempuan
Divisi Hak atas Rasa Aman SAFEnet pada SAFEnet, yang menjadi mitra resmi
mencatat tubuh-tubuh rentan di dunia rujukan Komnas Perempuan sejak Juli 2019.
digital adalah yang beridentitas sebagai Adapun 16 aduan lain masuk dari berbagai
anak, perempuan, LGBTQ (lesbian, gay, kanal komunikasi SAFEnet, termasuk dari
biseksual, transgender, dan queer), jurnalis, yang diarahkan oleh mitra atau komunitas
aktivis (isu HAM, anti korupsi, lingkungan, lain untuk membuat pengaduan di SAFEnet.
kelompok agama minoritas, dan peniup
peluit (whistleblower). Selama 2019, DARK Dari jumlah tersebut, 53 korban yang
mencatat berbagai kekerasan berbasis mengadu adalah perempuan dan 7 lainnya
gender siber (KBGS) yang sebelumnya kami tidak mengidentifikasi gendernya. Bentuk
sebut sebagai kekerasan berbasis gender KBGS yang paling banyak dilaporkan adalah
online (KBGO) dengan temuan dalam penyebaran konten intim tanpa persetujuan
penjabaran-penjabaran selanjutnya. (non consensual disemmination of intimate
images (NCII) sebanyak 45 kasus, pelanggaran
privasi (seperti doksing, pengawasan non
konsensual, penyadapan, akses tanpa
Penyebaran Konten Intim Merajalela otorisasi) sebanyak 7 kasus, pembuatan akun
peniru (impersonation) sebanyak 2 kasus,
KBGS adalah tindakan yang membuat
pamer alat kelamin di ruang digital secara non
seseorang tidak aman atau merasa tidak
27
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
konsensual (digital exhibitionism) sebanyak konten intim lagi. Ada pula 12 kasus revenge
3 kasus, dan bentuk KBGS lainnya seperti porn atau ancaman penyebaran konten
aksi mempermalukan korban di ruang digital intim oleh pasangan yang tidak mau putus
publik (online shaming) atau pelanggaran atau berpisah ataupun mantan pasangan
privasi korban di luar dari penjelasan di atas. yang memaksa untuk berhubungan kembali.
Selain itu, 11 kasus NCII lainnya tidak memiliki
Angka ini tentunya belum mewakili angka motif di atas atau pada saat diadukan
kejadian KBGS secara keseluruhan di dan selama konsultasi berlangsung motif
Indonesia. Catatan Tahunan Komnas tersebut belum terlihat.
Perempuan 2020 berjudul Kekerasan
Meningkat: Kebijakan Penghapusan Korban yang diancam atau sudah
Kekerasan Seksual untuk Membangun mengalami KBGS dalam bentuk penyebaran
Ruang Aman Bagi Perempuan dan Anak konten intim mayoritas berusia 18-25 tahun,
Perempuan menyebutkan setidaknya ada terutama yang menghadapi sextortion
281 kasus di 2019, meningkat 300% dari 97 sebanyak 14 orang. Hal ini bisa dipengaruhi
kasus di tahun sebelumnya. Bentuk ancaman beberapa hal, seperti bahwa usia 18-25
penyebaran konten foto pornografi yang tahun termasuk rentang usia yang penetrasi
paling sering dilaporkan dan mencapai 91 penggunaannya Internet paling tinggi1
kasus.
Dari 45 aduan kasus NCII, SAFEnet 1 Laporan Survei Penetrasi dan Profil Perilaku Pengguna Internet
menemukan 22 kasus di antaranya adalah Indonesia 2018 oleh Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia
sextortion, atau ancaman penyebaran konten (APJII) yang diakses pada 18 Mei 2019 menyebutkan berdasarkan
intim secara non-konsensual yang disertai tingkat penetrasinya, rentang usia pengguna internet tertinggi pada
2018 adalah 15-19 tahun (91%), 20-24 tahun (88,5%), dan 25-29
pemerasan berupa permintaan uang atau tahun (82,7%).
28
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
Tabel 2 Tabel Usia korban KBGS bentuk NCII yang didampingi SAFEnet selama 2019.
2 Identitas sengaja disamarkan. Kasus dijabarkan sebagai bentuk 3 Identitas sengaja disamarkan. Kasus dijabarkan sebagai bentuk
edukasi beragamnya pengalaman KBGS yang dialami korban. edukasi beragamnya pengalaman KBGS yang dialami korban.
29
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
kekerasan yang dialami korban bisa jadi tidak aplikasi hiburan yang merangkap juga
hanya satu bentuk seperti yang ditunjukkan sebagai media sosial, seperti Hago.
oleh statistik di atas. Korban kerap kali
mengalami beberapa bentuk KBGS Selama platform-platform digital tersebut
sekaligus, seperti doksing atau penyebaran memiliki fitur interaktif antar pengguna,
informasi data pribadi korban, seperti nama maka dia sudah berpotensi menjadi ruang
lengkap, nomor ponsel, atau akun pribadi kekerasan digital.
korban, tanpa persetujuan ke dunia maya. Pemanfaatan berbagai teknologi komunikasi
Aduan dari C , misalnya, menyampaikan
4 digital ini memungkinkan korban dan pelaku
bahwa pelaku melakukan pengawasan pada berada di lokasi berbeda dengan jarak jauh,
dirinya dengan menggunakan teknologi seperti beda kota, beda provinsi, bahkan
digital berupa pemasangan aplikasi beda negara. Dalam catatan SAFEnet, ada 2
ponsel pintar yang memiliki fitur yang bisa aduan KBGS dialami korban berstatus WNI
mengetahui lokasi korban secara real-time yang saat kekerasan berlangsung sedang
di ponsel korban (spyware). Korban juga berada di luar negeri. Salah satunya dengan
menghadapi upaya phishing5 dalam bentuk pelaku berada di Indonesia, dan yang lainnya
manipulasi tautan (link manipulation)6 oleh dengan pelaku yang mengaku WNA dan
pelaku yang ingin meretas akun media membujuk korban untuk pergi ke luar negeri
sosial korban, tetapi upaya tersebut berhasil menemuinya.
digagalkan. Beragamnya situasi yang dihadapi korban
Dalam kasus-kasus NCII, pelaku sering kali dan kebutuhannya, membuat langkah dan
memanfaatkan situasi psikologis korban yang tindakan yang diambil tidak berdasarkan
tidak ingin agar kekerasan yang dialaminya solusi tunggal tetapi hasil pemetaan
diketahui oleh orang lain, terutama orang- risiko. Selama proses pendampingan dan
orang terdekat korban seperti orang tua dan konsultasi bersama korban dan penyintas
keluarga. Pelaku mengintimidasi korban agar KBGS, SAFEnet mengambil tindakan berupa
menuruti kehendak atau permintaan pelaku. salah satu atau kombinasi dari memberikan
Situasi psikologis korban juga terkadang saran terkait keamanan digital (58%), hanya
dimanfaatkan pelaku untuk mendapatkan mencatat kasus karena komunikasi tidak
informasi pribadi korban, seperti yang dialami berlanjut (35%), membantu meningkatkan
C. Kerentanan korban juga bertambah keamanan digital korban (30%), membantu
ketika KBGS yang dialaminya terkait dengan proses pelaporan ke platform digital
orientasi seksual LGB (lesbian, gay, dan (17%), menghubungkan dengan LBH
biseksual) yang di Indonesia kerap kali sudah (13%) dan lembaga pendamping lain (17%),
mendapatkan diskriminasi. Setidaknya menghubungi pelaku untuk mengupayakan
ada dua kasus yang didampingi SAFEnet mediasi (5%), membantu proses pelaporan
bersinggungan dengan orientasi seksual ke polisi (3%), dan memberikan saran terkait
LGB. hukum (3%).
SAFEnet juga menemukan bahwa kekerasan Saat mendampingi aduan kasus KBGS
terjadi lintas dan multiplatform digital. sepanjang 2019, SAFEnet juga melakukan
Pelaku memanfaatkan berbagai teknologi konsultasi tatap muka langsung dengan
digital untuk bisa berkomunikasi dengan korban (23%). Meskipun demikian mayoritas
korban, dari aplikasi kencan (dating apps), pendampingan dilakukan secara daring
aplikasi percakapan (chatting apps), seperti karena domisili korban ada di berbagai
WhatsApp, Line; aplikasi bersurat (e-mail); tempat.
ataupun memanfaatkan fitur pesan langsung Tidak semua aduan yang tercatat berujung
(direct message) di media sosial atau bahkan pada pelaporan ke polisi, karena korban
memilih untuk tidak sampai pada hal tersebut.
4 Identitas sengaja disamarkan. Kasus dijabarkan sebagai bentuk Alasan-alasan yang dikemukakan termasuk
edukasi beragamnya pengalaman KBGS yang dialami korban.
5 Phishing adalah bentuk kejahatan siber ketika pelaku dengan tidak ingin ketahuan orang tua, proses yang
sengaja berpura-pura menjadi atau membuat suatu identitas panjang, ketakutan atas victim blaming atau
legal atau terpercaya untuk memancing agar korban memberikan dikriminalisasi dengan UU ITE, biaya, dan
informasi data pribadinya, yang biasanya akan digunakan untuk lain-lain. Dari kasus yang turut didampingi
mendukung tindak kejahatan siber lainnya pada korban, misalnya SAFEnet sampai di tahap pelaporan ke polisi
peretasan, pengambilalihan akun, dan seterusnya.
6 Link manipulation adalah tindakan phishing dengan metode dilakukan dengan berkoordinasi bersama
mengirimkan tautan (link) yang tampilan situs webnya dibuat lembaga bantuan hukum, seperti LBH APIK
sedemikian rupa mirip dengan situs web yang familiar bagi korban, Jakarta, LBH Jakarta, dan LBH Bandung.
biasa disertai formulir atau kolom untuk memasukkan data-data
pribadi, seperti nama, kata kunci, dan lainnya.
30
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
Mesin dan Algoritma Juga Menjadi korban kekerasan seksual, sehingga dampak
Pelaku dari kejadian ini membuat kekerasan dan
trauma baru pada korban, selain mengulang
Salah satu aduan kasus menarik yang trauma lama.
didampingi SAFEnet adalah pelanggaran
privasi yang tidak disengaja karena sistem Hal menarik lain dari kasus ini adalah
yang tidak memahami perspektif dan singgungannya dengan UU ITE No.
dampak pada korban. Pada kasus yang 19/2016 Pasal 26 Ayat 3 terkait hak untuk
dihadapi D7, ia mengalami KBGS karena dilupakan (right to be forgotten) dan
namanya sebagai korban kekerasan seksual Peraturan Pemerintah No. 71/2019 tentang
tidak disamarkan dalam putusan pengadilan Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
dan muncul dalam hasil pencarian nama di Elektronik (PSTE) Pasal 15 Ayat 2 terkait
Google. Dampaknya ia mengalami stigma dengan penghapusan (right to erasure) dan
yang kerap dialami korban kekerasan seksual. pengeluaran dari daftar mesin pencari (right
to delisting).
Kasus ini menunjukkan karakteristik KBGS
yang tidak selalu terkait dengan kekerasan Upaya menempuh jalur hukum untuk
seksual secara langsung, tetapi pada jejak kasus ini belum memanfaatkan peraturan-
digital yang menjadi dampak setelahnya. peraturan di atas berdasarkan keputusan
Dalam hal ini berupa putusan pengadilan korban. Namun, akan menarik untuk
yang tidak menyamarkan nama D, dan lalu memperhatikan pasal-pasal tersebut
diunggah di situs web Mahkamah Agung digunakan untuk menjawab kebutuhan
dalam format digital (pdf) dan muncul di korban KBGS, yang kerap kali mengalami
mesin pencarian Google saat dicari dengan kekerasan berulang karena konten-konten
kata kunci berupa nama korban. yang menjadi jejak digital dari kekerasan
yang dialami korban masih beredar di ruang-
Kasus ini juga menunjukkan bahwa walaupun ruang digital di berbagai platform, baik yang
hampir semua kasus KBGS senantiasa bersifat publik ataupun terbatas di dalam
terjadi di platform digital yang menyediakan grup-grup, alih-alih menjadi peraturan yang
fitur interaktif langsung dan dua arah antar- dimanfaatkan untuk kepentingan yang
pengguna platform. KBGS tetap bisa terjadi merugikan publik seperti upaya menghapus
bahkan ketika platform digital tersebut tidak jejak korupsi.
memungkinkan adanya interaksi langsung
antar pengguna, seperti mesin pencari
Google. Hal ini karena yang terjadi adalah
interaksi antara pengguna dan algoritma. Keadilan Semu di Ranah Hukum Bagi
Pelaku bisa jadi tidak melulu manusia, tetapi Korban
secara insidental berwujud teknologi digital Ketika dihadapkan dengan mencari keadilan
berupa sistem algoritma mesin pencarian hukum, keberadaan UU ITE Pasal 27 Ayat
dan situs web sebuah institusi. 1 terkait konten bermuatan melanggar
Dalam hal ini, patut disesalkan kelalaian kesusilaan dan UU Pornografi kerap
dari pengadilan yang membuat berkas mengkriminalisasi atau mengintimidasi
putusan pengadilan yang mengabaikan korban-korban KBGS yang terkait dengan
Surat Keputusan Mahkamah Agung Nomor ancaman penyebaran konten intim atau
1-144/KMA/SK/I/2011 tentang Pedoman seksual, sehingga banyak yang memilih
Pelayanan Informasi Pengadilan. Dalam SK tidak meneruskan ke ranah hukum. Alih-
tersebut pada Poin VI tentang Prosedur alih merasa terlindungi, para korban justru
Pengaburan Sebagian Informasi Tertentu merasa takut tidak akan dilindungi. Selain itu
dalam Informasi yang Wajib Diumumkan proses hukum yang panjang dan menguras
dan Informasi yang Dapat Diakses Publik energi, serta kekhawatiran akan biaya, juga
disebutkan untuk Petugas Informasi wajib menjadi alasan korban tidak jadi melapor ke
mengaburkan nomor perkara dan identitas polisi.
saksi korban dalam beberapa perkara, Setiap Orang dengan sengaja dan
termasuk tindak pidana kesusilaan. tanpa hak mendistribusikan dan/atau
Di sisi lain, hal ini menjadi bagian kekerasan mentransmisikan dan/atau membuat dapat
berbasis gender sendiri dikarenakan stigma diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
di tengah masyarakat yang menghakimi Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
yang melanggar kesusilaan. – UU ITE Pasal
27 Ayat 1
7 Identitas sengaja disamarkan. Kasus dijabarkan sebagai bentuk
edukasi beragamnya pengalaman KBGS yang dialami korban.
31
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
Salah satu kasus yang KBGS yang putusan sidang, yaitu kasus E10 dan Kennedy
menunjukkan situasi darurat untuk Jennifer Dhillon11. Dua kasus ini menunjukkan
penanganan kasus KBGS adalah kasus Baiq hal setali tiga uang dengan kasus Nuril, bahwa
Nuril Maknun8 yang mendapatkan atensi dibutuhkan upaya besar dan perjalanan
besar dari publik sejak 2018, karena keadilan panjang untuk menuntut keadilan atas KBGS
yang tidak kunjung didapatnya walaupun yang dialami.
sudah menghadapi proses hukumnya
sejak 17 Maret 2015. Atensi dan desakan Proses hukum yang dialami E, serupa dengan
publik ini memang kemudian membuahkan apa yang dialami oleh Nuril dari segi waktu.
pemberian amnesti oleh Presiden RI Joko Bila Nuril harus melalui proses hukum sekitar
Widodo pada 29 Juli 2019 dan membebaskan 4 tahun dan 4 bulan lamanya, E mengalaminya
Nuril dari ancaman pidana penjara selama 6 selama 5 tahun. Ia dilaporkan pada awal 2014,
(enam) bulan dan denda Rp500 juta subsider sempat mengalami masa tahanan selama
3 bulan penjara. 8 hari di akhir 2014, lalu diputus bersalah
di Pengadilan Negeri Bandung. Ia sempat
Banyak hal ditunjukkan dari penyelesaian diputus bebas saat banding ke Pengadilan
kasus Nuril, yaitu terutama kegagapan Tinggi, walau kemudian menghadapi
perangkat hukum dengan konteks dan putusan kasasi yang memutusnya bersalah.
perspektif yang dihadapi Nuril sebagai korban E akhirnya diputuskan bebas dalam putusan
pelecehan seksual verbal oleh atasannya Peninjauan Kembali oleh Mahkamah Agung
sendiri. Ini terlihat dari Mahkamah Agung pada Januari 2019.
yang mengeluarkan Putusan Mahkamah
Agung Nomor 574/Pid.Sus/2018 di tingkat E adalah ibu rumah tangga yang terjerat
Kasasi dan menjatuhkan pidana padanya, dan kasus UU ITE atas laporan suaminya
lalu menolak juga Permohonan Peninjauan (sekarang mantan). Kasus ini bermula dari E
Kembali Nuril selaku Terpidana berdasarkan yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah
Putusan Mahkamah Agung Nomor 83 PK/ Tangga (KDRT) oleh suaminya sejak 1994 dan
Pid.Sus/2019 di tingkat Peninjauan Kembali baru berani melaporkannya ke polisi pada
pada 4 Juli 2019. Keputusan-keputusan ini 2013. Laporan tersebut dibalas suaminya
disayangkan Komnas Perempuan karena pada 2014 dengan laporan ke polisi dengan
tidak mengindahkan Peraturan Mahkamah bukti percakapan di kotak masuk (inbox)
Agung No. 3/2017 tentang Pedoman Facebook milik E dengan temannya yang
Mengadili Perkara Perempuan Berhadapan diduga telah melakukan perbuatan asusila
dengan Hukum.9 dan melanggar UU ITE Pasal 27 Ayat 1.
Mirisnya lagi, dalam upaya permohonan Pada kasus ini, suami E melakukan
peninjauan kembali (PK) ke Mahkamah pelanggaran privasi dengan mengakses
Agung yang mensyaratkan adanya bukti baru akun Facebook E secara diam-diam untuk
(novum), Nuril yang menggugat pelaku balik mengambil layar tangkap (screenshot)
di Polda Nusa Tenggara Barat dengan KUHP percakapan tersebut, mencetak, dan
Pasal 294 Ayat 2 butir 1 tentang Perbuatan menggandakannya sebagai bukti pelaporan.
Cabul Dalam Sebuah Relasi Kerja dengan Fakta persidangan menemukan hal tersebut
nomor laporan: LP/334/XI/2018/NTB/ tidak benar. Berdasarkan Berita Acara Hasil
SPKT harus menelan pil pahit. Laporannya Pemeriksaan Forensik dari Bareskrim Polri
dihentikan pada 28 Januari, karena dianggap Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan
tidak memiliki cukup bukti dan tidak ada Khusus yang dihadirkan di persidangan
kontak fisik yang terjadi. Membuktikan pada awal Maret 2015, disebutkan bukti yang
bahwa payung hukum di Indonesia masih dicetak pelaku tidak ditemukan di dalam
belum bisa memberikan keadilan bagi Facebook E, atau bukti yang disampaikan
korban-korban kekerasan seksual, apalagi pelaku tidak menunjukkan adanya tindakan
yang tidak memiliki bukti adanya kontak fisik. asusila seperti yang dituduhkan.
Selain Nuril, pada 2019 lalu ada dua kasus Selama 4 tahun 11 bulan proses hukum dilalui E
KBGS yang turut diadvokasi SAFEnet untuk bisa bebas dari tuduhan tidak terbukti
bersama berbagai mitra yang berbuah oleh pelaku KDRT yang diakomodasi dengan
penggunaan pasal karet UU ITE Pasal 27
Ayat 1 dan penyajian alat bukti screenshot
8 Kami mendapatkan persetujuan dari Baiq Nuril Maknun untuk
pencantuman namanya di dalam laporan ini.
9 Amalia, S. (2019, Juli 10). Komnas Perempuan: MA Seharusnya 10 Identitas sengaja disamarkan. Kasus dijabarkan sebagai bentuk
Pakai PERMA Perkara Perempuan untuk Baiq Nuril. Diakses edukasi beragamnya pengalaman KBGS yang dialami korban.
dari Magdalene: https://magdalene.co/story/kasus-baiq-nuril- 11 Kami mendapatkan persetujuan dari Kennedy Jennifer Dhillon
seharusnya-didasarkan-perma pada 16 Juni 2020 untuk pencantuman namanya di dalam laporan ini.
32
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
percakapan yang sudah melanggar privasi ke pihak Kominfo untuk melakukan tindakan
E dengan pembobolan akun Facebook pada aplikasi-aplikasi tersebut.
miliknya.
Kekukuhan Kennedy dalam mengawal
Kennedy punya cerita berbeda dari Nuril dan kasusnya dan terus mengingatkan pihak
E. Sebagai korban KBGS, keadilan hukum kepolisian untuk bekerja secara profesional
memang hadir untuk kasusnya, tetapi bukan atas kasus yang dialaminya adalah bagian
tanpa perjuangan yang keras dari dirinya dari tantangan yang dihadapi korban KBGS
selama proses tersebut berlangsung. Ada selama mencari keadilan melalui proses
berbagai upaya yang dilakukan F untuk hukum.
mencari keadilan atas KBGS yang dialami,
yaitu penyebaran nomor ponsel pribadi Di sisi lain, menarik untuk memperhatikan
dengan identitas palsu di berbagai aplikasi hasil putusan dari kasus Kennedy. Hakim
kencan online seperti BeeTalk, WeChat, melalui Putusan Sidang Nomor 281/Pid.
Badoo, dan lainnya. Sus/2019/PN JktPst memutuskan pelaku
bersalah atas dakwaan distribusi konten
Nomor pribadi Kennedy dipasang di akun- bermuatan melanggar kesusilaan sesuai
akun platform digital tersebut sebagai akun dengan UU ITE Pasal 27 Ayat 1, dan Pasal
yang menawarkan layanan pijat dan spa 93 UU Administrasi Kependudukan terkait
beserta layanan seks. Akun-akun tersebut pemalsuan dokumen kependudukan kepada
tidak memuat nama asli atau lengkap, ataupun instansi pelaksana. Seperti yang diketahui,
memuat foto diri Kennedy, melainkan foto UU ITE Pasal 27 Ayat 1 adalah pasal yang
seksi bukan Kennedy yang dicuri pelaku dari menjerat Nuril dan E. Hal ini menunjukkan
Facebook dan Google. Akibatnya Kennedy kekaretan dari pasal tersebut, terutama dari
banyak menerima pesan teks dan panggilan unsur bermuatan melanggar kesusilaan.
video di WhatsApp dan ponselnya dari
para laki-laki yang menghubunginya untuk SAFEnet menyayangkan putusan Majelis
menanyakan layanan yang disebut di dalam Hakim tidak turut mempertimbangkan
akun-akun digital tersebut. dakwaan dengan dasar UU ITE Pasal 32 Ayat
1 terkait informasi/dokumen elektronik milik
Gangguan ini tidak hanya dialami Kennedy. orang atau publik yang diubah, ditambahkan,
Diketahui pelaku juga melakukan KBGS atau dikurangi. Pasal ini didorong LBH
serupa pada setidaknya 4 korban lain dengan Jakarta, selaku kuasa hukum Kennedy,
motif perbedaan pandangan politik terkait karena KBGS yang dialami Kennedy terjadi
kandidat Pilkada Jakarta 2017. juga karena ada upaya penyebaran nomor
ponsel F dengan mengubah informasinya
“Saya berharap lembaga negara juga bisa dengan keterangan-keterangan yang tidak
meng-upgrade dirinya untuk lebih pintar benar terkait kepemilikan nomor ponsel F.
lagi melihat case yang dilaporkan sehingga
bukan lagi tugas saya sebagai korban untuk Setiap Orang dengan sengaja dan
mencari pelaku, mencari bukti, dan mencari tanpa hak atau melawan hukum dengan
tanda-tanda siapa pelakunya.” cara apa pun mengubah, menambah,
mengurangi, melakukan transmisi,
Seruan ini terlontar oleh Kennedy di merusak, menghilangkan, memindahkan,
konferensi pers “Kekerasan Berbasis Gender menyembunyikan suatu Informasi Elektronik
Online (KBGO): Memahami dan Melindungi dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang
Perempuan dan Kelompok Rentan”12 yang lain atau milik publik. - UU ITE Pasal 32 Ayat 1
diselenggarakan SAFEnet. Selama menjalani
proses hukum, Kennedy harus berjuang Tantangan lain datang dari sisi aparat penegak
untuk mendapatkan berbagai informasi hukum yang belum memiliki perspektif yang
untuk bisa dijadikan bukti dan mencari mendukung korban. Alih-alih seringkali
petunjuk tentang pelaku, yang semestinya aparat penegak hukum menyalahkan
adalah bagian dari tugas kepolisian dalam korban atas KBGS yang dihadapinya. Hal ini
penyelidikan dan penyidikan. Kennedy yang terjadi pada F13 yang didampingi SAFEnet
berinisiatif untuk mengontak platform dalam proses pelaporan ke polisi terkait
digital BeeTalk, WeChat, dan Badoo yang KBGS dalam bentuk ancaman penyebaran
memuat akun-akun palsu yang menjajakan konten intim dengan motif pemerasan
layanan pijat dan prostitusi yang dibuat oleh (sextortion). Saat proses pembuatan Berita
pelaku. Ia juga sempat mengirimkan e-mail Acara Pemeriksaan, F mendapatkan dirinya
12 Siaran langsung konferensi pers ini dapat disaksikan di Youtube 13 Identitas sengaja disamarkan. Kasus dijabarkan sebagai bentuk
melalui tautan s.id/YTliveGBVO edukasi beragamnya pengalaman KBGS yang dialami korban.
33
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
ditanya dengan hal-hal yang mengarah pada sendiri pun G tidak memberikan konsen atau
victim blaming sehingga membuat korban persetujuan yang utuh karena dia berada
trauma dan merasa terpuruk hingga terpikir di bawah intimidasi mantan suaminya yang
untuk bunuh diri. memiliki perilaku seksual menyimpang.
Apalagi dalam proses distribusi konten video
Di sisi lain, saat melakukan pendampingan, tersebut yang dimonetisasi oleh pelaku. Perlu
SAFEnet juga menemukan alasan-alasan. dicatat juga bahwa perbedaan usia keduanya
seperti “SDM terbatas” dan “tidak memiliki adalah 14 tahun, dan pelaku menikahi G sejak
alat” untuk digital forensik atau pelacakan ia masih berusia 16 tahun, sehingga jelas
ke polisi sering dikemukakan bila didesak dalam hubungan keduanya sudah terdapat
terkait pengusutan kasus. Alasan yang juga ketimpangan relasi kuasa.
menjadi tantangan yang dikemukakan
aparat penegak hukum adalah bahwa Putusan Pengadilan Negeri Garut ini
mereka susah untuk mendapatkan informasi menunjukkan lagi-lagi kerentanan
tentang pelaku jika meminta ke platform perempuan korban kekerasan seksual
digital, walaupun pihak platform digital sudah ditambah dengan KBGS saat berhadapan
memiliki kebijakan khusus terkait dengan dengan hukum, bahkan ketika sudah
laporan aparat penegak hukum. ada Perma No. 3/2017 tentang Pedoman
Mengadili Perkara Perempuan Berhadapan
Kasus lain yang mendapat perhatian publik dengan Hukum dan rekomendasi untuk
adalah terkait dua video dengan adegan penghentian jeratan hukum pada G oleh
seksual lebih dari dua orang yang dijual oleh Komnas Perempuan.16
sebuah akun Twitter. Video tersebut viral
dengan tagar G14 di Twitter pada Agustus Proses hukum yang panjang juga tidak
2019. G, yang berusia 19 tahun saat itu, menjawab karakteristik dari “online” atau
langsung ditahan oleh pihak penyidik hingga “difasilitasi teknologi digital” yang cepat
menjadi terdakwa dalam sidang tuntutan dalam penyebaran dan multiplikasi konten.
di Pengadilan Negeri Garut dengan Jaksa Ada kegagapan, ketidaktanggapan, dan
Penuntut Umum mengajukan UU Pornografi ketidaksigapan aparat penegak hukum
Pasal 8 Jo. Pasal 34 Jo. KUHP Pasal 55 Ayat 1 untuk menyelesaikan kasus-kasus KBGS,
untuk menjerat G. baik dari tahapan pelaporan sampai
dengan persidangan. Prosedur hukum yang
Setiap orang dilarang dengan sengaja atau memakan banyak waktu juga membuat
atas persetujuan dirinya menjadi objek korban berpotensi mengalami kekerasan
atau model yang mengandung muatan berulang, dengan jumlah pelaku yang bisa
pornografi. – UU Pornografi Pasal 8 jadi bertambah. Pada KBGS yang bentuknya
Dipidana sebagai pelaku tindak pidana: 1. penyebaran konten intim, korban harus siap
mereka yang melakukan, yang menyuruh menghadapi risiko besar bahwa konten
melakukan, dan yang turut serta melakukan tersebut dapat diunggah berulang kali
perbuatan. – KUHP Pasal 55 Ayat 1 oleh pelaku utama, dan oleh pelaku lain
yang menemukan konten tersebut dan
Diketahui pada April 2020, G diputus15 memanfaatkannya untuk mengintimidasi
bersalah karena memenuhi unsur “turut korban lebih lanjut. Hal ini berdampak
serta dengan sengaja menjadi obyek pada kondisi psikologis korban dan proses
yang mengandung muatan pornografi” pemulihan korban.
dalam putusan Pengadilan Negeri Garut
Nomor 289/Pid.B/2019/PN.Grt. Padahal jika
menelisik lebih dalam lagi atas kasus ini, G Solusi yang Belum Berujung pada
adalah korban eksploitasi seksual oleh pelaku
yang merupakan mantan suaminya.
Keadilan
Dalam pendampingan aduan kasus KBGS
G mengalami kekerasan seksual dimulai dari
SAFEnet juga membantu proses pelaporan
paksaan untuk berhubungan badan dengan
ke platform digital dan menghadapi
pria selain mantan suaminya, sengaja
tantangan tersendiri. Dalam beberapa situasi
direkam, hingga video tersebut dijual melalui
didapati bahwa korban atau penyintas
lewat Internet. Dalam produksi konten video
memiliki pemahaman yang minim atas
yang dicap sebagai produk pornografi ini
16 Iqbal, M. (2019, September 20). Berbekal Surat Komnas
14 Identitas sengaja disamarkan. Kasus dijabarkan sebagai bentuk Perempuan, Pengacara Minta Polisi Hentikan Kasus ‘Vina Garut’.
edukasi beragamnya pengalaman KBGS yang dialami korban. Diakses dari Merdeka pada 16 Juni 2020 https://www.merdeka.
15 Putusan sedang dalam proses banding di Pengadilan Tinggi com/peristiwa/berbekal-surat-komnas-perempuan-pengacara-
Bandung pada saat laporan ini ditulis. minta-polisi-hentikan-kasus-vina-garut.html
34
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
17 Tiga situs web tersebut sudah tidak dapat diakses lagi saat 18 Akun ini dikelola Magdalene, media masa online dengan klaim
penulisan laporan ini. “Indonesian Feminist Webmagazine”
35
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
37
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
38
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
40
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
41
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
42
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019
M
eskipun Indonesia bukan dipimpin lagi gerakan untuk menolak hasil pemilihan
oleh figur yang bertangan besi seperti umum dalam bentuk demonstrasi di depan
rezim Orde Baru di bawah Soeharto, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di
namun bayang-bayang kekuatan otoriter Jakarta. Demonstrasi ini kemudian menjadi
itu masih kuat mencengkeram di kepala tidak terkendali dan berujung dengan
banyak orang. Membayangkan kembalinya pengendalian keras dari aparat keamanan.
dwifungsi militer, kontrol informasi yang Suasana memanas yang bermula dari
ketat, penyeragaman di banyak dimensi penolakan hasil pemilu, menjadi letupan-
demi melanggengkan kekuasaan yang letupan kekerasan antara pendukung
korup, kolutif dan nepotis, menjadi momok Prabowo dengan polisi. Kemudian, untuk
tersendiri yang ikut bisa dirasakan saat ini, pertama kalinya di Indonesia, terjadi
sekalipun Soeharto sudah ditumbangkan pelambatan internet (bandwith throttling)
lebih dari 20 tahun lalu pada 1998. Pada tahun pada 23-25 Mei 2019. Alasan yang digunakan
pemilihan umum, narasi anti Orde Baru oleh pemerintah saat itu, seperti yang
hadir mengingat Prabowo, salah satu calon disampaikan dalam siaran pers Kemkominfo,
presiden yang dekat dengan lingkar keluarga adalah mencegah beredarnya hoaks
Soeharto. Sementara calon presiden lain terkait kerusuhan. Tentu saja peristiwa
yang kini terpilih kedua kali menjadi presiden, ini mengejutkan, mengingat bandwith
Joko Widodo, menarasikan dirinya sudah throttling adalah salah satu bentuk opresi
tidak punya beban. Namun kalangan aktivis teknologi yang dikecam oleh banyak pihak,
mengkritisi siapapun yang memenangkan termasuk oleh PBB karena melanggar hukum
pemilihan umum, hampir dapat dipastikan, internasional terkait hak akses informasi.
didukung oleh kekuatan oligarki yang masih Kritik yang disampaikan oleh organisasi
berkelindan dengan Orde Baru. Ini yang masyarakat sipil, termasuk oleh SAFEnet,
melatari gerakan #sayagolput menjelang tidak diperhatikan pemerintah terkait tidak
pemilihan umum 2019 di Indonesia. adanya due process of law dan transparansi
tindakan. Bahkan pelambatan internet ini
Pemilihan umum 2019 dimenangkan kembali dilakukan kembali pada bulan Agustus,
dengan selisih tipis oleh Joko Widodo. dan dilanjutkan dengan pemadaman
Masyarakat yang telah terbelah karena internet (internet shutdown) sampai bulan
polarisasi dukungan, sempat mengentalkan September 2019 di Papua dan Papua Barat.
sentimen negatif, dengan melakukan
43
Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2019