“Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa
bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.”
1) Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam
pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi,
yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain
serta badan-badan hukum;
2) Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi
wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan,
demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya
sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan
dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-
undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.
Hak atas tanah yang dimaksud telah diatur pada Pasal 16 UUPA, bahwa:
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, ada beberapa hak atas tanah yang
dapat diperoleh. Perolehan hak atas tanah tersebut, agar sah menurut hukum
perlu melalui mekanisme yang telah ditetapkan.
Dalam hal Penerbitan Hak Atas Tanah, terdapat mekanisme yang mesti
dilalui. Mengenai mekanisme penerbitan hak atas tanah diatur dalam Pasal 2
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak
Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan (selanjutnya disebut Permen Tata
Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah dan Hak pengelolaan). Pasal
2 Permen Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah dan Hak
pengelolaan, mengatur bahwa:
1) Pemberian hak meliputi Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai atas tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
2) Pemberian hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan dengan keputusan pemberian hak secara individual
atau kolektif atau secara umum.
1) Pemberian dan pembatalan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai dan Hak Pengelolaan dilakukan oleh Menteri.
2) Pemberian dan pembatalan hak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), menteri dapat melimpahkan kewenangannya kepada Kepala
Kantor Wilayah, Kepala Kantor Pertanahan dan Pejabat yang
ditunjuk.
Adapun pemberian hak secara individual atau kolektif diatur pada Pasal 6.
Pasal 6 mengatur bahwa:
Dalam hal pemberian hak atas tanah secara individual atau kolektif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, sepanjang mengenai Hak Milik
yang dipunyai badan hukum keagamaan, badan hukum sosial dan badan
hukum lain yang ditunjuk oleh pemerintah, Hak Guna Usaha, Hak Pakai
tanah pertanian diatas tanah Negara dan hak- hak lainnya yang
menurut sifatnya harus memerlukan izin peralihan hak, dalam
penerbitan keputusan pemberian haknya harus mencantumkan
persyaratan izin peralihan hak dan mencatatnya dalam sertipikat.
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.”
“Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebuttidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh
siapapun.”
Bahwa jaminan terhadap hak milik telah dijamin oleh negara, maka
kelompok masyarakat Way Dadi dan sekitarnya yang mengajukan pengakuan
kepastian hukum tanah garapannya untuk dterbitkan hak milik kepada BPN
seharusnya dapat segera dikabulkan. Karena alasan hak milik merupakan
jaminan yang harus dipenuhi negara terhadap warga negaranya,
sehaarusnya masyarakat Way Dadi dan sekitarnya yang mengajukan
peningkatan status tanah garapannya segera diberikan sertipikat hak milik
oleh negara.
“Negara Pihak pada kovenan ini mengakui hak setiap orang atas standar
kehidupan yang layak baginya dan keluarganya termasuk pangan,
sandang dan perumahan, dan atas perbaikan kondisi hidup terus
menerus.”