Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi informasi pada masa ini telah berkembang sangat pesat. Dunia digita
l telah membawa banyak perubahan dalam cara manusia melakukan banyak hal. Perkem
bangan zaman telah memberikan peran sentral bagi teknologi informasi dalam aspek keh
idupan masyarakat. Hal ini dikarenakan teknologi informasi telah menghapus batas jarak
ruang, dan waktu sehingga meningkatkan produktivitas dan efisiensi secara signifikan.1
Kini sistem informasi dan komunikasi elektronik telah diimplementasikan pada
hampir semua sektor kehidupan dalam masyarakat yang akhirnya juga mengakibatkan te
rciptanya suatu pasar baru yang telah mendorong perkembangan sistem ekonomi masyar
akat dari tradisional ekonomi yang berbasiskan industri manufaktur ke arah digital econo
my berbasiskan informasi, kreatifitas intelektual dan ilmu pengetahuan yang juga dikenal
dengan istilah Creative Economy. Teknologi informasi tersebut telah mencakup dalam se
tiap aspek kehidupan manusia, tak terkecuali cara manusia dalam melakukan kegiatan tra
nsaksi perdagangan.2
Kegiatan perdagangan sekarang sudah sangat berkembang. Pada zaman sekaran
g ini, masyarakat tidak perlu lagi untuk melakukan transaksi jual beli secara langsung. Pe
rkembangan teknologi telah mendorong masyarakat untuk memanfaatkan teknologi infor
masi dan komunikasi untuk membeli dan/atau menjual barang dan/atau jasa melalui sala
h satu teknologi yang bernama internet. Internet berasal dari kata interconnection networ
king artinya hubungan berbagi komputer dengan tipe yang membentuk sistem jaringan m
encakup seluruh dunia (jaringan komputer global) dengan melalui jalur telekomunikasi s
eperti kabel telephone dan satelit.3
Peluang yang besar dari e-commerce ini sebaiknya dimanfaatkan dengan baik ol
eh segala pihak. Untuk pelaku usaha diharapkan mampu bertransformasi menjadi produs
en untuk mengisi produk jualan online. Masyarakat Indonesia yang mencapai 250 juta le
bih penduduk dapat mengambil bagian sebagai penjual. Lebih dari setengah jumlah pend

1
Anita Septiani rosana, Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam industri media di Indonesia,
https://media.neliti.com/media/publications/218225-kemajuan-teknologi-informasi-dan-komunik.pdf diakses pada
Tanggal 19 April 2022 pukul 14.38.
2
D. Harianja, Politik Hukum Dalam Perlindungan Data Pribadi di Indonesia,Yogyakarta : E-Journal Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, 2015, hlm 2.
3
Anita Septiani rosana, Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam industri media di Indonesia,
https://media.neliti.com/media/publications/218225-kemajuan-teknologi-informasi-dan-komunik.pdf diakses pada
Tanggal 19 April 2022 pukul 14.49.
uduk Indonesia atau sekitar 132.7 juta yang menggunakan internet. Dari jumlah ini perba
ndingan antar pria dan wanita hampir sama. Jumlah ini sangat besar dan menjadi pangsa
pasar yang besar bagi pelaku usaha online.4
Jumlah pengguna sosial media sendiri mengalami peningkatan 27 juta pada tahu
n 2016 dibandingkan tahun sebelumnya. Seperti yang telah diketahui bahwa penjualan o
nline tiap kali menggunakan media sosial dalam mengiklankan produknya. Sosial media
seperti Instagram, Facebook, Twitter banyak dipilih pelaku usaha online walaupun juga
sebagian besar sudah menjual produknya di marketplace seperti Alibaba, Tokopedia, Laz
ada, Bli Bli dan lain sebagainya. Pada tahun 2016 sendiri transaksi e-commerce mencapa
i USD 6 milyar atau setara dengan Rp. 81 Triliun. Perputaran uang yang sangat besar ini
harus disupport dengan sistem yang baik dan aman bagis semua pihak yang terkait denga
n perdagangan online.5
Salah satu bentuk mekanisme perdagangan yang memanfaatkan teknologi infor
masi adalah marketplace. Marketplace adalah suatu platform online yang menyediakan s
arana yang mempertemukan banyak penjual dan pembeli untuk saling bertransaksi. Seca
ra konsep, marketplace diibaratkan seperti pasar tradisional virtual. Beberapa dari marke
tplace Indonesia adalah Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.6
Tokopedia atau dengan nama perusahaan PT Tokopedia merupakan marketplac
e dengan nilai transaksi terbesar di Indonesia dengan nilai transaksi sebesar US$ 5,9 mili
ar pada tahun 2018. Nilai tersebut diproyeksi dapat terus meningkat hingga US$ 37,45 m
iliar pada tahun 2023. PT Tokopedia adalah perusahaan berbasis teknologi Indonesia yan
g didirikan pada tanggal 6 Februari 2009 oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha
Edison di bawah naungan PT Tokopedia. Pendanaan awal PT Tokopedia didapatkan dari
saham PT Indonusa Dwitama. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya, PT Tokopedia ke
mbali mendapatkan suntikan dana dari pemodal ventura global seperti East Ventures (20
10), Cyber Agent Ventures (2011), Netprice (2012) dan Soft Bank Ventures (2013). Pad
a tahun 2018, PT Tokopedia mendapatkan pendanaan sebesar $ 1,1 Miliar dari Alibaba
Group dan Softbank Vision Fund. Tingginya pertumbuhan sektor marketplace didukung
juga dengan jumlah pengguna internet di Indonesia yang sangat besar, yaitu mencapai 17
5,2 juta penduduk atau sekitar 64% dari jumlah penduduk. Tingginya pertumbuhan sekto

4
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Potensi E-Commerce.Pusdiklat - Perdagangan (kemendag.go.id) : diakses
pada tanggal 20 April 2022 pukul 15.16
5
Ibid.
6
Ilham Mubarok, Apa itu Marketplace? Berikut adalah pengertian, contoh dan jenisnya, Apa Itu Marketplace? Berikut ada
lah Pengertian, Contoh & Jenisnya! (niagahoster.co.id) di akses pada Tanggal 19 April 2022 pukul 14.53.
r ini tentu menimbulkan isu-isu tertentu yang perlu menjadi perhatian, salah satunya adal
ah mengenai perlindungan data pribadi pengguna.7
Konsep tentang perlindungan data pribadi pada awalnya bermula dari konsep ha
k atas privasi. Konsep hak privasi pertama kali dikembangkan oleh Warren dan Brandhei
s dalam jurnal Harvard Law Review yang berjudul The Rights of Privacy. Dalam jurnal t
ersebut menurut Warren dan Brandheis dengan adanya perkembangan dan kemajuan tek
nologi maka timbul suatu kesadaran masyarakat bahwa telah lahir suatu kesadaran bahw
a ada hak seseorang untuk menikmati hidup. Hak untuk menikmati hidup tersebut diartik
an sebagai hak seseorang untuk tidak diganggu kehidupan pribadinya baik oleh orang lai
n, atau oleh negara (rights to be alone). Oleh karena itu hukum harus mengakui dan meli
ndungi hak privasi tersebut. 8

Pemilik Data Pribadi adalah individu yang padanya melekat Data Perseoranga
n Tertentu. Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus mempunyai aturan internal pe
rlindungan Data Pribadi untuk melaksanakan proses.Setiap Penyelenggara Sistem Elektr
onik harus menyusun aturan internal perlindungan Data Pribadi sebagai bentuk tindakan
pencegahan untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam perlindungan Data Pribad
i yang dikelolanya. Perolehan dan pengumpulan Data Pribadi oleh Penyelenggara Siste
m Elektronik wajib berdasarkan Persetujuan atau berdasarkan ketentuan peraturan perun
dang-undangan.
Data Pribadi yang disimpan dalam Sistem Elektronik harus Data Pribadi y
ang telah diverifikasi keakuratannya. Data Pribadi yang disimpan dalam Sistem Elektroni
k harus dalam bentuk data terenkripsi.Data Pribadi wajib disimpan dalam Sistem Elektro
nik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kewajiban ja
ngka waktu penyimpanan Data Pribadi pada masing-masing Instansi Pengawas dan Pe
ngatur Sektor atau paling singkat lima tahun, jika belum terdapat ketentuan peraturan pe
rundang-undangan yang secara khusus mengatur untuk itu.Aturan data center. Hal yang
menarik di aturan ini adalah ketentuan Pusat data (data center) dan pusat pemulihan b
encana (disaster recovery center). Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan pub

7
Ramiz Afif Naufal, Tanggung Jawab PT Tokopedia Dalam Kasus Kebocoran Data Pribadi Pengguna, Yogyakarta :
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta., 2020, hlm. 7.
8
Sinta Dewi, Konsep Perlindungan Hukum atas Privasi Data Pribadi Dikaitkan Dengan Penggunaan Cloud Computing di
Indonesia. Yustisia Vol. 5 no.1 Januari – April 2016. Universitas Padjadjaran Bandung. Hlm 26.
lik yang digunakan untuk proses perlindungan wajib ditempatkan dalam wilayah negara
Republik Indonesia.9
Di era digital yang diperlukan kalangan kapitalis, adalah bagaimana menguasa
i data konsumen, pola perilaku masyarakat, dan komunikasi mereka di dunia maya. Big
Data terkumpul lewat teknologi aplikasi telah mengubah wajah kapitalisme, tapi dengan
karakter yang sama. Yaitu greedy. Dulu lewat penguasaan uang, sekarang penguasaan da
ta. Tujuannya sama, berkuasa dan menguasai hidup manusia lain dengan cara lebih efekti
f.10
Serangan siber ke Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pusat op
erasi keamanan siber nasional BSSN mencatat, adanya tren ini. Kasus percobaan pencuri
an data (data breach) sepanjang periode Januari hingga Agustus 2020, terdapat 190 juta s
erangan siber, dan 36.771 akun da yang tercuri, di sejumlah sektor, termasuk sektor keua
ngan. Serangan itu dicatat mengalami peningkatan lima kali lipat dari tahun 2019.11
Tahun 2021 juga semakin meningkat. Menurut Kapersky, perusahaan keamana
n siber mengungkapkan 40% konsumen dari Asia Pasifik mengahadapi insiden kebocora
n data pribadi yang diakses orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Berdasarkan Perpre
s 28/2021 pasal (2) dan (3) BSSN adalah Badan yang bertugas membantu Presiden (Pem
erintah) terkait keamanan Siber bertugas membuat Standar dan Supervisi.12
Keberadaan marketplace semakin erat dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia. Baik untuk penjual maupun pembeli, keberadaan marketplace
memudahkan mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka. Selain karena era
digitalisasi, kondisi pandemi Covid-19 juga menjadi alasan marketplace semakin
diandalkan oleh masyarakat. Untuk menggunakan aplikasi marketplace, pengguna
diwajibkan mengisi form mengenai data diri. Dari mulai nama hingga mengunggah foto
kartu tanda penduduk. Data konsumen yang tersimpan dalam database, tidak jarang
rawan dengan kasus peretasan. Bahkan, menurut survei yang dilakukan oleh Trend
Micro Incorporated 81% perusahaan di Indonesia berpotensi mengalami kebocoran data
konsumen dalam 12 bulan ke depan.13

9
Indonesia sudah miliki aturan soal perlindungan data pribadi, http://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=indonesia-perli
ndungan-data-pribadi
10
Big Data menjadi kekuatan Bisnis dan Politik, kT1sVHU5rkb1BCP3A2q6.pdf (kaltimprov.go.id): diakses pada tanggal 20
April 2022 pukul 15.27
11
Serangan Siber meningkat 5x Lipat, kT1sVHU5rkb1BCP3A2q6.pdf (kaltimprov.go.id). diakses pada tanggal 20 April
2022 pukul 15.29.
12
Ibid.
13
Shafira Diena Azka Putri, Kebocoran Data Konsumen Marketplace Apa Penyebabnya dan Bagaimana Mencegahnya,
(Universitas Jenderal Soedirman, 2021).
Dalam era digital gagasan perihal privasi semakin diperkaya dengan informasi
hingga istilah privasi dalam penggunaan kontemporer biasanya merujuk pada
informational privacy.14 Privasi ini secara umum dapat dipahami sebagai kemampuan
individu untuk mengendalikan bagaimana data individu tersebut disimpan dan
digunakan.15 Konsep privasi ini memfokuskan pada data pribadi yang disimpan dan
dikomunikasikan antara electronic databases serta informasi pribadi yang
dikomunikasikan antar individu. Hal ini dikarenakan dalam penggunaan layanan berbasis
online, data seseorang mungkin saja akan disimpan dalam jangka waktu yang cukup
Panjang sehingga terdapat kemungkinan bagi data itu dibagikan kepada pihak ketiga.
Demi membantu mewujudkan privacy, dibuatlah pengaturan mengenai perlindungan
data pribadi, pengaturan perlindungan data pribadi mengatur hal lain juga selain
informational privacy. Itu karenak perlindungan data pribadi mengatur seluruh data yang
dapat mengidentifikasi setiap individu.16
Hal ini dikarenakan dalam penggunaan layanan berbasis online, data
seseorang bisa saja akan disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga
terdapat kemungkinan untuk data tersebut dibagikan kepada pihak ketiga. 17 Demi
membantu mewujudkan informational privacy, maka dibuatlah pengaturan mengenai
pelindungan data pribadi.18 Menurut beberapa literatur, di Indonesia masih belum memili
ki kebijakan atau regulasi mengenai perlindungan data pribadi dalam satu peraturan yang
khusus. Pengaturan mengenai hal tersebut hanya mencerminkan aspek perlindungan data
pribadi secara umum dan masih termuat secara terpisah di beberapa peraturan perundan
g-undangan. Adapun pengaturan tersebut tersebut antara lain terdapat dalam UU ITE, Un
dang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan, Und
14
James H. Moor, “Towards a Theory of Privacy in the Information Age”, ACM SIGCAS Computers and Society, Volume 2
7, Issue 3, September 1997, hlm. 30.
15
Robert Walters, Leon Trakman, dan Bruno Zeller, Data Protection Law: A Comparative Analysis of Asia-Pacific and Eur
opean Approaches, Singapura: Springer Nature Singapore Pte Ltd, 2019, hlm. 157.
16
Herman T. Tavani, “Informational Privacy: Concepts, Theories, and Controversies” dalam buku The Handbook of Infor
mation and Computer Privacy, yang disusun oleh Kenneth Einar Himma dan Herman T. Tavani, Hoboken: John Wiley & So
ns, 2008, hlm. 139.
17
Edgar A. Whitley, “Informational Privacy, Consent and The ‘‘Control’’ of Personal Data”, Information Security Technic
al Report, Volume 14, Issue 3, Agustus 2009, hlm. 155.
18
Ibid.
ang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan, Undang-Undang Nom
or 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (UU Telekomunikasi), dan Undang-Und
ang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2
006 tentang Administrasi Kependudukan (UU Adminduk).19
Sebagai negara terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah populasi 262 juta den
gan 140 juta yang terhubung internet, sekitar 28 juta orang (13% growth YoY) aktif mela
kukan transaksi online. Kapasitas Indonesia dengan sekitar 49 juta UMKM (SME’s) me
mbuat pemerintah Indonesia bertekad menjadi negara dengan digital ekonomi terbesar di
Asia Tenggara dimana pada tahun 2020 diyakini akan mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 26 juta lebih.20 Saat ini pemerintah sedang mencanangkan Indonesia sebagai ke
kuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. Salah satu landasan p
embangunan nasional dalam pencanangan ini adalah sektor digital. Pemerintah menarget
kan transaksi ecommerce mencapai senilai US$ 130 miliar dan menciptakan 1000 teknop
reneur dengan nilai bisnis US$ 10 miliar pada tahun 2020.21
Indonesia menjadi tempat yang menjanjikan untuk pasar ekonomi digital. Hal i
tu dapat diketahui dari total populasi Indonesia sebesar 265,4 juta penduduk yang 50 pers
ennya yaitu 132,7 juta penduduk sudah menggunakan internet. Dari jumlah tersebut, pen
gguna perangkat seluler mencapai 177,9 juta penduduk dan pengguna media sosial (meds
os) seluler aktif sebesar 120 juta penduduk. Hasil riset Google dan Temasek pada 2018, d
iprediksi Market Size Ekonomi Digital Indonesia mencapai USD 100 Miliar pada tahun
2025.

19
Imam Teguh Islamy, Pentingnya Memahami Penerapan Privasi Data Di Era Teknologi Informasi, (Surabaya:Jurnal
Teknologi dan Informasi Institut Teknologi Sepuluh November Vol.2 2018 ).
20
Tim Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Studi Ekonomi Digita
l di Indonesia sebagai Pendorong Utama Pembentukan Industri Digital Masa Depan, diunduh melalui https://balitbangsdm.
kominfo.go.id/berita-seminar-hasil-penelitian-study-ekonomi-digital-indonesia-sebagai-pendorong--19-193 pada tanggal 25
Juni 2022
21
Lahirnya 4 unicorn Indonesia, Gojek (transportasi dan lintas sektor), Traveloka (ticket and travel), Tokopedia dan Bukalap
ak (market place) terjadi setelah mendapatkan suntikan dana dari investor global atau pemain retailer besar dunia atau kapital
player yang menginvest untuk dijual kembali. Keempatnya merupakan usaha yang dimulai dari bawah dan dengan kerjakera
s yang baik namun ketergantungan terhadap modal begitu tinggi agar bisa berkembang. Masuknya pemain besar global mem
buat usaha online ini semakin terintegerasi dengan pemain global yang telah mendominasi banyak negara. Olisias Gultom, K
atrin Schneider, dan Lea Mareen Preis, Ekonomi Digital, Harapan, dan Ancaman Belajar dari Indonesia, diunduh melalui Ind
ustrial-Revolution-4_IGJ_AEPF12_Ind-1.pdf pada tanggal 25 Juni 2022
Perkembangan teknologi informasi dan potensi ekonomi digital yang cukup be
sar juga diiringi oleh beberapa dampak negatif antara lain ancaman terhadap hak atas pri
vasi dan data diri warga negara. Hak atas privasi atau privacy right merupakan salah satu
hak dalam fundamental right.22 Hak atas privasi walaupun bukan hak asasi yang absolut a
kan tetapi perlindungan hukum akan hak privasi tetap sangat krusial di era ekonomi digit
al ini.

Penggunaan teknologi internet yang meluas di dunia merupakan faktor substan


si yang memberikan kontribusi atas meningkatnya pemrosesan data. Hal tersebut bahwa i
nternet menjadikan pertukaran informasi antar individu lebih mudah yang tidak di
ragukan lagi dan lebih luas. Sirkulasi informasi berkelanjutan secara individu melalui fa
silitas internet yang Illegal atau tidak sah oleh karena itu terdapat alasan yang
menitikberatkan kepada aktifitas pemrosesan data yang tidak adil antara pengguna intern
et dengan perusahaan yang melakukan pemrosesan data.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa sekali kita menggunakan internet, mak
a seluruh aktivitas yang kita lakukan atau situs yang pernah kita kunjungi akan terekam d
an seluruh informasi tersebut menjadi jejak digital yang sudah terekam. Oleh karena itu,
perlindungan data terhadap penyalahgunaan oleh pihak ketiga memang menjadi masalah
yang sensitif dan tidak mudah untuk diselesaikan. Perkembangan beserta permasalahan y
ang disebutkan di atas mendorong negara dan lembaga internasional untuk menguraikan
masalah ini dan menetapkan kerangka hukum terkait pemrosesan data.
Perusahaan e-commerce harus melindungi data pribadi konsumennya. Kontrov
ersi juga terjadi dalam praktik permintaan data kartu keluarga dalam registrasi kartu prab
ayar. Masalah serius muncul ketika praktik semacam ini dihadapkan dengan isu privasi d
an perlindungan data pribadi konsumen. Amerika Serikat juga mengalami permasalahan
pelanggaran hak atas privasi dan data diri. Kasus kebocoran data pertama kali diungkapk
an oleh The Guardian, media ternama di Inggris pada 26 Maret 2018. Di media tersebut,
menengarai Cambridge Analytica yang merupakan perusahaan analisis data telah mengg
unakan informasi pribadi yang diambil dari Facebook tanpa izin untuk membangun siste
m yang dapat menargetkan pemilih Amerika Serikat dengan iklan politik yang dipersonal
isasi berdasarkan profil psikologis mereka. Hal tersebut terungkap ketika Christopher W

22
Lihat Piagam Hak Fundamental Uni Eropa (Charter of Fundamental Rights of The Eropean Union) (2012/C 326/02) Pasal
8
ylie, mantan kontraktor Cambridge Analytica menguraikan bagaimana dengan data terse
but dibangun algoritma. Contoh kasus pelanggaran hak atas privasi dan data diri di Amer
ika Serikat dapat menjadi preseden buruk sisi lain dari perkembangan teknologi informas
i.

Kasus kebocoran data pribadi masih meningkat hingga saat ini. Penyebab nya
adalah karena system keamanan dari Marketplace itu sendiri yang masih sangat mudah di
retas oleh para hacker, kemudian jumlah pemilik akun Marketplace yang sudah sangat
meningkat, sehingga system keamanan dari penyedia layanan Marketplace tersebut
kurang terkendali. kesalahan para pengguna data maupun konsumen

Keberadaan marketplace
semakin erat dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia. Baik
bagi penjual
maupun pembeli,
keberadaan marketplace
memudahkan mereka dalam
memenuhi kebutuhan
mereka. Selain karena era
digitalisasi, kondisi pandemi
Covid-19 juga menjadi alasan
marketplace
semakin marak digunakan oleh
masyarakat.
Untuk menggunakan aplikasi
marketplace, pengguna
diwajibkan mengisi form
mengenai data diri.
Dari mulai nama sampai
mengunggah foto kartu tanda
penduduk. Data konsumen
yang tersimpan
dalam database, tidak jarang
rawan akan kasus peretasan.
Bahkan, menurut survei yang
dilakukan
oleh Trend Micro Incorporated
81% perusahaan di Indonesia
berpotensi mengalami
kebocoran data
konsumen dalam 12 bulan ke
depan

B. Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian sebagaimana termuat pada latar belakang masalah tersebut
diatas, maka dalam penelitian ini, peneliti setidaknya dapat merumuskan beberapa perma
salahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Marketplace Yang
Mengalami Kebocoran Data ?
2. Bagaimanakah Tanggung Jawab Hukum Pihak Marketplace Pada Kasus Kebocoran
Data Pribadi Pengguna?
3. Bagaimanakah Peran Pemerintah Terhadap Kebocoran Data Pribadi Pengguna
Marketplace (Platform Jual Beli Online)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah PT Tokopedia bisa bertanggung jawab secara penuh
dalam menangani kasus kebocoran data pribadi pengguna.
2. Untuk dapat mengetahui secara jelas faktor penyebab kebocoran data pribadi
pengguna platform jual beli online.
3. Untuk menjelaskan sejauh mana perlindungan pemerintah terhadap kebocoran data
pribadi penggunan platform Jual Beli Online.

Manfaat dari penelitian ini adalah :


1. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran bagi perusahaan tentang tingkat pe
ngetahuan antara mitra terhadap privasi data di Tokopedia.
2. untuk mengetahui penyebab yang memungkinkan terjadinya kebocoran data pribadi
penyelenggara platorm jual beli online.
3. Penerapan privasi data dalam transaksi jual beli Tokopedia

D. Kerangka Teori dan Konsep


Teori dalam Makalah ini adalah teori perlindungan hukum dan teori
intermediary liabilities, dengan hadirnya hukum dalam kehidupan bermasyarakat, bergun
a untuk mengintegrasikan dan menkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang biasa be
rtentangan antara satu sama lain. Maka dari itu hukum harus bisa mengintegrasikannya s
ehingga benturan-benturan kepentingan itu dapat ditekan seminimal mungkin. Pengertia
n terminologi hukum dalam Bahasa Indonesia menurut KBBI adalah peraturan atau adat
yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerint
ah, undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyara
kat, patokan atau kaidah tentang peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan ya
ng ditetapkan oleh hakim dalam pengadilan, atau vonis.23
Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi huku
m, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian,
kemanfaatan dan kedamaian. Adapun pendapat yang dikutip dari beberapa ahli mengenai
perlindungan hukum sebagai berikut :

23
A. Putri, Tinjauan Teoritis Mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Pedagang Kaki Lima, Bandung, Unikom. 2018,
hlm 20.
1. Menurut Satjipto Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi ke
pentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu Hak Asasi Manusia kekuasa
an kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.24
2. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi
masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai denga
n aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungki
nkan manusia untuk menikmat martabatnya sebagai manusia.25
3. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk melindungi individu d
engan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah - kaidah yang menjelma dalam
sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup ant
ara sesama manusia.26
4. Menurut Philipus M. Hadjon Selalu berkaitan dengan kekuasaan. Ada dua kekuasaa
n pemerintah dan kekuasaan ekonomi. Dalam hubungan dengan kekuasaan pemerint
ah, permasalahan perlindungan hukum bagi rakyat (yang diperintah), terhadap peme
rintah (yang memerintah). Dalam hubungan dengan kekuasaan ekonomi, permasalah
an perlindungan hukum adalah perlindungan bagi si lemah (ekonomi) terhadap si ku
at (ekonomi), misalnya perlindungan bagi pekerja terhadap pengusaha.27

Pada dasarnya perlindungan hukum tidak membedakan terhadap kaum pria mau
pun wanita. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan pancasila haruslah memberika
n perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya karena itu perlindungan hukum ter
sebut akan melahirkan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia dalam wujudnya
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam wadah negara kesatuan yang menju
njung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai kesejahteraan bersama.
Pendapat mengenai pengertian untuk memahami arti hukum yang dinyatakan ol
eh Dr. O. Notohamidjojo, SH Hukum ialah keseluruhan peraturan yang tertulis dan tidak
tertulis yang biasanya beersifat memaksa untuk kelakuan manusia dalam masyarakat neg
ara serta antara negara yang berorientasi pada dua asas, yaitu keadilan dan daya guna, de
mi tata dan damai dalam masyarakat.28

24
Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta: Kompas, 2003, hlm. 121.
25
Setiono, “Rule of Law”, Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, 2004), hlm.3.
26
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, Uni
versitas Sebelas Maret, 2003), hlm. 1
27
Philips M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987), hlm. 71.
28
Anna Yulianti, Urgensi Digitalisasi Sistem Pendaftaran Tanah, (Jakarta : Alumni, 2022), hlm. 111.
Menurut Prof. Mahadi, SH pengertian hukum seperangkat norma yang mengatu
r laku manusia dalam masyarakat. Menurut Soedjono Dirdjosisworo bahwa pengertian h
ukum dapat dilihat dari delapan arti, yaitu hukum dalam arti penguasa, hukum dalam arti
parapetugas, hukum dalam arti sikap tindakan, hukum dalam arti sistem kaidah, hukum d
alam arti jalinan nilai, hukum dalam arti tata hukum, hukum dalam arti ilmu hukum, huk
um dalam arti disiplin hukum.29
Berbagai definisi yang telah di kemukakan dan di tulis oleh para ahli hukum, ya
ng pada dasarnya memberikan suatu batasan yang hampir bersamaan, yaitu bahwa huku
m itu memuat peraturan tingkah laku manusia.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Perlindungan berasal dari kata lindung ya
ng memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan membentengi. Sedangka
n Perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan bunker.30 Secara
umum, perlindungan berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya, sesuatu itu
bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang. Selain itu perlindungan juga m
engandung makna pengayoman yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih
lemah. Dengan demikian, perlindungan hukum dapat diartikan Perlidungan oleh hukum
atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum.31
Namun dalam hukum Pengertian perlindungan hukum adalah Segala daya upay
a yang di lakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta ya
ng bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesehjahteraan hi
dup sesuai dengan hak - hak asasi yang ada sebagaimana di atur dalam Undang-undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Selanjutnya mengenai kerangka konsep akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Penyelenggara Sistem Elektronik adalah setiap orang, penyelenggara negara, Badan
Usaha, dan masyarakat yang menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan Sis
tem Elektronik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kepada Pengguna Siste
m Elektronik untuk keperluan dirinya dan/atau keperluan pihak lain.32

29
Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia, Medan : Medan Area University Press, 2012, hlm 5-6.
30
Chaerul Amir, Perlindungan Hukum Terhadap Benda Sitaan dalam Sistem Peradilan Pidana, (Surabaya: Jakad Media
Publishing, 2021), hlm. 34
31
Ibid hlm. 35
32
Pendaftaran Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) – Ditjen Aptika ( kominfo.go.id) : diakses pada tanggal 20 April 2022
pukul 14.26
2. Pengguna Sistem Elektronik adalah setiap Orang, penyelenggara negara, Badan Usa
ha, dan masyarakat yang memanfaatkan barang, jasa, fasilitas, atau informasi yang d
isediakan oleh Penyelenggara Sistem Elektronik.33

3. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga k
ebenarannya serta dilindungi kerahasiaannya. Adapun data perseorangan tertentu ad
alah setiap keterangan yang benar dan nyata yang melekat dan dapat diidentifikasi, b
aik langsung maupun tidak langsung, pada masing-masing individu yang pemanfaat
annya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.34

4. Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia ya


ng dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar
mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kat
a lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh
aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fis
ik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.35

5. Tanggung Jawab adalah keadaan di mana wajib menanggung segala sesuatu sehingg
a kewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau me
mberikan jawab dan menanggung akibatnya.36 Adapun tanggung jawab secara defini
si merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang diseng
aja maupun yang tidak disengaja.

6. Tanggung Jawab Hukum adalah suatu akibat lebih lanjut dari pelaksaan peranan, bai
k peranan itu merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan. Secara umum tangg
ung jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berpril
aku menurut cara tertentu tidak menyimpang dari peraturan yang ada.

E. Metode Penelitian

33
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi elektronik,, JDIH Kementerian
Keuangan
34
Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik (hukumperseroanterbatas.com) : diakses pada tanggal 20 April 2022
pukul 14.36
35
Satjipto Rahardjo, Penyelenggaraan Keadilan dalam Masyarakat yang Sedang Berubah. Jurnal Masalah Hukum, Edisi
10, 1993, hlm. 74
36
CMK Khadafi, Tanggung jawab Belajar Siswa Pada Universitas Negeri Malang, (Malang: UNM, 2017), hlm. 27.
Metode adalah proses, prinsip – prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah,
sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati – hati, tekun dan tuntas terhadap
suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia. Maka metode penelitian dapat
diartikan sebagai proses prinsip – prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam melakukan penelitian.
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka metode
pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yang
bersifat yuridis normatif, yaitu suatu penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder belaka.37
2. Sifat Penelitian
Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitis,
yaitu suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan pertauran
perundang-undangan yang berlaku, dikaitkan dengan teori hukum dan praktek
hukum positif, yang menyangkut permasalahan yang diteliti dalam tesis ini. 38
Penelitian ini melakukan anlitis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah
dipahami dan disimpulkan.39

3. Sumber Data
Secara umum jenis data yang diperlukan dalam suatu penelitian hukum
terarah pada penelitian data sekunder dan data primer. Adapun sumber dan jenis
data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan
pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang sudah ada.

b. Data Sekunder

37
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo Pers
ada, 2003), hlm. 13.
38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Cet. 8,(Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992), hlm. 207
39
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Lainnya, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1999), hlm. 63.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan.40
Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mengkaji, meneliti, dan menelusuri
data-data sekunder mencakup bahan primer dan bahan hukum tersier yakni
bahan yang memberikan banyak petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan
hukum sekunder.41

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum


Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan
data pribadi, karena melalui pengumpulan data akan diperoleh data yang diperlukan,
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diharapkan. Adapun Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Menghimpun bahan hukum primer terdiri dari:
a) Undang-undang Dasar 1945.
b) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.
c) Undang-undang No 23 tahun 2006 tentang Administrasi kependudukan.
d) Undang-undang No 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi Publik

5. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif normative yang dipakai tanpa
menggunakan angka maupun rumusan statistika dan matematika artinya disajikan
dalam bentuk uraian. Dimana hasil analisis akan dipaparkan secara deskriptif,
dengan harapan dapat menggambarkan secara jelas mengenai tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam pertanggung jawaban hukum penyelenggara platform jual beli
online terhadap kebocoran data pribadi pengguna, serta sanksi-sanksi hukum apa
saja yang dapat diberikan kepada para penyenggara platform jual beli itu sendiri,
dengan demikian diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang permasalahan yang
diteliti.

40
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada 1997), hlm. 120.
41
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Ilmu Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 52
F. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian tesis ini akan dibagi ke dalam 5 (lima) bab yang disusun de
ngan sistematis, dimana setiap bab berisi pembahasan tentang hal-hal yang dapat dijelask
an sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab pertama sebagai pendahuluan akan menguraikan pentingnya diadaka
n penelitian ini. Dari sudut hukum, penelitian ini akan membuktikan bahwa
hukum, privasi data, transaksi dan internet saling kait mengait, selain itu ba
b pendahuluan ini akan menjelaskan pokok permasalahan yang akan diteliti.
Untuk lebih mengarahkan pelaksanaan penelitian ini. Bab ini akan
membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori Dan Konsep, Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Bab kedua akan menguraikan mengenai Tinjauan Umum Tentang Hak Pri
vasi, Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Data Pribadi, dan Tinjauan U
mum Tentang Tanggung Jawab Badan Hukum.

BAB III : TANGGUNG JAWAB PT TOKOPEDIA DALAM KASUS


KEBOCORAN DATA PRIBADI PENGGUNA
Bab ketiga akan menguraikan Mengenai Hubungan Hukum antara PT Tok
opedia dan Pengguna Tokopedia, Kronologi Kebocoran Data Pribadi Toko
pedia dan Tanggung Jawab PT Tokopedia dalam Kasus Kebocoran Data Pr
ibadi Pengguna.
BAB IV : TANGGUNG JAWAB HUKUM PENYELENGGARA PLATFORM J
UAL BELI ONLINE TERHADAP KEBOCORAN DATA PRIBADI P
ENGGUNA
Bab keempat, akan menguraikan mengenai Faktor-faktor Penyebab Terj
adinya Kebocoran Data Pribadi Penyelenggara Platform Jual Beli
Online, Perlindungan Hukum Pengguna Platform Jual Beli Online Yang
Mengalami Kegagalan Perlindungan Data Pribadi, dan Perlindungan
Pemerintah Terhadap Kebocoran Data Pribadi Pengguna Platform Jual
Beli Online.

BAB V : PENUTUP
Bab kelima, sebagai bab terakhir berisi kesimpulan dan saran -saran. Bab i
ni akan menyimpulkan jawaban terhadap pokok permasalahan dalam penel
itian dan mengajukan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Hak Privasi

1. Pengertian Hak Privasi


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hak privasi merupakan kebebasan atau
keleluasaan pribadi. Hak privasi merupakan klaim dari individu, kelompok, atau lemb
aga untuk menentukan sendiri kapan, bagaimana, dan sampai sejauh mana informasi t
entang mereka dikomunikasikan kepada orang lain tanpa harus diketahui oleh umum.
Sedangkan menurut Westin (1967), Hak atas privasi sebagai klaim dari individu, kelo
mpok, atau lembaga untuk menentukan sendiri kapan, bagaimana, dan sampai sejauh
mana informasi tentang mereka dikomunikasikan kepada orang lain. Menurut Pasal 2
6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi Teknologi dan Elektroni
k, Privasi adalah hak individu untuk mengendalikan penggunaan informasi tentang id
entitas pribadi baik oleh dirinya sendiri atau oleh pihak lainnya dan penggunaan setiap
informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang harus dil
akukan atas persetujuan orang yang bersangkutan.42

Setiap orang memiliki hak asasi manusia untuk dapat melindungi dirinya pribadi. Hal
ini tertuang dalam undang undang dasar 1945, pasal 28 G yang berbunyi :

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat
dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlidnungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi”

Russel Brown mengartikan hak atas privasi sebagai hak yang lahir akibat adan
ya hak atas milik pribadi terhadap suatu sumber daya tertentu. Hakim Cooly memberi

42
S Marliana, Tinjauan umum tentang perlindungan hak privasi pengguna simcard terkait registrasi simcard berdasarkan
permen kominfo nomor 14 tahun 2017 tentang registrasi pelanggan jasa telekomunikasi. (UNPAS 2019), hlm 1.
kan definisi mengenai hak atas privasi sebagai hak atas kebebasan menentukan nasib s
endiri. Definisi tersebut kemudian dikutip dalam putusan Supreme Court Amerika Ser
ikat sebagai “the right of bodily integrity”. Secara tegas, Supreme Court menyatakan
bahwa hak atas privasi merupakan hak individu yang fundamental bagi setiap orang u
ntuk bebas tanpa campur tangan pemerintah dalam memutuskan apa yang terbaik bagi
dirinya sendiri.
Hak privasi atau hak individu untuk menentukan apa, dengan siapa dan sebera
pa banyak informasi tentang dirinya yang boleh diungkap kepada orang lain. Privasi it
u sendiri terbedakan oleh privasi psikologi dan privasi fisik, privasi psokologi merupa
kan privasi yang berkaitan dengan pemikiran, rencana, keyakinan, nilai dan keinginan
Sedangkan privasi fisik adalah privasi yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas fisik
yang mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang. Di zaman sekarang ini, informasi
merupakan suatu media yang sangat menentukan bagi perkembangan ekonomi suatu n
egara baik negara berkembang maupun negara maju.

B.
Perlindungan ini juga mencakup perlindungan atas data pribadinya.
Berdasarkan peraturan Menteri komunikasi dan informatika (Menkominfo) No 20
Tahun 2016 tentang perlindungan data pribadi dalam system elektronik, definisi dari
data pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga
kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya. Dimana data perseorangan tertentu adalah
setiap keterangan yang benar dan nyata yang melekat dan dapat diidentifikasi, baik
langsung maupun tidak langsung, pada masing – masing individu yang
pemanfaatannya sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan. Setiap individu
tentunya memiliki hak privasi atas data pribadi yang dimilikinya, yaitu hak untuk
dapat mengatur, mengedit, mengelola dan menghapus data pribadi yang dia miliki dan
menentukan kapan, bagaimana dan untuk apa data tersebut dikomunikasikan kepada
pihak lain.43 Indonesia sendiri sampai saat ini belum memiliki undang – undang
khusus terkait perlindungan data pribadi, akan tetapi terdapat beberapa undang –
undang yang sudah memuat usul perlindungan data pribadi di dalamnya terkait
dengan data pribadi dalam media elektronik.

konsep perlindungan hak pribadi merupakan salah satu ciri khas konsep hukum
Amerika kecuali di Prancis dan di negara negara besar lainnya, konsep hukum ini
hingga sekarang belum ada. Di Inggris, misalnya, yang memberi tempat bagi gugatan
pencemaran nama baik (libel) dan penghinaan (slander), konsep hukum demikian pun
tidak ditemukan. Hal ini tidak mengherankan sebab dinegara ini, pemberitaan yang
menyangkut kehidupan pribadi dari perorangan ternyata lebih disukai daripada yang
lainnya. Keadaan di inggris ini terdorong oleh adanya kebebasan untuk
mengumumkan surat – surat wasiat tentang warisan serta kebebasan tentang cara –
cara serta terjadinya perceraian rumah tangga, keadaan ini berlaku di Inggris sejak
awal abad kedua puluh ini (Peerboom, 1970:103). Baru pada awal tahun 1993, Ketika
terjadi kasus amat gencar terhadap pemberitaan heboh pasangan pangeran Charles dan
Lady Diana, Pemerintah Inggris berniat mengeluarkan Undang – Undang hak pribadi
seperti di prancis (Armada, 1993: 59). Lalu, bagaimana ketentuan ihwal perlindungan
hak privasi ini di Indonesia? Apakah hukum pidana sudah cukup memberikan jaminan
perlindungan terhadap hak privasi ini? Para pakar hukum Indonesia juga kesulitan
untuk mencari ketentuan dalam perundang – undangan, khususnya dalam hukum
pidana, terhadap perlindungan hak privasi atau kehidupan pribadi seseorang ini.44

43
Indriyatno Banyumurti, Privasi dan Perlindungan Data Pribadi, banyumurti,net Hlm 3
44
Alex Sobur, Pers, Hak Privasi dan Hak Publik, Mediator 2001 hlm 5

Anda mungkin juga menyukai