Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN EKONOMI DIGITAL DI INDONESIA

Saat ini, dunia sedang menghadapai era industri 4.0 yang dimana teknologi dapat mengubah
seluruh rantai manajemen di setiap cabang industri. Ekonomi global yang semakin maju serta
didukung dengan adanya teknologi yang semakin mutakhir tersebut membuat terciptanya
perekonomian digital yang kian berkembang pesat di dunia. Merespon perkembangan
perekonomian digital yang kian pesat, pada tahun 2015, 10 negara ASEAN yang salah satunya
adalah negara Indonesia, sepakat membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic
Community) untuk berintegrasi menjadi salah satu kawasan ekonomi dan pasar terbesar di dunia,
Terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community), tentu saja membuat
Indonesia dituntut untuk lebih memiliki daya saing perekonomian dengan kualitas perekonomian
yang baik sejalan dengan berkembangnya teknologi yang masuk supaya masuknya teknologi
tersebut bukan menjadi suatu hal yang buruk namun perkembangan teknologi Indonesia di dunia
digital dan internet tersebut juga banyak memberikan manfaat dan kemudahan dalam kehidupan
banyak masyarakatnya. Indonesia adalah negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, di
mana 4.000 tidak berpenghuni dengan total populasi 245 juta orang. Sekitar 43.000 desa (65 persen
dari total) tidak memiliki saluran telepon. Sementara jumlah pelanggan telepon seluler telah
tumbuh secara signifikan, penetrasi Internet dan komputer masih rendah. Di antara mereka yang
memiliki akses ke Internet, beberapa layanan online seperti e-banking, e-shopping, dan e-ticketing
menjadi sangat popular (Didiek & Aryanto, 2011) Perkembangan teknologi Indonesia di dunia
digital dan internet pun mulai menjadi perhatian khusus dan mengubah tren pemasaran dari yang
semula konvensional (offline) menjadi digital (online). Pergantian tren pemasaran tersebut
memudahkan pemasaran suatu produk dan jasa untuk lebih dikenal, mempunyai pangsa pasar yang
lebih luas dan menjangkau ke seluruh wilayah di Indonesia bahkan hingga ke seluruh negara di
dunia. Perkembangan teknologi di Indonesia memacu suatu cara baru dalam seluruh kegiatan,
seperti bermunculannya e-commerce, e-government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine,
e-laboratory, e-biodiversity, e-life dan yang lainnya yang berbasis elektronika (Wardiana, 2002).
Teknologi pada bidang pelayanan financial technology dan digital banking juga telah menerapkan
sistem pembayaran, layanan transfer uang, simpan pinjam asuransi dll dengan berbasis digital.
Selain itu financial technology juga mampu membangun infrastruktur perbankan dalam upaya
mendorong daya beli masyarakat serta menghadirkan pedagang yang menerima pembayaran debit
dan kartu kredit berbiaya rendah. Dan menurut Tayibnapis et al. (2018), pertumbuhan ekonomi
Indonesia di masa depan membutuhkan sektor keuangan yang kuat dan stabil yang berada pada
6% per tahun. Sehungga bank, asuransi, pasar modal dan perusahaan pemula harus dipacu untuk
menumbuhjan kredit tahunan tidak lagi di kisaran 10-12%. Layanan keuangan di perbankan digital
dewasa ini sudah berkembang baik, seperti Internet Banking, Mobile Banking, SMS Banking, ATM,
e-money, phone banking, payment gallery branchless banking, debit online, outlet digital, virtual
credit card, cash management system, EDC, mobile branch, dan aplikasi keuangan berbasis
smartphone. Penggunaan kartu kredit dan ATM untuk kepentingan transaksi tampak menunjukkan
pertumbuhan yang positif, dan masyarakat makin terbiasa dalam menggunakan kedua kartu untuk
berbagai kepentingan transaksi. Begitu pula pertumbuhan e-money sangat pesat seiring dengan
peningkatan limir saldo e-money dari Rp 5 Juta, menjadi Rp 10 Juta, pengembangan e-payment
yang terkoneksi dengan jaringan ATM, dan kewajiban menggunakan e-money apabila melalui
jalan berbayar Menurut (Tayibnapis et al., 2018) E-money telah mengalami pertumbuhan pesat
sejak diperkenalkan pada 2008, dalam hal jumlah instrumen yang beredar, jumlah transaksi, nilai
transaksi, dan jumlah mesin pembaca. Pemerintah bahkan mengharuskan pengguna jalan untuk
melakukan pembayaran menggunakan uang elektronik, menyiapkan pembaca uang elektronik
hingga 20 jenis uang elektronik yang berbeda, dan menyediakan lebih banyak counter untuk
mengisi ulang uang elektronik sehingga pengguna dapat memperoleh banyak kenyamanan. Setiap
bank memiliki lebih dari satu produk keuangan digital dan mengklaim bahwa produk yang
ditawarkan lebih unggul daripada produk serupa

Indonesia yang merupakan negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara
diproyeksikan nilai transaksi ekonomi digitalnya bisa mencapai US$ 133 miliar atau sekitar Rp
1826 triliun (Dwi Hadya Jayani, 2019). Banyaknya pelaku ekonomi yang merambah ke digital
membuat kontribusi yang sangat pesat. Ditambah lagi, populasi Indonesia yang sangat besar dan
merupakan salah satu negara dengan penduduk tertinggi di dunia serta pengguna Internet tertinggi
di dunia telah menjadi keuntungan tersendiri dalam memberikan ruang gerak bagi ekonomi digital
untuk jauh lebih berkembang. Hal ini pun dimanfaatkan dengan baik oleh seluruh pelaku
perekonomian di Indonesia untuk meningkatkan taraf perekonomiannya seperti dengan
mengembangkan perusahaan berbasis digital yaitu bisnis start up, industri kreatif, UMKM dan
lembaga-lembaga yang bergerak di bidang informasi dan teknologi. Adanya kolaborasi antara
pelaku jasa keuangan konvensional dan teknologi keuangan perlu dibangun untuk meningkatkan
industri jasa keuangan nasional. Keberadaan pemerintah sangat penting agar dapat meningkatkan
pemerataan akses, memajukan industri keuangan agar lebih efisien mempertahankan modal dan
kegiatan produksi UMKM, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dahulu sebelum adanya internet, masyarakat khususnya pelaku usaha/ bisnis melakukan segala
kegiatan mereka dengan cara tradisional. Namun dengan adanya internet yang masuk, membuat
pelaku usaha/ bisnis tersebut membuat pola perdagangan berbasis online dan konsumen hanya
membutuhkan gadget mereka untuk bertransaksi dengan mudah. Berdasarkan data dari keminfo
pengguna internet di Indonesia menempati urutan ke-5 di Asia dengan jumlah pengguna internet
di Indonesia tahun 2010 sebesar 30 juta orang dan berdasarkan survei internet world stats 2010,
pengguna Internet China (420 juta), Jepang (99 juta), India (81 juta), dan Korea Selatan (39,4 juta).
Untuk tingkat dunia, Indonesia berada pada urutan ke-11 terbesar. Sementara itu 30 juta pengguna
internet tersebut, 48% nya adalah pengakses dari perangkat bergerak (mobile internet user),
persentase ini menempatkan Indonesia pada posisi urutan ke-8 terbesar tingkat dunia untuk
pengguna internet (Marlinah, 2019). Hal ini menandakan peran dari konsumen sekaligus
masyarakat Indonesia itu sendiri dalam perkembangan industri perekonomian berbasis digital ini
juga sangatlah penting, konsumen yang menggunakan internet untuk berselancar di media
sosialnya masing-masing seperti facebook, twitter, instagram dll telah berkontribusi terhadap
kelangsungan pertumbuhan e-commerce yang kian besar setiap tahunnya. Menurut Sri Widowati,
Country Head Facebook Indonesia, memaparkan bahwa rata-rata 80 kali sehari masyarakat di
Indonesia khususnya pengguna Facebook di Indonesia membuka halaman Faceboook milik
mereka (Purwana, 2017). Ia juga mengungkap data pengguna internet di Indonesia lebih suka
berbelanja secara online adalah sebanyak 45% dan diperkirakan akan terus meningkat seiring
dengan pertumbuhan pengguna internet di Indonesia yang tiap tahun kian bertambah. Hal ini
mencerminkan bahwa kini perilaku masyarakat Indonesia sudah semakin mengarah ke gaya hidup
digital karena sangat mempermudah kehidupan mereka sehari-hari. Menurut (Rijalus Sholihin &
Ariyanto, 2018), berikut merupakan beberapa keunggulan penggunaan Sosial Media dalam
menjalakan kegiatan usaha sebagai berikut:
1. Sosial Media menyediakan informasi mengenai umur, kegiatan, hobi, lokasi atau yang lain yang
dibutuhkan oleh pengusaha dalam menentukan segmentasi pasar produk atau jasa yang
ditawarkan.
2. Dapat diakses setiap saat terbatas waktu tanpa harus mengatur jam kerja layaknya para pelaku
usaha pada umumnya

3. Mampu menekan biaya serendah-rendahnya karena tidak perlu menyewa tempat dalam proses
pemasaran, sebab sosial media yang ada pada umumnya menyediakan layanan secara gratis.

4. Mudahnya komunikasi yang dilakukan antara pengusaha dengan konsumen seperti chatting atau
obrolan, dari situ kita juga dapat mempunyai feedback atau umpan balik masukan atas produk atau
jasa yang kita tawarkan.

5. Selalu terhubung dengan maksud tanpa harus berdiam diri dibeakang meja, namun dapat
dilakukan dalam aplikasi yang kapan pun dan dimanapun bisa terkoneksi selagi ada internet yang
memadai.

6. Media Promosi yang mudah diakses oleh semua kalangan, sehingga mampu menarik perhatian
calon customer seperti penampilan gambar, slogan penawaran promo/diskon dan lain sebagainya.

Menurut(Pudhail, 2017), bermula dari kasus konflik Ojek Pangkalan dengan Go-Jek, pada 2015, para
praktisi ekonomi, teknologi serta akademisi nasional spontan angkat bicara, konflik yang terjadi
ternyata memberikan hikmah yang sangat berharga, bahwa pemerintah dan masyarakat makin sadar
hadirnya ranah ekonomi baru yang biasa disebut sebagai Ekonomi Digital. Pemerintah akhirnya mulai
lebih serius menyusun strategi kebijakan Ekonomi, khususnya strategi sinergi tiga pilar penguatan
ekonomi Indonesia, yaitu Ekonomi Kreatif, Ekonomi UMKM, dan terakhir adalah Ekonomi Digital.
Pelaku usaha-usaha offline yang kini mempunyai tempat untuk memasarkan produknya dengan
berbasis digital masuk ke dalam E-commece. Data dari lembaga riset ICD melaporkan bahwa pasar
e-Commerce Indonesia tumbuh 42% dari tahun 2012-2015. Angka yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan Malaysia (14%), Thailand (22%), dan Filipina (28%). Potensi pertumbuhan ini sangat
menjanjikan seiring tumbuhnya populasi kelas menengah Indonesia serta gemuknya populasi millenia
(10-16 tahun). World Bank mencatat, bahwa Indonesia telah mengalami perkembangan pesat kelas
menengah paska krisis moneter 1997-1998. Beberapa Venture Capital besar seperti Rocket Internet,
CyberAgent, East Ventures, serta IdeoSource berinvestasi pada bisnis e-commerce yang ada di
Indonesia, yaitu Tokopedia, Bhineka, Orami, Ralali, Lazada dan Zalora, Berrybenka, Bilbina,Saqina,
VIP-Plaza. Dari Tabel I.4, total hasil penjualan E-Commerce Indonesia diprediksi USD 26,998 Miliar
(± Rp. 360 Triliun). Menurut (Chavan, 2018) E-Commerce hanya mungkin terjadi ketika semua
hambatan diatasi. Beberapa rintangan utama adalah seperti yang diberikan antara lain, fasilitas
infrastruktur, persyaratan keuangan, dukungan dari pemerintah pusat untuk meningkatkan fasilitas,
meluncurkan portal web baru, transaksi online, situs-situs web untuk pemasaran-digital, pakar dan
pemrogram keamanan komputer, sistem distribusi dan proses kerja yang tepat, pemrosesan pesanan
berbasis web dengan sistem tradisional.

Ekonomi digital yang dianggap sebagai salah satu penggerak perekonomian ini memiliki kelebihan
dalam perekonomian negara antara lain menciptakan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi,
meningkatkan produktivitas dunia industri dan meningkatkan persaingan dalam dunia kerja yang
menuntut sumber daya manusianya meningkatkan skill dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
kualitas tenaga kerja di Indonesia semakin meningkat. Perkembangan ekonomi digital di Indonesia
yang sangat pesat tersebut dibuktikan dalam data BPS yang menunjukan bahwa per ekonomian di
10 tahun terakhir menunjukan pertumbuhan ekonomi yang positif, yaitu pada tahun 2017 yang
berada pada angka 5,07 % di bawah target APBN dan perubahan tahun 2017 ditetapkan sebesar
5,2% yang berarti pertumbuhan ekonomi ini menjadi yang tertinggi sejak tahun 2014 sebesar
5,01%, periode 2015 sebesar 4,88% dan periode 2016 sebesar 5,03% (Marlinah, 2019).

Berdasarkan Undang-undang No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) dalam Abduh (2017), Usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar
adalah pembagian dari jenis dunia usaha di Indonesia. Penjelasam lebih lanjut secara definisi dari
ke empat usaha tersebut yaitu usaha mikro adalah usaha milik perseorangan sementara usaha besar
adalah usaha yang lebih besar daripada usaha menengah. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun
2008 tersebut juga disebutkan bahwa keberadaan UMKM dan pengelolaannya oleh pemerintah
dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam rangka membangun
perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. UMKM dapat
mendukung pendapatan rumah tangga karena telah menciptakan lapangan pekerjaan dan
pemberdayaan rumah tangga sehingga mempunyai peranan penting dalam laju perekonomian
Indonesia (Purwana, 2017). UMKM pun diharapkan akan mampu memacu laju pertumbuhan
ekonomi dengan memanfaatkan teknologi digital sehingga membuat UMKM dapat berkembang
menjadi pusat perekonomian di Indonesia. Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, Puspayoga, UMKM pada tahun 2017 yang sudah memanfaatkan platform online dalam
memasarkan produknya ada sebanyak 3,79 juta usaha. Jumlah ini berkisar 8 persen dari 59,2 juta
total pelaku UMKM yang ada di Indonesia. Sehingga menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama-sama para
pelaku e-commerce menggagas sebuah program bertajuk 8 juta UMKM Go Online untuk
menumbuhkan jumlah pelaku UMKM yang ada di dunia maya. Lewat kerja sama itu pula
pemerintah menaruh harapan untuk mempercepat transformasi UMKM di Indonesia menuju
digital (Sari, 2017).

Pemanfaatan era ekonomi digital merupakan bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan
menyimpan, mengubah dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya. Pemanfaatan
teknologi informasi ini, perusahaan mikro, kecil maupun menengah dapat memasuki pasar global
Perusahaan yang awalnya kecil seperti toko, buku Amazon, portal Yahoo, dan perusahaan
lelangsederhana Ebay,ketiganya saat ini menjadi perusahaan raksasa hanya dalam waktu singkat
karena memanfaatkan teknolog informasi dalam mengembangkan usaha (Dyah Setyaningsih,
2005).

Jadi, teknologi digital terbukti memainkan peran strategis dalam menyediakan barang dan jasa
dengan cara yang nyaman, praktis, lebih murah, lebih cepat, hemat waktu dan padat karya.
Ketersediaan produk dan layanan perbankan / non-perbankan yang menggunakan teknologi digital
sangat dihargai oleh masyarakat, baik individu maupun pelaku bisnis, termasuk UMKM. Ekonomi
berbasis digital akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per
kapita Indonesia di tengah ekonomi global yang lesu akibat perang perdagangan dan kenaikan
harga minyak di pasar internasional, termasuk dalam mewujudkan pemerataan pendapatan,
peningkatan per pendapatan kapita, peningkatan inklusi keuangan, dan akses keuangan. Perbankan
digital dan teknologi keuangan mungkin memiliki efek negatif pada stabilitas keuangan ketika data
dan dokumen diakses oleh pihak lain melalui jaringan internet seiring dengan peningkatan jumlah
data yang didistribusikan, dan hubungan antara perangkat dalam mengakses internet yang
mengakibatkan kerugian ekonomi . Bisnis online dan bisnis pinjaman peer-to-peer tanpa agunan
dapat menyebabkan rasa tidak aman ketika tidak dilakukan dengan hati-hati.
Daftar Pustaka

Abduh, T. (2017). PENGARUH DUKUNGAN DISTRIBUTOR ADAPTASI HARGA DAN


STRATEGI INTERNASIONALISASI TERHADAP KINERJA EKSPOR USAHA MIKRO
KECIL DAN MENENGAH ( UMKM ). 3(008), 66–78.

Chavan, K. R. (2018). The research paper on e-commerce : A future of business. 1155–1156.

Didiek, V., & Aryanto, W. (2011). Model for Digital Economy in Indonesia. 2(June), 2–5.
https://doi.org/10.4018/jide.2011040104

Dwi Hadya Jayani. (2019). Ekonomi Digital Indonesia Terbesar di Asia Tenggara. Retrieved
December 21, 2019, from https://katadata.co.id/infografik/2019/10/16/ekonomi-digital-
indonesia-terbesar-di-asia-tenggara

Dyah Setyaningsih, E. (2005). PEMANFAATAN PERBEDAAN SEBELUM DAN SESUDAH


PENGEMBANGAN UMKM PADA ERA EKONOMI DIGITAL. 1–6.

Marlinah, L. (2019). MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA MELALUI


PENGUATAN SEKTOR EKONOMI DIGITALPRENEUR DAN CREATIVEPRENEUR. 2(1),
32–38.

Pudhail, M. (2017). STRATEGI PENGEMBANGAN EKOSISTEM EKONOMI DIGITAL


INDONESIA. 25(1), 69–85.

Purwana, D. (2017). PEMANFAATAN DIGITAL MARKETING BAGI USAHA MIKRO , KECIL ,


DAN MENENGAH ( UMKM ) DI KELURAHAN MALAKA SARI, DUREN SAWIT. 1(1), 1–
17.

Rijalus Sholihin, M., & Ariyanto, W. (2018). PERAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DIGITAL
PADA STRATEGI PEMASARAN DAN JALUR DISTRIBUSI UMKM. 6(1).

Sari, N. A. (2017). PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI DIGITAL TERHADAP


PENDAPATAN PELAKU USAHA UMKM DI KOTA MAKASSAR.

Tayibnapis, A. Z., Wuryaningsih, L. E., Gora, R., Patricia, E., Yugiarto, J., Lizbeth, I., … Ayuputri,
A. (2018). THE DEVELOPMENT OF DIGITAL ECONOMY IN INDONESIA ”.
Wardiana, W. (2002). Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia ∗).

Anda mungkin juga menyukai