Anda di halaman 1dari 4

Echa Nizar Azita (22201071043)

Teknologi dan Pemilu?


Tidak terasa ya tahun demi tahun sudah berganti dengan cepatnya, menelan waktu yang
terasa sangat indahnya. 2024 sudah datang untuk menyapa kita semua. Yang artinya perjamuan
akbar Pemilihan Umum 2024 di negara kita tercinta ini sudah ada di depan mata. Namun sudah
siapkah kita semua dalam menghadapinya?
Pemilihan umum atau kerap yang disebut dengan Pemilu ini merupakan tonggak
penting dalam proses demokrasi di seluruh dunia. Seiring dengan kemajuan teknologi dan
inovasi digital telah memainkan peran penting dalam memperbarui dan memperbaiki proses
demokrasi. Dengan adanya Esai ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak signifikan yang
terjadi akibat terciptanya inovasi digital dalam pemilu, menganalisis peran teknologi dalam
memperkuat partisipasi warga negara, serta mengidentifikasi tantangan dan peluang yang
muncul seiring dengan integrasi teknologi dalam proses demokrasi. Dengan adanya Pemilu
2024 mendatang di Indonesia, ada kebutuhan mendesak untuk memeriksa potensi dampak
teknologi dan inovasi digital dalam memastikan proses pemilihan yang bebas dan adil
(LUBERJURDIL).
Peran teknologi dan inovasi digital dalam mewujudkan yang adil dan berkeadilan
Pemilu 2024 di Indonesia. Jangkauan global media sosial memungkinkan masyarakat untuk
berpartisipasi langsung dalam diskusi politik. Kemampuan untuk menyebarkan informasi
dengan cepat dan murah telah mengubah cara kampanye politik dilakukan. Berbagai platform
seperti Twitter, Facebook, Instagram, Tik Tok dan YouTube menjadi wadah bagi para kandidat
untuk memperkenalkan diri, menyampaikan berbagai visi misinya atau informasi dalam
kampanye, dan berinteraksi langsung dengan calon pemilih.
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan teknologi dan inovasi digital telah menjadi
semakin marak di berbagai aspek masyarakat, termasuk juga di ranah politik. Teknologi telah
merambah ke hampir semua aspek pemilu, mulai dari pemilihan pasangan capres dan
cawapres, pendaftaran pemilih, kampanye politik, debat pasangan capres dan cawapres, hingga
pemungutan suara dan perhitungan hasil. Seiring kemajuan teknologi dengan cepat, dengan ini
menciptakan potensi untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi dalam
pemilihan untuk menjadi nyata. Penggunaan teknologi dalam pemilu menjadi hal yang penting
di era digital ini apalagi ditahun ini. Karena, digitalisasi pemilu diyakini akan mempermudah
masyarakat umum dalam menggunakan hak suaranya. Selain itu, pemilihan yang dilakukan
dengan menggunakan perangkat digital menghasilkan efisiensi baik dari segi anggaran maupun
sumber daya manusia.
Dalam inovasi digital tidak hanya membawa sejumlah manfaat, tetapi ada juga
sejumlah tantangan dan kritik terkait penggunaan teknologi dalam pemilu. Ancaman terhadap
keamanan data dan potensi serangan cyber menjadi perhatian utama. Menurut saya setelah
terjadi debat ke 3 yang dilaksanakan pada 7 Januari 2024 kemarin menunjukan bahwa adanya
serangan antara Pak Anis dan Pak Ganjar kepada Pak Prabowo, hal tersebut dikarenakan
dengan adanya data teknologi yang membuat senjata untuk menyerang. Rentan terhadap
manipulasi atau pengaruh eksternal bisa merusak integritas proses pemilu. Tidak semua lapisan
masyarakat memiliki akses yang sama terhadap teknologi. Hal ini dapat menciptakan
kesenjangan partisipasi di antara mereka yang tidak memiliki akses atau keterampilan dalam
penggunaan teknologi. Ketergantungan Absolut pada Teknologi dalam proses pemilu dapat
menghasilkan kerentanan terhadap kegagalan sistem atau manipulasi yang tidak terdeteksi.
Menurut Presiden, para kontestan pemilu harus memulai kampanye yang mengurangi
mobilisasi massa dan manfaatkan teknologi informasi. “Penggunaan teknologi informasi ini
diharapkan dapat melahirkan kampanye yang berintegritas yang menolak penggunaan politik
SARA dan politik identitas, yang lebih mengedepankan politik ide dan gagasan, karena yang
ingin kita bangun bukan demokrasi pengkultusan, bukan demokrasi idola, tapi demokrasi
gagasan,” lanjut Ir. Joko Widodo.
Media sosial memiliki pengaruh yang besar dalam untuk berkomunikasi di dalam
kontestasi politik, dengan fleksibilitas untuk mendiskusikan politik dimana saja dan kapan saja.
Menurut Fitch (dalam Anshari, 2013:94) media sosial menjadi rimba raya dan sebuah medium
yang praktis karena tidak ada peraturan di dalamnya. Selaras dengan urgensi media sosial
sebagai arus pertukaran informasi politik, penerapan regulasi terkait media sosial sebagai
sarana penyebaran informasi politik menjadi fokus bagi Pemerintah Indonesia untuk segera
ditanggapi.Studi kasus dari negara-negara seperti Estonia, Swiss, dan Korea Selatan
menunjukkan sejauh mana teknologi telah mempengaruhi proses pemilu. Estonia, misalnya,
telah berhasil menerapkan sistem e-voting yang efektif dan aman, sementara negara lain masih
mencari cara untuk menyeimbangkan antara teknologi dan keamanan pemilu. Perlunya
regulasi yang tepat untuk melindungi proses pemilu dari ancaman teknologi sangat penting.
Kerangka kerja hukum yang kuat dan pengawasan yang cermat diperlukan untuk memastikan
bahwa penggunaan teknologi dalam pemilu adalah aman, transparan, dan adil.
Masa depan pemilu melalui inovasi teknologi menjanjikan perubahan yang lebih besar.
Konsep voting berbasis blockchain, penggunaan kecerdasan buatan dalam pemantauan pemilu,
serta pengembangan teknologi yang lebih aman dan dapat dipercaya, semuanya menjadi fokus
untuk memperbaiki proses demokrasi. Pemungutan suara dan penghitungan suara secara digital
juga perlu memperhatikan kesiapan masyarakat untuk menggunakan teknologi tersebut,
kesiapan internet, kesiapan memiliki gawai atau tidak. Selain jangkauan teknologi yang masih
terbatas juga harus ada paraturan yang mengatur penggunaan teknologi pada Pemilu di
Indonesia.
“Saya kira penggunaan teknologi pada Pemilu ini memang perlu didiskusikan dengan seluruh
pemangku kepentingan. Dan butuh persiapan yang matang mulai dari aturan sampai alat
penunjang, sehingga Pemilu bisa murah, cepat dan transparan,” ujar Pimpiman Bawaslu RI
Nelson Simanjutak
Teknologi memiliki potensi besar untuk mengubah dan memperkuat proses demokrasi
melalui inovasi digital dalam pemilu. Meskipun memberikan banyak manfaat, penggunaan
teknologi juga memunculkan tantangan yang perlu diatasi dengan sebaik mungkin. Dengan
regulasi yang tepat, pengembangan teknologi yang berkelanjutan, serta kesadaran akan risiko
dan keamanan, integrasi teknologi dalam pemilu dapat menjadi salah satu pilar kuat dalam
membangun demokrasi yang lebih inklusif dan transparan.
Dan pada intinya teknologi sangat mempengaruh pemilihan pasangan capres dan
cawapres 2024. Saya sebagai pemuda Indonesia yang awalnya berpikir untuk golput, setelah
melihat debat pasangan capres dan cawapres ketiga saya langsung membuka mata saya akan
pentingnya memilih presiden untuk memimpin negara Indonesia. Menurut saya debat pasangan
capres dan pasangan capres dan pasangan capres dan cawapres menjadi sangat penting bagi
publik pemilih menilai kandidat yang tepat memimpin Indonesia lima tahun kedepan. Dengan
adanya teknologi itu membuat saya lebih cerdas untuk memiih siapa yang paling bereksistensi
untuk menjadi Presiden selanjutnya.
Media sosial telah menjadi platform penting bagi setiap individu dan kelompok untuk
berdiskusi, berbagi informasi, berasumsi dan berorganisasi mengenai berbagai isu politik. Hal
ini tentu saja memberikan kesempatan kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan politik, menyetujui keputusan tersebut, dan berinteraksi dengan pihak-
pihak yang menyampaikan keinginannya. Namun, selain melihat manfaatnya, jangan lupa juga
untuk mengingat sisi bahayanya dari inovasi digital ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknologi dalam pemilu dapat sangat
membantu untuk menciptakan pemilu yang luberjurdil. Menurut saya, penggunaan teknologi
bisa sangat membantu jika digunakan dengan tepat misalnya untuk melihat bagaimana calon
pasangan capres dan cawapres debat menyampaikan dan menyebarluaskan profil, visi misinya,
menghitung perolehan total suara dan selebihnya, namun hal ini bisa juga menjadi masalah
baru jika seseorang yang tidak bertanggung jawab menggunakan teknologi tersebut untuk
kepentingan pribadi atau pun kelompok.

CEK PLAGIASI
Daftar Pustaka

Arniti, Ni Ketut. Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Legislatif di Kota
Denpasar. Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial 4, no. 2 (2020): 329
Bawaslu. Penggunaan Media Sosial Terhadap Perilaku Memilih Partai Politik. Bawaslu.go.id.
2023.
Lemhanas. Pemilu 2024 Waktunya Demokrasi Gagasan, Bukan Demokrasi Pengkultusan.
Lehamnas.go.id. Jakarta. 2022.
Nur Anggita, Rialda Safitri, Fira Aulia. Dinamika Perubahan Sosial dan Politik di Era Digital:
Pengaruh Media Sosial dan Partisipasi Masyarakat. Jurnal Sosial dan Humaniora
Vol.1 No.3. 2024

Anda mungkin juga menyukai