Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

Pemilu di Era Digital dan Marketing Politik


Erni Saharuddin. Sos., MPA
Wahyu Aditia Rawul 221100145 wahyurawul1@gmail.com

Abstrak
Pemilu, biasanya diselengarakan di negara yang berasaskan demokrasi. Indonesia sebagai
salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, tentunya akan melaksanakan pemilihan
umum. Di tahun 2024 akan dilaksanakannya pemilu nasional, seluruh masyarakat Indinesia
akan mengunakan hak pilihnya untuk memilih. Pemilu adalah arena kompetisi untuk mengisi
jabatan-jabatan politik di pemerintahan yang didasarkan pada pilihan formal dari warga
negara yang memenuhi syarat. Perkembangan masyarakat yang pesat, jumlah yang banyak,
persebaran meluas dan aktivitas yang dilakukan semakin beragam menjadikan kompleksitas
persoalan yang dihadapi rakyat semakin variatif. Pemilu menjadi indikator negara
demokrasi. Bahkan, tidak ada satupun negara yang mengklaim dirinya demokratis tanpa
melaksanakan pemilu sekalipun negara itu pada hakekatnya adalah otoriter. Pemiluh
buakanlah sekedar pilih memilih saja, akan tetapi bagaimana cara kita dalam memilih
pemimpin yang akan datang dan bertanggungjawab bagi publik atau masyarakat, bangsa
dan negara. Pemilu tentunya memiliki sedikitnya dua fungsi secara garis besar yaitu bottom
up dan top down. Marketing politik merupakan bagaimana cara seorang politisi memprom
osikan atau mensosialisasikan bagaimana perannya dalam dunia politik, dan bagaimana
kedepannya ia merealisasikan apa yang ia rencanakan tersebut. Kadang marketing politik
ini dimamfaatkan oleh sebagaian Politisi untuk mencari keenaran dan elektabilitas.
Marketing politik dipahami sebagai penyebaran gagasan-gagasan politik dengan
menerapkan prinsip-prinsip pemasaran komersial. Hal itu menunjukkan kecenderungan
antara dunia politik dan dunia bisnis. Kemampuan dan pengalaman para pebisnis
melakukan lobi, negoisasi dan pemasaran, dengan mudah diterapkan atau diaplikasikan
dalam komunikasi politik.
Pendahulan
Dengan menyebut Bismillahirohmanirohim dan atas izin Tuhan yang maha Esa, serta
dukungan teman-teman semua. Pada akhirnya penugasan paper untuk memenuhi ujian akhir
semester Genap 2022/2023, yang diberikan oleh Ibu Erni Saharuddin. Sos., MPA selaku
Dosen mata kuliah Governance Digital. Semoga dengan penugasan ini dapat membuka
wawasan kita bersama tentang “Pemilu di Era Digital dan Marketing Politik” bagaimana
kondisi pemilu di era sekarang terutama pada negara kita Indonesia. Mendekati Pemilu 2024
banyak suara yang diperebutkan oleh setiap calon politikus baik itu calon DPD, DPRD, DPR-
RI, hingga Presiden. Kita sebagai masyarakat terutama generasi muda harus mengetahui dan
memiliki banyak literasi tentang dijitalisasi politik dan pemasaran politik agar tidak
terjerumus pada politik praktis terutama money politik, semoga dengan terbitnya paper ini
dapat berguna bagi penulis dan orang-orang yang membacanya serta menjadi solusi terhadap
permasalahan pemilu dan politik pada negri ini dan bisa membatu teman-teman sekalian.
BAB I
Pembahasan
1) Pemilu di Era Digital
Pemilu, (Pemilihan Umum) biasanya diselengarakan di negara yang berasaskan
demokrasi. Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, tentunya
akan melaksanakan pemilihan umum. Terlebih lagi di tahun 2024 nanti akan
dilaksanakannya persta pemilu nasional di mana seluruh masyarakat Indinesia akan
mengunakan hak pilihnya untuk memilih setiap calon baik ditingakat daerah hingga
tingkat pusat.Pemilu adalah arena kompetisi untuk mengisi jabatan-jabatan politik di
pemerintahan yang didasarkan pada pilihan formal dari warga negara yang memenuhi
syarat. Menurut Heywood pemilu adalah ‘jalan dua arah’ yang disediakan untuk
pemerintah dan rakyat, elit dan massa dengan kesempatan untuk saling mempengaruhi.1
Pada abad 21 ini dengan berkembangnya globalisasi yang begitu pesat tentunya pemilu
memiliki posisi penting dalam beberapa hal.
Pertama, pemilu menjadi mekanisme terpenting bagi keberlangsungan demokrasi
perwakilan. Ia adalah mekanisme tercanggih yang ditemukan agar rakyat tetap berkuasa
atas dirinya. Perkembangan masyarakat yang pesat, jumlah yang banyak, persebaran
meluas dan aktivitas yang dilakukan semakin beragam menjadikan kompleksitas
persoalan yang dihadapi rakyat semakin variatif. Kedua, pemilu menjadi indikator negara
demokrasi. Bahkan, tidak ada satupun negara yang mengklaim dirinya demokratis tanpa
melaksanakan pemilu sekalipun negara itu pada hakekatnya adalah otoriter. Ketika
perspektif Schumpetarian tentang demokrasi, yaitu demokrasi sebagai ‘metode politik’
mendominasi teorisasi demokrasi maka pemilu menjadi elemen paling penting dari
ukuran negara demokrasi. Ketiga, pemilu penting dibicarakan juga terkait dengan
implikasi-mplikasi yang luas dari pemilu. Dalam gelombang ketiga demokratisasi pemilu
menjadi suatu cara untuk memperlemah dan mengakhiri rezim-rezim otoriter.2
Pemiluh buakanlah sekedar pilih memilih saja, akan tetapi bagaimana cara kita
dalam memilih pemimpin yang akan datang dan bertanggungjawab bagi publik atau
masyarakat, bangsa dan negara. Jika kita memilih pemimpin yang korup maka negara
akan bangkrut dan amburadul dan begitupula sebaliknya, pemilu tentunya memiliki
sedikitnya dua fungsi secara garis besar yaitu bottom-up dan top-down. Dalam prespektif
bottom-up pemilu dilihat sebagai sarana politisi dapat dipanggil untuk bertanggungjawab
dan ditekan untuk mengantarkan bagaimana kebijakan merefleksikan opini publik.
Sedangkan dalam perspektif top-down, pemilu dilihat sebagai sarana elit melakukan
kontrol terhadap rakyat agar tetap tanpa gerak atau diam (quiescent), dapat ditundukkan
(malleable), dan pada akhirnya dapat diperintah (governable). Fungsi ini biasanya terjadi
terkait dengan penguasa-penguasa otoriter.3
Dari dua fungsi diatas dapat dipahami bahwa ada dua pandangan yang berbeda,
Pertam botton-up. Para politisi menjalankan pemerintahan sesuai dengan apa yang
diamanatkan oleh UUD 1945 dan demokrasi. Kedua top down. Bagaimana politik banyak
____________________
1 Sigit Pamungkas,Perihal Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2009, hal.3
2 Sigit Pamungkas,Perihal Politik, dalam Samuel P. Huntington, Gelombang Demokrasi Ketiga, Grafiti, Jakarta, 1997, hal.223
3 Sigit Pamungkas,Perihal Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2009, hal.6
dari dua fungsi diatas dapat dipahami bahwa ada dua pandangan yang berbeda, Pertam
botton-up. Para politisi menjalankan pemerintahan sesuai dengan apa yang diamanatkan
oleh UUD 1945 dan demokrasi. Kedua top down. Bagaimana politik banyak digunkan untuk
kepentingan, baik kepentingan individual maupun kelompok. Walaupun secara harfia politik
itu “kepentingan” akantetapi kepentingan yang dimaksud adalah kepentingan publik atau
masyarakat yang memang sesuai dengan prinsip dan nilai yang tertanam pada demokrasi
yang seharusnya di jalankan dan ditaati.
Di Indonesia, lembaga independen yang mempunyai tugas melaksanakan pemilihan
umum disebut Komisi Pemilihan Umum atau biasa disingkat KPU. Anggota KPU merupakan
orang-orang yang tidak memiliki afiliasi politik atau non-partisan, sehingga independensinya
terjaga. Berdasarkan Undang-Undang, KPU memiliki kewenangan yang meliputi
perencanaan penyelenggaraan pemilihan umum, yaitu merancang dan menyusun jadwal serta
tahapan pelaksanaan pemilihan umum. Selain itu, KPU juga bertanggung jawab dalam
menetapkan organisasi serta tata cara seluruh tahapan penyelenggaraan pemilihan umum,
mulai dari tahapan pendaftaran peserta pemilihan umum, hingga pengumuman hasil
pemilihan umum4
Indoonesia sebagai negara yang berasaskan demokrasi, harus memiliki suatu sistem
yang bisa diandalkan dan berbasis digital untuk mendukung pelaksanaan pemilihan umum
(pemilu). Sejau ini negara-negara yang mengunakan sistem pemilu digital masih terbilang
sedikit dan banyak dari negara-negara tersebut yang gagal dalam penerapanya contohnya
seperti Kenya yang pada saat pemilihan umum berlangsung mesin yang digunakan ternyata
eror, kemudia hal itu menurunkan rasa kepercayaan publik/masyarakat terhadap pemerintah.
Maka dari itu pemerintah Indonesia harus mengambil pelajaran dari hal itu untuk
mengembangkan sistem yang memang benar-benar siap dalam penggunaanya.
Dalam era digital, teknologi mempunyai peranan yang sangat berbengaruh dalam
mempermudah proses berjalannya sosialisasi mengenai jadwal dan program pemilu. Lebih
dari itu, teknologi digital juga dapat berkontribusi pada peningkatan pengetahuan,
pemahaman, serta kesadaran bagi masyarakat akan hak sekaligus kewajibannya dalam
pemilu. Penggunaan teknologi digital dalam pemilu diharapkan tidak hanya sekadar
mempermudah pekerjaan penyelenggara pemilu, melainkan juga diharapkan dapat
memberikan aksesibilitas informasi, transparansi, dan akuntabilitas kepada masyarakat
sebagai bagian dari layanan publik yang professional dan terpercaya.5
Dengan hal tersebut maka masyarakat sebagai objek dari pelayanan publik akan
meningkat kepercayaanya terhadap pemerintah dan dapat memahami dengan cepat
digitalisasi yang memang di canangkan oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah harus
juga menjalankan kerja sama dengan pihak suwasta, karena pemerintah sendiri tentunya tidak
dapat merealisasikan sistem ini. Semangat mengadopsi teknologi digital dalam pemilu bukan
hanya merupakan upaya untuk mempersingkat mekanisme proses pemilu dan meningkatkan
efisiensi anggaran, tetapi juga untuk meminimalisasi penggunaan tenaga manusia. Oleh
karena itu, profesionalitas penyelenggara pemilu menjadi sangat penting dalam memastikan
keberhasilan penggunaan teknologi digital dalam seluruh aspek pemilu.6
____________________
6 Azkiyah Rahmita Fauziah dkk, Jurnal Kajian Konstitusi, Universitas Jember, Jember, 2023, hal.3
5 Azkiyah Rahmita Fauziah dkk, Jurnal Kajian Konstitusi, Universitas Jember, Jember, 2023, hal.2-3
4 Azkiyah Rahmita Fauziah dkk, Jurnal Kajian Konstitusi, Universitas Jember, Jember, 2023, hal.5
Di era sekarang masyarakat telah masif dalam pengunaan teknologi, terutama mesdia
sosial seperti Fesbook, Tiktok, Instagram, dan Twitter. Terutama para generasi muda, telah
melek teknologi yang tentunya akan mempermudah sosialisasi dan penerapan pemilihan
umum berbasis digital di Indonesia. Di banyak negara yang sudah stabil melakukan Pemilu
secara reguler seperti di Amerika Serikat dan Eropa, teori tentang voting behavior sudah
demikian berkembang. Hal ini disebabkan banyak studi perilaku memilih di negara-negara
tersebut terutama di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, dan
sebagainya. Dengan adanya sejumlah studi perilaku memilih, maka tersedia data yang
memadai untuk melakukan inferensi-inferensi teoritis.7

2) Kendala dan Manfaat


Tentunya dalam penerapan Pemilihan umum secara digital ini, memiliki banyak
kendala. Indonesia sebagai negara yang begitu besar dan berkepulauan dan memiliki sebaran
penduduk di peloso kepulauan hal ini akan membuat kendala dan tantangan bagi pemerintah
dalam merealisasikan Pemilu secara digital adapun letak geografis Indonesia menjadi salah
satu kendala untuk merealisasikan hal ini serta infrastruktur teknologi yang memang belum
memadai maka dari itu pemerintah memiliki pekerjaan rumah yang begitu besar untuk
mengembangkan infrastruktur tenologi dan mencari solusi atas letak geografis yang dimiliki
agar pemilihan umum secara digital ini ke depannya mungkin bisa direalisasikan dan
dijalankan.
Pemanfaatan teknologi digital dan media sosial sangat membantu dan mempermudah
penyelenggaraan tahapan-tapan pemilu sehingga lebih efisien, tepat waktu, efektif, akurat
dan bisa menjadi jawaban atas tuntutan masyarakat akan transparansi penyelenggaraan
pemilu.8
3) Marketing Politik Marketing
Marketing politik merupakan bagaimana cara seorang politisi mempromosikan atau
mensosialisasikan bagaimana perannya dalam dunia politik, dan bagaimana kedepannya ia
merealisasikan apa yang ia rencanakan tersebut. Kadang marketing politik ini dimamfaatkan
oleh sebagaian Politisi untuk mencari keenaran dan elektabilitas. Menurut Johnson marketing
politik didefinisikan sebagai "proses kandidat dalam menyampaikan ide-ide yang diarahkan
kepada pemilih dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan dengan demikian
mendapatkan dukungan mereka untuk kandidat dan ide-ide yang bersangkutan" (political
marketing was defined as "the process by the which political candidates and ideas are directed
at the voters in order to satisfy needs and thus gain their support for the candidate and ideas
in question”). Marketing politik dipahami sebagai penyebaran gagasan-gagasan politik
dengan menerapkan prinsip-prinsip pemasaran komersial. Hal itu menunjukkan
kecenderungan antara dunia politik dan dunia bisnis. Dunia politik dan dunia bisnis, memang
semakin dekat, terutama karena banyak aktor politik yang berasal dari dunia bisnis.
Kemampuan dan pengalaman para pebisnis melakukan lobi, negoisasi dan pemasaran,
dengan mudah diterapkan atau diaplikasikan dalam komunikasi politik.9
___________________
7 Fahmi Nurdiansyah, Asfar, 2006, hlm.137
8 Azkiyah Rahmita Fauziah dkk, Jurnal Kajian Konstitusi, Universitas Jember, Jember, 2023, hal.22
9 Fahmi Nurdiansyah, dalam Arifin, 2011, hlm.145
Indonesia kita lihat hari ini orang-orang yang tergabung dalam partai politik apalagi
parpol yang memiliki kedudukan tinggi seperti PDI, Gerindra, dan Demokrat mereka
memiliki bisnisnya sendiri ini menunjukan bahwa politik Indonesia didominasi oleh para
pebisnis. yang ditakutkan adalah ketika mereka menjabat di pemerintahan mereka hanya
mementingkan bisnis mereka, dari kepentingan Publik. Dan menurut penulis hal inilah yang
sedang terjadi di Indonesia.

BAB II
Kesimpulan
Dengan berjalannya zaman banyak terjadi perubahan dalam dunia pemilihan umum,
bagaimana pemerintah sebagai pelayan publik harus menyediakan sistem pemilihan yang
berbasis digital dan mudah untuk di pahami dan di akses oleh seluruh masyarakat. Memanag
dalam realisasinya menuai banyak kendala dan masalah namaun, pemerintah dapat belajar
dari negara-negara lain yang telah lebih dahulu menerapkan hal tersebut. Agar pemerintah
dapat menghindari para politisi atau orang yang mencoba melakukan kecurangan pada sistem
pemilihan kita. Begitu juag dalam marketing politik, dimana para politisi ini dapar
melakukan strategi politok yang curang untuk mendapatkan apa yang mereka ingkan dalam
memenangkan pemilihan umum. Serta perlu adanya atuaran yangbspesifik dalam hal ini
untuk meminimalisir kecurangan tersebut.
BAB III
Daftar Pustaka

Sgitit Pamungkas, 2009, Perihal Pemilu, Universitas Gajah Mada, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Azkiyah Rahmita Fauziah Dkk, 2023, Meningkatkan Kualitas Pemilu Serentak Tahun 2024
Melalui Pemanfaatan Teknologi Digital, Jurnal Kajian Konstitusi, Jember. https://do
i.org/10.19184/jkk.v3i1.39022
Fahmi Nurdiansyah, 2018, Marketing Politik DPP Partai Gerindra Pada Pemilu Legislatif
2014.

Anda mungkin juga menyukai