Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

KOMUNIKASI POLITIK
PEMILU DAN PERTARUNGAN DI JAGAD MEDIA SOSIAL

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 / C2
1. Salsa Diah Resky Amalia (06520200267)
2. Olivia Oktaviani Maengkom (06520200235)
3. Maslin (06520200211)
4. Siti Rabilah salsabila ayla (06520200222)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021/ 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tak lupa penulis ucapkan Terima kasih kepada dosen mata kuliah Komunikasi Politik yaitu Bpk
Muhammad Idris, S.sos,.M.I.Kom yang telah memberikan tugas makalah ini. Semoga makalah
ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Kami sadar bahwa makalh ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang.
Untuk itu, kepada Dosen Pembimbing kami meminta masukannya demi kebaikan pembuata
makalah kami di masa yang akan datang untuk mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Makassar, 11 April 2022


penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti diketahui, hari ini iklim perubahan sosial-budaya-teknologi dan politik


menampakan watak anomalinya. Era informasi-digital (di media sosial) dengan sangat cepat
telah mengubah hampir setengah dari realitas kehidupan masyarakat di dalam ber-demokrasi saat
ini. Beragam perilaku-perilaku tidak terduga, tidak logis, yang dilakukan individu masyarakat,
pemerintah dan elite politik banyak ditunjukkan di ruang publik baru (new public sphere) -media
sosial- digital hari ini. Dari semua itu, nyatanya tidak sedikit menuai kontroversi publik. Melalui
cara kerja dramaturgi politik, yang kian hari banyak dimainkan dan ditampilkan di atas
panggung-panggung media sosial ataupun ruang publiknya, makna dan signifikasi tindak tanduk
politik mengalami reposisi yang cukup radikal.
Sampai dengan hari ini, kalaupun ada pertanyaan yang muncul mengapa masing-masing
pihak (siapapun itu yang berkaitan) merasa perlu untuk tampil maupun di tampilkan di media
massa pun halnya di media sosial-digital ? Adalah, karena “pertarungan dan konstelasi
kepentingan politik hari ini – katakanlah- semacam “show business” (dalam arti kepentingan
politik) dan itu ironisnya merupakan hal yang logis di era perkembangan industri teknologi
informasi-digital hari ini yang sudah dianggap menjadi kebutuhan utama.
Apalagi, peran media hari ini yang digadang-gadangkan sebagai pilar ke-4 didalam
negara demokrasi. Fungsinya sangatlah jelas tentunya, yakni, selain dari memberikan informasi
aktual kepada publik, sebagai kontrol sosial terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan negara,
salah satunya adalah menciptakan “iklim pendidikan melalui informasi yang kredibel” terhadap
informasi layanan publik.15 Meskipun, kepentingan lainnya seperti misalnya, bisnis media yang
bersangkutan dengan komodifikasi informasi terlalu riskan untuk diungkapkan.
Satu hal yang perlu di ketahui hari ini, ketika semuanya sudah masuk dalam media, maka
semuanya harus bisa menjadi tontonan publik dan menghasilkan keuntungan bagi kelompok
kepentingan tertentu, apapun itu bentuknya, termasuk politik, perseteruan, konflik, ataupun
permusuhan yang melibatkan aktor politik di tingkat level negara adalah hanya sebatas materi-
materi tontonan, untuk menghasilkan dan berujung menggiring opini masyarakat.
 
1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :


Persoalan :
1. Apa itu pemilihan umum ?
2. Apa tujuan pemilihan umum ?
3. Apa yang di maksud dengan pertarungan di jagad media social ?
4. Apa saja manfaat pertarungan di jagad media social ?
5. Apa saja dampak negative pertarungan di jagad media social ?
                  
1.3 Tujuan Pemilihan Umum

Paling tidak ada tiga tujuan pemilihan umum di Indonesia, yaitu pertama memungkinkan
terjadinya pergantian pemerintah secara damai dan tertib, kedua: untuk melaksanakan kedaulatan
rakyat, dan ketiga; untuk melaksanakan hak-hak asasi warga negara.
Sementara itu, Jimly Asshiddiqie merumuskan tujuan penyelenggaraan pemilu menjadi 4
(empat), yaitu :
a. untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan
damai;
b. untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di
lembaga perwakilan;
c. untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat; dan
d. untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.
Pemilu yang dipilih tidak saja wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan
rakyat atau parlemen, tetapi juga para pemimpin pemerintahan yang duduk di kursi eksekutif. Di
cabang kekuasaan legislatif, para wakil rakyat itu ada yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat,
ada yang duduk di Dewan Perwakilan Daerah, dan ada pula yang akan duduk di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, baik di tingkat provinsi ataupun di tingkat kabupaten dan kota.
Sedangkan di cabang kekuasaan pemerintahan eksekutif, para pemimpin yang dipilih secara
langsung oleh rakyat adalah Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota. Dengan adanya pemilihan umum yang
teratur dan berkala, maka pergantian para pejabat dimaksud juga dapat terselenggara secara
teratur dan berkala.
Tujuan pertama mengandung pengertian pemberian kesempatan yang sama kepada para
peserta pemilihan umum untuk memenangkan pemilihan umum, yang juga berarti para peserta
mempunyai peluang yang sama untuk memenangkan program-programnya. Oleh karena itu
adalah sangat wajar apabila selalu terjadi pergantian pejabat baik di lembaga pemerintahan
eksekutif maupun di lingkungan lembaga legislatif. Pergantian pejabat di negara-negara
otoritarian dan totaliter berbeda dengan yang dipraktikkan di negara-negara de- mokrasi. Di
negara-negara totaliter dan otoritarian, pergantian pejabat ditentukan oleh sekelompok orang
saja. Kelompok orang yang menentukan itu bersifat oligarkis dan berpuncak di tangan satu
orang. Sementara di lingkungan negara-negara yang menganut paham demokrasi, praktik yang
demikian itu tidak dapat diterapkan. Di negara-negara demokrasi, pergantian pejabat
pemerintahan eksekutif dan legislatif ditentukan secara langsung oleh rakyat, yaitu melalui
pemilihan umum (general election) yang diselenggarakan secara periodik.
Tujuan kedua maksudnya adalah memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan dan
pergantian pejabat negara yang diangkat melalui pemilihan (elected public officials). Dalam hal
tersebut di atas, yang dimaksud dengan memungkinkan di sini tidak berarti bahwa setiap kali
dilaksanakan pemilihan umum, secara mutlak harus berakibat terjadinya pergantian
pemerintahan atau pejabat negara. Mungkin saja terjadi, pemerintahan suatu partai politik dalam
sistem parlementer memerintah untuk dua, tiga, atau empat kali, ataupun seorang menjadi
Presiden seperti di Amerika Serikat atau Indonesia dipilih untuk dua kali masa jabatan.
Dimaksud “memungkinkan” di sini adalah bahwa pemilihan umum itu harus membuka
kesempatan sama untuk menang atau kalah bagi setiap peserta pemilihan umum itu. Pemilihan
umum yang demikian itu hanya dapat terjadi apabila benar-benar dilaksanakan dengan jujur dan
adil (jurdil).
Tujuan ketiga dan keempat pemilihan umum itu adalah juga untuk melaksanakan
kedaulatan rakyat dan melaksanakan hak asasi warga negara. Untuk menentukan jalannya
negara, rakyat sendirilah yang harus mengambil keputusan melalui perantaraan wakil-wakilnya
yang akan duduk di lembaga legislatif. Hak-hak politik rakyat untuk menentukan jalannya
pemerintahan dan fungsi-fungsi negara dengan benar menurut UUD adalah hak rakyat yang
sangat fundamental. Oleh karena itu, penyelenggaraan pemilihan umum, di samping merupakan
perwujudan kedaulatan rakyat, juga merupakan sarana pelaksanaan hak-hak asasi warga negara
sendiri. Untuk itulah, diperlukan pemilihan umum guna memilih para wakil rakyat itu secara
periodik. Demikian pula di bidang eksekutif, rakyat sendirilah yang harus memilih Presiden,
Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk memimpin jalannya pemerintahan, baik di tingkat pusat,
di tingkat provinsi, maupun di tingkat kabupaten/kota.
Terkait dengan tujuan untuk melaksanakan hak-hak asasi, di dalam Undang-Undang
Dasar 1945 antara lain adalah: Segala waga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
(Pasal 27, ayat 1); Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang (Paal 28); Setiap warga negara
berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (Pasal 28D ayat 3); Setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat (Pasal 28E ayat
3); Kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya, dan kepercayaannya itu (pasal 29 ayat 2).
 
BAB II
PEMBAHASAN
 

2.1 Pengertian Pemilihan Umum


Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilakukan secara langsung, umum, bebas,
rahasia,jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Pemilu adalah pemilihan orang-orang untuk
mengisi jabatan tertentu. Untuk itu pemilihan umum sangat penting karena dalam pemilu terjadi
pelaksanaan kedaulatan rakyat.
Adapun syarar-syarat agar bisa mengikuti pemilu dan pilkada ialah warga negara
indonesia, telah berusia 17 tahun ataupun sudah pernah menikah, sehat jasmani dan rohani, dan
tidak sedang terkasus pidana. Dalam penyelengaraan pemilu ada beberapa tahapan yaitu:
pendaftaran pemilih, pendaftaran peserta pemilu,penetapan peserta pemilu, kampanye peserta
pemilu serta pemungutan dan penghitungan suara. Untuk lebih jelasnya disini pemakalah akan
membahas ,pengertian pemilu dan pilkada, sejarah pemilu dan pilkada di indonesia, asas-asas
pemilu dan pilkada, dan penyelenggaraan pemilu dan pilkada.

2.2 Pertarungan di jagad media social


Kekuatan media sosial & Website untuk mempengaruhi masyarakat didasarkan secara
eksklusif pada aspek sosialnya: ini berarti interaksi dan partisipasi yang bisa dilakukan melalui
kampanye. Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan --pesan dari pengirim kepada
khalayak. Dengan berkembangnya teknologi internet dan banyak penduduk di Indonesia
menggunakan internet serta mempunyai media sosial seperti facebook, Instagram, twitter, blog
dan youtube.
Kampanye politik merupakan suatu tujuan untuk mempengaruhi proses pengambilan
suara keputusan dalam pemilihan politik. Dapat dikatakan bahwa kampanye ini sendiri adalah
suatu sarana tercapainya cita-cita politik. Kampanye politik dilakukan demi menarik perhatian
masyarakat agar menggunakan hak suara dalam pemilihan.
Dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa para pemilih di era ini sudah semakin mengikuti
perkembangan jaman, informasi mengenai sang calon dapat dengan mudahnya dilihat dan
diakses kapan saja dan dimana saja melalui media, khususnya media sosial seperti jejaring sosial
facebook, twitter, hingga instagram. Sehingga tidak heran, media sosial sering kali dijadikan alat
bantu dalam bekampanye oleh para calon politisi demi terkumpulnya hak suara.
Kekuatan media sosial ini sudah tidak dapat disepelekan lagi keberadaannya. Bahkan
setelah media Televisi, media sosial dapat dikatakan lebih efektif dibandingkan media lain yang
sering digunakan seperti spanduk atau baliho. Masyarakat di era ini memang cenderung lebih
percaya pada isi dari media sosial dibandingkan spanduk-spanduk yang berderet di tepian jalan
raya. Informasi dapat menyebar dengan cepat dan mudah melalui media sosial, media sosial
dapat dikatakan memiliki kekuatan yang sifatnya dapat mempengaruhi.
2.3 Manfaat Pertarungan di jagad media social
· Medsos menjadi Wadah Pendapat Masyarakat
Media sosial adalah sebuah aplikasi yang kini digandrungi masyarakat Indonesia. Selain
sebagai bentuk eksistensi diri, media sosial merupakan ranah yang sangat mudah untuk
mendapatkan beragam informasi. Politisi sangat bisa menggunakan media sosial untuk
mendengar pendapat rakyat, beserta segala permasalahannya.
Dengan demikian, para petinggi tersebut bisa mencarikan sebuah solusi yang menguntungkan
semua pihak. Langkah ini membuat manfaat penggunaan media sosial terhadap pemilu juga bisa
dirasakan secara maksimal. Medsos benar-benar dapat difungsikan sebagai senjata untuk
menarik simpati masyarakat secara signifikan.
· Medsos sebagai Menggiring Opini Publik
Hampir seluruh kalangan menggunakan media sosial untuk berinteraksi secara virtual. Tak
mengherankan bila medsos juga menjadi semacam koran berjalan yang berisi segala macam
informasi dari berbagai belahan dunia. Media sosial bisa menghadirkan berita yang mampu
menggiring opini publik terhadap suatu masalah tertentu.
Meski sebagai pembaca harus lebih bijak saat mengikuti berita yang beredar, agaknya hal ini
tetap menjadi satu keunggulan media sosial yang tidak bisa dihindari. Beragam isu politik yang
diberitakan bahkan bisa menjadi boomerang untuk politisi bila tak bisa menanganinya dengan
bijak.
· Medsos adalah Jembatan Kedekatan dengan Masyarakat
Manfaat penggunaan media sosial terhadap pemilu dan dunia perpolitikan selanjutnya yakni
menjadi jembatan keakraban dengan masyarakat. Karena akses media sosial hanya berbekal
email saja, maka semua orang pun bisa memiliki media sosial untuk pribadi maupun kelompok.
Fakta ini membuat jeda antara satu orang dengan lainnya menjadi sangat tipis.
Ketika seorang anggota dewan bisa memaksimalkan media sosialnya dengan baik, maka hal ini
bisa memicu kekerabatan yang lebih baik dengan masyarakat. Saat petinggi sudah mau
menunduk untuk mendengarkan, maka masyarakat tidak akan sungkan menyampaikan
aspirasinya. Hal inilah yang menjadi tujuan akhir dari sistem kampanye politik, agar banyak
orang yang bisa menyalurkan semua pendapatnya secara leluasa.
· Medsos sebagai Bentuk Ekspresi Diri
Tak bisa dipungkiri, keberadaan media sosial pada mulanya memang dikhususkan sebagai
sebuah wadah untuk mengekspresikan diri. Lambat laun, fungsi utamanya banyak berubah
karena banyak kalangan yang mengambil momen untuk bisa mengeluarkan branding diri yang
lebih baik.
Sebagaimana bisnis, manfaat penggunaan media sosial terhadap pemilu dan perpolitikan juga
bisa dimanfaatkan sebagai upaya memperkenalkan calon anggota legislatif dengan lebih baik.
Misalkan dengan update potret keseharian, hobi, bahkan kebersamaan bersama keluarga. Hal itu
akan menampakkan kenaturalan Anda sebagai pribadi.

· Medsos digunakan untuk Membangun Citra Diri


Ingin dikenal sebagai sosok seperti apakah Anda di media sosial? Bagaimana cara
menyajikan citra itu kepada masyakarat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menjadi acuan
Anda ketika memutuskan sebuah citra atau branding diri kepada publik. Medsos adalah tempat
yang sangat baik untuk memulai menampakkan citra tersebut agar orang-orang mulai menaikkan
awareness pada diri Anda.
Pentingnya keberadaan media sosial terhadap pemilu dan dunia perpolitikan yang bisa
diupayakan berkaitan dengan citra diri adalah sebagai berikut.
Upaya membangun branding
Tak bisa instan, branding adalah sesuatu hal yang cukup melekat pada diri Anda. Jika ingin
membangun branding untuk sebuah pemilu dan perpolitikan, Anda dapat memulai minimal satu
tahun sebelum proses pemilihan umum dilangsungkan. Anda dapat menjabarkan diri Anda di
media sosial sebagaimana Anda ingin dikenal.
· Menampilkan visi misi unggulan
Visi dan misi Anda sebagai politisi dapat ditampilkan dalam beragam kesempatan. Anda bisa
melibatkan diri pada setiap kegiatan masyarakat guna membangun kedekatan (bonding) yang
lebih baik. Calon anggota dewan yang bisa memberikan bukti, tentu akan membuat masyarakat
lebih respect untuk menyalurkan suaranya kepada sosok yang bersangkutan. Apalagi jika
program yang dicanangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
· Menjelaskan ciri khas dan spesialisasi politisi
Hampir semua orang memiliki ciri khas masing-masing. Anda bisa menggali hal itu
kemudian menjadikannya sebagai peluru baru untuk menaikkan kekuatan Anda. Sebuah ciri
adalah pembeda yang bisa membuat orang lain langsung mengingat Anda sebagai pribadi.
Misalkan slogan tertentu, atau kebiasaan tertentu. Dengan mengedepankan manfaat penggunaan
media sosial terhadap pemilu, diharapkan langkah ini akan lebih efektif.
· Medsos sebagai Sarana Komunikasi Publik
Media sosial adalah aplikasi yang mengedepankan engagement atau interaksi antara pemilik
akun dengan orang-orang yang memberikan respons. Baik berupa like atau komentar, sebuah
jalinan interaksi di media sosial adalah hal penting yang harus terus diupayakan. Semakin baik
engagement, maka peluang Anda mendapatkan perhatian masyarakat juga akan semakin besar.
Ketika sebuah akun sudah memiliki engagement yang baik, maka hal ini akan memudahkan
Anda dalam menjalin komunikasi publik yang berisi tentang dunia politik. Branding yang telah
dilakukan sebelumnya akan lebih mudah menyentuh hati masyarakat karena kepercayaan mereka
sudah terbangun.
Dengan memahami peran dan manfaat penggunaan media sosial terhadap pemilu di Indonesia
diharapkan bisa menjadi warning untuk semuanya. Kemudahan yang ditawarkan oleh mesin
digital tersebut seharusnya bisa membuat perubahan positif untuk segala kalangan. Tak
mengherankan, medsos semakin menancapkan kuku sebagai salah satu cara pemasaran yang
efektif untuk dilakukan semua kalangan, bahkan untuk dunia perpolitikan.

2.4 Dampak Negative Pertarungan di jagad media social


Komunikasi yang beredar melalui media internet juga memberi ruang bagi anonimitas
komunikator, yang justru menjadikan komunikasi ini rentan dengan manipulasi dan konflik
kepentingan. Hoax adalah produk sampingan yang lahir dari pola komunikasi kontemporer
tersebut.
Hoax atau misinformasi dilatarbelakangi berbagai kepentingan, yang melahirkan
beragam bentuk, mulai dari misinformasi hingga disinformasi (Wardle, 2017). Misinformasi
yakni penyebaran informasi yang keliru tanpa unsur kesengajaan, sedangkan dalam disinformasi,
ada unsur kesengajaan untuk membuat dan menyebarkan informasi yang diketahuinya tidak
benar (Wardle, 2017). Pelaku disinformasi umumnya mengubah sumber-sumber informasi yang
sebenarnya asli dengan cara mengedit ulang, menggabungkan dengan sumber lain yang tidak
relevan, bahkan pada taraf yang lebih ekstrem, pelaku membuat informasi baru yang sepenuhnya
palsu. Di antara berbagai kepentingan yang melatarbelakangi produksi hoax, propaganda adalah
yang paling berpotensi menciptakan dampak terburuk karena propaganda menggunakan
penyalahgunaan konten, penciptaan konteks yang keliru, memalsukan konten, memanipulasi
konten, bahkan dengan sengaja membuat konten yang tidak benar dalam rangka mencapai
tujuannya. Inti persoalannya bukan pada pesan yang disebarkan, melainkan pada tujuan dari
penyebaran pesan tersebut. Bagi para pelaku propaganda, pesan adalah alat untuk menciptakan
keraguan dalam pikiran publik, sehingga publik mulai mempertanyakan kredibilitas, legitimasi,
bahkan obyektivitas dari sumber otoritas.
Penyebaran hoax semakin marak selama dan menjelang pemilu, terutama menghadapi
pemilu presiden 2019 mendatang. Hal ini tidak terlepas dari penggunaan media online,
khususnya media sosial, dalam kampanye. Setiap orang dapat dengan mudah mengakses media
sosial dan menemukan beragam informasi tentang pemilu.
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Sebagai bagian dari komunikasi massa, media sosial adalah penting untuk digunakan
sebagai saluran komunikasi politik. Dengan menggunakan media sosial, seorang
komunikator politik dapat menyampaikan pesan-pesan politik kepada khalayak secara
cepat, mudah dan tepat. Ia dapat memperkenalkan agenda-agenda politik, malahan dapat
merubah perilaku politik khalayak dalam menentukan sikap politiknya.
Dalam menggunakan media sosial sebagai saluran komunikasi politik, tidaklah serta
merta dapat berhasil dengan baik. Justru harus menggunakan strategi dan kerja-kerja
politik yang profesional dan terukur. Pihak yang berkampanye untuk memenangkan
pemilihan presiden maupun dalam pemilihan kepala daerah dan anggota legislatif, perlu
mengenal khalayak secara cermat sehingga dapat mengetahui keperluan mereka. Dengan
demikian pesan-pesan yang akan disampaikan kepada khalayak sudah dapat dipastikan
akan dapat memberikan pengaruh yang positif.

Anda mungkin juga menyukai