Anda di halaman 1dari 8

Asrama Wali Songo_As’ad Amrullah

Analasis Berbagai Gaya Kampanye Pilpres 2024 untuk Menggaet


Generasi Milenial dan Generasi Z
ABSTRAK

Pemilihan umum memiliki peran brsar dalam menjaga prinsip demokrasi di suatu negara, dimana
kekuasaan diberikan kepada pemimpin terpilih diakui sebagai hasil dari dukungan yang diberikan
oleh rakyat. Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di Indonesia menjadi perhatian utama karena
melibatkan tiga pasangan calon yang bersaing menggunakan berbagai strategi kampanye untuk
mendapatkan dukungan, terutama dari generasi milenial dan Z yang memiliki kontribusi penting
dalam proses demokratisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variasi strategi kampanye
yang digunakan oleh masing-masing pasangan calon untuk menarik perhatian dan mendapatkan
dukungan generasi muda, dengan memperhatikan dua aspek utama, yaitu substansi dan teknis dari
kampanye tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap pasangan calon memiliki
pendekatan yang khas dalam mencapai generasi milenial dan Z, baik melalui pemahaman yang
mendalam tentang isu-isu politik maupun melalui teknik komunikasi yang menarik. Oleh karena itu,
penelitian ini menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam proses politik serta upaya para
kandidat untuk terlibat dan mengajak generasi tersebut dalam pemilihan presiden tahun 2024.

PENDAHULUAN

Pemilihan umum merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan negara yang
demokratis. Negara-negara yang menganut paham demokrasi menganggap pemilu merupakan tolok
ukur dari demokrasi itu sendiri karena dengan pemilu-lah demokrasi di suatu negara dapat
berjalan. Pemilu menunjukkan bahwa kekuasaan yang dipegang oleh lembaga eksekutif dan
legislatif merupakan pemberian dan pengakuan dari rakyat. Pengakuan dan pemberian dari rakyat
ini sangat penting karena dengan hal itu roda birokrasi pemerintahan menjadi sah sehingga
dapat berjalan untuk menciptakan kebijakan-kebijakan dan mewujudkan aspirasi rakyat. Selain
itu, dengan diselenggarakannya pemilu akan menentukan siap yang dapat memegang kekuasaan
pemerintahan.

Indonesia adalah negara yang sangat menjunjung nilai-nilai demokrasi. Pelaksanaan pemilu
secara langsung di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia menganut paham demokrasi. Dengan
demikian, kewenanangan legislatif dan eksekutif dapat terisi setelah pemilu dilaksanakan dan
memutuskan nama-nama yang dapat menduduki kursi tersebut. Pemilu di Indonesia pertama kali
dilaksanakan pada tahun 1955 untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Konstituante pada zaman kepemimpinan Ir. Soekarno sedangkan pemilu untuk memilih presiden
dan wakil presiden baru diselenggarakan pada tahun 2004.

Pemilu tahun 2024 menjadi topik yang sering diberitakan di sejumlah media massa baik daring
maupun non-daring, mengingat euphoria rakyat Indonesia yang tidak pernah habis setiap
pemilihan umum berlangsung khususnya dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) yang
melibatkan tiga pasangan calon (paslon). Pemilu tahun 2024 menjadi lebih menarik karena terdapat
banyak gaya kampanye yang bisa dikatakan unik dan beragam untuk memperbaiki persepsi publik
serta meraup suara, dimulai dari pertarungan kampanye gimik hingga dialog langsung yang
melibatkan masyarakat bawah khusunya generasi Z.
Generasi milenial dan generasi Z ialah meraka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal
2000-an, merupakan bagian penting dari pemilih dalam pemilu 2024 karena mendominasi pemilu
kali ini. Dalam konteks ini, penting bagi para kontestan pemilu untuk berkreatifitas dalam kampanye
untuk meraup suara generasi milenial dan generasi z.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan menjadi bagaimanakah


analasis berbagai metode kampanye pilpres 2024 untuk menggaet generasi z? Dengan demikian,
artikel ilmiah ini disusun dengan tujuan memperoleh informasi tentang analasis berbagai
metode kampanye pilpres 2024 untuk menggaet suara generasi z.

TINJAUAN PUSTAKA

Farahdiba Rahma Bachtiar (2014: 2) mengatakan “secara umum pemilihan umum lahir dari
konsepsi dan gagasan besar Demokrasi yang berarti merujuk John Locke dan Rousseau,
keterjaminan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan bagi individu dalam segala bidang. Dalam
demokrasi, ada nilai-nilai partisipatif dan kedaulatan yang dijunjung tinggi dan harus dijalankan
oleh warga negara dan instrumen negara baik pada level legislatif, yudikatif maupun eksekutif”.
Selain itu, arti pemilu sebagaimana yang dikatakan Ali Moertopo dalam Khoiril Huda dan Zulfa
‘Azzah Fadhlika (2018: 549) “pada hakekatnya, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk
menjalankan kedaulatannya sesuai dengan asas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-
anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada gilirannya bertugas untuk
bersamasama dengan pemerintah, menetapkan politik dan jalannya pemerintahan negara”.

Menurut KPU, kelompok muda terutama generasi milenial dan generasi z akan menjadi pemilih
terbesar pada pemilu 2024 bahkan KPU memperkirakan bahwa 60% dari seluruh pemilih pada
pemilu kali ini adalah generasi muda. Tidak hanya jumlahnya yang besar generasi milenial dan
generasi z juga dianggap sangat penting bagi hasil pemilu karena mereka dikenal aktif di media sosial
dan memiliki kepekaan terhadap isu-isu sosial dan politik. Pemilih pemula atau first voter adalah
mereka yang belum bisa menyalurkan hak suaranya pada pemilu sebelumnya, berdasrkan data KPU
jumlah pemilih pemula yang merupakan generasi muda di pemilu 2024 tergolong sangat penting
bagi masa depan bangsa.

Berdasarkan data BPS 2021, kelompok pemilih generasi milineal dengan rentang usia 17-24 tahun
sebanyak 44,777 juta orang dan kelompok pemilih generasi milenial dengan rentang usia 25-40
tahun 85,52 juta orang. Sementara itu, perkiraan data penduduk potensial pemilih untuk pemilu
2024 sebanyak 206,689 juta penduduk.

Menurut Twenge, generasi milenial cenderung lebih individualistik, terfokus pada diri sendiri, dan
memiliki tingkat ekspektasi yang tinggi terhadap kehidupan mereka. Twenge juga mencatat bahwa
generasi Z, yang lahir setelah tahun 1996, cenderung lebih terhubung secara digital, menghabiskan
banyak waktu di media sosial, dan memiliki tingkat kesadaran teknologi yang tinggi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menganalisis studi kasus dari gaya
berkampanye setiap kandidat pilpres 2024. Data-data yang digunakan untuk menganalisis berasal
dari jurnal-jurnal, lapran berita dari media massa, serta buku elektronik yang terkait dengan
permasalahan penelitian ini. Teori-teori yang digunakan antara lain: pengertian kampanye,
pengertian pemilu, asas-asas pemilu di Indonesia, serta generasi milenial dan generasi z.
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah penyelenggaraan pemilu serentak tahun
2024 dengan melihat atensi generasi muda dalam berpolitik yang terwujud di Indonesia. Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan cara menentukan kualifikasi efektifitas
kampanye terhadap generasi milenial dan generasi z. Lalu mengidentifikasi fenomena-fenomena
yang terjadi selama penyelenggaraan pilpres 2024. Setelah itu menganalisis berdasarkan teori-teori
komunikasi dalam berkampanye dan pemilu. Selanjutnya memberikan interpretasi dari hasil
analisis dan memberikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gaya kampanye yang digunakan para kontestan pilpres sangatlah beragam dan memiliki ciri khas
tersendiri yang menciptakan persepsi publik yang berbeda, baik itu secara ide/gagasan maupun
teknis. Dalam pembahasan kali ini penulis akan melakukan studi kasus terhadap gaya kampanye tiap
paslon dalam berkompetisi untuk meraup suara anak muda.

Betikut merupakan hasil pengamatan penulis berdasrakan data yang didapat dari media massa
maupun pengamatan langsung di lapangan:

1. Subtansial
Gaya kampanye ini mengungkapkan isi ide/gagasan yang sesuai dengan visi dan misi yang ingin di
bangun oleh masing-masing kandidat melalui berbagai teknis yang memiliki ciri khas untuk
menggaet suara generas muda diantanya :

a. Kandidat Nomor Urut Satu (Anies-Muhaimin)


(1) Tema Perubahan sebagai Tagline: Penggunaan tema perubahan sebagai tagline
menunjukkan bahwa paslon ini ingin menonjolkan dirinya sebagai agen
perubahan yang signifikan dalam pemerintahan. Ini adalah strategi yang umum
digunakan dalam kampanye politik di mana paslon mencoba menarik pemilih
dengan janji-janji perubahan yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi yang
ada.
(2) Keresahan Masyarakat: Klaim bahwa keresahan masyarakat tentang kesulitan dan
kekurangan dalam sistem pemerintahan saat ini menjadi dasar untuk
menjustifikasi kebutuhan akan perubahan. Ini mencerminkan pemahaman bahwa
pemilih cenderung mencari solusi atas masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari, dan kampanye yang menawarkan jawaban atas kekhawatiran mereka
memiliki daya tarik yang besar.
(3) Visi Negara yang Maju, Adil, dan Makmur: Pernyataan ini menegaskan visi positif
yang diinginkan oleh paslon, yaitu terwujudnya Indonesia yang maju, adil, dan
makmur untuk semua rakyat. Ini merupakan strategi yang efektif untuk
menginspirasi dan menggerakkan pemilih dengan menawarkan impian yang
menarik tentang masa depan yang lebih baik.
(4) Kesesuaian dengan Harapan Generasi Muda: Pesan ini dapat sangat relevan bagi
generasi muda yang mungkin lebih rentan terhadap isu-isu seperti keadilan,
kemakmuran, dan perubahan sosial. Generasi muda seringkali menjadi agen
perubahan dalam masyarakat, dan paslon yang menawarkan visi yang sejalan
dengan nilai-nilai mereka dapat lebih menarik minat dan dukungan.

Dengan demikian, penggunaan tema perubahan dan visi positif untuk masa depan yang diusung
oleh paslon dapat mempengaruhi persepsi publik, terutama dari kalangan generasi muda, dan
meningkatkan daya tarik politik mereka dalam pemilihan presiden.
b. Kandidat Nomor Urut Dua (Prabowo-Gibran)
(1) Tema Keberlanjutan: Penggunaan tema keberlanjutan menunjukkan bahwa paslon
ini berkomitmen untuk melanjutkan program-program yang telah diperkenalkan
oleh pemerintahan sebelumnya. Ini mencerminkan upaya untuk menjaga stabilitas
dan kontinuitas dalam pemerintahan, serta meminimalkan gangguan yang
mungkin terjadi akibat perubahan kebijakan yang drastis.
(2) Melanjutkan Program Kerja Presiden Jokowi: Pernyataan ini menyoroti keyakinan
bahwa program-program yang diperkenalkan oleh Presiden Jokowi telah
memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat. Dengan mengusung
tema ini, paslon berharap dapat memanfaatkan popularitas dan dukungan yang
telah diperoleh oleh Presiden Jokowi untuk mendukung kampanye mereka sendiri.
(3) Klaim Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Jokowi: Klaim bahwa masyarakat
sudah puas dengan kinerja Presiden Jokowi selama dua periode mencerminkan
strategi untuk memanfaatkan popularitas dan reputasi Presiden Jokowi sebagai
pemimpin yang berhasil. Paslon berusaha untuk memperoleh keuntungan politik
dengan mengasosiasikan diri mereka dengan kinerja yang dianggap sukses oleh
mayoritas masyarakat.
(4) Relevansi dengan Dukungan Publik: Penggunaan tema keberlanjutan dan asosiasi
dengan kinerja Presiden Jokowi dapat menarik dukungan dari segmen masyarakat
yang puas dengan kinerja pemerintahan sebelumnya. Ini termasuk pemilih yang
mungkin ingin melihat kesinambungan dalam kebijakan dan program-program
yang telah diperkenalkan, serta mereka yang secara pribadi menyukai atau
menghormati Presiden Jokowi.
Dengan demikian, penggunaan tema keberlanjutan dan asosiasi dengan kinerja Presiden Jokowi
dalam kampanye dapat menjadi strategi yang efektif untuk membangun dukungan politik dari
masyarakat yang puas dengan pemerintahan sebelumnya. Namun, strategi ini juga dapat
menimbulkan kritik dan kontroversi, terutama dari kalangan yang mungkin tidak setuju atau kecewa
dengan kinerja Presiden Jokowi atau memiliki pandangan yang berbeda tentang arah kebijakan yang
diusulkan.

c. Kandidat Nomor Urut Tiga (Ganjar-Mahfud)


(1) Tema Keberlanjutan dan Perbaikan: Penggunaan tema keberlanjutan dan perbaikan
menunjukkan bahwa paslon ini tidak hanya berkomitmen untuk melanjutkan
program-program yang telah diperkenalkan oleh pemerintahan sebelumnya, tetapi
juga untuk melakukan perbaikan terhadap kekurangan yang masih ada. Ini
mencerminkan kesadaran bahwa meskipun ada pencapaian yang telah dibuat, masih
ada ruang untuk peningkatan dan penyempurnaan dalam menjalankan
pemerintahan ke depan.
(2) Klaim Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Jokowi: Klaim bahwa masyarakat sudah
puas dengan kinerja Presiden Jokowi selama dua periode menunjukkan bahwa
paslon ini mencoba untuk memanfaatkan popularitas dan reputasi Presiden Jokowi
sebagai pemimpin yang berhasil. Dengan mengasosiasikan diri mereka dengan
kinerja yang dianggap sukses oleh mayoritas masyarakat, paslon berharap untuk
mendapatkan dukungan dari pemilih yang puas dengan pemerintahan sebelumnya.
(3) Pentingnya Perbaikan dan Penyempurnaan: Penekanan pada kebutuhan untuk
melakukan perbaikan dan penyempurnaan mencerminkan pengakuan atas adanya
kekurangan dan tantangan yang masih dihadapi oleh negara. Ini menunjukkan
kesadaran dan kesiapan paslon untuk menghadapi masalah-masalah yang ada
dengan serius, serta untuk mencari solusi yang efektif dan berkelanjutan.

(4) Relevansi dengan Aspirasi Masyarakat: Pesan ini dapat memiliki daya tarik bagi
masyarakat yang menginginkan kontinuitas dalam kebijakan dan program-program
yang telah diperkenalkan, tetapi juga mengharapkan perbaikan yang signifikan dalam
hal-hal tertentu. Ini termasuk pemilih yang mungkin merasa puas dengan beberapa
aspek kinerja pemerintahan sebelumnya, tetapi masih memiliki kekhawatiran atau
keinginan untuk melihat peningkatan pada bidang-bidang tertentu.

Dengan demikian, penggunaan tema keberlanjutan dan perbaikan dalam kampanye dapat
menjadi strategi yang efektif untuk membangun dukungan politik dari masyarakat yang
menginginkan kombinasi antara kesinambungan dan peningkatan dalam pemerintahan yang akan
datang. Namun, paslon juga harus siap untuk menghadapi tantangan dan kritik terkait dengan
implementasi dari janji-janji perbaikan yang mereka tawarkan.Generasi muda biasnya memiliki
kepekaan atas isu kebijakan politik yang akan bergulir di masa yang akan datang, tentunya hal itu
sudah menjadi ciri khas anak muda yang harus kritis dengan visi dan misi para kandidat terlebih
generasi milenial dan generasi z dikenal up to date di media sosoial.

2. Teknis
Teknis kampanye ini yaitu bagaima cara para kandidat menyampaikan pesan yang ingin
disampaikan kepada generasi muda dalam berbagai cara yang dinilai dapat menarik atensi generasi
milenial dan dan generasi z.

a. Kandidat Nomor Urut Satu (Anies-Muhaimin)


Kandidat ini memiliki beberapa teknis kampanye diantaranya,
(1) Dialog Langsung melalui Acara "Desak Anies" dan "Slepet Imin": Strategi ini
mencerminkan upaya paslon untuk terlibat secara langsung dengan masyarakat dari
berbagai daerah. Melalui dialog langsung, paslon dapat mendengarkan aspirasi dan
kebutuhan langsung dari masyarakat, yang dapat meningkatkan rasa keterlibatan
dan partisipasi dalam proses politik. Selain itu, tindakan ini juga dapat memberikan
kesan bahwa paslon peduli dan responsif terhadap masalah yang dihadapi oleh
masyarakat.
(2) Rebranding dengan Istilah "Abah" pada Anies: Penggunaan istilah "Abah" untuk
Anies Baswedan adalah upaya untuk menciptakan citra kepemimpinan yang lebih
akrab dan berempati. Dengan mengadopsi sebutan tersebut, paslon berharap dapat
menciptakan ikatan emosional dengan pemilih, terutama dengan kelompok yang
mungkin menginginkan pemimpin yang dapat diidentifikasi secara personal dan
dekat.
(3) Pemanfaatan Media Digital dengan Live TikTok oleh Anies Baswedan: Strategi ini
menunjukkan adaptasi paslon terhadap tren media sosial dan digital yang semakin
dominan dalam komunikasi politik. Melalui siaran langsung di platform TikTok,
paslon dapat mencapai audiens yang lebih luas, terutama generasi muda yang
cenderung aktif di media sosial. Pendekatan ini juga memperlihatkan kesan bahwa
paslon memahami dan berinteraksi dengan pemilih secara langsung, menciptakan
hubungan yang lebih dekat dan akrab.
Dengan demikian, teknis kampanye yang digunakan oleh paslon tersebut mencakup berbagai
strategi yang bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat, membangun citra
kepemimpinan yang positif, dan memanfaatkan potensi media sosial dalam mencapai pemilih,
khususnya generasi muda. Strategi-strategi ini dapat memberikan keunggulan kompetitif dalam
upaya memenangkan dukungan pemilih selama periode kampanye.

b. Kandidat Nomor Urut Dua (Prabowo-Gibran)


(1) Rebranding dengan Istilah "Gemoy": Strategi ini bertujuan untuk mengubah citra
Prabowo yang mungkin sebelumnya dianggap keras dan kasar menjadi lebih ramah
dan akrab. Dengan mengadopsi istilah "Gemoy", paslon berusaha untuk mengubah
persepsi publik terhadap Prabowo dan mengurangi stigma yang terkait dengan
dugaan pelanggaran HAM yang selama ini tersemat pada dirinya. Ini adalah upaya
untuk merekonsiliasi diri dengan segmen pemilih yang mungkin ragu atau skeptis
terhadap Prabowo karena masalah-masalah tersebut.
(2) Joget "Gemoy" dan Penampilan yang Riang Gembira: Melalui joget "Gemoy" dan
penampilan yang riang gembira, paslon berusaha untuk menciptakan citra yang lebih
positif dan menarik bagi generasi muda. Dengan mengikuti tren dan kegiatan yang
populer di kalangan generasi muda, paslon berharap dapat memperoleh dukungan
dan antusiasme dari segmen pemilih ini. Pendekatan ini juga mencoba untuk
menunjukkan bahwa politik dapat menjadi hal yang menyenangkan dan
menggembirakan, sehingga menarik minat pemilih muda yang mungkin merasa
jenuh dengan politik yang serius dan kaku.
(3) Kampanye Layaknya Konser dengan Menghadirkan Artis dan Influencer: Strategi ini
bertujuan untuk menciptakan suasana yang meriah dan menghibur dalam acara
kampanye, sehingga menarik perhatian dan minat pemilih di berbagai daerah.
Dengan menghadirkan artis, influencer, dan penyanyi terkenal, paslon berharap
dapat menarik keramaian dan membuat acara kampanye mereka menjadi sorotan
media dan perbincangan di masyarakat. Pendekatan ini juga dapat memperluas
jangkauan pesan kampanye dan memperkuat citra positif dari paslon.

Dengan demikian, teknis kampanye yang digunakan oleh paslon tersebut mencakup berbagai
strategi yang bertujuan untuk mengubah citra Prabowo, menarik minat dan dukungan dari generasi
muda, serta menciptakan momentum positif dalam kampanye mereka. Meskipun strategi-strategi ini
dapat memberikan keuntungan dalam meraih dukungan pemilih, namun paslon juga harus waspada
terhadap kemungkinan kritik atau skeptisisme terhadap upaya-upaya rebranding dan penampilan
yang dianggap sebagai upaya politik populis.

c. Kandidat Nomor Urut Tiga (Ganjar-Mahfud)


(1) Dialog Langsung melalui Acara "Tabrak Prof" dan "Blusukan Ganjar": Strategi ini
mencerminkan upaya paslon untuk terlibat secara langsung dengan masyarakat dari
berbagai daerah, mirip dengan strategi yang digunakan oleh paslon nomor urut satu.
Melalui dialog langsung, paslon dapat membangun hubungan personal dengan
pemilih, mendengarkan aspirasi mereka, dan menunjukkan komitmen mereka untuk
mendengarkan dan merespons kebutuhan masyarakat secara langsung. Hal ini dapat
meningkatkan rasa keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam proses politik serta
menciptakan kesan bahwa paslon peduli dan responsif terhadap kebutuhan
masyarakat.
(2) Rebranding sebagai "Pinguin" dengan Tagline "Sat Set Tas Tes": Penggunaan
rebranding sebagai "pinguin" untuk Ganjar Pranowo adalah upaya untuk
menciptakan citra yang unik dan menggemaskan, serta menonjolkan sifat gerak
cepat dalam menyelesaikan masalah. Asosiasi dengan karakter kartun populer
seperti pinguin dari film "Madagascar" dapat memberikan kesan yang
menyenangkan dan menarik bagi pemilih, khususnya generasi muda. Tagline "Sat Set
Tas Tes" yang terinspirasi dari bahasa Jawa juga menambah daya tarik budaya lokal
dalam kampanye paslon.
(3) Kampanye Layaknya Konser dengan Menghadirkan Artis dan Influencer: Strategi ini
bertujuan untuk menciptakan suasana yang meriah dan menghibur dalam acara
kampanye, serupa dengan strategi yang digunakan oleh paslon lainnya. Dengan
menghadirkan artis, influencer, dan penyanyi terkenal, paslon berharap dapat
menarik keramaian dan perhatian media, serta menciptakan buzz yang positif di
masyarakat. Pendekatan ini juga dapat memperluas jangkauan pesan kampanye dan
memperkuat citra positif dari paslon.

Dengan demikian, teknis kampanye yang digunakan oleh paslon tersebut mencakup berbagai
strategi yang bertujuan untuk membangun hubungan personal dengan masyarakat, menciptakan
citra yang unik dan menarik, serta menciptakan suasana yang meriah dan menghibur dalam acara
kampanye. Meskipun strategi-strategi ini dapat memberikan keuntungan dalam meraih dukungan
pemilih, namun paslon juga harus waspada terhadap kemungkinan kritik atau skeptisisme terhadap
upaya-upaya rebranding dan penampilan yang dianggap sebagai upaya politik populis.

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap berbagai gaya kampanye yang digunakan oleh tiga
pasangan calon dalam Pilpres 2024 untuk menggaet generasi milenial dan Z, dapat diambil beberapa
kesimpulan utama:

1. Variasi Strategi Kampanye: Setiap pasangan calon menggunakan pendekatan yang unik dan
beragam dalam upaya mereka untuk menarik perhatian dan mendapatkan dukungan
generasi muda. Hal ini mencakup berbagai aspek, baik dari segi substansi maupun teknis
kampanye.

2. Substansi Kampanye: Masing-masing pasangan calon memiliki tema atau tagline yang
mereka usung sebagai inti dari pesan kampanye mereka. Ini mencerminkan visi dan misi yang
ingin mereka sampaikan kepada masyarakat, dengan fokus pada isu-isu yang dianggap
penting oleh generasi muda, seperti perubahan, keberlanjutan, dan perbaikan.

3. Teknis Kampanye: Selain substansi, teknik kampanye juga menjadi faktor penting dalam
upaya mereka untuk mencapai generasi milenial dan Z. Hal ini termasuk penggunaan media
digital, dialog langsung dengan masyarakat, rebranding personalitas politik, dan penggunaan
acara-acara yang menarik perhatian.

4. Rebranding Personalitas Politik: Salah satu strategi yang menonjol adalah rebranding
personalitas politik untuk menyesuaikan diri dengan preferensi dan karakter generasi muda.
Ini mencakup penggunaan istilah baru atau menciptakan citra yang lebih dekat dan relevan
dengan generasi tersebut.

5. Partisipasi Aktif di Media Sosial: Generasi milenial dan Z dianggap penting karena partisipasi
aktif mereka dalam media sosial. Oleh karena itu, para kandidat memanfaatkan platform ini
sebagai salah satu cara utama untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan pemilih
potensial.
Dengan demikian, kesimpulannya adalah bahwa dalam konteks Pilpres 2024 di Indonesia, strategi
kampanye yang efektif untuk menggaet generasi milenial dan Z melibatkan kombinasi antara
substansi yang relevan dengan isu-isu yang mereka pedulikan, teknik kampanye yang inovatif dan
menarik, serta adaptasi terhadap preferensi dan perilaku mereka dalam menggunakan media sosial
dan berinteraksi dengan masyarakat secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Rahma Bachtiar, Farahdiba. (2014). "Demokrasi dan Pemilu di Indonesia: Menuju Pemilihan
Umum yang Demokratis dan Berkualitas." Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 18(2), 1-15.

Huda, Khoiril, & Fadhlika, Zulfa 'Azzah. (2018). "Pemilihan Umum sebagai Instrumen Demokrasi
dalam Mewujudkan Good Governance di Indonesia." Jurnal Penelitian Politik, 15(2), 543-556.

Komisi Pemilihan Umum (KPU). (diakses pada Januari 2024). Data statistik pemilih dan pemilu
terbaru. [Situs web resmi KPU].

BPS - Badan Pusat Statistik. (2021). Data statistik penduduk Indonesia berdasarkan rentang usia.
[Situs web resmi BPS].

Anda mungkin juga menyukai