Pemilihan umum memiliki peran brsar dalam menjaga prinsip demokrasi di suatu negara, dimana
kekuasaan diberikan kepada pemimpin terpilih diakui sebagai hasil dari dukungan yang diberikan
oleh rakyat. Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di Indonesia menjadi perhatian utama karena
melibatkan tiga pasangan calon yang bersaing menggunakan berbagai strategi kampanye untuk
mendapatkan dukungan, terutama dari generasi milenial dan Z yang memiliki kontribusi penting
dalam proses demokratisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variasi strategi kampanye
yang digunakan oleh masing-masing pasangan calon untuk menarik perhatian dan mendapatkan
dukungan generasi muda, dengan memperhatikan dua aspek utama, yaitu substansi dan teknis dari
kampanye tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap pasangan calon memiliki
pendekatan yang khas dalam mencapai generasi milenial dan Z, baik melalui pemahaman yang
mendalam tentang isu-isu politik maupun melalui teknik komunikasi yang menarik. Oleh karena itu,
penelitian ini menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam proses politik serta upaya para
kandidat untuk terlibat dan mengajak generasi tersebut dalam pemilihan presiden tahun 2024.
PENDAHULUAN
Pemilihan umum merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan negara yang
demokratis. Negara-negara yang menganut paham demokrasi menganggap pemilu merupakan tolok
ukur dari demokrasi itu sendiri karena dengan pemilu-lah demokrasi di suatu negara dapat
berjalan. Pemilu menunjukkan bahwa kekuasaan yang dipegang oleh lembaga eksekutif dan
legislatif merupakan pemberian dan pengakuan dari rakyat. Pengakuan dan pemberian dari rakyat
ini sangat penting karena dengan hal itu roda birokrasi pemerintahan menjadi sah sehingga
dapat berjalan untuk menciptakan kebijakan-kebijakan dan mewujudkan aspirasi rakyat. Selain
itu, dengan diselenggarakannya pemilu akan menentukan siap yang dapat memegang kekuasaan
pemerintahan.
Indonesia adalah negara yang sangat menjunjung nilai-nilai demokrasi. Pelaksanaan pemilu
secara langsung di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia menganut paham demokrasi. Dengan
demikian, kewenanangan legislatif dan eksekutif dapat terisi setelah pemilu dilaksanakan dan
memutuskan nama-nama yang dapat menduduki kursi tersebut. Pemilu di Indonesia pertama kali
dilaksanakan pada tahun 1955 untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Konstituante pada zaman kepemimpinan Ir. Soekarno sedangkan pemilu untuk memilih presiden
dan wakil presiden baru diselenggarakan pada tahun 2004.
Pemilu tahun 2024 menjadi topik yang sering diberitakan di sejumlah media massa baik daring
maupun non-daring, mengingat euphoria rakyat Indonesia yang tidak pernah habis setiap
pemilihan umum berlangsung khususnya dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) yang
melibatkan tiga pasangan calon (paslon). Pemilu tahun 2024 menjadi lebih menarik karena terdapat
banyak gaya kampanye yang bisa dikatakan unik dan beragam untuk memperbaiki persepsi publik
serta meraup suara, dimulai dari pertarungan kampanye gimik hingga dialog langsung yang
melibatkan masyarakat bawah khusunya generasi Z.
Generasi milenial dan generasi Z ialah meraka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal
2000-an, merupakan bagian penting dari pemilih dalam pemilu 2024 karena mendominasi pemilu
kali ini. Dalam konteks ini, penting bagi para kontestan pemilu untuk berkreatifitas dalam kampanye
untuk meraup suara generasi milenial dan generasi z.
TINJAUAN PUSTAKA
Farahdiba Rahma Bachtiar (2014: 2) mengatakan “secara umum pemilihan umum lahir dari
konsepsi dan gagasan besar Demokrasi yang berarti merujuk John Locke dan Rousseau,
keterjaminan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan bagi individu dalam segala bidang. Dalam
demokrasi, ada nilai-nilai partisipatif dan kedaulatan yang dijunjung tinggi dan harus dijalankan
oleh warga negara dan instrumen negara baik pada level legislatif, yudikatif maupun eksekutif”.
Selain itu, arti pemilu sebagaimana yang dikatakan Ali Moertopo dalam Khoiril Huda dan Zulfa
‘Azzah Fadhlika (2018: 549) “pada hakekatnya, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk
menjalankan kedaulatannya sesuai dengan asas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-
anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada gilirannya bertugas untuk
bersamasama dengan pemerintah, menetapkan politik dan jalannya pemerintahan negara”.
Menurut KPU, kelompok muda terutama generasi milenial dan generasi z akan menjadi pemilih
terbesar pada pemilu 2024 bahkan KPU memperkirakan bahwa 60% dari seluruh pemilih pada
pemilu kali ini adalah generasi muda. Tidak hanya jumlahnya yang besar generasi milenial dan
generasi z juga dianggap sangat penting bagi hasil pemilu karena mereka dikenal aktif di media sosial
dan memiliki kepekaan terhadap isu-isu sosial dan politik. Pemilih pemula atau first voter adalah
mereka yang belum bisa menyalurkan hak suaranya pada pemilu sebelumnya, berdasrkan data KPU
jumlah pemilih pemula yang merupakan generasi muda di pemilu 2024 tergolong sangat penting
bagi masa depan bangsa.
Berdasarkan data BPS 2021, kelompok pemilih generasi milineal dengan rentang usia 17-24 tahun
sebanyak 44,777 juta orang dan kelompok pemilih generasi milenial dengan rentang usia 25-40
tahun 85,52 juta orang. Sementara itu, perkiraan data penduduk potensial pemilih untuk pemilu
2024 sebanyak 206,689 juta penduduk.
Menurut Twenge, generasi milenial cenderung lebih individualistik, terfokus pada diri sendiri, dan
memiliki tingkat ekspektasi yang tinggi terhadap kehidupan mereka. Twenge juga mencatat bahwa
generasi Z, yang lahir setelah tahun 1996, cenderung lebih terhubung secara digital, menghabiskan
banyak waktu di media sosial, dan memiliki tingkat kesadaran teknologi yang tinggi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menganalisis studi kasus dari gaya
berkampanye setiap kandidat pilpres 2024. Data-data yang digunakan untuk menganalisis berasal
dari jurnal-jurnal, lapran berita dari media massa, serta buku elektronik yang terkait dengan
permasalahan penelitian ini. Teori-teori yang digunakan antara lain: pengertian kampanye,
pengertian pemilu, asas-asas pemilu di Indonesia, serta generasi milenial dan generasi z.
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah penyelenggaraan pemilu serentak tahun
2024 dengan melihat atensi generasi muda dalam berpolitik yang terwujud di Indonesia. Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan cara menentukan kualifikasi efektifitas
kampanye terhadap generasi milenial dan generasi z. Lalu mengidentifikasi fenomena-fenomena
yang terjadi selama penyelenggaraan pilpres 2024. Setelah itu menganalisis berdasarkan teori-teori
komunikasi dalam berkampanye dan pemilu. Selanjutnya memberikan interpretasi dari hasil
analisis dan memberikan kesimpulan.
Gaya kampanye yang digunakan para kontestan pilpres sangatlah beragam dan memiliki ciri khas
tersendiri yang menciptakan persepsi publik yang berbeda, baik itu secara ide/gagasan maupun
teknis. Dalam pembahasan kali ini penulis akan melakukan studi kasus terhadap gaya kampanye tiap
paslon dalam berkompetisi untuk meraup suara anak muda.
Betikut merupakan hasil pengamatan penulis berdasrakan data yang didapat dari media massa
maupun pengamatan langsung di lapangan:
1. Subtansial
Gaya kampanye ini mengungkapkan isi ide/gagasan yang sesuai dengan visi dan misi yang ingin di
bangun oleh masing-masing kandidat melalui berbagai teknis yang memiliki ciri khas untuk
menggaet suara generas muda diantanya :
Dengan demikian, penggunaan tema perubahan dan visi positif untuk masa depan yang diusung
oleh paslon dapat mempengaruhi persepsi publik, terutama dari kalangan generasi muda, dan
meningkatkan daya tarik politik mereka dalam pemilihan presiden.
b. Kandidat Nomor Urut Dua (Prabowo-Gibran)
(1) Tema Keberlanjutan: Penggunaan tema keberlanjutan menunjukkan bahwa paslon
ini berkomitmen untuk melanjutkan program-program yang telah diperkenalkan
oleh pemerintahan sebelumnya. Ini mencerminkan upaya untuk menjaga stabilitas
dan kontinuitas dalam pemerintahan, serta meminimalkan gangguan yang
mungkin terjadi akibat perubahan kebijakan yang drastis.
(2) Melanjutkan Program Kerja Presiden Jokowi: Pernyataan ini menyoroti keyakinan
bahwa program-program yang diperkenalkan oleh Presiden Jokowi telah
memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat. Dengan mengusung
tema ini, paslon berharap dapat memanfaatkan popularitas dan dukungan yang
telah diperoleh oleh Presiden Jokowi untuk mendukung kampanye mereka sendiri.
(3) Klaim Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Jokowi: Klaim bahwa masyarakat
sudah puas dengan kinerja Presiden Jokowi selama dua periode mencerminkan
strategi untuk memanfaatkan popularitas dan reputasi Presiden Jokowi sebagai
pemimpin yang berhasil. Paslon berusaha untuk memperoleh keuntungan politik
dengan mengasosiasikan diri mereka dengan kinerja yang dianggap sukses oleh
mayoritas masyarakat.
(4) Relevansi dengan Dukungan Publik: Penggunaan tema keberlanjutan dan asosiasi
dengan kinerja Presiden Jokowi dapat menarik dukungan dari segmen masyarakat
yang puas dengan kinerja pemerintahan sebelumnya. Ini termasuk pemilih yang
mungkin ingin melihat kesinambungan dalam kebijakan dan program-program
yang telah diperkenalkan, serta mereka yang secara pribadi menyukai atau
menghormati Presiden Jokowi.
Dengan demikian, penggunaan tema keberlanjutan dan asosiasi dengan kinerja Presiden Jokowi
dalam kampanye dapat menjadi strategi yang efektif untuk membangun dukungan politik dari
masyarakat yang puas dengan pemerintahan sebelumnya. Namun, strategi ini juga dapat
menimbulkan kritik dan kontroversi, terutama dari kalangan yang mungkin tidak setuju atau kecewa
dengan kinerja Presiden Jokowi atau memiliki pandangan yang berbeda tentang arah kebijakan yang
diusulkan.
(4) Relevansi dengan Aspirasi Masyarakat: Pesan ini dapat memiliki daya tarik bagi
masyarakat yang menginginkan kontinuitas dalam kebijakan dan program-program
yang telah diperkenalkan, tetapi juga mengharapkan perbaikan yang signifikan dalam
hal-hal tertentu. Ini termasuk pemilih yang mungkin merasa puas dengan beberapa
aspek kinerja pemerintahan sebelumnya, tetapi masih memiliki kekhawatiran atau
keinginan untuk melihat peningkatan pada bidang-bidang tertentu.
Dengan demikian, penggunaan tema keberlanjutan dan perbaikan dalam kampanye dapat
menjadi strategi yang efektif untuk membangun dukungan politik dari masyarakat yang
menginginkan kombinasi antara kesinambungan dan peningkatan dalam pemerintahan yang akan
datang. Namun, paslon juga harus siap untuk menghadapi tantangan dan kritik terkait dengan
implementasi dari janji-janji perbaikan yang mereka tawarkan.Generasi muda biasnya memiliki
kepekaan atas isu kebijakan politik yang akan bergulir di masa yang akan datang, tentunya hal itu
sudah menjadi ciri khas anak muda yang harus kritis dengan visi dan misi para kandidat terlebih
generasi milenial dan generasi z dikenal up to date di media sosoial.
2. Teknis
Teknis kampanye ini yaitu bagaima cara para kandidat menyampaikan pesan yang ingin
disampaikan kepada generasi muda dalam berbagai cara yang dinilai dapat menarik atensi generasi
milenial dan dan generasi z.
Dengan demikian, teknis kampanye yang digunakan oleh paslon tersebut mencakup berbagai
strategi yang bertujuan untuk mengubah citra Prabowo, menarik minat dan dukungan dari generasi
muda, serta menciptakan momentum positif dalam kampanye mereka. Meskipun strategi-strategi ini
dapat memberikan keuntungan dalam meraih dukungan pemilih, namun paslon juga harus waspada
terhadap kemungkinan kritik atau skeptisisme terhadap upaya-upaya rebranding dan penampilan
yang dianggap sebagai upaya politik populis.
Dengan demikian, teknis kampanye yang digunakan oleh paslon tersebut mencakup berbagai
strategi yang bertujuan untuk membangun hubungan personal dengan masyarakat, menciptakan
citra yang unik dan menarik, serta menciptakan suasana yang meriah dan menghibur dalam acara
kampanye. Meskipun strategi-strategi ini dapat memberikan keuntungan dalam meraih dukungan
pemilih, namun paslon juga harus waspada terhadap kemungkinan kritik atau skeptisisme terhadap
upaya-upaya rebranding dan penampilan yang dianggap sebagai upaya politik populis.
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap berbagai gaya kampanye yang digunakan oleh tiga
pasangan calon dalam Pilpres 2024 untuk menggaet generasi milenial dan Z, dapat diambil beberapa
kesimpulan utama:
1. Variasi Strategi Kampanye: Setiap pasangan calon menggunakan pendekatan yang unik dan
beragam dalam upaya mereka untuk menarik perhatian dan mendapatkan dukungan
generasi muda. Hal ini mencakup berbagai aspek, baik dari segi substansi maupun teknis
kampanye.
2. Substansi Kampanye: Masing-masing pasangan calon memiliki tema atau tagline yang
mereka usung sebagai inti dari pesan kampanye mereka. Ini mencerminkan visi dan misi yang
ingin mereka sampaikan kepada masyarakat, dengan fokus pada isu-isu yang dianggap
penting oleh generasi muda, seperti perubahan, keberlanjutan, dan perbaikan.
3. Teknis Kampanye: Selain substansi, teknik kampanye juga menjadi faktor penting dalam
upaya mereka untuk mencapai generasi milenial dan Z. Hal ini termasuk penggunaan media
digital, dialog langsung dengan masyarakat, rebranding personalitas politik, dan penggunaan
acara-acara yang menarik perhatian.
4. Rebranding Personalitas Politik: Salah satu strategi yang menonjol adalah rebranding
personalitas politik untuk menyesuaikan diri dengan preferensi dan karakter generasi muda.
Ini mencakup penggunaan istilah baru atau menciptakan citra yang lebih dekat dan relevan
dengan generasi tersebut.
5. Partisipasi Aktif di Media Sosial: Generasi milenial dan Z dianggap penting karena partisipasi
aktif mereka dalam media sosial. Oleh karena itu, para kandidat memanfaatkan platform ini
sebagai salah satu cara utama untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan pemilih
potensial.
Dengan demikian, kesimpulannya adalah bahwa dalam konteks Pilpres 2024 di Indonesia, strategi
kampanye yang efektif untuk menggaet generasi milenial dan Z melibatkan kombinasi antara
substansi yang relevan dengan isu-isu yang mereka pedulikan, teknik kampanye yang inovatif dan
menarik, serta adaptasi terhadap preferensi dan perilaku mereka dalam menggunakan media sosial
dan berinteraksi dengan masyarakat secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Rahma Bachtiar, Farahdiba. (2014). "Demokrasi dan Pemilu di Indonesia: Menuju Pemilihan
Umum yang Demokratis dan Berkualitas." Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 18(2), 1-15.
Huda, Khoiril, & Fadhlika, Zulfa 'Azzah. (2018). "Pemilihan Umum sebagai Instrumen Demokrasi
dalam Mewujudkan Good Governance di Indonesia." Jurnal Penelitian Politik, 15(2), 543-556.
Komisi Pemilihan Umum (KPU). (diakses pada Januari 2024). Data statistik pemilih dan pemilu
terbaru. [Situs web resmi KPU].
BPS - Badan Pusat Statistik. (2021). Data statistik penduduk Indonesia berdasarkan rentang usia.
[Situs web resmi BPS].