Anda di halaman 1dari 13

PASRTISIPASI POLITIK GENERASI Z PADA PEMILU 2024 DI KABUPATEN

MUKOMUKO

Abstrak

Pemilu merupakan suatu bentuk sarana berdemokrasi dalam suatu Negara. Pemilu juga
merupakan bentuk pemenuhan hak warga Negara dalam mengeluarkan suara. Dan suatu
Negara tidak dapat terlepas dari generasi z sebagai estafet penerus pembangunan suatu Negara
di masa depan selain itu tingginya kewenangan hak pilih dikalangan generasi z menjadi salah
satu ketertarikan tersendiri bagi setiap tim sukses, hanya saja dengan kemajuan teknologi
membuat beberapa miss informasi yang didapat tentunya akan berpengaruh terhadap calon
pilihannya, selin itu tim sukses memiliki tantangan tersendiri untuk mengajak mereka memilih
calon yang masing-masing tim sukses siapkan. Artikel ini dibuat bertujuan untuk memberikan
pengetahuan tentang bagaimana partisipasi politik generasi z dalam mempergunakan hak suara
mereka pada penyelenggaraan pemilu. Dengan pendekatan kualitatif serta metode studi
literatur yaitu dengan mencari berbagai referensi mengenai partisipasi politik generasi z di
Kabupaten Mukomuko baik itu dari sumber buku dan artikel ilmiah. Dimana penelitian ini
menyimpulkan bahwa partisipasi politik generasi z pada pemilu 2024 di Kabupaten
Mukomuko sangat berpengaruh pada tingkat keterpilihan suatu calon yang di usung dan untuk
mejaga roh demokrasi tetap diperlukannnya beberapa strategi untuk meningkatkan pemilih
pada generasi z.

Kata Kunci: Partisipasi Politik, Pemilu, Generasi Z

I. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi.
Secara sederhana demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh
dan untuk rakyat. Demokrasi memiliki makna yang bervariasi. Setiap penguasa
negara berhak mengklaim negaranya sebagai penganut kedaulatan rakyat atau
menganut paham demokrasi. Demokrasi memiliki konsep evolutif dan dinamis,
bukan konsep yang statis. Artinya, konsep demokrasi selalu mengalami perubahan-
perubahan, baik dalam segi bentuk, maupun substansinya sesuai konteks dan
dinamika dimana konsep demokrasi lahir dan berkembang. Demokrasi yang dianut
oleh negara Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Demokrasi juga sering diartikan
sebagai suatu kebebasan. Karena demokrasi yang dianut adalah demokrasi

1
Pancasila, maka paham kebebasan yang dianut oleh bangsa Indonesia akan merujuk
pada nilai-nilai yang telah tercantum dalam sila-sila Pancasila1.
Negara yang menganut sistem demokrasi, dalam memilih pemimpinnya
dilakukan dengan cara Pemilihan umum. Pemilihan umum sering dianggap sebagai
lambang sekaligus tolak ukur dari sistem demokrasi. Pemilihan umum merupakan
implementasi dari salah satu ciri demokrasi, dimana rakyat dilibatkan dan
diikutsertakan secara langsung dalam menentukan kebijakan atau keputusan politik.
Pemilihan umum adalah salah satu mekanisme terpenting untuk melakukan
pergantian kepemimpinan dengan prinsip jujur, adil, langsung, umum, bebas, dan
rahasia. Tidak akan ada demokrasi tanpa terselenggaranya pemilu yang jujur dan
demokratis.
Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat
dalam kerangka demokrasi pancasila. Dimana untuk mewujudkan pola kehidupan
sistem kedaulatan rakyat yang demokratis tersebut adalah melalui pemilihan umum,
dengan pemilihan umum tersebut, rakyat Indonesia turut serta secara aktif untuk
berpatisipasi dalam memilih wakil mereka secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah karena partisipasi politik merupakan
aspek penting tatanan negara demokrasi sekaligus merupakan ciri khas adanya
modernisasi politik2.
Partisipasi politik adalah salah satu aspek penting suatu demokrasi.
Partisipasi politik merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Adanya keputusan
politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan
mempengaruhi kehidupan warga negara, maka warga negara berhak ikut serta
menentukan isi keputusan politik. Oleh karena itu yang dimaksud dengan partisipasi
politik menurut Hutington dan Nelson adalah kegiatan warga Negara yang bertindak
sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan
oleh pemerintah3.
Selama ini Partisipasi Politik hanya terbatas pada angka tingkat partisipasi
masyarakat dalam setiap Pemilihan umum. Partisipasi Politik yang lebih penting
adalah adanya jaminan dan mekanisme yang baku bagi semua rakyat untuk dapat

1
Muhammad Zulfan Hakim, Demokrasi dalam Pilkada di Indonesia, Laporan Penelitian, Hukum Tata
Negara, Fakultas Hukum, Universitas Hasanudin, 2010.
2
Miriam budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, jakarta: PT Gramedia pustaka utama. Sudijono
Sastroatmodjo, 1995, Perilaku Politik, semarang: Ikip semarang Press.
3
Cholisin, dkk, 2007, Dasar-Dasar Ilmu Politik.Yogyakarat: UNY Press.

2
menyalurkan pikiran-pikirannya kedalam sebuah institusi formal. Mereka yang
memiliki hak yang sama untuk berserikat dan berkumpul, menyatakan pendapat,
menyikapi secara kritis kebijakan pemerintah dan pejabat Negara. Hak ini disebut
hak politik yang luas dapat langsung diaplikasikan secara kongkrit melalui
pemilihan umum. Partisipasi politik rakyat tentu tak lepas dari kondisi atau sistem
politik yang sedang berproses.
Pada umumnya masyarakat mementingkan kepentingan pribadi dari pada
kepentingan umum yang menyangkut kepentingan bersama. Dengan itu maka kita
mengetahui bahwa partisipasi politik itu merupakan suatu hal yang bersifat suka rela
terhadap masyarakat yang aktif dalam perpolitikan. Dapat kita lihat bahwa
masyarakat sebagai subjek dalam pembangunan untuk ikut serta dalam menentukan
keputusan yang menyangkut keputusan secara umum.
Dalam setiap kontestasi pemilu selalu menghadirkan isu-isu yang menarik
untuk diperbincangkan. Dimana isu tersebut terkait dengan generasi Z yang banyak
menarik minat dan perhatian berbagai kalangan yang memperbincangkannya.
Generasi ini dianggap generasi yang unik dengan generasi sebelumnya. Orang-orang
yang masuk ke dalam generasi Z adalah yang lahir di tahun 1997-2012, kini usianya
menginjak 10 hingga 25 tahun di 20224. Sebagaimana diketahui bahwa generasi Z
adalah generasi yang sedini mungkin telah mengenal teknologi dan internet atau
dapat dikatakan sebagai generasi yang haus akan teknologi. Di sanalah kelebihan
generasi Z atau yang lebih dikenal dengan generasi digital tumbuh dan berkembang
dengan ketergantungan terhadap teknologi dan berbagai macam alat teknologi.
Generasi Z dan teknologi adalah hal-hal yang telah menjadi bagian daari
kehidupan, karena generasi Z dilahirkan di mana akses ke informasi, khususnya
internet telah menjadi budaya global, sehingga mempengaruhi nilai-nilai, pandangan
dan tujuan hidup. Munculnya generasi Z juga menimbulkan tantangan baru bagi
praktik manajemen sumber daya manusia.
Menurut data Badan Statistik Indonesia (BPS) yang dikutip dari
DataIndonesia.id5, jumlah populasi generasi Z di Indonesia sekitar 27.94% populasi.
Hal tersebut menandakan bahwasanya generasi Z merupakan generasi yang dominan
di Indonesia berdasarkan jumlah populasi tersebut. Sedangkan di Kabupaten

4
https://www.ayovaksindinkeskdi.id/apa-itu-generasi-x-y-dan-z, diaksek tanggal 08 Maret 2023.
5
https://dataindonesia.id/varia/detail/ada-6866-juta-generasi-z-di-indonesia-ini-sebarannya, diakses
tanggal 08 Maret 2023.

3
Mukomuko sendiri jumlah populasi generasi Z berkisar 28.57% populasi dengan
rentan usia 17 sampai 25 tahun dimana laki-laki 14.403 jiwa dan perempuan 14.170
jiwa6.
Jika dikaitkan dengan pelaksanaan pemilu 2024 nantinya, tentu peranan dari
generasi Z tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan boleh dikatakan bahwa
generasi Z akan sangat berpengaruh terhadap kemenangan suara para kontestan
Pemilu 2024 nanti. Salah satu alasannya ialah karena jumlah dari generasi Z sangat
banyak seperti yang telah dipaparkan di atas.
Dalam hal ini partisipasi politik, generasi Z sangat substansial karena dalam
presentase jumlah pemilih generasi Z banyak menyumbangkan suara di pemilu 2024
nantinya. Generasi Z memiliki pengaruh tersendiri dalam pemilu selain karena
jumlahnya yang cukup banyak, generasi Z juga hidup pada era informasi di mana
segala sesuatu menggunakan internet atau media online.
II. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif, dengan menggunakan
metode studi literatur (Creswell & Creswell, 2017)7 yaitu dengan mencari berbagai
referensi mengenai partisipasi politik generasi Z di kabupaten Mukomuko baik itu
sumber dari buku dan artikel ilmiah. Dengan desain studi kasus dalam arti penelitian
yang kami gunakan ini difokuskan pada satu fenomena yang dipilih agar diteliti dan
dipahami secara mendalam. Adapun kasus yang dipilih untuk menjadi suatu subjek
dalam penelitian ini yaitu Partisipasi politik Generasi Z Pada Pemilu 2024 di
Kabupaten Mukomuko. Dengan demikian dengan menggunakan metode kualitatif
mampu memberikan suatu informasi yang mutakhir sehingga dapat bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan lebih banyak dan dapat diterapkan untuk
memecahkan suatu masalah.
Dalam penelitiannya penulis menggunakan metode studi literatur
berdasarkan suatu penelitian yang dilakukan dengan karya tulis, termasuk hasil
penelitiannya baik yang telah maupun yang belum dipublikasi . Karna dalam setiap
penelitian studi literatur sangat diperlukan. Sumber dan penganbilan data
menggunakan metode pengumpulan suatu data dengan mengambil data dari
pustaka, membaca, mencatat, dan mengelola suatu bahan yang sedang diteliti. Dan

6
https://mukomukokab.bps.go.id/, diakses tanggal 08 Maret 2023
7
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed
methods approaches. Sage publications.

4
akhirnya data-data yang dikumpulkan diolah menggunakan metode content
analisis8(Ahmad, 2018).
III. Hasil Dan Pembahasan
1. Generasi Z
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) generasi didefinisikan
sebagai orang-orang yang hidup dalam waktu yang sama. Dalam teori generasi
(Generation Theory) dari awal keberadaanya dikenal oleh masyarakat hingga saat
ini ada sebanyak lima generasi, yaitu: (1) Generasi Baby Boomer, lahir pada kurun
waktu tahun 1946 sampai dengan tahun 1964. (2) Generasi X, lahir pada kurun
waktu tahun 1965 sampai dengan tahun 1980. (3) Generasi Y, lahir pada kurun
waktu tahun 1981 sampai dengan tahun 1994. (4) Generasi Z, lahir pada kurun
waktu tahun 1995 sampai dengan tahun 2010. (5) Generasi Alpha, lahir pada kurun
waktu tahun 2011 sampai dengan tahun 20259.
Generasi Z adalah mereka yang terlahir pada tahun 1995 – 201210. Generasi
Z disebut juga dengan iGeneration atau Generasi Net. Elizabeth T. Santosa
menjelaskan bahwa Generasi Net adalah generasi yang lahir setelah tahun 1995,
atau lebih tepatnya pada tahun 2000. Generasi ini lahir pada saat internet mulai
masuk dan berkembang pesat dalam kehidupan manusia. Generasi ini tidak
mengenal masa di saat telepon genggam belum diproduksi, saat mayoritas mainan
sehari-hari masih tradisional11.
Selanjutnya, Hellen Chou P. berpendapat bahwa Generasi Z atau yang
kemudian banyak dikenal dengan generasi digital merupakan generasi muda yang
tumbuh dan berkembang dengan sebuah ketergantungan yang besar pada teknologi
digital12.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwasanya generasi Z merupakan
generasi yang lahir pada saat internet mulai berkembang dengan perkembangan
media digital yang begitu pesat. Generasi Z lahir dari perpaduan dua generasi
sebelumnya yaitu Generasi X dan Generasi Y. mereka dilahirkan dan dibesarkan

8
Ahmad, J. (2018). Desain penelitian analisis isi (Content analysis). Research Gate, 5, 1–20.
9
Akhmad Sudrajat, “Generasi Z dan Implikasinya terhadap Pendidikan”, dikutip dari
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/10/05/generasi-z-dan-implikasinya-terhadap-pendidikan/ diakses
tanggal 08 Maret 2023.
10
David Stillman dan Jonah Stillman, Generasi Z Memahami Karakter Generasi Baru yang Akan
Mengubah Dunia Kerja, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2018).
11
Elizabeth T. Santosa, Raising Children in Digital Era, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2015).
12
Hellen Chou Pratama, Cyber Smart Parenting, (Bandung: PT. Visi Anugerah Indonesia, 2012).

5
pada era digital, dimana beranekaragam teknologi yang berkembang dan semakin
canggih. Seperti telah adanya perangkat keras elektronik seperti komputer atau
laptop, iPhad, handphone, MP3, MP4, dan lain sebagainya. Kemudian disusul
kemunculan bergbagai aplikasi yang modern seperti, Facebook, Whatsapp, Tiktok,
Instagram dan lain sebagainya.

2. Karakteristik Generasi Z
Menurut Akhmad Sudrajat, Generasi Z memiliki karakteristik perilaku dan
kepribadian yang berbeda dari generasi sebelumnya. Beberapa karakteristik umum
generasi Z diantaranya, yaitu:
a. Fasih Teknologi
Generasi Z adalah mereka yang disebut dengan generasi digital, dimana mereka
begitu mahir dan terbiasa dengan penggunaan teknologi informasi dan berbagai
aplikasi komputer atau laptop. Mereka dapat mengakses berbagai informasi
secara mudah dan cepat demi kepentingan hidup sehari-hari maupun
kepentingan pendidikan.
b. Sosial
Generasi Z memiliki kecenderungan berkomunikasi lebih lama dan berinteraksi
lebih banyak dengan orang diberbagai kalangan. Seperti dengan teman sebaya
melalui berbagai situs jejaring sosial seperti: Facebook, Twitter, Whatsapp,
Instagram dan lainnya. Melalui media ini merka dapat mengekspresikan apa
yang dirasakan dan dipikirkannya secara spontan. Generasi Z ini juga
cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan
lingkungan.
c. Multitasking
Generasi Z ini terbiasa dengaan berbagai aktivitas yang dilakukan dalam satu
waktu yang bersamaan. Mereka bisa membaca, berbicara, menonton, atau
mendengarkaan musik dalam waktu yang bersamaan. Mereka menginginkan
segala sesuatu itu dapat dilakukan dengan serba cepat, dan tidak menyukai hal-
hal yang lambat atau bertele-tele13.

13
Akhmad Sudrajat, “Generasi Z dan Implikasinya terhadap Pendidikan”, dikutip dari
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/10/05/generasi-z-dan-implikasinya-terhadap-pendidikan/
diakses tanggal 08 Maret 2023.

6
Karakteristik tersebut memiliki dua sisi yang berlawanan, yakni bisa
dipandang sebagai sesuatu yang positif dalam arti mampu memberikan manfaat
bagi Generasi Z itu sendiri beserta lingkungan nya. Atau justru sebaliknya,
dipandang sebagai hal negatif dalam arti dapat merugikan bagi Generasi Z itu
sendiri beserta lingkungannya14.
3. Partisipasi Politik
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson mendefinisikan partisipasi
politik sebagai kegiatan yang dilakukan warga negara dengan tujuan untuk
mempengaruhi pengambilaan keputusan pemerintah15. Selanjutnya, Huntington
dan Nelson pun menjelaskan bahwa partisipasi politik dapat terwujud dalam
berbagai bentuk seperti berpartisipasi dalam pemungutan suara, menghubungi
pejabat-pejabat pemerintah dan pimpinan politik untuk mempengaruhi
kepentingan mereka yang mengangkut hajat hidup orang banyak yang disebut
lobbying, berperan sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi dengan
tujuan mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah, mencari koneksi
untuk para pejabat pemerintah dan biasanya bermanfaat hanya bagi satu orang
atau segelintir orang serta terlibat dalam tindak kekerasan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan pemerintah dengan menimbulkan kerugian fisik
manusia maupun benda16.
Hal senada dijelaskan oleh Miriam Budiardjo bahwa partisipasi politik
merupakan kegiatan seseorang, atau kelompok orang yang ikut serta secara aktif
dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara, dan
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah
(public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara
dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai
atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah
atau anggota parlemen, dsb17.

14
Ibid.
15
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, terj. Sahat
Simamora (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994).
16
Ibid.
17
Miriam Budiardjo dikutip oleh Merphin Panjaitan. Logika Demokrasi: Rakyat
Mengendalikan Negara (Jakarta: Permata Aksara, 2011).

7
Dari penjelasan di atas dapat simpulkan bahwasanya partisipasi politik
adalah kegiatan warga negara yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi pembuatan kebijakan oleh para penyelenggara negara melalui
berbagai tindakan seperti pemberian suara dalam pemilihan umum, bergabung
dengan kelompok kepentingan atau lembaga politik, mencari kandidat dan/atau
mencalonkan diri sebagai kandidat penyelenggara negara, menjalin komunikasi
dengan pejabat negara, demonstrasi, kampanye, dsb.

4. Partisipasi Politik Generasi Z Pada Pemilu 2024 Di Kabupaten Mukomuko


Berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2020, yang dilakukan Badan
Pusat Statistik (BPS) pada Februari – September 2020, mencatat bahwasanya
jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen
dari total populasi berjumlah 270,2 juta jiwa. Hal itu menunjukkan jumlah
populasi penduduk Indonesia didominasi oleh generasi Z.
Dan menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mukomuko
pun, generasi Z sangat mendominasi dibandingkan dengan generasi lain, hal ini
dapat kita lihat dari tabel berikut ini:

Sumber: Data BPS Kabupaten Mukomuko

8
Dewasa ini, banyak terdapat sejumlah kendala yang terkait dengan
pemilih generasi Z, karena sebagian dari generasi Z yang pada hari pencoblosan
berumur 17 tahun dan ingin mengikuti Pemilu masih banyak yang belum
melakukan perekaman dan pencetakan e-KTP, alias belum memiliki e-KTP.
Dalam UU No. 7 tahun 2017 tentang Pemilu diatur mengenai Daftar
Pemilih Tambahan (DPTb) atau pemilih yang telah terdaftar dalam DPT di
suatu TPS yang karena keadaan tertentu Pemilih tidak dapat menggunakan
haknya untuk memilih di TPS tempat yang bersangkutan terdaftar dan
memberikan suara di TPS lain. Syaratnya, harus menunjukkan e-KTP atau Surat
Keterangan (Suket) dan salinan bukti telah terdaftar sebagai Pemilih dalam DPT
di TPS asal dengan menggunakan formulir Model A.A.1KPU (PKPU No. 11
tahun 2018, Pasal 37 ayat 1). Selain itu, pada Pasal 348 UU No.7 tahun 2017
tentang Pemilu mengatur bahwa pada Pemilu 2019, untuk pertama kalinya,
kepemilikan KTP elektronik (KTP-E) menjadi syarat sah bagi warga negara
untuk dapat menggunakan hak pilih. Tanpa KTP-E, mereka tak bisa memilih.
Jadi, meskipun pemilih pemula sudah masuk dalam DPT, jika tidak mempunyai
e-KTP atau Suket, tidak dapat menyalurkan hak pilihnya.
Selain itu, generasi z juga rawan dipolitisasi dan dijadikan komoditas
politik untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas kontestan Pemilu, baik
Pilpres maupun Pileg. Kedua, pemilih gen z rawan didekati, dipersuasi,
dipengaruhi, dimobilisasi, dan sebagainya untuk bersedia mengikuti kampanye
yang dilaksanakan. Padalah sebelum ini, para kontestan Pemilu tersebut tidak
jelas kepeduliannya terhadap pemilih pemula. Ketiga, pemilih generasi z masih
banyak mengidap penyakit labilitas dan emosionalitas. Dalam kontek Pemilu,
mereka berada dalam pusaran antara antusiasme politik dengan apatisme
politik. Pada satu sisi sangat bersemangat dan ingin mengetahui seputar Pemilu,
khususnya melalui media sosial. Namun, belum tentu antusiasisme tersebut
sejalan dengan realitas perilaku politiknya. Bahkan tidak sedikit kalangan
pemilih generasi z, termasuk mahasiswa, lebih memilih tidak menyalurkan hak
pilihnya alias Golput.
Dengan kata lain antusias politik generasi Z lebih merefleksikan suatu
fenomena romantisme politik. Keempat, pemilih gen z sering menjadi sasaran
empuk politik transaksional, atau politik uang. Politik uang dalam konteks
pemilih generasi Z bisa berangkat atas inisiatif dari partai politik, tim
9
kampanye, dan para calo politik (political broker). Tetapi, bisa juga berasal dari
inisiatif pemilih generasi z itu sendiri. Jangan lupa, di antara pemilih generasi z
juga sudah mengenal politik uang serta sumber-sumber dari politik uang
tersebut. Hanya saja politik uang di kalangan pemilih generasi z cenderung
hanya dalam jumlah terbatas, recehan atau eceran. Bukan dalam jumlah besar,
glosiran, partaian, atau kardusan. Kelima, pemilih generasi z belum
berpengalaman dalam mengikuti kegiatan Pemilu, khususnya pemberian suara
di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Tindakan politik yang senantiasa mendasarkan diri pada etika tentu akan
selalu menghasilkan kebaikan-kebaikan bersama yang lebih besar dari pada
sekedar tindakan politik yang hanya mementingkan kepentingan sesaat. Karena
etika pada hakikatnya memiliki landasan pemikiran kritis berkaitan dengan
ajaran-ajaran maupun pandangan-pandangan tentang moral dalam konteks
kehidupan sebagai umat manusia yang memiliki potensi kebaikan. Memilih
untuk golput sama saja dengan mengabaikan nilai-nilai etika dalam bernegara.
Oleh karena itu diharapkan kepada generasi Z untuk menerapkan nilai-nilai
etika dengan ikut berperan aktif dan tidak golput dalam pesta demokrasi.
Mereka jadi segmen yang sangat strategis untuk dilibatkan partisipasinya dalam
memberikan kontribusi bagi Indonesia. Membangun persepsi bahwa politik
yang baik dan sehat itu adalah hal penting menjadi mendesak dilakukan. Jangan
sampai para pemilih generasi Z yang notabene adalah pemilih pemula ini terus
terjebak pada apatisme politik yang membuat mereka memilih untuk golput dan
kehilangan selera untuk berpartisipasi dalam politik pada umumnya dan pemilu
pada khususnya.
Generasi Z akan sangat diperhitungkan tentang partisipasinya pada
pemilu 2024 di Kabupaten Mukomuko yang akan datang, karena mereka
menjadi salah satu penentu sukses tidaknya pemilu 2024. di Kabupaten
Mukomuko sendiri jumlah populasi generasi Z berkisar 28.57% populasi
dengan rentan usia 17 sampai 25 tahun dimana laki-laki 14.403 jiwa dan
perempuan 14.170 jiwa, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap keputusan
pemimpin masa depan. Dalam konteks ini, partisipasi politik generasi Z sangat
tinggi, karena generasi Z salah satu penyumbang banyak suara diantara generasi
yang lain.

10
Generasi Z memiliki pengaruhnya sendiri terhadap pemilu, selain dari
jumlah mereka yang banyak, generasi mereka hidup di era informasi dimana
segala sesuatu menggunakan internet atau media online. Selain itu, seiring
dengan perubahan dunia politik yang menuntut lebih banyak generasi Z untuk
memahami ranah-ranah tersebut agar dapat menembus tirani yang dibangun
oleh kepentingan elemen-elemen politik yang mendominasi aktivitas politik
terlebih dahulu. Merekalah yang bisa membangun dan mengubahnya.
Dengan kekuatan yang cukup tinggi, bukan tidak mungkin generasi Z
akan menjadi target pemasaran utama setiap tim kandidat yang berhasil.
Minimnya informasi yang benar dan maraknya berita hoax di setiap media
massa membuat kebingungan bagi setiap pemilih generasi Z18, yang
menimbulkan banyak spekulasi—dan spekulasi itu sendiri membuat generasi Z
yang memilih kurang termotivasi, karena mereka tetap skeptis terhadap setiap
kandidat yang diajukan. Selain itu, pola komunikasi yang berbeda di setiap
daerah menjadi masalah tim sukses meneliti pola komunikasi tradisional di
masing-masing daerah, dan masyarakat biasanya lebih diterima jika masyarakat
yang datang sudah memahami adat dan budaya daerah sasaran acara19.
IV. Penutup
1. Kesimpulan

Generasi Z didefinisikan sebagai mereka yang lahir antara tahun 1997-


2012. Partisipasi politik generasi z dalam pemilu merupakan indikator penting
tentang seberapa baik kinerja suatu negara. Partisipasi politik generasi z yang
rendah dalam pemilihan umum suatu negara menunjukkan masalah yang perlu
ditangani. Generasi z merupakan generasi yang akrab dengan kemajuan
teknologi. Generasi z sebagai generasi penerus suatu negara sangat dibutuhkan
di bidang politik. Jika partisipasi mereka rendah, maka suatu negara tidak
memiliki penerus politik. Oleh karena itu, temuan menunjukkan bahwa
partisipasi politik generasi z akan tetap sangat penting bagi beberapa demokrasi
di masa depan, dan masing-masing tim yang sukses harus dapat
mengembangkan strateginya sendiri untuk menarik perhatian generasi z karena

18
Septiadi, M. A., Joharudin, A., Lestari, N. G., Fajri, R. R., & Khendra, M. (2020). Halal Politics Role
in the Fight against Vote-Buying and Hoaxes. Indonesian Journal of Halal Research, 2(2), 33–39.
19
Wibowo, A. (2019). Pola Komunikasi Masyarakat Adat. Khazanah Sosial, 1(1), 15–31.

11
jumlahnya, khususnya di Kabupaten Mukomuko mencapai 28.57%. Hal ini
membuat partisipasi politik generasi z sangat dibutuhkan.

2. Saran
Partisipasi politik generasi z sangat memberikan pengaruh untuk
pemilihan serentak di Tahun 2024. Karena itu sangat diperlukan strategi-strategi
peningkatan jumlah hak pilih bagi generasi z, selain itu untuk meningkatkan
jumlah tingkat partisipasi pemilih generasi z dapat dilakukan dengan beberapa
cara seperti promosi calon–calon pimpinan dari setiap partai atau pun materi
dengan menggunakan media elektronik seperti Youtube, Instagram, Facebook,
Tiktok dan media komunikasi seperti Whatsaap dan Line. Dikarenakan
karakteristik generasi z lebih menonjol dengan melihat track record calon yang
disusung melalui media sosial.

12
Daftar Pustaka
Cholisin, dkk, 2007, Dasar-Dasar Ilmu Politik.Yogyakarat: UNY Press.
Muhammad Zulfan Hakim, Demokrasi dalam Pilkada di Indonesia, Laporan Penelitian,
Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Universitas Hasanudin, 2010.
Miriam budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, jakarta: PT Gramedia pustaka
utama. Sudijono Sastroatmodjo, 1995, Perilaku Politik, semarang: Ikip semarang Press.
https://www.ayovaksindinkeskdi.id/apa-itu-generasi-x-y-dan-z, diaksek tanggal 08
Maret 2023.
https://dataindonesia.id/varia/detail/ada-6866-juta-generasi-z-di-indonesia-ini-
sebarannya, diakses tanggal 08 Maret 2023.
https://mukomukokab.bps.go.id/, diakses tanggal 08 Maret 2023
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017). Research design: Qualitative, quantitative,
and mixed methods approaches. Sage publications.
Ahmad, J. (2018). Desain penelitian analisis isi (Content analysis). Research Gate, 5, 1–20.
Akhmad Sudrajat, “Generasi Z dan Implikasinya terhadap Pendidikan”, dikutip dari
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/10/05/generasi-z-dan-implikasinya-terhadap-
pendidikan/ diakses tanggal 08 Maret 2023.
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, terj.
Sahat Simamora (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994).
David Stillman dan Jonah Stillman, Generasi Z Memahami Karakter Generasi Baru
yang Akan Mengubah Dunia Kerja, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2018).
Elizabeth T. Santosa, Raising Children in Digital Era, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2015).
Hellen Chou Pratama, Cyber Smart Parenting, (Bandung: PT. Visi Anugerah Indonesia,
2012).
Septiadi, M. A., Joharudin, A., Lestari, N. G., Fajri, R. R., & Khendra, M. (2020). Halal
Politics Role in the Fight against Vote-Buying and Hoaxes. Indonesian Journal of Halal
Research, 2(2), 33–39
Wibowo, A. (2019). Pola Komunikasi Masyarakat Adat. Khazanah Sosial, 1(1), 15–31.

13

Anda mungkin juga menyukai