PENDAHULUAN
dengan konsep demokrasi yang diartikan sebagai sistem pemerintahan yang berasal dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat sehingga mengacu pada aspirasi masyarakat.
untuk mewujudkan pola kehidupan sistem kedaulatan rakyat yang demokratis adalah dengan
melalui pemilihan umum yaitu rakyat ikut serta aktif untuk berpartisipasi dalam memilih
wakil mereka dan secara langsung atau tidak langsung. Karena partisipasi politik merupakan
aspek penting dalam sebuah tatanan Negara demokratis dan merupakan ciri khusus adanya
Partisipasi merupakan proses aktif inisiatif yang muncul dari masyarakat dalam suatu
kegiatan, dan di Indonesia sendiri berpartisipasi politik dijamin oleh Negara. Hal ini
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan sebagainya yang ditetapkan dengan Undang-
Undang”, dan diatur dalam UUD No 12 tahun 2005 mengenai jaminan hak-hak sipil dan
politik, dimana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh negara mengenai hak berpendapat,
hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama dihadapan hukum dan pemerintahan, hak
1
Hak sipil dan politik merupakan salah satu hak dasar warga Negara dalam sebuah
dengan persoalan mekanisme atau prosedur demokrasi. Selain itu, hak sipil dan politik warga
Negara merupakan bagian hak konstitusi yang harus di laksanakan, tanpa terkecuali. Hak
sipil dan politik merupakan hak yang yang dimiliki warga Negara ketika berhadapan dengan
entitas Negara yang memiliki kedaulatan. Vierdag mengkategorikan hak sipil politik ini
sebagai hak negative (negative right) karena untuk merealisasikannya Negara hrus diam,
from(bebas dari). TAP MPR-RI No.XVII/MPR/1998 tentak Hak Asasi Manusia yang
internasional patut menghormati hak asasi manusia yang termaktub dalam Universal
Declaration Of Human Rights serta instrument internasional lainya mengenai hak asasi
manusia.
2
3
Pembangunan politik sebagai suatu dari bagian pembangunan secara menyeluruh beberapa
peningkatan partisipasi warga negara dalam beraneka ragam bentuknya, mulai dari yang
resmi atau mengikuti jalur yang ditetapkan oleh pemerintah (konvensional) sampai bentuk
Sebagai negara yang giat melancarkan pembangunan, maka bisa dilihat pada masa
disegala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara guna mengejar ketertinggalan dari
negara-negara maju. Salah satu aspek yang termasuk didalamnya adalah “Pembangunan
Politik” yang mempunyai beberapa segi. Salah satu segi diantaranya adalah melibatkan
partisipasi politik memberikan suara pada pemilihan umum, menghadiri rapat umum,
menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan pendekatan atau
hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya
Selain bentuk partisipasi politik aktif ada juga partisipasi yang bersifat pasif atau
apatis. Bentuk apatis politik yaitu, apti, anomie, sinisme dan alienasi. Secara umum
keempatnya didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang tidak memiliki perhatian sama sekali
terhadap orang lain di sekitar lingkungannya (Michael Ruff and Phillip Althoff, 2003:143).
Tingkat partisipasi orang itu berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti umur, jenis kelamin, status ekonomi dan sosial, pendidikan dan pekerjaan. Di negara-
negara berkembang seperti halnya Indonesia, partisipasi politik merupakan suatu masalah
yang sulit dan rumit untuk diukur secara jelas dilihat dan diukur melalui hal pemilihan atau
menuntut keabsahan pada jenjang yang berbeda yaitu Political Legitimacy ; ukuran
Tjokrowinarto, 2004:240-241).
Hasil ini kemudian diperkuat lagi untuk keadaan Amerika Serikat dalam suatu studi
dari Sidney Verba dan Norman H.Nie, yang dianalisis kembali oleh Karl Deuscth dalam
Politic and Government dan mengambil kesimpulan bahwa “Di Amerika sepertiga dari
kelompok warga Negara yang paling tinggi status serta pendapatannya, mengadakan
partisipasi enam kali lebih banyak daripada sepertiga kelompok warga Negara yang paling
rendah dan memperoleh dua kali lebih banyak tanggapan positif dari pemerintah” (Michael
sekelompok masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan yang masih rendah kurang
mencapai tujuan. Oleh karena itu, pendidikan tinggi bisa memberikan informasi mengenai
Orang terpelajar lebih sadar akan pengaruh pemerintah terhadap kehidupan mereka,
lebih memperhatikan kehidupan politik, memperoleh lebih banyak informasi tentang proses-
4
5
proses politik dan lebih kompeten dalam tingkah lakunya. (Mochtar Mas’oed, 2001:49).
ideologi, dan keamanan maka meningkat pula pola pikir dan taraf hidup masyarakat disertai
meningkatnya tuntutan kebutuhan masyarakat secara kualitas dan kuantitas. Masyarakat juga
semakin kritis dalam setiap langkah, pemikiran, ucapan, dan tindakan serta memberikan
partisipasinya secara intens. Hal ini sangat wajar, karena kenyataan ini justru semakin
dapati data keadaan pendidikan masyarakat. Jumlah penduduk Desa Bulu Kecamatan
Tabel 1.1 Tingkat Pendidikan masyarakat desa Bulu Kecamatan Petarukakn Kabupaten
Pemalang 2020.
melibatkan 28 Desa se-wilayah Kabupaten Pemalang yakni pada hari Minggu (27 Desember
2020). Bupati Pemalang, H.Junaedi, SH.MM pada pelaksanaan Pilkades berharap Pilkades
dapat dijadikan momentum untuk memperkuat lagi partisipasi masyarakat dalam konsolidasi
Namun pada kenyataannya partisipasi dari masyarakat dalam pemilihan kepala desa
hanya terbatas pada mengikuti kampanye calon kepala desa dengan harapan mendapatkan
bantuan seperti halnya uang, kaos, maupun sembako gratis dan memberikan suara dalam
pemilihan umum. Bisa dilihat pola pikir masyarakat disini belum kritis dalam setiap
pemikiran, langkah, ucapan dan tindakan serta memberikan partisipasinya dalam pemilihan
kepala desa.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam hal kontestasi pemilihan kepala desa terutama
di desa Bulu tergolong masih rendah, hingga saat ini belum diketahui pasti faktor yang
sesungguhnya. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil
Pemilihan kepala desa merupakan suatu pesta demokrasi, dimana masyarakat desa
dapat berpartisipasi dengan memberikan suara untuk memilih calon kepala desa yang
bertanggung jawab dan dapat mengembangkan desa tersebut. oleh karena itu, pemilihan
6
7
desa. Kepala desa adalah sebutan pemimpin desa atau pimpinan tertinggi dari pemerintahan
desa.
Pola pikir masyarakat yang belum kritis dalam setiap langkah, pemikiran, ucapan,
dan tindakan serta memberikan partisipasinya dalam pemilihan kepala desa. Partisipasi yang
dimaksud adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak
peluang, untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan. Peran warga dalam partisipasi
tersebut, selama ini bisa dikatakan masih sangat kurang (Gatara & Dzulkiah Said, 2007:90-
91).
Berdasarkan latar belakang seperti diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam
Pemalang ?
1. Tujuan Penelitian :
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pemilihan kepala desa di desa Bulu
Untuk mengetahui apa saja pengaruh motivasi masyarakat dalam pemilihan kepala
2. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian harapan penulis yaitu, agar dapat memberikan sesuatu yang
berguna dalam tatanan teoritis bagi pengembangan keilmuan sesuai dengan tujuan
penelitian ini. selain itu penulis juga berharap dapat memberikan pemikiran dan
kegiatan pemilihan kepala desa. Sehingga pola pikir masyarakat dapat lebih
kritis dalam setiap langkah, pemikiran, ucapan dan tindakan serta dapat
kuliah yang dapat dijadikan rujukan petunjuk bahan karya ilmiah berupa skripsi.
8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 1.
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil
perhitungan determinasi
pendidikan terhadap
10
11
mempengaruhi partisipasi 2.
walaupun pendidikannya
ketersediaan calon.
12
13
wawasan mengenai
masyarakat menjelang
tingkat pendidikan
pendidikan menengah
menengah atas.
14
15
persentase masing-masing
di Kelurahan Leoran
determinasi (R2 ).
Berdasarkan hasil
16
17
diluar penelitian.
Kepala Desa
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan
membantu seorang anak agar dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, baik
itu secara langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi kehidupannya di
masyarakat.
Partisipasi politik warga negara dapat diukur dalam keterlibatan kegiatan politik,
misalnya seperti melalui pemberian suara yang terdorong oleh keyakinan bahwa melalui
kegiatan bersama itu kepentingan mereka akan lebih lagi diperhatikan, dan dapat banyak
mempengaruhi tindakan dari mereka untuk berwenang membuat keputusan yang mengikat.
Jadi, jelas sekali bahwa partisipasi politik erat sekali kaitannya dengan kesadaran politik.
dalam meningkatkan kesadaran politik. Makin tinggi pendidikan masyarakat makin tinggi
kesadaran politiknya, sebaliknya makin rendah tingkat pendidikannya makin rendah pula
Jadi, dengan adanya tingkat pendidikan yang tinggi yang dimiliki warga negara maka
akan semakin banyak munculnya kaum intelektualitas yang memiliki ide-ide baru dan
tuntutan-tuntutan tersebut pada akhirnya yang akan mewakili dari tuntutan-tuntutan rakyat
Pemilihan desa sebagai bentuk tatanan paling kecil dalam sebuah tatanan
kepemerintahan dan dilaksanakan secara langsung oleh warga setempat untuk memilih
calon kepala desanya. Menurut Sosialismanto (2001:191) “pemilihan kepala desa adalah
pesta rakyat dimana kepala desa dapat diartikan sebagai suatu kesempatan untuk
demikian, masyarakat berharap nantinya kepala desa yang akan datang tersebut dapat
Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 tahun 2014 BAB III
1) Persiapan,
2) Penetapan pemilih,
18
19
3) Pencalonan/pendaftaran calon,
5) Kampanye,
6) Pemungutan suara,
7) Penetapan.
batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan
dilakukan, yaitu teori mengenai variabel-variabel permasalahan yang akan diteliti. Kemudian
menurut Siswojo dalam Mardalis (2003:42) “bahwa teori dapat diartikan sebagai
seperangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu
dengan tujuan untuk menerangkan dan meramalkan fenomena". Dengan demikian di dalam
suatu penelitian teori dibutuhkan untuk menetapkan hubungan antar variabel dan membantu
peneliti dalam memperjelas sasaran dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Adapun
teori yang digunakan sebagai landasan berfikir dalam penelitian ini meliputi ;
1. Hakikat Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
merupakan proses pengembangan sosial yang mengubah individu dari sekedar makhluk
biologis menjadi makhluk sosial agar hidup bersama realitas zaman dan masyarakatnya.
Pendidikan Nasional pasal 1 berbunyi “bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara dalam kongres Taman Siswa yang pertama
pada tahun 1930 yang menyebutkan pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk
menunjukkan bertambahnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan
tubuh anak (Fuad Ihsan, 2004:4). Pendidikan secara umum yaitu meliputi suatu proses
ketrampilan, dan kebiasaan dari generasi tua ke generasi yang lebih muda sebagai usaha
menyiapkan diri agar dapat memenuhi hidupnya baik jasmani maupun rohani. Dalam
Ensiklopedi Pendidikan, dijelaskan tentang pengertian pendidikan adalah “suatu usaha sadar
memfasilitasi orang sebagai pribadi yang utuh sehingga teraktualisasi dan terkembangkan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak
yang belum dewasa agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas segala tindakan
dan harus merealisasikan potensi-potensi yang dimiliki anak didik yang bersifat
menumbuhkan serta mengembangkan baik secara jasmani maupun rohani. Dari beberapa
definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan secara luas meliputi semua aktivitas
upaya dari generasi tua sebagai pendidik untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman,
20
21
kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda atau anak didik sebagai upaya untuk
mempersiapkan generasi muda atau anak didik agar mereka dapat memenuhi kebutuhan
Lembaga pendidikan formal, biasa disebut satu organisasi, terikat pada aturan formal,
berprogram dan bertarget atau bersasaran yang jelas, serta memiliki struktur kepemimpinan
penyelenggaraan atau pengelolaan yang resmi. Oleh karena itu, fungsi sekolah terikat kepada
target atau sasaran-sasaran yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri. Istilah masyarakat
pendidikan. Dari sini terlihat bahwa “sekolah merupakan pendidikan formal masuk pada
tujuan institusional, yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis dan tingkatan
telah mendapat perintah resmi dari pemerintah. Penyelenggaraan pendidikan formal yang
telah berlangsung, dilaksanakan oleh Depdikbud, Depag, dan yayasan (lembaga khusus)
yang dikenal dengan sekolah swasta. Berdasarkan pasal 13 ayat 1 UURI No. 20 tahun 2003
dilaksanakan melalui 3 jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan Nonformal dan Informal”.
Sedangkan menurut UU No. 20 tahun 2003 Sistem pendidikan Nasional, indikator tingkat
pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
keterampilan yang diperlukan oleh peserta didik dan jenjang pendidikan awal selama 9
(tahun) pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
SMA,SMK, MA sederajat.
program ahli madya, sarjana, magister, doctor dan spesialis yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi disini adalah lanjutan dari
pendidikan menengah yang dipersiapkan untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi
a. Bentuk-bentuk Pendidikan
Sesuai UU RI nomor 2 tahun 1989 pada bab IV pasal 10 ayat 1 yang berbunyi bahwa
dan jalur luar sekolah”. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka bentuk pendidikan dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, informal dan non formal.
1. Pendidikan Formal
22
23
beremcama, terarah dan sistematis melalui suatu lembaga pendidikan yang disebut sekolah
(Fuad Hasan, 2001:77). Dengan demikian, sekolah merupakan pendidikan formal yang
mempunyai bentuk program yang jelas dan resmi, didalamnya terdapat peraturan, tujuan dan
jenjang yaitu dalam kurun waktu tertentu, berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan.
dengan melalui pendidikan formal ini, peserta didik akan dapat mengembangkan
Oleh karena itu, fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat kita samakan
keluarga dalam pendidikan moril. walaupun keluarga ataupun perkumpulan pemuda dapat
juga membantu kecerdasan, namun ini tidak dapat disamakan dengan peranan sekolah dalam
adalah lembaga pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga yang tidak bersifat kodrati,
yaitu tidak atas dasar hubungan darah antara guru dengan murid seperti halnya di dalam
tingkat pendidikan berkisar antara tamatan SD, SMP, dan SLTA. Berdasarkan informasi
yang telah diperoleh secara rinci jumlah tamatan SD lebih banyak dari tamatan pendidikan
yang lain, ini berarti masih sedikit yang telah menempuh pendidikan. Dari tahun ketahun
mengalami peningkatan namun masih jauh dibandingkan tamatan SMP, SMA maupun
Perguruan Tinggi. Terdapat adanya faktor ekonomi yang masih cenderung rendah sehingga
beranggapan bahwa pendidikan bukan bukan merupakan jaminan hidup sejahtera / jauh dari
kemiskinan. Dengan anggapan bahwa sekolah hanya membuang waktu dan biaya saja.
2. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak mempunyai bentuk program yang
jelas dan resmi. Pendidikan informal terutama berlangsung dalam keluarga. Dalam sejarah
pendidikan yang paling bersifat kodrati, yakni terdapat hubungan sedarah antara pendidik
didikan dan bimbingan dalam mengembangkan watak, kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai
keagamaan, moral, serta keterampilan sederhana karena anak sebagian besar menyerap
norma pada anggota keluarganya. Maka orang tua sangatlah berperan penting dalam
mendidik anak-anaknya sejak kecil bahkan sejak didalam kandungan. Secara umum pola
asuh masyarakat desa Bulu Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang terhadap anak-
anaknya sudah cukup baik dan orangtuanya yang selalu menanamkan nilai-nilai agama.
3. Pendidikan Nonformal
Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan dan berjenjang. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,
majelis taklim serta lembaga yang sejenisnya. Pendidikan ini diselenggarakan bagi
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan, pengetahuan dan keterampilan,
24
25
Dengan demikian, dalam pendidikan nonformal ini akan lebih luas lagi pada mata
pelajaran atau pelajaran tertentu sehingga output yang dihasilkan akan lebih baik lagi dan
sesuai dengan bidang masing-masing. Seperti halnya masyarakat desa Bulu Kecamatan
c. Prestasi pendidikan
Menurut Djamarah (2012:23) menyatakan bahwa prestasi adalah hasil yang diperoleh
dari berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dari dalam diri individu sebagai
hasil dari aktivitas dalam belajar. Perubahan perilaku dalam belajar tersebut tergantung pada
apa yang dipelajarinya. Oleh karena itu, apabila mempelajari sesuatu mengenai pengetahuan
konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.
Mutu pendidikan dapat dilihat dari dua hal, yaitu mengacu pada proses pendidikan
dan hasilnya. Proses pendidikan bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat
dalam proses pendidikan itu sendiri. faktor dalam proses pendidikan meliputi berbagai input,
seperti bahan ajar, metodologi, sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana
sumber daya lainnya, serta penciptaan suasana yang kondusif. Sedangkan mutu dalam
konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang telah dicapai oleh sekolah pada setiap
Prestasi atau hasil yang dicapai (student achievement) dapat berupa hasil tes
kemampuan akademis (contoh : ulangan umum, Ebta dan Ebtanas). Dapat pula di bidang
lain seperti prestasi di suatu cabang olahraga, seni, ketrampilan tertentu (contoh : computer,
beragam jenis teknik, jasa dan sebagainya). Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi
yang tidak dapat disentuh (intangible) (contoh : suasana, keakraban, disiplin, kebersihan,
Pada UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional melihat dari
segi proses dengan merumuskan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Perencana pendidikan harus tahu betul apa yang menjadi hak, tugas dan tanggung
jawabnya,
Harus ada perbedaan yang tegas antara area politis, teknis, dan administrative,
Perhatian lebih besar diberikan pada penyebaran kekuasaan untuk membuat keputusan
politis,
Perhatian lebih besar diberikan pada pengembangan kebijakan dan prioritas pendidikan
yang terarah,
memberikan alternatif teknis sebagai sarana untuk mencapai tujuan politik pendidikan,
Harus berusaha lebih besar untuk mengetahui opini public terhadap perkembangan masa
perencanaan pendidikan,
26
27
Ketika pemerintah tidak menguasai lagi semua aspek pendidikan maka harus lebih
Adapun indikator prestasi menurut Syah (2012:217-218) : ranah cipta (kognitif), ranah rasa
(afektif), dan ranah karsa (psikomotor). Adapun penjabaran dari masing-masing indikator
sebagai berikut :
analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti), dan sintetis (membuat paduan baru
dan utuh)
2) Ranah rasa (afektif), terdiri dari penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai),
3) Ranah karsa (psikomotor), terdiri dari keterampilan bergerak dan kecakapan ekspresi
d. Peraturan Perundang-Undangan
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
berlangsung disekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta
didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa
yang akan datang (Redja Mudiyaharjo, 2002:16). Menurut UU RI No 2 tahun 1989 tentang
Pendidikan Nasional pasal 1 “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Dalam pengertian sederhana dan secara umum pendidikan merupakan sebagai usaha
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan
kebudayaan. Selain sebagai usaha sadar manusia juga selalu bertolak dari sejumlah landasan
serta pengindahan dari sejumlah asas-asas tertentu. Landasan tersebut sangat penting, karena
tertentu. Serta segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup merupakan salah satu dari pendidikan. Adapun landasan hukum pendidikan
di Indonesia :
2. Partisipasi Politik
Keikutsertaan warga negara atau masyarakat untuk ikut secara aktif dalam kegiatan
politik. Dimana masyarakat menjadi faktor terpenting dalam memberikan hak suaranya
untuk menentukan pemerintahan yang baik sampai pada tingkat terendah. Partisipasi
menurut Inu Kencana Syafiie, dalam bukunya yang berjudul Sistem Pemerintahan
28
29
Indonesia menjelaskan bahwa partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat
setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong
individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil
mempengaruhi keputusan oleh pemerintah. Partisipasi ini bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1983:763) “politik adalah segala urusan
dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan suatu Negara atau
terhadap Negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai nama
suatu asosiasi warga Negara yang berfungsi membicarakan dan menyelenggarakan hal
ihwal yang menyangkut kebaikan bersama seluruh anggota masyarakat” (Ramlan Surbakti,
2007:3).
“bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau Negara) yang menyangkut
proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanak tujuan-tujuan itu”.
Partisipasi dari masyarakat dalam salah satu contoh keputusan yang dibuat oleh pemerintah
yaitu pemilihan umum ditingkat pusat dan tingkat desa disebut pemilihan kepala desa.
Pemilihan kepala desa tidak akan berjalan baik apabila tidak adanya partisipasi politik dari
masyarakat.
Partisipasi yang dimaksud adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan,
mulai dari sejak perencanaan, pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan,
termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan. Peran warga dalam
partisipasi politik tersebut, selama ini bisa dikatakan masih sangat kurang (Gatara &
Menurut Miriam Budiarjo yang dikutip dalam bukunya Deden Faturahman dan
Wawan Sobari yang berjudul Pengantar Ilmu Politik “partisipasi politik adalah kegiatan
seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta dalam kehidupan politik, dengan jalan
memilih pimpinan Negara, dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kebijakan pemerintah (public policy)” (Budiarjo dalam Faturahman dan Sobari, 2004:185).
Berdasarkan beberapa pendapat pengertian pada partisipasi politik diatas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud partisipasi adalah keterlibatan individu atau kelompok sebagai warga
Negara yang mendorong untuk memberikan sumbanagan kepada tujuan dan cita-cita atau
turut bertanggungjawab.
Dengan demikian partisipasi dalam proses politik berupa dengan kegiatan positif
atau dapat juga negatif namun dengan tujuan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan
sekelompok orang yang aktif dalam politik dengan memilih pemimpin Negara yang baik
secara langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi semua kebijakan yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah, sehingga seseorang atau sekelompok yang aktif merupakan
30
31
faktor terpenting dari kegiatan politik dalam menentukan pemimpin negara atau pemimpin
pemerintahan.
partisipasi yang paling umum adalah pemungutan suara (voting) entah untuk memilih calon
wakil rakyat atau untuk memilih kepala Negara. Dalam buku Pengantar Sosiologi Politik
berikut :
Sementara itu Maribeth dan dan Goel membedakan partisipasi politik menjadi beberapa
kategori yaitu :
1. Apatis, yaitu orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik.
2. Spektator, yaitu orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam pemilu.
3. Gladiator, yaitu mereka yang aktif terlibat dalam proses politik seperti komunikator,
Menurut Rahman (1995:77), kegiatan politik yang tercakup dalam konsep partisipasi
politik mempunyai berbagai macam bentuk. Bentuk-bentuk partisipasi politik yang terjadi
berbagai Negara dan waktu dapat dibedakan menjadi kegiatan politik dalam bentuk
konvensional dan non konvensional, termasuk yang mungkin legal (seperti petisi) maupun
ilegal, penuh kekerasan, dan revolusioner. Bentuk-bentuk frekuensi partisipasi politik dapat
dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas sistem politik, integritas kehidupan politik
2002:70) yang terbagi menjadi dua bentuk yaitu partisipasi politik konvensional dan
Dalam perspektif lain, Roth dan dan Wilson menguraikan bentuk partisipasi politik
intensitas menengah yaitu sebagai partisipan, sedangkan intensitas tertinggi yaitu sebagai
32
33
aktivis. Bila dijenjangkan, intensitas kegiatan politik warga Negara tersebut membentuk
Kelompok paling bawah pada gambar piramida partisipasi politik ini adalah
kelompok warga yang sama sekali tidak terlibat dan tidak sama sekali mengikuti kegiatan
politik oleh Roth dan Wilson disebut sebagai orang apolitis. Kelompok yang berada paling
atas orang-orang apolitis adalah kelompok pengamat, kelompok ini biasanya melakukan
kegiatan politik seperti, menghadiri rapat umum, menjadi anggota partai atau kepentingan,
membicarakan masalah politik, mengikuti perkembangan politik melalui media massa dan
memberikan suara dalam pemilihan umum. Kemudian yang terletak diatas satu tingkat dari
masyarakat mempunyai tujuan hidup yang beragam pula sesuai dengan tingkat
kebutuhannya, dan upaya memenuhi kebutuhan itu direfleksikan dalam bentuk kegiatan
yang berbeda pula. Demikian pula dalam partisipasi politiknya tentu tujuan yang ingin
mempengaruhi penguasa baik dalam arti memperkuat maupun dalam artian menekannya
tersebut sangat beralasan karena sasaran partisipasi politik adalah lembaga-lembaga politik
Sedangkan bagi pemerintah, partisipasi dari warga Negara mempunyai tujuan sebagai
berikut :
pemerintah. Bagi masyarakat dapat sebagai sarana untuk memberikan masukan, kritik, dan
34
35
1.) Lingkungan sosial politik tidak langsung seperti sistem politik, media massa, sistem
2.) Lingkungan politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor
4.) Faktor sosial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor
secara langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan politik, seperti suasana
Partisipasi itu dipengaruhi oleh status sosial masyarakat (pendidikan dan kedudukan sosial)
dan faktor keadaan alam sekitar serta lingkungannya (Budiarjo, 1998:47). Dalam hal ini
partisipasi masyarakat pada pemilih pemula diarahkan pada berbagai bentuk dan peran,
serta keikutsertaan masyarakat pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan umum pada
pemilu 2020.
sosial ekonomi yang rendah, perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi keaktifan
seseorang berpartisipasi dalam politik. Misalnya, laki-laki lebih aktif berpartisipasi daripada
perempuan, orang yang berstatus sosial tinggi lebih aktif daripada yang berstatus sosial
rendah.
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 untuk memilih
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (pasal 1 ayat (1) PP No 6 tahun 2005).
Pemilihan Kepala Desa atau biasa disebut juga Pilkades adalah suatu pemilihan
Kepala Desa secara langsung oleh warga/masyarakat setempat. Berbeda dengan Lurah yang
merupakan Pegawai Negeri Sipil, Kepala Desa merupakan jabatan yang dapat diduduki oleh
warga biasa. Menurut Duto Sosialismanto dalam bukunya “Hegemoni Negara Politik
Pedesaan Jawa, yang berisikan pemilihan desa adalah pesta rakyat, dimana pemilihan desa
diartikan sebagai suatu kesempatan untuk menampilkan seseorang yang dapat melindungi
biasanya dipilih langsung oleh warga dari calon yang telah memenuhi syarat, pemilihan desa
bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dengan dilaksanakan melalui tahap
Menurut peraturan Menteri Dalam Negeri Republik indonesia Nomor 112 tahun
2014 tentang Pemilihan Kepala Desa pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa Pemilihan Kepala
Desa adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka memilih kepala desa yang
bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa diterbitkan untuk
2014 tentang peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
36
37
Di dalam bab 2 Pemilihan Kepala desa disebutkan bahwa pasal (2) Pemilihan Kepala
Desa dilakukan secara serentak satu kali atau dapat bergelombang. Pasal (3) Pemilihan
Kepala Desa satu kali sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dilaksanakan pada hari yang
Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang
Kabupaten/Kota,
Dalam ayat (2) Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun.
Batas waktu Pilkades bergelombang dibatasi dengan waktu paling lama dua tahun yang
sudah dijelaskan dalam ayat (3) Pemilihan Kepala Desa bergelombang sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (2) dilakukan dengan interval waktu paling lama 2 (dua) tahun.
Aturan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa terbagi menjadi 5 bagian besar mulai
dari pasal 6 sampai dengan pasal 44. Bagian pertama adalah tahapan-tahapan pelaksanaan
persiapan Pemilihan Kepala di Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf a, yang
terdiri dari :
a. Pemberitahuan badan permusyawaratan desa kepada kepala desa tentang akhir masa
jabatan yang disampaikan 6 (enam) bulan sebelum masa akhir masa jabatan,
ditetapkan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa
jabatan,
c. Laporan akhir masa jabatan kepala desa kepada bupati/walikota disampaikan dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan,
camat atau sebutan lain dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah terbentuknya
e. Persetujuan biaya pemilihan dari bupati/walikota dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
huruf b disampaikan secara tertulis oleh BPD kepada bupati/walikota melalui camat. Berikut
38
39
Demokrasi dalam konteks pemilihan kepala desa (Pilkades) dapat dipahami sebagai
pengakuan keanekaragaman serta sikap politik partisipatif dari masyarakat dalam bingkai
demokratisasi pada tingkat desa. Hal ini merujuk pada UU Nomor 8 tahun 2005 tentang
perubahan atas UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengakui
Keterkaitan antara kedaulatan rakyat dan pemilihan kepala daerah dapat kita padukan
kehendak Negara melalui pemilihan kepala daerah langsung, dan rakyat yang menentukan
Konsep adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi. Menurut singarimbun dan
Effendi (1987:33) “Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Dalam suatu konsep ada kalanya mempunyai pengertian
yang berbeda dan mempunyai variabel yang berbeda pula terutama dalam ilmu sosial”.
2. Partisipasi politik yaitu, keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari
saat perencanaan, pembuatan keputusan sampai dengan peluang untuk ikut serta dalam
pelaksanaan keputusan.
3. Pemilihan kepala desa yaitu, pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka
memilih kepala desa yang bersifat langsung, umum, jujur, adil dan rahasia.
variabel penelitian dalam rincian yang terukur ( Tim Penyusun FISIP UPS, 2012:10).
Definisi operasional variabel menurut Walgito (2004:4-5), yaitu definisi yang diberikan
kepada suatu variabel atau konstruk berpikir dengan cara memberikan arti atau
Definisi operasional merupakan teori yang masih sangat abstrak, karena dalam
penelitian ini masih perlu diperhatikan obyek penelitian yang berupa variabel pada definisi
operasional yaitu merupakan penjelasan suatu variabel penelitian ke dalam indikator yang
lebih terperinci sehingga dengan demikian variabel tersebut dapat diketahui ukurannya.
Definisi operasional variabel untuk penelitian ini mencakup dua variabel yaitu pendidikan
masyarakat sebagai variabel bebas (X) dan partisipasi politik masyarakat pada pemilihan
kepala desa sebagai variabel terikat (Y), dengan indikator pengukurnya sebagai berikut ;
a. Pendidikan Formal
b. Pendidikan Informal
40
41
c. Pendidikan Nonformal
2. Partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala desa, dengan sub indikator
Konvensional ;
Non Konvensional
a. Pengajuan petisi
b. Berdemonstrasi
II.4. Hipotesis
dugaan jawaban yang dibuat oleh penelitian bagi problematika, yang sifatnya sementara dan
diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan dengan melalui penelitian”. Sugiono
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan”.
yang dianggap benar yang sifatnya sementara waktu dan perlu dibuktikan kebenarannya.
Adapun rancangan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut ;
Jika semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin selektif seseorang untuk
menentukan pilihannya,
Sebaliknya, jika semakin rendah tingkat pendidikannya maka akan semakin berkurang
Hipotesis yang penulis ajukan adanya pengaruh positif yang signifikan pada pendidikan
formal terhadap partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala desa di desa Bulu
harus diuji kembali kebenarannya. Hipotesis tersebut dapat dilihat jelas pengaruhnya dengan
Variabel X Variabel Y
Pada dasarnya alur pikir adalah penggambaran rumusan masalah yang didasarkan
pada teoritis dan kemungkinan hasil akhir penelitian yang relevan untuk kemudian dapat
dipahami masalah yang telah dirumuskan. Keikutsertaan rakyat dalam proses pemerintahan
42
43
No. 6 tahun 2014 tentang desa yang menggantikan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal
31 ayat 1 dan 2 maka pemilihan kepala desa dilaksanakan secara serentak di seluruh
wilalyah Kabupaten/Kota.
1.) Tingkat pendidikan merupakan suatu tahapan dalam pendidikan yang didasarkan pada
tingkat peserta didik, tujuan yang akan dicapai serta kemampuan yang dikembangkan.
Tingkat pendidikan yang telah ditempuh seseorang dapat berpengaruh pada tingkat
seseorang maka semakin tinggi pula kesadaran politiknya. Seorang warga negara yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka berdampak pada keaktifan mereka dalam
partisipasi politik untuk mempengaruhi kebijakan publik sesuai dengan aspirasi yang
mereka inginkan.
2.) Pekerjaan yang dimiliki seseorang dapat meningkatkan kesadaran orang tersebut untuk
berpartisipasi politik. Seseorang dengan status sosial ekonomi yang tinggi akan
memiliki tingkat pengetahuan politik, minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan
kepercayaan yang tinggi pada pemerintah. Hal ini dikarenakan berbagai pengalaman
sekitarnya. Dengan status ekonomi sosial yang tinggi tersebut maka seorang warga
negara memiliki tingkat pengetahuan politik dan minat serta perhatian pada politik.
Dengan demikian, warga negara dapat berpartisipasi politik dengan aktif dan baik.
3.) Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan
politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus tujuan yang
politik untuk mempengaruhi kebijakan yang dibuat pemerintah agar kebijkan tersebut
selaras dengan tujuan dan harapan yang masyarakat inginkan. Partsipasi masyarakat
dapan timbul dari adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya berpastisipasi politik.
Kesadaran berpartisipasi politik akan muncul dari seseorang dengan tingkat pendidikan
dan pekerjaan yag tinggi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan dan
pekerjaan yang dimiliki warga negara akan berdampak pada kesadaran warga negara
44
45
X Y
Indikator Indikator
METODE PENELITIAN
d. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
2009:3), bawa metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan alasan karena dalam penelitian kuantitatif
memiliki dua variabel yang ingin diketahui hipotesisnya dengan melakukan penelitian
terhadap populasi dan sampel yang telah ditentukan. Maka dari itu, peneliti menggunakan
jenis penelitian kuantitatif karena pada penelitian ini ada dua variabel yang ingin diteliti
Politik” pada pilkades serentak tahun 2020 di desa Bulu Kecamatan Petarukan Kabupaten
Pemalang.
e. Tipe Penelitian
tipe, yaitu :
1. Penelitian penjajagan, penelitian ini bersifat terbuka, masih mencari data belum
mempunyai hipotesis. Pengetahuan penelitian tentang gejala yang akan diteliti masih
sangat kurang atau sedikit sekali. Penelitian yang dilakukan sebagai langkah penelitian
pertama untuk penelitian yang mendalam, baik dari penjelasan maupun deskriptif.
46
47
sebelumnya. Oleh karena itu dinamakan juga penelitian pengujian hipotesis atau testing
Dari ketiga tipe penelitian diatas, maka penulis dalam menyusun penelitian ini
menggunakan tipe yang ketiga, yaitu tipe penelitian deskriptif yaitu yang dimaksudkan
untuk mengetahui hubungan antar variabel, dan analisa secara kuantitatif dengan
terhadap partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala desa di desa Bulu
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
penelitian.
Menurut Sugiyono (2007: 72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang memunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Siregar (2013: 30)
populasi berasal dari bahasa Inggris yaitu population yang berarti jumlah penduduk. Dalam
metode penelitian, kata populasi sangat populer dipakai untuk menyebutkan serumpun/
sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Sampel adalah suatu prosedur
pengambilan data dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan
untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Unit analisis adalah
Dari studi penjajakan observasi, peneliti mendapatkan jumlah penduduk desa Bulu
Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang yang sudah memilih berjumlah 4.093. Data
tersebut diperoleh dari data desa Bulu Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang tahun
2020.
Berdasarkan data maka jumlah mata pilih di desa Bulu Kecamatan Kabupaten Pemalang
2. Sampel penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174), “sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut Sugiyono (2009:118), sampel merupakan bagian
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah dari penduduk yang sudah
memilih dalam pemilihan kepala desa, sebanyak ± 4.093 orang. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik proportional cluster random sampling yaitu
48
49
unsur-unsur, dan kategori jumlah responden yang terdapat dalam tiap bagian, agar diperoleh
sampling dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane, sebagai berikut :
N
n=
Nd ²+1
Keterangan :
n = jumlah sampel
4.093
n=
4.093 .0 , 1²+1
4.093
n=
4.093 .0 , 01+ 1
4.093
n=
40 , 93+1
4.093
n=
41 , 93
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 68 orang dari total populasi 4.093 penduduk.
dilakukan peneliti secara stratified sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
digunakan jika unit-unit elementer dari populasi tidak seragam (heterogen) dalam
hubungannya dengan variabel yang akan diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan random sampling, yang memberikan kesempatan sama kepada
setiap masyarakat untuk dijadikan sampel, yang diambil sebanding dengan banyaknya sub
¿
Nₕ = N x n
Keterangan :
N : Jumlah populasi
50
51
Berikut ini adalah hasil observasi yang telah didapatkan oleh peneliti dari perangkat desa
. Calon urut Tps Tps Tps Tps Tps Tps Tps Tps Tps
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Mukhtar, 1 204 188 212 289 169 204 186 212 161 1.825
S.H
2. Feri 2 170 167 169 88 216 128 148 118 163 1.367
Budiarso,
S.IP
52
53
30%
jumlah penduduk
jumlah suara sah
46% jumlah tidak sah
jumlah pemilih terdaftar
0%
24%
sampling dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane, sebagai berikut :
N
n=
Nd ²+1
Keterangan :
n = jumlah sampel
54
Berdasarkan rumus diatas maka perhitungan sampel untuk penelitian ini adalah :
4.093
n=
4.093 .0 , 1²+1
4.093
n=
4.093 .0 , 01+ 1
4.093
n=
40 , 93+1
4.093
n=
41 , 93
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 68 orang dari total populasi 4.093 penduduk.
dilakukan peneliti secara stratified sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
digunakan jika unit-unit elementer dari populasi tidak seragam (heterogen) dalam
Jenis dan macam data yang dipergunakan dalam penelitian ini antara diantaranya yaitu data
primer dan data sekunder, yang merupakan data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
a) Data primer menurut pendapat Umar (2001:69), merupakan data yang diperoleh dari
sumber pertama baik dari individu atau perorangan seperti hasil pengisian kuesioner.
Data primer dalam penelitian ini berupa penyebaran kuesioner kepada masyarakat desa
b) Data sekunder menurut pendapat Umar (2001:69), merupakan data primer yang telah
diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengambil data primer maupun oleh pihak
lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen desa Bulu
55
Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang yang meliputi : profil desa, data penduduk,
setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Dilihat dari settingannya, data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting) pada laboratorium dengan metode
eksperimen, dirumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan
lain-lain. Jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan datanya dapat menggunakan
sumber primer dan sumber sekunder. Dan jika dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan
1. Observasi
peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari
dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004:104). Metode ini digunakan untuk
mengamati dan mencatat letak geografis kondisi pasien, perilaku pegawai dan lain
sebagainya.
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek
penelitian”. Dikatakan pula bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi
diantaranya :
2. Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang akan dilaksanakan,
56
67
3. Pengamatan dan pencatatan harus dilakukan secara cermat dan kritis, maksudnya
diusahakan agar tidak ada satupun gejala yang lepas dari pengamatan (Maman
Rachman, 1999:77-78).
Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk meneliti secara langsung di lapangan
terhadap pendidikan masyarakat dan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala
2. Kuesioner
kemudian dijawab oleh subyek penelitian. Menurut (Widiyoko, 2016:33) angket atau
kuesioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pernyataan dan pertanyaan tertulis kepada responden untuk diberikan respon
pengumpulan data. Adapun alasan mempergunakan metode dan alat pengumpulan data
Dapat mengumpulkan data dari responden dalam jumlah yang banyak dan dalam kurun
Dapat dilakukan secara serempak terhadap sejumlah objek yang akan diteliti,
sama.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner langsung tertutup dengan tipe
item pilihan yang memberikan alternatif pada jawaban (multiple choice) yaitu ada lima
57
option. Angket variabel X (pendidikan masyarakat) dengan pilihan jawaban : tidak sekolah,
tamat SD/sederajat, Tamat SMP/ sederajat, Tamat SMA/sederajat, dan Tamat Perguruan
Tinggi. Sedangkan angket variabel Y (partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala
desa) dengan pilihan jawaban : Selalu, Sering, Kadang-Kadang, Hampir tidak pernah dan
Tidak pernah.
3. Dokumentasi
seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dan hukum-hukum,
dan lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono, 2004:181). Metode
pengumpulan data berupa dokumentasi berfungsi untuk menghimpun secara selektif bahan-
bahan yang digunakan dalam kerangka atau landasan teori, penyusunan hipotesis secara
tajam.
Metode dokumentasi dapat mendukung data-data dalam penelitian agar lebih valid.
Petarukan Kabupaten Pemalang, meliputi Profil desa, Data penduduk, dan undang-undang
Teknik analisis data merupakan teknik yang digunakan untuk menyusun atau
menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan beserta dokumentasi.
Data yang dikumpulkan baik data variabel bebas maupun variabel terikat, kemudian setelah
terkumpul untuk selanjutnya diolah dan kemudian dianalisis. Menurut Ardhana sebagaimana
yang dikutip oleh Moeleong (2010:103), analisis data adalah proses mengatur urutan data,
58
67
Penelitian ini menggunakan teknik analisi data kuantitatif deskriptif yang dimana
fungsi statistik deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu data variabel berdasarkan
maksudnya oleh orang yang membutuhkan informasi tentang keadaan variabel tersebut.
selain itu statistik deskriptif juga berfungsi menyajikan informasi sedemikian rupa, sehingga
data yang dihasilkan dari peneletian dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang membutuhkan.
Ciri analasis kuantitatif yaitu, selalu berhubungan dengan angka baik angka yang diperoleh
dari pencacahan maupun hitungan. Data yang diperoleh dari pencacahan selanjutnya diolah
dan disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh pengguna data tersebut. sajian
data kuantitatif sebagai hasil analisis kuantitatif dapat berupa angka-angka maupun gambar
grafik.
Teknik analisis data dalam penelitian ini berdasarkan dari data kuantitatif, maka teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi product moment, uji signifikan
korelasi pearson product moment, analisis statistik regresi dengan tujuan memberikan
interpretasi data atau menarik kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan.
rumus korelasi Pearson Product Moment (PPM) menurut Riduwan (2005:138) sebagai
berikut :
N Ʃ XY −( ƩX ) (ƩY )
❑
√⟮ N ƩX ²−( ƩX ) 2
⟯⟮ N ƩY 2−(Ʃ Y 2) ⟯
59
Keterangan ;
N : jumlah subjek/responden/sampel
Untuk menguji signifikan pengaruh, yaitu apakah pengaruh yang ditemukan itu untuk
seluruh populasi, maka perlu diuji signifikannya. Rumus uji signifikansi korelasi product
r √ n−2
t¿❑
√ 1−r ²
Dimana ;
persamaan regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel
dependen (bebas) bila nilai variabel independen (terikat) berubah. Secara umum persamaan
Yˡ = a + bX
a = Ʃ Y-b.Ʃ xn
b = n . Ʃ xy-Ʃ x . Ʃ yn . Ʃ x²- Ʃ x²
Dimana ;
60
67
b : koefisien regresi
Dari persamaan yang telah diperoleh maka dapat diketahui pengaruh yang positif dan
masyarakat dalam pemilihan kepala desa di desa Bulu Kecamatan Petarukan Kabupaten
diperoleh p value < 0,05, yang berarti bahwa kedua model regresi tersebut signifikan.
mengadakan pengolahan data dengan menggunakan program Statistical Package for Social
Science (SPSS) Menurut Siregar (2013: 86) pengolahan data dengan pendekatan kuantitatif
adalah suatu proses dalam memeroleh data ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau
1. Editting adalah proses pengecekan atau memeriksa data yang telah berhasil dikumpulkan
dari lapangan, karena kemungkinan data yang telah masuk tidak memenuhi syarat atau tidak
dibutuhkan.
2. Koding adalah kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data yang termasuk
kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka-angka atau huruf
untuk membedakan antara data atau identitas data yang akan dianalisis. Pemberian kode
melalui program Microsoft exel sebelum memasukkannya ke dalam program SPSS 17.
3. Format Entry Data di Program SPSS 17 merupakan suatu proses pembuatan format
pengerjaan data pada program SPSS sebelum nantinya data dimasukkan ke dalam komputer.
61
Adapun yang digunakan yaitu untuk mengukur uji validitas dan reliabilitas, uji hipotesis, dan
4. Pemindahan data adalah memasukkan data yang telah didapat (berupa kode) ke dalam
mesin pengolah data yaitu SPSS 17, sehingga nantinya didapatkan hasil dari pengelolahan
5. Tabulasi adalah proses penempatan data ke dalam bentuk tabel yang telah diberi kode
sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabeltabel yang dibuat sebaiknya mampu meringkas agar
6. Penyajian Data adalah suatu bentuk penyajian data ke dalam bentuk tabel, baik itu dalam
tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang yang nantinya dapat digunakan untuk
Menurut Sugiyono (2005: 108) Setelah seluruh data yang diperoleh dalam penelitian
diuraikan, maka pada tahap selanjutnya akan dilakukan pem-bahasan data yang telah
diuraikan tadi. Interpretasi data secara keseluruhan untuk masing-masing variabel dapat
dilakukan setelah terlebih dahulu diklasifikasikan berdasarkan nilainilai yang diperoleh dari
62
67
apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah maka dapat ditentukan
Ʃᵪᵧ
rᵪᵧ = √ ( Ʃ ᵪ ) (Ʃ ᵧ2)
2
¿
¿
Koefisien determinan adalah tingkat pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y.
Keterangan :
a1 = koefisien prediktor x
4) Menguji signifikansi dengan uji t Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi antar
63
r √ n−2
t=
1−r ²
Keterangan :
t = nilai hitung
r = koefisien korelasi
n = jumlah sampel
Y = aX + K
Keterangan :
Y = Kruterium
X = Prediktor
K = bilangan konstan
64
67
DAFTAR PUSTAKA
Manusia.
_________ 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi 2010).
Rineka Cipta. Jakarta
Baut, Paul S. Dan Beny Harman K. 1998 : Kompilasi Deklarasi Hak-Hak Asasi . Manusia,
Konsep.Yogyakarta
Budiarjo, Miriam. 1998. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Walikota 2012.
jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/gravity_forms/1.../2016/.../JURNAL1.pdf
Bornadus Asa Abednego. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Ekonomi Terhadap
Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 Di Kecamatan Cakung
Jakarta Timur.
25025-51408-1-SM-1.pdf
Yogyakarta.Yayasan KLIK.
65
Hamdi Naufal Mahbub, Heryono Susilo Utomo , Budiman. 2015. Pengaruh Sosialisasi
Politik Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Desa Mendik
Kecamatan Long Kali Kabupaten Paser Dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak.
https://www.dpr.go.id/doksetjeon/dokumen/-Regulasi-UU-No.-12-Tahun-2005-Tentang-
Pengesahan-Kovenan-Internasional-Tentang-Hak-Hak-Sipil-dan-Politik
Pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2004. Skripsi Fisip USU Departemen Ilmu
Politik.
. Bandung: Fokusmedia.
444-Article Text-1330-1-10-20210717.pdf
Lidya. 2018. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Dalam Pemilihan
Lidya.pdf
66
67
Redja Mudyahardjo. 2002. Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-
Rina Rahman Olii Asep Mahpudz & Imran. 2015. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap
Semarang.IKIP-Semarang Press.
Singarimbun, Masri, dan Effendi, Sofian (eds), 1995. Metode Pemilihan Survei.
Jakarta : LP3ES.
Bandung: CV Alfabeta.
Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 2003. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan. Malang. Usaha
Nasional.
67
Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta. Kemendiknas.
68