Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan demokrasi indonesia saat ini sedang berjalan menuju demokrasi yang
dewasa, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan  tertinggi tampak terlihat jelas. Partisipasi
masyarakat dalam politik menunjukkan bahawa demokrasi semakin tampak di indonesia.
Partisipasi politik masyarakat merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari proses
demokratisasi. Keinginan ini menjadi sangat penting bagi masyarakat dalam proses
pembangunan politik bagi negara-negara berkembang seperti di indonesia, karena di dalamnya
ada hak dan kewajiban masyarakat yang dapat dilakukan salah satunya adalah berlangsung
dimana proses pemilihan kepala negara sampai dengan pemilihan walikota dan bupati
dilakukan secara langsng. Sistem ini membuka ruang dan membawa masyarkat untuk terlibat
langsung dalam proses tersebut. pemilihan wakil-wakil daerah meruapakan salah satu contok
bentuk partisispasi politik yang dapat dilakukan oleh semua elemen masyarakat. Terlibat dalam
sebuah pesta demokrasi merupakan suatu kewajiban bagi rakyat karena seperti yang kita tahu
negara kita telah menganut azas demokrasi. Demokrasi yang memiliki pemerintahan dari rakyat
untuk rakyat dan oleh rakyat menyiratkan secara jelas bahwa pemerintahan yang berlaku di
Indonesia dipilih oleh rakyat, bekerja untuk rakyat dan berasal dari rakyat pula. Sehingga dapat
dikatakan bahwa ikut terlibat aktif dalam partisipasi politik menjadi kewajiban bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Salah satu bentuk nyata dari adanya partisipasi politik adalah dengan mengikuti
pemilihan umum atau pemilu yang biasaya digelar untuk memilih calon legislatif dan calon
presiden yang dilakukan setiap lima tahun sekali. tahun ini yakni tahun 2019 bisa dibilang
adalah tahun pesta demokrasi. Karena pada tahun tersebut indonesia mengadakan pemilu
caleg yang berlangsung pada bulan april dan pemilu capres yang akan dilangsungkan juli
mendatang . Pesta rakyat tersebut diikuti oleh seluruh elemen masyarakat baik dari kalangan
atas, menengah ataupun bawah.

Pemilu caleg yang baru saja dilangsungkan pada bulan april yang lalu adalah cermin
pesta demokrasi di Indonesia. Seluruh masyarakat harus ikut berpartisipasi untuk mewakili
suara pilihan mereka. Namun dalam realita yang ada, pemilu caleg yang baru saja
dilangsungkan tersebut tidak dimanfaatkan rakyat dengan baik. karena faktanya masih banyak
kartu suara yang tidak digunakan. Alasan masyarakat memutuskan untuk tidak berpartisipasi
dalam pemilu caleg tersebut memang banyak faktor nya. Salah satu faktor tersebut bisa jadi
karena alasan kondisi status sosial ekonomi seseorang.

Pemilu caleg yang baru saja dilangsungkan pada bulan april yang lalu adalah cermin
pesta demokrasi di Indonesia. Seluruh masyarakat harus ikut berpartisipasi untuk mewakili
suara pilihan mereka. Namun dalam realita yang ada, pemilu caleg yang baru saja
dilangsungkan tersebut tidak dimanfaatkan rakyat dengan baik. karena faktanya masih banyak
kartu suara yang tidak digunakan. Alasan masyarakat memutuskan untuk tidak berpartisipasi
dalam pemilu caleg tersebut memang banyak faktor nya. Salah satu faktor tersebut bisa jadi
karena alasan kondisi status sosial ekonomi seseorang.

Kabupaten gorontalo adalah salah satu yang memiliki penduduk sekitar 400 ribu jiwa
yang berprofesi berbagai macam pula. Mulai dari pedagang, pengusaha, wiraswasta, PNS,
Petani, dll. kondisi status sosial yang berbeda itulah penulis memilih kota solo sebagai sampel
penelitian dan memilih judul “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat
Partisipasi Politik Pada Pemilihan Umum Calon Legislatif (Pemilu Caleg) 2019 Di
Kabupaten Gorontalo” sebagai judul penelitian.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tentang status sosial ekonomi masyarakat kabupaten Gorontalo ?


2. Bagaimanakah tingkat partisipasi politik pada pemilu caleg 2019 di wilayah kabupaten
Gorontalo?
3. Seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkat partisipasi politik pada
pemilu caleg 2019 di kabupaten Gorontalo?

C.    Tujuan penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan status sosial ekonomi masyarakat kabupaten gorontalo


2. Untuk mengetahui partisipasi politik pada pemilu caleg 2019 di kabupaten Gorontalo
3. untuk menjelaskan pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisispasi politik pada
pemilu caleg 2019 di kabupaten Gorontalo

D.    Manfaat Penulisan

1.      Manfaat Teoritis

1. Sebagai bahan atau refrensi bagi para peneliti-peneliti yang lain yang ingin
mengembangkan dunia sosial dan politik.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembanding, pertimbangan, dan


pengembangan bagi penelitian di masa yang akan datang di bidang dan permasalahan sejenis
atau bersangkutan.
2.      Manfaat Praktis

1. Untuk pembelajaran bagi masyarakat agar lebih aktif dalam berpartisipasi


mengikuti pemilu
2. Agar pemerintah lebih aktif bersosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat baik
kalangan atas, menengah, ataupun bawah mengenai penting nya pencoblosan
pemilu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A.    Definisi Konsep

1. Status sosial

Status sosial adalah Sebuah posisi dalam hubungan sosial, karakteristik yang
menempatkan individu dalam hubungannya dengan orang lain dan seberapa besar peran
individu tersebut dalam masyarakat itu sendiri. Status sosial dapat terbentuk melalui beberapa
hal diantaranya melalui peran individu tersebut, kekayaan, kekuasaan dan lain- lain.

Setiap manusia yang masih bayi dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki orang
tuanya. Dalam keadaan primordial ini tidak ada seorangpun dapat memilih statusnya sendiri.
Status dipaksakan oleh keadaan untuk diterima, tak peduli kemudian hari ia senang atau tidak
senang, harus menerima kedudukan ayahnya, yang misalnya seorang petani atau buruh. setiap
orang menyandang nasib yang sama yakni bahwa ia tidak dapat memilih kualitas biologis dan
sosiologis kedua orang tuanya sesuai dengan keinginannya. Sama halnya dengan kenyataan
bahwa ia tidak dimintai persetujuanya apakah mau dilahirkan atau tidak. Baru kemudian
setelah ia besar dan dapat menilai situasi dan kondisinya sendiri dan keluarganya, ia dapat
menggunakan kebebasan yang ada padanya untuk menerima atau menolak nasib itu. Kalau ia
tidak mau menerima kedudukan sosial yang diwariskan dan mau mencari kedudukan yang
lebih tinggi ia harus memperhitungkan dua hal, yaitu bakat dan kemampuannya sendiri dan
jalan yang sesuai dengan bakatnya untuk di tempuh melewati jenjang-jenjang sosial (vertikal)
menuju pada strata kedudukan sosial yang lebih. (Hendro Puspito, 1989:333).

2. Kondisi Sosial Ekonomi


Keadaan sosial ekonomi setiap orang berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan
sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Dalam Maftukhah  (2007) sosial ekonomi
menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia
yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah
tinggal, dan jabatan dalam organisasi, sedangkan menurut Soerjono Soekanto (2001) sosial
ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan peraulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan
sumber daya.

Keluarga dengan status sosial yang tinggi memiliki partisipasi politik yang lebih aktif
dibandingkan dengan keluarga yang memiliki kondisi sosial ekonomi yang rendah. Sseorang
yang memiliki status sosial bawah biasanya apatis terhadap kegiatan politik misalnya pemilu,
alasanya adalah mereka menganggap politik tidak begitu berperan dalam menggerakkan
penghasilanya. Sehingga wajar jika kecurangan seperti money politik masih terjadi, hal itu
dipilih karena masyarakat khusunya masyarkat kelas bawah akan lebih terpancing untuk
mengikuti pemilu. (digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0152/…/doc.pdf
diakses pada tanggal 1 Januari 2011).

3.      Partisipasi

Menurut Bedjo (1996), yang dimaksudkan dengan partisipasi adalah: “Perilaku yang
memberikan pemikiran terhadap sesuatu atau seseorang. Perilaku merupakan aktivitas yang
dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang dari luar
lingkungannya. http://klikpsikologi.com/pengertian-partisipasi-menurut-para-ahli-definisi/

4. Partisipasi politik

Partisipasi politik adalah sebagai usaha terorganisir oleh para warga negara untuk
memilih pemimpin-pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan
umum. Usaha ini dilakukan berdasarkan kesadaran akan tangungjawab mereka terhadap
kehidupan bersama sebagai suatu bangsa dalam suatu negara. (Rafael Raga Maran 2007;155-
157).

Hebert Miclosky mengemukakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan


sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses
pemilihan penguasa, baik secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan
kebijakan umum (elly m setiady & usman kolip, 2013: 129).

Bentuk-bentuk partisipasi politik seseorang tampak dalam aktivitas-aktivitas politiknya.


bentuk partisipasi politik yang paling umum dikenal adalah pemungutan suara (voting) entah
untuk memilih para calon wakil rakyat entah untuk memilih kepala negara. Dalam buku
(Michael Rush dan Philiph Althoff dalam Ravael Raga Maran, 2007:148) mengidentifikasi
bentuk-bentuk partisipasi politik sebagai berikut; Menduduki  jabatan politik atau administratif,
mencari jabatan politik atau administratif, menjadi anggota aktiv dalam suatu organisasi politik,
menjadi anggota pasif dalam suatu kompensasi politik, menjadi anggota aktiv atau pasif dalam
suatu organisasi semi politik, partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi dan lain-lain,
partisipasi dalam diskusi politik informal, dan partisipasi dalam pemilihin suara (voting).
(Rafael Raga Maran 2007;155)

5. Pemilihan Umum (Pemilu)

Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih
wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat, serta salah satu bentuk
pemenuhan hak asasi warga negara di bidang politik. Pemilu dilaksanakan untuk mewujudkan
kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak mungkin memerintah secara langsung. Karena itu,
diperlukan cara untuk memilih wakil rakyat dalam memerintah suatu negara selama jangka
waktu tertentu. Pemilu dilaksanakan dengan menganut asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil.

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilu dengan berbagai variasinya,
akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu:

1. Single-member constuency (satu daerah pemilih satu wakil; basanya disebut dengan
sistem distrik)
2. Multi-member constituency (satu daerah pemilu memilih beberapa wakil, biasanya
dinamakan sistem perwakilan berimbang atau sistem proporsional). (Miriam budiardjo,
2013: 461-462)

6.      Calon Legislatif (Caleg)

calon legislatif (Orang yang berdasarkan pertimbangan, aspirasi, kemampuan atau


dukungan masyarakat, dan dinyatakan telah memenuhi syarat oleh peraturan diajukan partai
untuk menjadi anggota legislatif (DPR/DPRD) dengan mengikuti pemilihan umum dan
ditetapkan KPU sebagai caleg tetap). http://www.deskripsi.com/singkatan/caleg

Landasan Teori

1.Teori stratifikasi

Dalam masyarakat terdapat sistem lapisan kelompok-kelompok yang dalam sosiologi


dikenal dengan istillah stratifikasi sosial (social stratification). Pitirim A. Sorokin dalam
Soekanto (2003:228) menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Menurut Said Gatara dan
Dzulkiah Said (2007:49), stratifikasi sosial adalah struktur sosial yang memiliki
lapisan-lapisan dalam suatu masyarakat. Selanjutnya menurut Henslin (2007:178), stratifikasi
sosial (social stratification) merupakan suatu sistem di mana kelompok manusia terbagi dalam
lapisan-lapisan sesuai dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relatif mereka. Penting
untuk dipahami bahwa stratifikasi sosial tidak merujuk pada individu. Stratifikasi sosial
merupakan cara untuk menggolongkan sejumlah besar kelompok manusia  ke dalam suatu
hirarki sesuai dengan hak-hak istimewa relatif mereka.

Dalam Soekanto (2003:235) Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar


ekonomis dengan dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi
semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub kelas yang
bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya. Disamping itu, Max
Weber masih menyebutkan adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari
masyarakat dan dinamakannya stand. Joseph Schumpeter dalam Soekanto (2003:235-236),
mengatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukan
untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata. Makna kelas dan
gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui
riwayat terjadinya.

Soekanto (2003:237-238) membagi empat dasar lapisan masyarakat:

1. Ukuran kekayaan. Barangsiap yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam
lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang
bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan
pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan
seterusnya.
2. Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai
wewenang terbesar, menempati lapisan atasan.
3. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran
kekayaan dan/ atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat
tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat
tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat
yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang
menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa bukan mutu
ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu
hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal.

2.Teori Partisipasi

Teori yang membicarakan mengenai proses keterlibatan individu dalam berbagai


kegiatan yang berkaitan dengan kemasyarakatan disebut sebagai teori partisipasi. Ini terkait
dengan peran individu sebagai makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari keadaan
di sekelilingnya. Pandangan dari beberapa ahli, sebuah proses keterlibatan diri seseorang
secara penuh pada sebuah tekad yang disepakati bersama adalah sebuah definisi partisipasi
dari sudut pandang beberapa ahli. Teori partisipasi dapat pula diartikan sebagai sebuah
hubungan antara masyarakat dengan sistem kekuasaan dalam proses pembangunan yang
berkorelasi setara. Kondisi yang menguntungkan kedua belah pihak yang saling berinteraksi
bisa juga terhubung dengan partisipasi. Semakin banyak manfaat yang diperoleh dari proses
interaksi tersebut, maka akan semakin kuat relasi diantaranya. Partisipasi digolongkan
menjadi dua macam, yaitu partsisipasi sosial dan partisipasi politik.

a. Faktor penyebab seseorang tidak ikut berpartisipasi politik

Morris Rosenberg mengemukakan tiga alasan, mengapa orang tidak mau berpatisipasi
dalam kehidupan politik. Pertama, karena ketakutan akan konsekuensi negatif dari aktivitas
politik. Disini orang beranggapan bahwa aktivitas politik merupakan ancaman terhadap
kehidupannya. Kedua, karena orang beranggapan bahwa berpartisipasi dalam kehidupan
politik merupakan kesia-siaan dia merasa sia-sia karena partisipasi politiknya tidak akan
mempengaruhi proses politik. Ketiga, karena tidak adanya perangsang untuk berpartisipasi
dalam kehidupan politik. Disini orang, misalnya tidak menghargai gagasan-gagasan politik.
Tidak ada hasil yang bisa dipetik dari partisipasi tersebut. Maka orangpun enggan atau tidak
mau berpartisipasi dalam aktivitas politik.

b. Faktor pendorong seseorang ikut berpartisipasi politik

Sementara itu Frank Lindenfeld menemukan bahwa faktor utama yang mendorong
orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik adalah kepuasan finansial. dalam studinya
Lindenfeld juga menemukan bahwa status ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang
merasa teralienasi dari kehidupan politik dan orang yang bersangkutanpun akan menjadi
apatis. hal ini tidak terjadi pada orarng yang memiliki kemapanan ekonomi. Milbrath
menyebutkan empat faktor utama yang mendorong orang untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik pertama, karena adanya perangsang minat ini dipengaruhi misalnya oleh
sering mengikuti diskusi-diskusi politik. Kedua, karena faktor karakteristik pribadi seseorang-
orang yang berwatak sosial, yang punya kepedulian besar terhadap problem sosial, politik,
ekonomi, dll, biasanya mau terlibat dalam aktivitas politik. Ketiga, faktor karakter sosial, hal
ini menyangkut status sosial ekonomi, kelompok ras, etnis, dan agama seseorang.
Bagaimanapun lingkungan sosial ikut mempengaruhi. Keempat, faktor situasi atau lingkungan
politik itu sendiri. Lingkungan politik yang kondusif membuat orang membuat orang dengan
senang hati berpartisipasi dalam kehidupan politik. (Rafael Raga Maran 2007;155-157)

KERANGKA BERPIKIR

Secara teoritis dikatakan bahwa ada pengaruh antara status sosial ekonomi terhadap
tingkat partisipasi politik khusunya pada pemilu. Secara sederhana dapat terlihat bahwa
masyarakat yang memiliki status sosial yang tinggi lebih aktif dalam berpartisipasi politik,
misalnya dalam kegiatan pemilu. Dan sebaliknya masyarakat yang memiliki status sosial yang
rendah cenderung lebih apatis terhadap kegiatan-kegiatan politik khusus nya kegiatan pemilu.

D. Hipotesis

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa ada pengaruh
antara status sosial ekonomi seseorang terhadap tingkat partisipasi politik pada pemilu caleg
2019 di kabupatena gorontalo. 
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Pelitian ini ingin menjelaskan bagaimana pengaruh status sosial ekonomi suatu
masyarakat terhadap partisipasi politik pada pemilihan umum calon legislatif (pemilu caleg)
yang baru saja diselenggarakan pada tanggal 17 april 2019 tepatnya di kabupaten gorontalo
Penelitian ini menggunakan pendekatan eksplanasi kuantitatif, dengan menggnakan
rancangan noneksperimental, yang bersifat korelasi, Yang berarti penelitian ini dilakukan
untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal kabupaten gotontalo dan
sudah terdaftar mendapat hak pilih. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan metode dokumentasi, untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi pada
saat pemilu caleg berlangsung.

Pada penelitian ini pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan kuesioner
dimana yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner mengenai kondisi sosial
ekonomi masyarakat. Kuesioner tersebut berisi identitas subjek yang terdiri dari nama, jenis
kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, subjek dan tanggal pengisian kuesioner tersebut.

Validitas yang digunakan untuk menguji alat ukur dalam penelitian ini adalah validitas
Factorial Validity, dari sebuah alat ukur dari korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor
yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, di mana validitas
ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor. Seangkan realibilitas menggunakan
relibilitias ekuivalen.

Uji validitas dalam penelitian iniakan dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi
Product MomentPearson, yaitu dengan mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total
dalam skala. Sedangkan Uji reliabilitas dalam penelitian menggunkan Teknik Alpha Cronbach.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda (multiple
regression), yaitu untuk menganalisis pengaruh kondisi status sosial ekonomi seseorang
terhadap tingkat partisipasi politik pada pemilu caleg 2019.

B. Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda
yang ada di sekitar kita.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat yang tinggal kabupaten
gorontalo.

Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate
stratified random sampling. Teknik ini digunakan karena peneliti menganggap populasi dalam
penelitian ini bermacam-macam atau bertingkat-tingkat.

Dalam penelitian ini, misalkan masyarakat  kabupaten gorontalo yang sudah masuk
persyaratan dalam pemilu berjumlah 4000 orang, diambil 10% sampel dari populasi penduduk
tersebut, misalnya:

Anda mungkin juga menyukai