Anda di halaman 1dari 6

1. a.

Aksi demonstrasi tersebut merupakan hak warga negara yang telah diakomodir
dalam UUD 1945? Sebutkan pasal berapa dan jelaskan isinya secara lengkap pasal
tersebut?
Pasal 28 dan Pasal 28E ayat (3) Undang Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
Kebebasan berpendapat merupakan hak yang sangat mendasar karena
merupakan hak asasi manusia. Tujuan kebebasan berpendapat didasarkan pada bagian
Tinjauan Kebebasan Berbicara untuk mewujudkan demokrasi dalam bermasyarakat,
bernegara, dan kehidupan bernegara. Ekspresi kebebasan berpendapat dapat dibagi
dalam berbagai bentuk, seperti yang dijelaskan dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang
Kebebasan Berbicara Publik. Kami akan bertindak secara bebas dan bertanggung
jawab sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
Kebebasan berekspresi yang dapat diungkapkan dalam berbagai bentuk
menunjukkan bahwa pendapat hanya dapat disampaikan secara lisan dan tertulis.
Mengungkapkan suatu pendapat tentunya membutuhkan ruang sebagai sarana untuk
mengungkapkan suatu pendapat yang ingin disampaikan. Pendapat yang ingin
disampaikan dapat diungkapkan di tempat umum.
Mengekspresikan opini di ruang publik dapat memenuhi dua aspek ontologis
(berkaitan dengan situasi), sehingga ruang publik yang digunakan sebagai sarana
menyampaikan opini menjadi penting. Aspek ontologis pertama yang dapat dipenuhi
adalah terkait dengan ekspresi manusia (untuk mengekspresikan diri) dan identitas
unik.
b. Aksi demonstrasi yang merusak fasilitas umum tersebut tentu melanggar undang-
undang (UU) yang mengatur tentang demonstrasi. Telusuri secara online peraturan
PerUUan tersebut dan serta tautannya (link). Sebutkan UU tersebut dan pasalnya serta
jelaskan isi dari UU yang mengatur mengenai demonstrasi tersebut.
Penegakan hukum atas perusakan fasilitas umum oleh demonstran oleh
ketentuan Pasal 406 KUHP ayat 1 berbunyi “Barang Siapa dengan sengaja dan
melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai atau
menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau, sebagian milik orang lain,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau dan denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”. Bahwa pertanggungjawaban pidana
timbul oleh akibat perbuatan yang didalamnya berisi ancaman pidana yang dilakukan
oleh pelaku pengerusakan. (https://klikhukum.id/curkum-95-sanksi-pidana-merusak-
fasilitas-umum/)

2. a. Jika menggunakan kategori budaya politik Almond dan Powell, selama kurun
waktu tahun 1966 hingga 1998 (masa Orde Baru), Indonesia berada pada kategori
budaya politik yang mana? Jelaskan tentang budaya politik tersebut?
Budaya politik adalah semua tentang akal, pemikiran, dan realisasi aturan,
otoritas, atau kekuasaan. Gabriel Almond memulai dengan realitas budaya politik
yang ada di masyarakat dan membagi budaya politik menjadi tiga kelompok:
1. Budaya politik parokial atau parochial political culture. Budaya politik yang sempit
berarti tingkat partisipasi masyarakat di suatu daerah sangat rendah atau kecil.
Contohnya golput atau golongan putih. Mereka menganggap bahwa mereka tidak
perlu memilih dalam pemilihan umum atau pemilihan federal. Rendahnya tingkat
pendidikan juga menjadi salah satu penyebab munculnya budaya politik yang sempit
ini.
2. Budaya politik kaula atau subject political culture. Budaya politik subjek ini berarti
tingkat partisipasi masyarakat tetap pasif. Dalam budaya politik ini, masyarakat sudah
lebih maju, tetapi pikirannya masih pasif atau kurang semangat untuk mengikuti
budaya ini.
3. Budaya politik partisipan atau participant political culture. Budaya politik peserta
ini berarti kesadaran masyarakat terhadap budaya politik sudah sangat tinggi. Orang-
orang ini menyadari kebutuhan besar akan peran mereka dalam implementasi budaya
politik dan berusaha mewujudkannya.
Selama kurun waktu tahun 1966 hingga 1998 (masa Orde Baru), Indonesia
berada pada kategori budaya politik parokial atau parochial political culture.
b. Terkait contoh kasus diatas, jelasan alasan Anda pada pilihan kategori budaya
politik dari Almond dan Powell tersebut! Lakukan analisis terhadap pilihan Anda
tersebut.
Saya memilih kategori budaya politik dari Almond dan Powell yaitu kategori
budaya politik parokial atau parochial political culture. Hal tersebut karena pada masa
orde baru yang dipimpin oleh Presiden Suharto, masyarakat Indonesia pada waktu itu
belum teredukasi dengan baik tentang politik karena pemerintah fokus pada
peningkatan perekonomian. Di era orde baru, kebebasan politik rakyat Indonesia
sangat dibatasi, bahkan protes sekecil apa pun hilang entah kemana. Saat itu KKN
sudah makmur dimana-mana. Bukti nyata sebagian besar anggota DPR dan MPR
adalah personel militer yang dekat dengan keluarga Cendana. Juga pada saat itu,
Golkar, partai politik yang dipimpin oleh Suharto, menjalankan kekuasaan
pemerintahan dengan memaksa pejabat pemerintah untuk memilih Golkar, sehingga
selalu memenangkan semua pemilihan, dan Golkar selalu memenangkan semua
pemilihan selama 32 tahun.

3. a. Joan Nelson dalam bukunya No Easy Choice, membedakan tipe partisipasi politis
yaitu partisipan yang otonom dan yang dimobilisasi. Setelah membaca artikel di atas,
menurut Anda manakah yang terjadi di Indonesia saat itu?
Partisipasi dibedakan menurut penerimaan dari masyarakatnya. Joan Nelson
dalam buku No Easy Choice membedakan antara partisipasi yang bersifat otonom dan
yang dimobilisasi Perbedaan di antara keduanya terletak pada apakah partisipasi
tersebut bersifat sukarela, atas inisiatif (anggota) masyarakat, ataukah partisipasi
tersebut diberi arah oleh pemerintah (pihak lain). Apabila partisipasi tersebut atas
inisiatif (anggota) masyarakat sendiri dan dilakukan secara sukarela maka disebut
partisipasi yang otonom. Bila dikerahkan atau terkadang ada unsur tekanan dari
pemerintah (pihak atasan atau yang berkuasa) maka disebut partisipasi yang
dimobilisasi.
Partisipasi tidak hanya dilakukan dalam pemilihan umum. Kegiatan untuk
mengikutsertakan rakyat dapat pula dilakukan untuk mendukung pemerintah,
misalnya lewat program-program pembangunan atau kegiatan kegiatan lain yang
berlangsung di dalam masyarakat. Berbagai kegiatan di luar pemilihan umum seperti
itu dapat pula dilakukan baik oleh partai politik maupun oleh organisasi-organisasi
kemasyarakatan misalnya organisasi pemada, organisasi lingkungan, organisasi
buruh, tani dan nelayan, pemuda, ibu-ibu, dan lain-lain. Di negara-negara non-
demokrasi partisipasi yang bersifat kegiatan kemasyarakatan bisa dilakukan sangat
intensif dan luas, namun dilakukan dengan cara mobilisasi atau disebut mobilized
participation. Cara ini sangat umum dilakukan di bekas negara Uni Soviet atau di
Republik Rakyat Cina dan negara-negara baru yang sedang melaksanakan
pembangunan untuk mengejar keterbelakangan mereka. Di Indonesia praktik
mobilisası politik sering dilakukan semasa pemerintahan Orde Baru, misalnya ketika
pemerintah melaksanakan program swasembada pangan, rakyat di pedesaan
dimobilisir untuk terlibat dalam masa panen raya atau ketika program PKK
dilancarkan maka masyarakat di seluruh pedesaan di Indonesia dilibatkan untuk
mendukung keberhasilan program tersebut

Mobilisasi bisa juga berbahaya khususnya di negara-negara dengan


kecenderungan konflik yang tinggi Tingkat kemiskinan, pengangguran sangat tinggi,
dan ketimpangan dalam pembagian pendapatan yang tidak merata merupakan salah
satu sumber konflik. Samuel Huntington menulis bahwa pembangunan yang cepat
selain melahirkan baru, juga melahirkan harapan yang tinggi dalam masyarakat. Jika
harapan harapan tersebut tidak terpenuhi maka akan muncul keresahan yang meluas
dan kelompok-kelompok yang tidak puas dengan mudah dapat dimobilisir untuk
melakukan tindakan yang dapat mengganggu keamanan dalam masyarakat. Dalam
keadaan demikian, gejolak-gejolak sosial yang dapat mengganggu kestabilan sistem
politik sulit untuk dihindari. Partisipasi mobilisasi yang demikian ingin selalu
dihindari oleh negara-negara yang sedang membangun.
Setelah membaca artikel di atas, menurut saya yang terjadi di Indonesia saat
itu adalah tipe partisipasi politis yaitu partisipan yang otonom.
b. Jelaskan alasan jawaban Anda pada poin a, dan lengkapi argumen jawaban Anda
dengan materi yang telah Anda pelajari pada BMP dan dengan sumber referensi lain
merujuk pada jurnal ilmiah online yang relevan dan kredibel. Jangan lupa sertakan
tautan (link) sumber rujukan online tersebut.
Saya memilih tipe partisipasi politis yaitu partisipan yang otonom karena
naiknya pemilu pada kasus diatas didasarkan pada kesadaran atau inisiatif masyarakat
sendiri. Hal tersebut terlihat pada factor-faktor penyebab naiknya tingkat pastisipasi
masyarakat dalam pemilu yaitu : Pertama, faktor kandidat yang mungkin lebih
menarik dan berkampanye dengan atraktif. Kedua, faktor pemilih yang merasa
terwakili, baik secara politik atau programatik. Ketiga, ada faktor kontestasi yang
ketat. Keempat, faktor gencarnya pemberitaan media mengenai Pemilu 2019. Kelima,
faktor sosialisasi dari KPU yang maksimal. Semua faktor itu berkontribusi. Semua
factor diatas merupakan factor yang berasal dari kesadaran atau inisiatif masyarakat
sendiri serta KPU yang membuat mendorong masyarakat.

4. a. Han Kelsen membagi bentuk negara menjadi 3 (tiga) yaitu: bentuk federasi,
konfederasi dan negara kesatuan. Menurut Anda, apakah bentuk negara Indonesia
yang berbentuk negara kesatuan sudah tepat?
- Konfederasi terdiri dari beberapa negara yang berdaulat penuh yang untuk
mempertahankan kemerdekaan ekstern dan intern, bersatu atas dasar perjanjian
internasional yang diakui dengan menyelenggarakan beberapa alat perlengkapan
tersendiri yang mempunyai kekuasaan tertentu terhadap negara anggota
konfederasi, tetapi tidak terhadap warga negara. Kekuasaan alat bersama itu
sangat terbatas dan hanya mencakup persoalan-persoalan yang telah ditentukan.
Negara-negara yang bergabung dalam konfederasi itu tetap merdeka dan
berdaulat, sehingga konfederasi itu sendiri pada hakikatnya bukanlah
merupakan negara, baik ditinjau dari sudut ilmu politik maupun dari sudut hukum
internasional. Kesemua hal tersebut menunjukkan lemahnya konfederasi sebagai
suatu ikatan kenegaraan dan merupakan ikatan tanpa kedaulatan.
- Negara Kesatuan ialah bentuk negara di mana wewenang legislatif tertinggi
dipusatkan dalam satu badan legislatif nasional/pusat. Kekuasaan terletak
pada pemerintah pusat dan tidak pada pemerintah daerah. Pemerintah pusat
memiliki wewenang untuk menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah
berdasarkan hak otonom (negara kesatuan dengan sistem desentralisasi), tetapi
pada tahap terakhir kekuasaan tertinggi tetap ditangan pemerintah pusat.
Hakikat dari negara kesatuan ialah bahwa kedaulatannya tidak terbagi, atau
dengan kata lain kekuasaan pemerintah pusat tidak dibatasi, karena konstitusi
negara kesatuan tidak mengakui badan legislatif lain selain dari badan legislati
pusat. Dengan demikian bagi para warga negaranya dalam negara kesatuan itu
hanya terasa adanya satu pemerintah saja. Dan bila dibandingkan dengan federasi
dan konfederasi negara kesatuan itu merupakan bentuk negara di mana ikatan
serta integrasi paling kokoh.
- negara federal ialah bahwa ia mencoba menyesuaikan dua konsep yang
sebenarnya bertentangan, yaitu kedaulatan negara federal dalam keseluruhannya
dan kedaulatan negara bagian. Penyelenggaran kedaulatan ke luar dari negara-
negara bagian diserahkan sama sekali kepada pemerintah federal, sedangkan
kedaulatan ke dalam dibatasi. Sekalipun terdapat banyak perbedaan
antara negara deferal satu sama lain, tetapi ada satu prinsip yang dipegan teguh,
yaitu bahwa soal-soal yang menyangkut negara dalam keseluruhannya diserahkan
kepada kekuasaan federal.
Menurut pendapat saya bentuk negara Indonesia yang berbentuk negara kesatuan
sudah tepat.
b. Jelasan alasan Anda pada pilihan poin a. Lengkapi dengan sumber referensi,
merujuk pada media online yang relevan dan kredibel. Jangan lupa sertakan sumber
online yang Anda jadikan rujukan tersebut.

Bentuk negara kesatuan adalah bangsa yang sederhana, tetapi karena hanya
ada satu pemerintahan yang berdaulat di dalam dan di luar negeri, dimungkinkan
untuk menciptakan bangsa yang kuat. Namun di sisi lain, sistem politik seperti itu
dapat menyebabkan pemusatan kekuasaan birokrasi dan menghambat kelancaran
proyek-proyek pemerintah. Sifat-sifat buruk tersebut dapat dihilangkan jika penegak
kekuasaan negara memiliki tingkat pengendalian diri (moralitas) yang tinggi dan
adanya pengendalian umum melalui badan yang berwenang.
Menurut pendapat saya bentuk negara Indonesia yang berbentuk negara
kesatuan sudah tepat. Hal tersebut karena Indonesia terdiri dari banyak pulau dan
suku bangsa, maka Indonesia menggunakan bentuk negara kesatuan.
Pembentukan negara kesatuan tersebut bertujuan untuk menyatukan seluruh
wilayah nusantara agar menjadi negara yang besar dan kokoh dengan
kekuasaan negara yang bersifat sentralistik.
(https://www.suara.com/news/2021/01/11/142640/apa-arti-negara-kesatuan-
simak-penjelasan-berikut?page=all )

Anda mungkin juga menyukai