Anda di halaman 1dari 5

1. a.

Pada kasus di atas apakah ada indikasi hambatan komunikasi yang efektif ditinjau
dari persepsi?
Komunikasi efektif adalah pertukaran informasi, ide, perasaan yang
menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik antara
pemberi pesan dan penerima pesan. Pengukuran efektivitas dari suatu proses
komunikasi dapat dilihat dari tercapainya tujuan si pengirim pesan.
Ada indikasi hambatan komunikasi yang efektif ditinjau dari persepsi.
Perbedaan persepsi dalam hubungan berkomunikasi menjadi salah satu hambatan
yang mempengaruhi efektif atau tidaknya komunikasi tersebut. Untuk dapat
menyamakan persepsi, membutuhkan toleransi dalam berinteraksi, dikarenakan pesan
yang disampaikan oleh komunikator tidak dapat dimengerti oleh komunikan atau
penerima pesan sehingga dalam proses penerimaan pesan akan membutuhkan waktu
dan itu akan menghambat jalannya proses komunikasi.
Maka seharusnya pimpinan perusahaan PT XYZ melakukan komunikasi
kepada manajer lain dan tidak mengambil keputusan secara sepihak tanpa menunggu
persetujuan manajer lain. Mengingat dalam sebuah perusahaan peran manajer lain pun
sangat mempengaruhi berkembangnya perusahaan karena manajer tersebutlah yang
mengetahui analisis sejauh mana produk yang cocok untuk dipasarkan. Tetapi
pimpinan perusahaan malah mengambil keputusan sepihak karena berfikir produk
yang akan diluncukan laris di pasaran. Oleh sebab itu, akibat yang ditimbulkan dari
komunikasi yang tidak efektif dalam hal persepsi oleh pimpinan perusahaann PT
XYZ kepada manajer lainnya adalah kerugian perusahaan.
b. Coba Anda analisis bagaimana caranya meningkatkan komunikasi yang efektif
berdasarkan kasus tersebut.
Berdasarkan kasus tersebut caranya meningkatkan komunikasi yang efektif, yaitu :
- pimpinan perusahaan memberikan informasi terkait rencana produksi vitamin tersebut
kepada manajer lainnya.
- pimpinan perusahaann PT XYZ mengadakan rapat atau diskusi bersama manajer
lainnya.
- pimpinan perusahaann PT XYZ mendengarkan masukan dari manajer lainnya dengan
baik.
- pimpinan perusahaann PT XYZ memberikan pertanyaan terkait rencana memproduksi
vitamin tersebut, baik itu pertanyaan “bagaimana kalau kita membuat vitamin ini?” dan
sebagainya terkait rencana tersebut.
- pimpinan perusahaann PT XYZ mengambil keputusan setelah mendengar pendapat
dari manajer lainnya.

2. Berikan analisa Anda, bagaimana pimpinan dapat menciptakan tim yang handal dan
mengelola konflik yang terjadi.
Konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidak
sesuaian atau perbedaan antara dua pendapat (sudut pandang), baik itu terjadi dalam
ukuran (organisasi), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota keorganisasi,
kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan
organisasi, gaya kepemimpinan, dan sistem imbalan yang berpengaruh atas pihak-
pihak yang terlibat, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif . Namun secara
umum Konflik Hirarki (Sruktur) adalah konflik yang terjadi diberbagai tingkatan
organisasi.
Konflik muncul karena ada kondisi yang melatarbelakanginya (antecedent
conditions). Kondisi tersebut, yang disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik,
terdiri dari tiga ketegori, yaitu: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi.
Komunikasi. Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang
menimbulkan kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi
sumber konflik. Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan semantik,
pertukaran informasi yang tidak cukup, dan gangguan dalam saluran komunikasi
merupakan penghalang terhadap komunikasi dan menjadi kondisi anteseden untuk
terciptanya konflik.
Struktur. Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang
mencakup: ukuran (kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota
kelompok, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota
dengan tujuan kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat
ketergantungan antara kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa ukuran kelompok
dan derajat spesialisasi merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik.
Makin besar kelompok, dan makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar
pula kemungkinan terjadinya konflik.
Penyebab konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi:
sistem nilai yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang
menyebabkan individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan
individu yang lain. Kenyataan menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu,
misalnya, individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah orang lain,
merupakan sumber konflik yang potensial.
Pada kasus diatas cara pimpinan dapat menciptakan tim yang handal dan
mengelola konflik yang terjadi adalah dengan : Pertama, adalah strategi yang disebut
dengan contending atau bertanding. Intinya, masing-masing pihak yang akan berebut
kepentingan bisa melakukan segala upaya untuk menjadi pemenang tanpa harus
memperhatikan kepentingan pihak lain yang menjadi lawan, bahkan berusaha agar
pihak lain menyerah atau mengalah. Bentuknya pun sangat beragam. Bisa dengan
membuat janji, ancaman, atau bahkan hukuman. Bahkan bisa pula dilakukan dengan
ditunjukkan hanya dengan cara membuat argumentasi persuasif kalau bukan dengan
cara sebaliknya, ngotot dengan pendirian sepihaknya. Tentu dengan segala dampak
sosial yang bakal ditimbulkannya. Berbeda dengan yang pertama, maka strategi kedua
dilakukan dengan cara mencari alternatif cara yang seoptimal mungkin bisa
memuaskan masing-masing pihak yang akan berebut kepentingan. Itu sebabnya,
strategi ini disebut dengan cara problem solving (pemecahan masalah). Intinya,
strategi dasar ini menyarankan agar masing-masing pihak yang terlibat konflik
berusaha mempertahankan aspirasinya, tetapi sekaligus menghormati akan
kepentingan lawan. Upaya kompromi, rekonsiliasi, adalah dua bentuk cara yang biasa
digunakan dalam strategi kedua ini.

3. Berdasarkan kasus di atas, coba analisa bagaimana kepemimpinan John D.


Rockefeller berdasarkan teori kontemporer.
Teori-teori kepemimpinan kontemporer, yaitu :
1. Kepemimpinan Transformasional atau Karismatik
Bernard M. Bass (1985) membedakan kepemimpinan transaksional
(transactional leadership) dengan kepemimpinan transformasional
(transformational leadership). Pemimpin transaksional menentukan apa yang
harus dikerjakan oleh karyawan agar mereka dapat mencapai tujuan mereka
sendiri atau organisasi dan membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan
dalam mengerjakan tugas tersebut. Sebaliknya, pemimpin transformasional
memotivasi bawahan untuk mengerjakan lebih dari yang diharapkan semula
dengan meningkatkan rasa pentingnya bawahan dan nilai pentingnya pekerjaan.
Pemimpin ini mampu membuat bawahan menyadari perspektif yang lebih luas
sehingga kepentingan individu akan disubordinasikan terhadap kepentingan tim,
organisasi , atau kepentingan lain yang lebih luas . Pemimpin semacam itu juga
mampu meningkatkan kebutuhan bawahan menuju kebutuhan yang paling tinggi,
yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Teori kepemimpinan yang dibicarakan di muka
lebih sesuai dimasukkan ke dalam kepemimpinan transaksional. Teori
kepemimpinan transaksional sudah cukup, tetapi agar lebih efektif seorang
pemimpin tidak hanya menjalankan kepemimpinan dengan " biasa ", tetapi harus
lebih dari yang biasa . Pemimpin harus mampu memberi inspirasi hawahannya
agar tergerak atau menjadi tipe pemimpin transformasional.
2. Kepemimpinan Psikoanalisis
Kets de Vries berusaha menggunakan pendekatan psikoanalisis ( psikologi )
Sigmund Freud untuk menjelaskan perilaku pemimpin . Menurut Sigmund Freud .
seseorang berperilaku karena ingin memenuhi kebutuhan bawah sadarnya .
Kebutuhan tersebut bahkan tidak disadari oleh yang bersangkutan . Kebutuhan
tersebut kadang kadang dapat ditelusuri pada masa kecil seseorang . Seseorang
yang pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan mainan akan sangat senang
mengumpulkan mainan pada masa dewasanya . Orang tersebut barangkali tidak
sadar mengapa saat ini suka mengumpulkan mainan . Mainan tersebut ternyata
untuk memenuhi kebutuhan mainan yang belum pernah terpenuhi pada waktu ia
masih kecil . Seorang pemimpin berperilaku tertentu barangkali bukan karena
untuk memenuhi kepentingan bawahannya , tetapi barangkali untuk
mengkompensasi kepribadiannya yang frustasi . Seorang pemimpin barangkali
malah bertingkah seperti anak berumur tiga tahun . Napoleon Bonaparte , jenderal
Perancis yang mahir perang . barangkali bukan karena tujuan nasionalisme , tetapi
karena ingin memenuhi kebutuhan bawah sadar , misalnya karena beliau dilarang
bermain perang - perangan pada masa kecil . Menurut teori ini perilaku manusia
sangat kompleks . Penampilan luar tidak dapat dijadikan pegangan . Analisis perlu
kembali pada teori alam / manusia yang paling dasar untuk memahami perilaku
manusia atau pemimpin yang sangat kompleks .
3. Kepemimpinan Romantis
Menurut teori ini , pemimpin ada karena ada pengikutnya . Para pengikut ini
mengembangkan pandangan " romantis " ( ideal ) mengenai adanya seorang
pemimpin yang dapat membantu mereka mencapai tujuannya atau memperbaiki
hidup mereka . Pemimpin dibutuhkan untuk membantu mereka menyederhanakan
permasalahan dunia yang sangat kompleks . Jika bawahan sudah tidak
mempercayai pemimpinnya . efektivitas kepemimpinan akan hilang , tidak peduli
dengan tindakan pemimpin tersebut . Jika bawahan sudah mampu mengorganisir
mereka sendiri maka pemimpin tidak akan diperlukan lagi . Teori ini mencoba
menyeimbangkan antara sisi atasan dengan sisi bawahan sehingga porsi keduanya
menjadi kurang lebih seimbang.
Berdasarkan teori kontemporer kepemimpinan John D. Rockefeller termasuk
dalam teori kontemporer Kepemimpinan Transformasional. Dalam Teori ini
menyatakan adanya gaya kepemimpinan yang menimbulkan adanya perubahan positif
pada para pengikutnya. Umumnya pemimpin dalam teori ini memiliki sikap yang
cenderung energik dan antusias serta cenderung bergairah. Bahkan pemimpin
umumnya juga turut terlibat dalam segala aktivitas para pengikutnya tersebut.
Biasanya pemimpin yang seperti ini memiliki gambaran figure yang menarik dan
selalu memberikan inspirasi. Bahkan pemimpin juga cenderung bergerak sehingga
memberikan dampak positif pada seluruh pengikutnya tersebut.
Hal tersebut tercermin karena John D. Rockefeller dalam memimpin para
karyawannya selalu mampu memberikan inspirasi untuk bekerja dan mencapai hasil
yang maksimal. Melalui penggunaan visi yang jelas, beliau mampu menyatukan
karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan secara bertanggung jawab. Rockefeller
adalah seorang pemimpin yang menghargai para eksekutif dengan kemampuan sosial.

Anda mungkin juga menyukai